DISUSUN OLEH :
Rista Bela
NIM.2019.C.11a.1026
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas izinNyalah
penulis masih diberikan kesempatan untuk menyusun laporan pendahuluan dengan judul
“Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman Pada Pasien Ketidaknyamanan Pasca
Partum” Dalam penyusunan laporan ini penulis mengumpulkan dari berbagai sumber terutama
dari internet yang memudahkan saya dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini sangat jauh dari kesempurnaan walaupun kita
menginginkan kesempurnaan Dalam hal pembangunan dan penyempurnaan laporan ini penulis
mengharapkan kritik, masukan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada laporam ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat.
Penulis
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik Praklink
Keperawatan 1 (PPK1) Pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Eka Harap Palangka Raya.
Mengetahui:
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat...................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................... 3
2.1 Konsep Penyakit........................................................................................................ 3
2.1.1 Definsi.......................................................................................................... 3
2.1.2 Anatomi Fisiologi
2.1.3 Etiologi......................................................................................................... 3
2.1.4 Patofisiologi (Pathway)................................................................................ 4
2.1.5 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)......................................................... 7
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 8
2.1.7 Komplikasi................................................................................................... 8
2.1.8 Penatalaksaan Medis....................................................................................11
2.1.9 Diagnosa Keperawatan ................................................................................11
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia............................................................................ 14
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan............................................................................. 19
2.3.1 Pengkajian...................................................................................................... 19
2.3.2 Diagnosa........................................................................................................ 22
2.3.3 Intervensi........................................................................................................ 23
2.3.4 Pelaksanaan ................................................................................................... 26
2.3.5 Evaluasi.......................................................................................................... 27
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 29
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kebutuhan rasa aman dan nyaman merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia. Oleh
karena itu hal tersebut harus dipenuhi agar kehidupan sebagai individu dapat berjalan dengan
seimbang. Terutama pada usia remaja dan lansia. Kebutuhan ini haruslah sangat dipenuhi. .
Usia secara alami akan mempengaruhi kesanggupan individu untuk mempertahankan dirinya
tetap dalam kondisi aman dan merawat dirinya agar senantiasa merasa nyaman, kenapa hal itu
bisa terjadi?, karena saat kebutuhan akan kemanan dan kenyamanan terganggu, maka akan ada
dampak yang nyata kepada kehidupan sehari-hari yang menjurus kepada penurunan kualitas
hidup lansia.
Ambil saja contoh pada seorang lansia yangsudah tidak mampu melkukan kegiatan
seperti ke kamar mandi dan mengalami jatuh dan pada inilah lansia tersebut memerlukan rasa
aman dan nyaman. Dengan terjadi hal seperti ini kedua hal tersebut tidak dapat terpenuhi. Dan
ini membuat lansia tersebut merasa dikehidupannya dan di usia yang tidak muda lagi malah
merasa tidak tenang. Oleh karena itu, kita sebagai seorang perawat yang profesional tidak
hanya melakukan tugas seuai prosedur namun harus dengan rasa kasih sayang dan tulus dalam
melkukan tugas asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman pada
seorang klien.
Hal ini dilakukan bukan semata-mata untuk mendapatkan pujian dari klien atau orang
disekitar kita. Melainkan untuk menuju klien yang mandiri dan terhindar dari sakit. Karena
apa, kebutuhan rasa aman dan nyaman ini bisa masuk di faktor lingkungan yang eksternal
yang dapat mempengaruhi sehat sakit seseorang. Dan hal itu juga memberikan dampak rasa
aman dan nyaman yang positif atau negatif. Dengan seperti itu sebagai seorang perawat kita
harus lebih peka dan caring kepada klien yang kita asuh. Karena,ada beberapa klien yang
tidak mengekspresikan apa yang dia rasakan dan cenderung hanya diam dan kurang terbuka
jkepada perawat. Dengan ini perawat harus lebih aktif dalam mengasuh dan berinteraksi
kepada pasien dengan melkukan orientasi dan membangun kepercayaan antara klien dan
perawat. Agar terciptanya rasa saling percaya dan perlahan klien menjadi terbuka dan mau
mengekspresikan apa yang dia rasakan. Dan pula,agar terwujudnya rasa aman dan nyaman
1
diantara keduaya. Dan utamanya untuk klien tersebut agar klien lebih termotivasi dan
kondisinya menjadi lebih baik dari semula.
2
3
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian kebutuhan rasa aman dan nyaman.
2. Mendalami konsep kebutuhan rasa aman dan nyaman.
3. Memahami proses asuhan keperawatan dalam memenuhi rasa aman dan nyaman.
1.4 Manfaat
Dengan mengetahui cara atau pola asuh keperawatan untuk memenuhi kebutuhan rasa
aman dan nyaman . kita sebagai seorang perawat akan lebih peduli dan mengerjakan pekerjaan
dengan tulus kepada pasien. Agar menilmbulkan rasa aman dan nyaman demi kebaikan
kondisi seorang klien yang kita asuh. Karena kita sebagai seorang perawat tidak hanya
membantu penyembuhan klien yang sakit secara fisik saja namun juga secara psikologisnya
dan menciptakan lingkungan yang damai. Karena lingkungan yang damai dapat membuat
pasien merasakan aman dan nyaman secara utuh dan menyeluruh.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Pengertian nifas
Masa nifas adalah suatu periode pertama setelah kelahiran, peiode ini tidak
pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 minggu hingga 6 minggu. Walaupun
merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas
ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut dapat
menyebabkan komplikasi yang serius (Cunnningham Gary, 2012).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru (Mitayani, 2011).
Masa puerpenium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti
sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Sitti saleha, 2009).
Masa nifas/ peurpenium dibagi dalam 3 periode :
a) Puerpenium dini : kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
b) Puerpenium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c) Remote puerpenium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan. mempunyai komplikasi .
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
2.1.2 Anatomi fisiologi
Sastro,2002).
Keterangan:
1) Vagina
2) Uterus
Uterus adalah organ muskuler yang berongga dan berdinding tebal yang
Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng dan terdiri atas
dua bagian yaitu bagian atas berbentuk segitiga yang merupakan badan
uterus yaitu korpus dan bagian bawah berbentuk silindris yang merupakan
bagian fusiformosis yaitu serviks. Saluran ovum atau tuba falopi bermula dari
kornus (tempat masuk tuba) uterus pada pertemuan batas superior dan lateral.
Bagian atas uterus yang berada diatas kornus disebut fundus. Bagian uterus
dibawah insersi tuba falopi tidak tertutup langsung oleh peritoneum, namun
Uterus wanita nulipara dewasa panjangnya antara 6-8 cm sedang pada wanita
multipara 9-10 cm. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70
7
gram, sedangkan pada wanita yang belum pernah melahirkan 80 gram atau
lebih. Pada wanita muda panjang korpus uteri kurang lebih setengah panjang
pada wanita multipara, serviks hanya sedikit lebih panjang dari sepertiga
kecil pada kedua ujungnya, yaitu ostium interna dan ostium eksterna. Setelah
segmen bawah rahim. Pada bagian inilah dinding uterus dibuka jika
Suplay vaskuler uterus terutama berasal dari uteri aterina dan arteri
menurun masuk dasar ligamentum latum dan berjalan ke medial menuju sisi
uterus. Arteri uterina terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu arteri serviko
vaginalis yang lebih kecil memperdarahi bagian atas serviks dan bagian atas
vagina. Cabang utama memperdarahi bagian bawah serviks dan korpus uteri.
Arteri ovarika yang merupakan cabang aorta masuk dalam ligamentum latum
pleksus ini mensyarafi uterus, vesika urinaria serta bagian atas vagina dan
terdiri dari serabut dengan maupun tanpa myelin. Uterus disangga oleh
merupakan ligamentum yang menahan tuba falopi yang berjalan dari arah
supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat yang tebal dan berjalan dari
ditemukan banyak pembuluh darah antara lain vena dan arteria uterine.
serviks bagian belakang, kiri dan kanan ke arah os sacrum kiri dan kanan,
sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah ingunal kiri dan kanan.
3) Serviks Uteri
4) Korpus Uteri
a) Endometrium
b) Miometrium
besar uterus, terdiri kumpulan otot polos yang disatukan jaringan ikat
pada otot serviks. Dalam lapisan ini tersusun serabut otot yang
c) Peritonium
2002)
16
Keterangan :
1) Mons Veneris
sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan
paha.
Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah,terisi jaringan
lemak serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan belakang
Labia Minora adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar.
Ke depan kedua bibir kecil bertemu dan membentuk diatas klitoris preputium
kecil bersatu dan membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil
mengandung banyak glandula sebasea dan urat saraf yang menyebabkan bibir
4) Klitoris
klitoridis, terdiri atas glans klitoridis , korpus klitoridis, dan dua krura yang
17
5) Vulva
Bentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang dan dibatasi
dimuka oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh
membujur 4-5 mm dan .tidak jauh dari lubang kemih di kiri dan kanan
bawahnya dapat dilihat dua ostia skene. Sedangkan di kiri dan bawah dekat
terletak dibawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang
getah lendir.
Terletak di bawah selaput lendir vulva dekat ramus os pubis, panjang 3-4 cm,
lebar 1-2 cm dan tebal 0,51- 1cm; mengandung pembuluh darah, sebagian
Saat persalinan kedua bulbus tertarik ke atas ke bawah arkus pubis, tetapi
bagian bawahnya yang melingkari vagina sering mengalami cedera dan timbul
7) Introitus Vagina
konsistensi nya dari yang kaku sampai yang lunak sekali. Hiatus himenalis
(lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah
Robekan terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7 dan sampai dasar selaput dara.
8) Perineum
Fisiologi
1) Proses Involusi
otot-otot polos uterus. Pada akhir persalinan tahap III, uterus berada digaris
beratnya kira-kira 1000 gr. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus kurang lebih
sejati lagi, beratnya kira-kira 500 gr, dua minggu beratnya 350 gr, enam
2) Konstraksi Uterus
3) Tempat Plasenta
4) Lochea
Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula
berwarna merah lalu menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas
jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah
merah muda dan coklat setelah 3-4 hari (lochea serosa). lochea serosa
terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit dan debris jaringan.
Sekitar 10
24
hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih
mucus, serum dan bakteri. Lochea alba bertahan selama 2-6 minggu setelah
5) Serviks
vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan
kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi
lahir . Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat (Bobak,
2004:495).
7) Payudara
prolaktin, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Hari ketiga
25
dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 jam sampai
teraba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yang terisi berubah dari
hari kehari. Sebelum laktasi dimulai, payudara terasa lunak dan keluar
laktasi dimulai, payudara terasa hangat dan keras waktu disentuh. Rasa
(Bobak, 2004:498).
8) Laktasi
kelanjar untuk menghadapi masa laktasi. Proses ini timbul setelah ari-ari
lepas ,hormone placenta tak ada lagi sehingga terjadi produksi ASI.
9) Sistem Endokrin
meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
bulan setelah wanita melahirkan. Trauma terjadi pada uretra dan kandung
dan edema. Kontraksi kandung kemih biasanya akan pulih dalam 5-7 hari
makanan ringan. Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Buang air besar secara
spontan bisa tertunda selama tiga hari setelah ibu melahirkan yang
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
pada awal masa pasca partum. Nyeri saat defekasi karena nyeri diperinium
Pada minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya turun
melahirkan(Bobak, 2004:499-500).
30
wanita hamil, disebabkan trauma wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa
baal dan kesemutan pada jari dialami 5% wanita hamil biasanya hilang
1-3 hari dan beberapa minggu tergantung penyebab dan efek pengobatan.
setelah bayi lahir. Kulit meregang pada payudara, abdomen, paha, dan
pembuluh darah seperti spider angioma (nevi), eritema palmar dan epulis
Menurut Rubin dalam Varney (2007) adaptasi psikologis post partum dibagi
Fase ini dimulai pada hari kesatu dan kedua setelah melahirkan, dimana
sangat ketergantungan.
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap menerima
pesan barunya dan belajar tentang hal-hal baru, pada fase ini ibu
2.1.3 Etiologi
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi post partum dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Post partum dini
32
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan
hematoma.
b) Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi didaerah insersi
plasenta dari luka bekas secsio sesaria.
2.1.4 Klasifikasi
Menurut Arief Mansjoer dalam buku Kapita selekta Kedokteran 2001 klasifikasi
episiotomi yaitu :
lebih baik, dan jarang menimbulkan dispareuni. Episiotomi jenis ini dapat menyebabkan
33
f. Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang banyak digunakan
g. Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat menimbulkan sedikit relaksasi
2.1.5 Patofisiologi
gawat janin (janin prematur, letak sungsang, janin besar), tindakan operatif dan
gawat ibu (perineum kaku, riwayat robekan perineum lalu, arkus pubis sempit).
menyebabkan menekan pembuluh syaraf sehingga timbul rasa nyeri dimana ibu
akan merasa cemas sehingga takut BAB dan ini menyebabkan resti konstipasi.
tidak dirawat dengan baik kuman mudah berkembang karena semakin besar
34
Ibu dengan persalinan dengan episiotomi setelah 6 minggu persalinan
ibu berada dalam masa nifas. Saat masa nifas ibu mengalami perubahan
lochea yaitu merupakan ruptur dari sisa plasenta sehingga pada daerah vital
uteri.
ASI keluar untuk pemenuhan gizi pada bayi, apabila bayi mampu menerima
asupan ASI dari ibu maka reflek bayi baik berarti proses laktasi
efektif.sedangkan jika ASI tidak keluar disebabkan kelainan pada bayi dan ibu
yaitu bayi menolak, bibir sumbing, puting lecet, suplai tidak adekuat berarti
Letting Go.Pada fase Taking In kondisi ibu lemah maka terfokus pada
36
perubahan yang signifikan dimana ibu butuh informasi lebih karena ibu
berbalik (kerumitan).
2.1.7 Komplikasi
a. Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24
jam pertama setelah kelahiran bayi)
b. Infeksi
1) Endometritis (radang edometrium)
2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (rad ang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi keras
dan berbenjol-benjol)
5) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan
bisa terjadi abses)
6) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan
dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
7) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3
°C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus
atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
37
c. Gangguan psikologis
1) Depresi post partum
2) Post partum Blues
3) Post partum Psikosa
d. Gangguan involusi uterus
38
39
Persalinan
normal
Massa
Le ma nifas
ttin ndi
gMa ri
Men
go
mpu erim
men a
Adapun pemeriksaan tambahan yaitu :
Taki
yesu
aika tang
ng
gung
ibu
ndi
ma
n Tak
Ko
ing
hold
le
si
in
h
diriBelaja jawa
dg r h Kurab
infor
1. Pemeriksaan laboratorium
kelu
tentan ng
arga masi peng
g hal
baru etah Butuh
Terf
uan pelaya
&
2. USG bila diperlukan
oku nan
menga Defisi
s dan
lami tperlin
pad
Pathway
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
perub pera
dunga
a
ahan n
wata
diri Pemb
yg n diri
sen entuk
sifgnifi
diri an ASI
Asi
kan
kelua
r
invo
lus
Nye
ri
Lochea
Kuman
Mudah
berkem
bang
Perubahan fisiologis
40
distensi rahim)
menjadi tua,
(penurunan
persalinan
Penyebab
hormon,
plasenta
psikologis
Perubahan
Kontraksi uterus
payudara
Kontraksi uterus
lemah
Kontraksi uterus Peningkatan hormon
kuat prolaktin
Anomia
Perdarah
uteri
an
baik
bayi
Reflek
Efektif
ibu
dan
bayi
nan
Kelai
f
efekti
Tidak
2.2.2 Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
a Emosi
Kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan
b Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury
c Gangguan persepsi sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yangberbahaya seperti gangguan
42
2.2.3 Klasifikasi
Hirarki Abraham Maslow dalam Potter & Perry, 2006 menyebutkan bahwa
kebutuhan rasa aman meliputi kebutuhan untuk di lindungi, jauh dari sumber bahaya, baik
berupa ancaman fisik maupun psikologi. Hal ini sesuai dengan tujuan pembentukan Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit/KKP-RS.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit/KKP-RS (2008) mendefinisikan bahwa
keselamatan (safety) adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard). Keselamatan pasien
(patient safety) adalah pasien bebas dari harm/cedera yang tidak seharusnya terjadi atau
bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/sosial/psikologis, cacat,
kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan kesehatan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/2011,
keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
43
pasien lebih aman yang meliputi pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
d. Interaksi Sosial
1. Menghindari percakapan
2. Focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
3. Menghindar kontak social
4. Penurunan rentang perhatian
2.2.6 Komplikasi
a. Hipovolemik
b. Hipertermi
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Edema Pulmonal
f. Kejang
d. Menangis/merintih
e. Haemorroid (wasir)
Tabel 2
Rencana Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Normal dengan
51
Partum
Partum
kontrasepsi
Tabel 3
Evaluasi Keperawatan
tubuh membaik.
55
56
DAFTAR PUSTAKA
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/77a862032c68b1170c7989f3858a1433.pdf .
(Diakses pada tanggal 10 Maret 2021.)
Tyas, Erlya.KDK Rasa Aman dan Nyaman.
https://www.academia.edu/11432048/kdk_rasa_aman_dan_nyaman. (Diakses pada
tanggal 10 Maret 2021).
NS.Kasiati.2017.Kebutuhan Dasar Manusia. Modul Bahan Cetak Keperawatan.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kebutuhan-
dasar-manusia-komprehensif.pdf. (Diakses pada tanggal 10 Maret 2021).
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2284/3/BAB%20II.pdf . (Diakses pada tanggal
10 Maret 2021).