Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN


NYAMAN PADA PASIEN KETIDAKNYAMANAN PASCA
PARTUM

DISUSUN OLEH :

Rista Bela
NIM.2019.C.11a.1026

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas izinNyalah
penulis masih diberikan kesempatan untuk menyusun laporan pendahuluan dengan judul
“Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman Pada Pasien Ketidaknyamanan Pasca
Partum” Dalam penyusunan laporan ini penulis mengumpulkan dari berbagai sumber terutama
dari internet yang memudahkan saya dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini sangat jauh dari kesempurnaan walaupun kita
menginginkan kesempurnaan Dalam hal pembangunan dan penyempurnaan laporan ini penulis
mengharapkan kritik, masukan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada laporam ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat.

Palangka Raya, Maret 2021

Penulis

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :


Nama : Rista Bela
NIM : 2019.C.11a.1026
Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Gangguan

Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman Pada Pasien


Ketidaknyamanan Pasca Partum”.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik Praklink
Keperawatan 1 (PPK1) Pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Mengetahui:

Ketua Program Studi S1 Keperawatan,

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat...................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................... 3
2.1 Konsep Penyakit........................................................................................................ 3
2.1.1 Definsi.......................................................................................................... 3
2.1.2 Anatomi Fisiologi
2.1.3 Etiologi......................................................................................................... 3
2.1.4 Patofisiologi (Pathway)................................................................................ 4
2.1.5 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)......................................................... 7
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 8
2.1.7 Komplikasi................................................................................................... 8
2.1.8 Penatalaksaan Medis....................................................................................11
2.1.9 Diagnosa Keperawatan ................................................................................11
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia............................................................................ 14
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan............................................................................. 19
2.3.1 Pengkajian...................................................................................................... 19
2.3.2 Diagnosa........................................................................................................ 22
2.3.3 Intervensi........................................................................................................ 23
2.3.4 Pelaksanaan ................................................................................................... 26
2.3.5 Evaluasi.......................................................................................................... 27
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 29
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kebutuhan rasa aman dan nyaman merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia. Oleh
karena itu hal tersebut harus dipenuhi agar kehidupan sebagai individu dapat berjalan dengan
seimbang. Terutama pada usia remaja dan lansia. Kebutuhan ini haruslah sangat dipenuhi. .
Usia secara alami akan mempengaruhi kesanggupan individu untuk mempertahankan dirinya
tetap dalam kondisi aman dan merawat dirinya agar senantiasa merasa nyaman, kenapa hal itu
bisa terjadi?, karena saat kebutuhan akan kemanan dan kenyamanan terganggu, maka akan ada
dampak yang nyata kepada kehidupan sehari-hari yang menjurus kepada penurunan kualitas
hidup lansia.
Ambil saja contoh pada seorang lansia yangsudah tidak mampu melkukan kegiatan
seperti ke kamar mandi dan mengalami jatuh dan pada inilah lansia tersebut memerlukan rasa
aman dan nyaman. Dengan terjadi hal seperti ini kedua hal tersebut tidak dapat terpenuhi. Dan
ini membuat lansia tersebut merasa dikehidupannya dan di usia yang tidak muda lagi malah
merasa tidak tenang. Oleh karena itu, kita sebagai seorang perawat yang profesional tidak
hanya melakukan tugas seuai prosedur namun harus dengan rasa kasih sayang dan tulus dalam
melkukan tugas asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman pada
seorang klien.
Hal ini dilakukan bukan semata-mata untuk mendapatkan pujian dari klien atau orang
disekitar kita. Melainkan untuk menuju klien yang mandiri dan terhindar dari sakit. Karena
apa, kebutuhan rasa aman dan nyaman ini bisa masuk di faktor lingkungan yang eksternal
yang dapat mempengaruhi sehat sakit seseorang. Dan hal itu juga memberikan dampak rasa
aman dan nyaman yang positif atau negatif. Dengan seperti itu sebagai seorang perawat kita
harus lebih peka dan caring kepada klien yang kita asuh. Karena,ada beberapa klien yang
tidak mengekspresikan apa yang dia rasakan dan cenderung hanya diam dan kurang terbuka
jkepada perawat. Dengan ini perawat harus lebih aktif dalam mengasuh dan berinteraksi
kepada pasien dengan melkukan orientasi dan membangun kepercayaan antara klien dan
perawat. Agar terciptanya rasa saling percaya dan perlahan klien menjadi terbuka dan mau
mengekspresikan apa yang dia rasakan. Dan pula,agar terwujudnya rasa aman dan nyaman

1
diantara keduaya. Dan utamanya untuk klien tersebut agar klien lebih termotivasi dan
kondisinya menjadi lebih baik dari semula.

2
3

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kebutuhan rasa aman dan nyaman?
2. Bagaimana konsep kebutuhan rasa aman dan nyaman?
3. Bagaimana melakukan proses asuhan keperawatan yang benar dalam memenuhi rasa aman
dan nyaman?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian kebutuhan rasa aman dan nyaman.
2. Mendalami konsep kebutuhan rasa aman dan nyaman.
3. Memahami proses asuhan keperawatan dalam memenuhi rasa aman dan nyaman.

1.4 Manfaat
Dengan mengetahui cara atau pola asuh keperawatan untuk memenuhi kebutuhan rasa
aman dan nyaman . kita sebagai seorang perawat akan lebih peduli dan mengerjakan pekerjaan
dengan tulus kepada pasien. Agar menilmbulkan rasa aman dan nyaman demi kebaikan
kondisi seorang klien yang kita asuh. Karena kita sebagai seorang perawat tidak hanya
membantu penyembuhan klien yang sakit secara fisik saja namun juga secara psikologisnya
dan menciptakan lingkungan yang damai. Karena lingkungan yang damai dapat membuat
pasien merasakan aman dan nyaman secara utuh dan menyeluruh.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Pengertian nifas
Masa nifas adalah suatu periode pertama setelah kelahiran, peiode ini tidak
pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 minggu hingga 6 minggu. Walaupun
merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas
ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut dapat
menyebabkan komplikasi yang serius (Cunnningham Gary, 2012).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru (Mitayani, 2011).
Masa puerpenium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti
sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Sitti saleha, 2009).
Masa nifas/ peurpenium dibagi dalam 3 periode :
a) Puerpenium dini : kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
b) Puerpenium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c) Remote puerpenium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan. mempunyai komplikasi .
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
2.1.2 Anatomi fisiologi

Anatomi Organ Reproduksi Wanita


a. Organ Generatif Interna
5

Gambar 2.2.1 Organ Reproduksi Interna Pada

Wanita (Sumber: Wiknjo

Sastro,2002).

Keterangan:

1) Vagina

Vagina merupakan jaringan membran muskulo membranosa berbentuk tabung

yang memanjang dari vulva ke uterus berada diantara kandung kemih

dianterior dan rectum di posterior.


6

2) Uterus

Uterus adalah organ muskuler yang berongga dan berdinding tebal yang

sebagian tertutup oleh peritoneum atau serosa. Berfungsi untuk implantasi,

memberi perlindungan dan nutrisi pada janin, mendorong keluar janin

dan plasenta pada persalinan serta mengendalikan pendarahan dari

tempat perlekatan plasenta.

Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng dan terdiri atas

dua bagian yaitu bagian atas berbentuk segitiga yang merupakan badan

uterus yaitu korpus dan bagian bawah berbentuk silindris yang merupakan

bagian fusiformosis yaitu serviks. Saluran ovum atau tuba falopi bermula dari

kornus (tempat masuk tuba) uterus pada pertemuan batas superior dan lateral.

Bagian atas uterus yang berada diatas kornus disebut fundus. Bagian uterus

dibawah insersi tuba falopi tidak tertutup langsung oleh peritoneum, namun

merupakan tempat pelekatan dari ligamentum latum. Titik semu serviks

dengan korpus uteri disebut isthmus uteri.

Bentuk dan ukuran bervariasi serta dipengaruhi usia dan paritas

seorang wanita. Sebelum pubertas panjangnya bervariasi antara 2,5-3,5 cm.

Uterus wanita nulipara dewasa panjangnya antara 6-8 cm sedang pada wanita

multipara 9-10 cm. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70
7

gram, sedangkan pada wanita yang belum pernah melahirkan 80 gram atau

lebih. Pada wanita muda panjang korpus uteri kurang lebih setengah panjang

serviks, pada wanita nulipara panjang keduanya kira-kira sama. Sedangkan

pada wanita multipara, serviks hanya sedikit lebih panjang dari sepertiga

panjang total organ ini.


8

Bagian serviks yang berongga dan merupakan celah sempit

disebut dengan kanalis servikalis yang berbentuk fusiformis dengan lubang

kecil pada kedua ujungnya, yaitu ostium interna dan ostium eksterna. Setelah

menopause uterus mengecil sebagai akibat atropi miometrium dan

endometrim. Istmus uteri pada saat kehamilan diperlukan untuk pembentukan

segmen bawah rahim. Pada bagian inilah dinding uterus dibuka jika

mengerjakan section caesaria trans peritonealis profunda.

Suplay vaskuler uterus terutama berasal dari uteri aterina dan arteri

ovarika. Arteri uterina yang merupakan cabang utama arteri hipogastrika

menurun masuk dasar ligamentum latum dan berjalan ke medial menuju sisi

uterus. Arteri uterina terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu arteri serviko

vaginalis yang lebih kecil memperdarahi bagian atas serviks dan bagian atas

vagina. Cabang utama memperdarahi bagian bawah serviks dan korpus uteri.

Arteri ovarika yang merupakan cabang aorta masuk dalam ligamentum latum

melalui ligamentum infundibulopelvikum. Sebagian darah dari bagian atas

uterus, ovarium dan bagian atas ligamentum latum.dikumpulkan melalui vena

yang didalam ligamentum latum, membentuk pleksus pampiniformis yang

berukuran besar, pembuluh darah darinya bernuara di vena ovarika.

Vena ovarika kanan bermuara ke vena cava, sedangkan vena ovarika

kiri bermuara ke vena renalis kiri.


9

Persyarafan terutama berasal dari sitem saraf simpatis, tapi sebagian

juga berasal dari sistem serebrospinal dan parasimpatis. Cabang-cabang dari

pleksus ini mensyarafi uterus, vesika urinaria serta bagian atas vagina dan

terdiri dari serabut dengan maupun tanpa myelin. Uterus disangga oleh

jaringan ikat pelvis yang terdiri atas


10

ligamentum latum, ligamentum infundibolupelvikum, ligamentum kardialis,

ligamentum rotundum dan ligamentum uterosarkum.

Ligamentum latum meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi,

tidak banyak mengandung jaringan ikat. Ligamentum infundibolupelvikum

merupakan ligamentum yang menahan tuba falopi yang berjalan dari arah

infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan urat-urat saraf,

saluran limfe, arteria dan vena ovarika. Ligamentum kardinale mencegah

supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat yang tebal dan berjalan dari

serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya

ditemukan banyak pembuluh darah antara lain vena dan arteria uterine.

Ligamentum uterosakrum menahan uterus supaya tidak bergerak, berjalan dari

serviks bagian belakang, kiri dan kanan ke arah os sacrum kiri dan kanan,

sedang ligamentum rotundum menahan uterus antefleksi dan berjalan dari

sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah ingunal kiri dan kanan.

3) Serviks Uteri

Serviks merupakan bagian uterus yang terletak di bawah isthmus di

anterior batas atas serviks yaitu ostium interna, kurang lebih

tingginya sesuai dengan batas peritoneum pada kandung kemih.

Ostium eksterna terletak pada ujung bawah segmen vagina serviks


11

yaitu portio vaginalis. Serviks yang mengalami robekan yang

dalam pada waktu persalinan setelah sembuh bisa menjadi berbentuk

tak beraturan, noduler, atau menyerupai bintang.


12

Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri dari

jaringan kolagen, jaringan elastin serta pembuluh darah. Selama kehamilan

dan persalinan, kemampuan serviks untuk meregang merupakan akibat

pemecahan kolagen.Mukosa kanalis servikalis merupakan kelanjutan

endometrium. Mukosanya terdiri dari satu lapisan epitel kolumner yang

menempel pada membran basalis yang tipis.

4) Korpus Uteri

Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan, yaitu endometrium,

miometrium dan peritoneum.

a) Endometrium

Endometrium merupakan bagian terdalam dari uterus, berupa lapisan

mukosa yang melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak

hamil. Endometrium berupa membran tipis berwarna merah muda,

menyerupai beludru, yang bila diamati dari dekat akan terlihat

ditembusi oleh banyak lubang-lubang kecil yaitu muara kelenjar uterine.

Tebal endometrium 0,5-5 mm. Endometrium terdiri

dari epitel permukaan, kelenjar dan

jaringan mesenkim antar kelenjar yang didalamnya terdapat

banyak pembuluh darah. Kelenjar uterine berbentuk tubuler dalam

keadaan istirahat menyerupai jari jemari dari sebuah sarung


13

tangan. Sekresi kelenjar berupa suatu cairan alkalis encer yang

berfungsi menjaga rongga uterus tetap lembab.

b) Miometrium

Miometrium merupakan lapisan dinding uterus yang merupakan lapisan


14

muskuler. Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian

besar uterus, terdiri kumpulan otot polos yang disatukan jaringan ikat

dengan banyak serabut elastin di dalamnya. Selama kehamilan

miometrium membesar namun tidak terjadi perubahan berarti

pada otot serviks. Dalam lapisan ini tersusun serabut otot yang

terdiri atas tunikla muskularis longitudinalis eksterna, oblique

media, sirkularis interna dan sedikit jaringan fibrosa.

c) Peritonium

Peritoneum merupakan lapisan serosa yang menyelubungi uterus,

dimana peritoneum melekat erat kecuali pada daerah di atas

kandung kemih dan pada tepi lateral dimana peritoneum berubah

arah sedemikian rupa membentuk ligamentum latum.

b. Organ Generatif Eksterna


15

Gambar 2.2.2. Organ Reproduksi Eksterna Pada

Wanita ( Sumber: Wiknjo Sastro,

2002)
16

Keterangan :

1) Mons Veneris

Mons veneris adalah bagian menonjol diatas simfisis.Pada wanita dewasa

ditutupi oleh rambut kemaluan.pada wanita umumnya batas atasnya melintang

sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan

paha.

2) Labia Mayora (bibir-bibir besar)

Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah,terisi jaringan

lemak serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan belakang

kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior.

3) Labia Minora (bibir-bibir kecil)

Labia Minora adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar.

Ke depan kedua bibir kecil bertemu dan membentuk diatas klitoris preputium

klitoridis dan dibawah klitoris frenulum klitoridis.Ke belakang kedua bibir

kecil bersatu dan membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil

mengandung banyak glandula sebasea dan urat saraf yang menyebabkan bibir

kecil sangat sensitif dan dapat mengembang.

4) Klitoris

Kira-kira sebesar kacang ijo tertutup oleh preputium

klitoridis, terdiri atas glans klitoridis , korpus klitoridis, dan dua krura yang
17

menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan

yang dapat mengembang , penuh urat saraf dan amat sensitif.


18

5) Vulva

Bentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang dan dibatasi

dimuka oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh

perineum; embriologik sesuai sinus urogenitalis. Di vulva 1-1,5 cm di bawah

klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum (lubang kemih) berbentuk

membujur 4-5 mm dan .tidak jauh dari lubang kemih di kiri dan kanan

bawahnya dapat dilihat dua ostia skene. Sedangkan di kiri dan bawah dekat

fossa navikular terdapat kelenjar bartholin, dengan ukuran diameter ± 1 cm

terletak dibawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang

1,5-2 cm yang bermuara di vulva. Pada koitus kelenjar bartolin mengeluarkan

getah lendir.

6) Bulbus Vestibuli Sinistra et Dekstra

Terletak di bawah selaput lendir vulva dekat ramus os pubis, panjang 3-4 cm,

lebar 1-2 cm dan tebal 0,51- 1cm; mengandung pembuluh darah, sebagian

tertutup oleh muskulus iskio kavernosus dan muskulus konstriktor vagina.

Saat persalinan kedua bulbus tertarik ke atas ke bawah arkus pubis, tetapi

bagian bawahnya yang melingkari vagina sering mengalami cedera dan timbul

hamatoma vulva atau perdarahan.

7) Introitus Vagina

Mempunyai bentuk dan ukuran berbeda , ditutupi selaput dara (hymen).


19

Himen mempunyai bentuk berbeda – beda.dari yang semilunar (bulan sabit)

sampai yang berlubang- lubang atau yang ada pemisahnya (septum);

konsistensi nya dari yang kaku sampai yang lunak sekali. Hiatus himenalis

(lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah

dilalui oleh 2 jari. Umumnya himen robek pada koitus.


20

Robekan terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7 dan sampai dasar selaput dara.

Sesudah persalinan himen robek pada beberapa tempat.

8) Perineum

Terletak antara vulva dan anus , panjangnya rata-rata 4 cm.

Fisiologi

Sistem reproduksi dan struktur terkait pasca partum :

c. Adaptasi Fisiologi Pada Post Partum

1) Proses Involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan

disebut involusi. Proses dimulai setelah plasenta keluar akibat konstraksi

otot-otot polos uterus. Pada akhir persalinan tahap III, uterus berada digaris

tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada

promontorium sakralis. Ukuran uterus saat kehamilan enam minggu

beratnya kira-kira 1000 gr. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus kurang lebih

1 cm diatas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada

hari keenam fundus normal berada dipertengahan antara umbilikus dan

simfisis fubis. Seminggu setelah melahirkan uterus berada didalam panggul

sejati lagi, beratnya kira-kira 500 gr, dua minggu beratnya 350 gr, enam

minggu berikutnya mencapai 60 gr (Bobak,2004:493).


21

2) Konstraksi Uterus

Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir, diduga

adanya penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostatis

pascapartum dicapai akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium,

bukan oleh agregasi trombosit


22

dan pembentukan pembekuan. Hormon desigen dilepas dari kelenjar

hipofisis untuk memperkuat dan mengatur konstraksi. Selama 1-2 jam I

pascapartumintensitas konstraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak

teratur, karena untuk mempertahankan kontraksi uterus biasanya

disuntikkan aksitosan secara intravena atau

intramuscular diberikan setelah plasenta lahir (Bobak, 2004: 493).

3) Tempat Plasenta

Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontriksi vaskuler dan trombosis

menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul

tidak teratur. Pertumbuhan endometrium menyebabkan pelepasan jaringan

nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi

karakteristik penyembuhan luka. Proses penyembuhan memampukan

endometrium menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan

implantasi untuk kehamilan dimasa yang akan datang. Regenerasi

endometrium selesai pada akhir minggu ketiga pascapartum, kecuali bekas

tempat plasenta (Bobak, 2004: 493).

4) Lochea

Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula

berwarna merah lalu menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas

mengandung bekuan darah kecil. Selama 2 jam pertama setelah lahir,


23

jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah

maksimal yang keluar selama menstruasi. Lochea rubra mengandung darah

dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi

merah muda dan coklat setelah 3-4 hari (lochea serosa). lochea serosa

terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit dan debris jaringan.

Sekitar 10
24

hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih

(lochea alba). Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel,

mucus, serum dan bakteri. Lochea alba bertahan selama 2-6 minggu setelah

bayi lahir (Bobak, 2004: 494).

5) Serviks

Serviks menjadi lunak setelah ibu malahirkan. 18 jam pascapartum, serviks

memendek dan konsistensinya lebih padat kembali kebentuk semula. Muara

serviks berdilatasi 10 cm, sewaktu melahirkan, menutup bertahap 2 jari

masih dapat dimasukkan Muara serviks hari keempat dan keenam

pascapartum (Bobak, 2004: 495).

6) Vagina dan Perinium

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mucosa

vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan

kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi

lahir . Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat (Bobak,

2004:495).

7) Payudara

Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama

wanita hamil (estrogen, progesteron, human chrorionic gonadotropin,

prolaktin, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Hari ketiga
25

atau keempat pascapartum terjadi pembengkakan (engorgement). Payudara

bengkak, keras,nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti

pembuluh darah menimbulkan rasa hangat). Pembengkakan dapat hilang

dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 jam sampai

36 jam. Apabila bayi belum menghisap (atau dihentikan), laktasi berhenti

dalam beberapa hari sampai satu minggu. Ketika laktasi terbentuk,


26

teraba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yang terisi berubah dari

hari kehari. Sebelum laktasi dimulai, payudara terasa lunak dan keluar

cairan kekuningan, yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah

laktasi dimulai, payudara terasa hangat dan keras waktu disentuh. Rasa

nyeri akan menetap selama 48 jam, susu putih kebiruan

(tampak seperti susu skim) dapat dikeluarkan dari puting susu

(Bobak, 2004:498).

8) Laktasi

Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-

kelanjar untuk menghadapi masa laktasi. Proses ini timbul setelah ari-ari

atau plasenta lepas. Ari-ari mengandung hormon penghambat prolaktin

(hormon placenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah ari-ari

lepas ,hormone placenta tak ada lagi sehingga terjadi produksi ASI.

Sempurnanya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun sebelumnya

di payudara sudah terbentuk kolostrum yang bagus sekali untuk bayi,

karena mengandung zat kaya Gizi dan antibodi pembunuh kuman.

9) Sistem Endokrin

Selama postpartum terjadi penurunan hormon human placenta latogen

(HPL), estrogen dan kortisol serta placental enzime insulinase membalik

efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun pada


27

masa puerperium. Pada wanita yang tidak menyusui, kadar estrogen

meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari

wanita yang menyusui pascapartum hari ke-17 (Bobak, 2004: 496).


28

10) Sistem Urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut

menyebabkan peningkatan fungís ginjal, sedangkan penurunan kadar

steroid setelah wanita melahirkan akan mengalami penurunan fungsi ginjal

selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1

bulan setelah wanita melahirkan. Trauma terjadi pada uretra dan kandung

kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati hiperemis

dan edema. Kontraksi kandung kemih biasanya akan pulih dalam 5-7 hari

setelah bayi lahir (Bobak, 2004:497-498).

11) Sistem Cerna

Ibu biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia boleh mengkonsumsi

makanan ringan. Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap

selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Buang air besar secara

spontan bisa tertunda selama tiga hari setelah ibu melahirkan yang

disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan

pada awal masa pasca partum. Nyeri saat defekasi karena nyeri diperinium

akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid (Bobak, 2004: 498).

12) Sistem Kardiovaskuler

Pada minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya turun

sampai mencapai volume sebelum hamil. Denyut jantung, volume


29

sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang hamil. Setelah wanita

melahirkan meningkat tinggi selama 30-60 menit, karena darah melewati

sirkuit uteroplasenta kembali ke sirkulasi umum. Nilai curah jantung

normal ditemukan pemeriksaan dari 8-10 minggu setelah wanita

melahirkan(Bobak, 2004:499-500).
30

13) Sistem Neurologi

Perubahan neurologi selama puerperium kebalikan adaptasi neourologis

wanita hamil, disebabkan trauma wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa

baal dan kesemutan pada jari dialami 5% wanita hamil biasanya hilang

setelah anak lahir. Nyeri kepala pascapartum disebabkan hipertensi akibat

kehamilan , strees dan kebocoran cairan serebrospinalis. Lama nyeri kepala

1-3 hari dan beberapa minggu tergantung penyebab dan efek pengobatan.

14) Sistem Muskuloskeletal

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu terjadi selama hamil berlangsung

terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi membantu relaksasi dan

hipermeabilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran

rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6-8 setelah wanita

melahirkan (Bobak, 2004: 500-501).

15) Sistem Integumen

Kloasma muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan

berakhir; hiperpigmentasi di aerola dan linea tidak menghilang seluruhnya

setelah bayi lahir. Kulit meregang pada payudara, abdomen, paha, dan

panggul mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya. Kelainan

pembuluh darah seperti spider angioma (nevi), eritema palmar dan epulis

berkurang sebagai respon penurunan kadar estrogen.Pada beberapa wanita


31

spider nevi bersifat menetap (Bobak, 2004: 501-502).


d. Adaptasi Psikologis Post Partum

Menurut Rubin dalam Varney (2007) adaptasi psikologis post partum dibagi

menjadi beberapa fase yaitu :

1) Fase Taking In ( dependent)

Fase ini dimulai pada hari kesatu dan kedua setelah melahirkan, dimana

ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan pada tahap ini pasien

sangat ketergantungan.

2) Fase Taking Hold (dependent- independent)

Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada

minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap menerima

pesan barunya dan belajar tentang hal-hal baru, pada fase ini ibu

membutuhkan banyak sumber informasi.

3) Fase Letting Go (independent)

Fase dimulai minggu kelima sampai minggu keenam setelah kelahiran,

dimana ibu mampu menerima tanggung jawab normal.

2.1.3 Etiologi
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi post partum dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Post partum dini

32
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan
hematoma.
b) Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi didaerah insersi
plasenta dari luka bekas secsio sesaria.

2.1.4 Klasifikasi

Menurut Arief Mansjoer dalam buku Kapita selekta Kedokteran 2001 klasifikasi

episiotomi yaitu :

e. Episiotomi mediana, merupakan insisi yang paling mudah diperbaiki, penyembuhan

lebih baik, dan jarang menimbulkan dispareuni. Episiotomi jenis ini dapat menyebabkan

ruptur perinei totalis.

33
f. Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang banyak digunakan

karena lebih aman.

g. Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat menimbulkan sedikit relaksasi

introitus, pendarahan lebih banyak, dan sukar direparasi.

2.1.5 Patofisiologi

Ibu dengan persalinan episiotomi disebabkan adanya persalinan yang lama:

gawat janin (janin prematur, letak sungsang, janin besar), tindakan operatif dan

gawat ibu (perineum kaku, riwayat robekan perineum lalu, arkus pubis sempit).

Persalinan dengan episiotomi mengakibatkan terputusnya jaringan yang dapat

menyebabkan menekan pembuluh syaraf sehingga timbul rasa nyeri dimana ibu

akan merasa cemas sehingga takut BAB dan ini menyebabkan resti konstipasi.

Terputusnya jaringan juga merusak pembuluh darah dan menyebabkan resiko

defisit volume cairan. Terputusnya jaringan menyebabkan resti infeksi apabila

tidak dirawat dengan baik kuman mudah berkembang karena semakin besar

mikroorganisme masuk ke dalam tubuh semakin besar resiko terjadi infeksi.

34
Ibu dengan persalinan dengan episiotomi setelah 6 minggu persalinan

ibu berada dalam masa nifas. Saat masa nifas ibu mengalami perubahan

fisiologis dan psikologis. Perubahan fisiologis pada ibu akan

terjadi uterus kontraksi. Kontraksi uterus bisa adekuat dan tidak

adekuat. Dikatakan adekuat apabila kontraksi uterus kuat dimana terjadi

adanya perubahan involusi yaitu proses pengembalian uterus ke dalam

bentuk normal yang dapat menyebabkan nyeri/ mules, yang prosesnya

mempengaruhi syaraf pada uterus. Setelah melahirkan ibu mengeluarkan

lochea yaitu merupakan ruptur dari sisa plasenta sehingga pada daerah vital

kemungkinan terjadi resiko kuman mudah berkembang. Dikatakan tidak adekuat

dikarenakan kontraksi uterus lemah akibatnya terjadi perdarahan dan atonia

uteri.

Perubahan fisiologis dapat mempengaruhi payudara dimana setelah melahirkan

terjadi penurunan hormone progesteron dan estrogen sehingga terjadi

peningkatan hormon prolaktin yang menghasilkan pembentukan ASI dimana

ASI keluar untuk pemenuhan gizi pada bayi, apabila bayi mampu menerima

asupan ASI dari ibu maka reflek bayi baik berarti proses laktasi

efektif.sedangkan jika ASI tidak keluar disebabkan kelainan pada bayi dan ibu

yaitu bayi menolak, bibir sumbing, puting lecet, suplai tidak adekuat berarti

proses laktasi tidak efektif.


35
Pada perubahan psikologos terjadi Taking In, Taking Hold, dan

Letting Go.Pada fase Taking In kondisi ibu lemah maka terfokus pada

diri sendiri sehingga butuh pelayanan dan perlindungan yang

mengakibatkan defisit perawatan diri.Pada fase Taking Hold ibu belajar

tentang hal baru dan mengalami

36
perubahan yang signifikan dimana ibu butuh informasi lebih karena ibu

kurang pengetahuan.Pada fase Letting Go ibu mampu memnyesuaikan

diri dengan keluarga sehingga di sebut ibu yang mandiri, menerima

tanggung jawab dan peran baru sebagai orang tua.

2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)

a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.

b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan

berbalik (kerumitan).

c. Masa menyusui anak dimulai.


d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan

sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.

2.1.7 Komplikasi

a. Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24
jam pertama setelah kelahiran bayi)
b. Infeksi
1) Endometritis (radang edometrium)
2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (rad ang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi keras
dan berbenjol-benjol)
5) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan
bisa terjadi abses)
6) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan
dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
7) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3
°C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus
atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
37
c. Gangguan psikologis
1) Depresi post partum
2) Post partum Blues
3) Post partum Psikosa
d. Gangguan involusi uterus

38
39

Persalinan
normal
Massa
Le ma nifas
ttin ndi
gMa ri
Men
go
mpu erim
men a
Adapun pemeriksaan tambahan yaitu :

Taki
yesu
aika tang
ng
gung

ibu
ndi

ma
n Tak

Ko
ing
hold

Gambar 2.2. pathway


Butu

le
si
in

h
diriBelaja jawa
dg r h Kurab
infor
1. Pemeriksaan laboratorium

kelu
tentan ng
arga masi peng
g hal
baru etah Butuh
Terf
uan pelaya
&
2. USG bila diperlukan
oku nan
menga Defisi
s dan
lami tperlin
pad

Pathway
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

perub pera
dunga
a
ahan n
wata
diri Pemb
yg n diri
sen entuk
sifgnifi
diri an ASI
Asi
kan
kelua
r
invo
lus
Nye
ri
Lochea
Kuman
Mudah
berkem
bang
Perubahan fisiologis
40

distensi rahim)
menjadi tua,

(penurunan
persalinan
Penyebab
hormon,
plasenta
psikologis
Perubahan
Kontraksi uterus
payudara

Adekuat Tidak adekuat Penurunan hormon


progesteron, estrogen

Kontraksi uterus
lemah
Kontraksi uterus Peningkatan hormon
kuat prolaktin

Anomia
Perdarah
uteri
an
baik
bayi
Reflek
Efektif

ibu
dan
bayi
nan
Kelai
f
efekti
Tidak

2.1.9 Penatalaksaan medis


41

b. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)


c. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
d. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian
informasi tentang senam nifas.
e. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan
berjalan

2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


2.2.1 Definisi/deskripsi kebutuhan aman dan nyaman
Potter & Perry, 2006 mengungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan
telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari). Ketidaknyamanan adalah keadaan
ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu
ransangan.
Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis. Pemenuhan kebutuhan
keamanan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pasien, perawat atau
petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan tersebut (Asmadi, 2008).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dan berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito, 2006).

2.2.2 Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
a Emosi
Kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan
b Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury
c Gangguan persepsi sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yangberbahaya seperti gangguan
42

penciuman dan penglihatan


d Keadaan imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit
e Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan
f Gangguan tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya
Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada rasa aman dan nyaman
a. Jatuh
Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan dilaporkan dari seluruh kecelakaan yang
terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh lebih besar dialami pasien lansia
b. Oksigen
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen akan
mempengaruhi keamanan pasien
c. Pencahayaan
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting. Tata pencahayaan
dalam ruang rawat inap dapat mempengaruhi kenyamanan pasien rawat inap

2.2.3 Klasifikasi
Hirarki Abraham Maslow dalam Potter & Perry, 2006 menyebutkan bahwa
kebutuhan rasa aman meliputi kebutuhan untuk di lindungi, jauh dari sumber bahaya, baik
berupa ancaman fisik maupun psikologi. Hal ini sesuai dengan tujuan pembentukan Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit/KKP-RS.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit/KKP-RS (2008) mendefinisikan bahwa
keselamatan (safety) adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard). Keselamatan pasien
(patient safety) adalah pasien bebas dari harm/cedera yang tidak seharusnya terjadi atau
bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/sosial/psikologis, cacat,
kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan kesehatan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/2011,
keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
43

pasien lebih aman yang meliputi pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

2.2.4 Patofisiologi (Pathway)


1) Wajah tegang
2) Insomnia
3) Peningkatan keringat
4) Peningkatan ketegangan
5) Terguncang

2.2.5 Manifestasi Klinis (Tanda Gejala)


a. Vakolasi
1. Mengaduh
2. Menangis
3. Sesak nafas
4. Mendengkur
b. Ekspresi Wajah
1. Meringis
2. Mengeletuk gigi
3. Mengernyit dahi
4. Menutup mata, mulut dengan rapat
5. Menggigit bibir
c. Gerakan Tubuh
1. Gelisah
2. Imobilisasi
3. Ketegangan otot
4. Peningkatan gerakan jari dan tangan
5. Gerakan ritmik atau gerakan menggosok
6. Gerakan melindungi bagian tubuh
44

d. Interaksi Sosial
1. Menghindari percakapan
2. Focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
3. Menghindar kontak social
4. Penurunan rentang perhatian

2.2.6 Komplikasi
a. Hipovolemik
b. Hipertermi
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Edema Pulmonal
f. Kejang

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada
perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan timbulnya
rasa aman dan nyaman seperti :
a. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
b. Menggunakan skala nyeri
1) Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat
berkomunikasi dengan baik
2) Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan
lokasi nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
3) Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon,
namun terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
4) Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu
berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.
Pemeriksaan Fisik :
a Inspeksi : ditemukan kulit tampak pucat, menggigil, gelisah, dan lemah
b Palpasi : pada permukaan ini ditemukan kulit teraba dingin, nadi lambat.
45

c Auskultasi : tekanan darah menurun.


2.2.8 Penatalaksanaan medis
a. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau
nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing klien menciptakan
kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap klien
dapat mengurangi rasa nyerinya.
b. Teknik imajinasi
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respon fisiologis misalnya tekanan darah.Hipnosis diri dapat
membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif dan dapat
mengurangi ditraksi. Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana untuk
meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau mencegah stimulus nyeri.
c. Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke stimulus
yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi visual (melihat pertandingan,
menonton televise,dll), distraksi pendengaran (mendengarkan music, suara gemericik
air), distraksi pernafasan ( bernafas ritmik), distraksi intelektual (bermain kartu).
d. Terapi dengan pemberian analgesic
Pemberian obat analgesic sangat membantu dalam manajemen nyeri seperti
pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada saraf
perifer di daerah luka dan menurunkan tingkatan inflamasi, dan analgesic opioid
(morfin, kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan pasien menjadi lebih
nyaman walaupun terdapat nyeri.
e. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat kontraktur atau
terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah terjadinya penyakit baru seperti
decubitus

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


46

2.3.1 Pengkajian Keperawatan Pengkajian ibu post partum (Doenges, 2012)


a. Data umum
1) Identitas pasien meliputi : nama, umur, alamat, agama, pekerjaan,
suku/bangas, status pernikahan.
2) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan
dengan ibu, suku/bangsa.
b. Riwayat keluhan utama
1) Keluhan utama Ibu dengan persalinan normal di temukan nyeri abdomen,
nyeri vagina, nyeri perineum.
2) Riwayat keluhan utama Riwayat keluhan utama pada ibu dengan masa nifas
adalah nyeri akut dan ketidaknyamanan nyeri dikaji dengan menggunakan
P, Q, R, S, T dengan menggunakan skala 0-10. 0 :
nyeri tidak di rasakan, 1-3 : nyeri ringan, 4-5 nyeri sedang, 6-8, nyeri berat, 9-
10 nyeri tak tertahankan.
P (Paliatv) : Penyabab nyeri
Q (Quality) : Nyeri seperti di tusuk, di potong
R (Regional) : Dimana rasa nyeri di rasakan
S (Severty) : Skala nyeri
T (Time) : Berapa lama nyeri berlangsung
Hasil skala nyeri diantaranya agak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang dapat
di alihkan, nyeri sedang tidak dapat di alihkan, nyeri sedang tidak dapat di
alihkan tanpa menggunakan analgetik, nyeri sedang, nyeri berat, nyeri berat
dapat di alihkan, nyeri berat tidak dapat di alihkan dan nyeri hebat.
3) Riwayat kesehatan sekarang Apa yang ibu rasakan saat ini setelah melahirkan.
Penampilan tidak rapih jika dari ujung rambut sampai ujung kaki ada yang
tidak rapih. Misalnya : rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resleting
tidak dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-ganti.
4) Riwayat KB Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi misalnya KB
5) Rencana KB Apakah setelah persalinan ibu akan menggunakan KB atau tidak
6) Riwayat psikososial dan spiritual Bagaiman hubungan ibu dengan suaminya,
keluarga, lingkungan, dan perawat.
47

c. Pemeriksaan head to toe


a) Kepala : Biasanya pasien mengeluh pusing, sakit kepala.
b) Wajah : Hiperpigmentasi, edema.
c) Mulut : Mukosa mulut (warna, kelembapan, lesi)
d) Mata : Konjungtiva, sklera (pupil, ukuran, kesamaan reaksi terhadap cahaya
penglihatan)
e) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening, disertai vena jugularis.
f) Jantung dan paru : Suara napas normal
g) Payudara : Penampilan, pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit,
keadaan aerola dan integritas putting, posisi bayi pada payudara, adanya
kolostrum, adanya ASI, adanya pembengkakan, benjolan, nyeri dan adanya
sumbatan duktus, dan tanda-tanda mastitis potensial.
h) Abdomen : Tinggi fundus uteri (dalam cm), lokasi kontraksi uterus atau nyeri.
i) Genitalia : Pengakajian perineum terhadap memar, edema, hematoma,
penyembuhan setiap jahitan, inflamsi. Pemeriksaan tipe, kuantitas dan bau
lochea. Pemeriksaan anus terhadap hemoroid.
j) Eksteremitas bawah : Adanya tanda edema, nyeri tekan atau panas pada betis,
varises.
Pengkajian pada ibu post partum hal yang dilakukan perawat akan
menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk mengumpulkan data tentang pasien
dimulai dari pemeriksaan dan observasi. Pengkajian menurut Mitayani, (2013) pada
asuhan keperawatan pada ibu post partum antara lain :
 Temperatur
Periksa satu kali pada satu jam pertama sesuai dengan peraturan rumah
sakit, suhu tubuh akan meningkat apabila terjadi dehidrasi atau keletihan.
 Nadi
Periksa setiap 15 menit selama satu jam pertama atau sampai stabil,
kemudian setiap 30 menit pada jam-jam berikutnya. Nadi kembali normal
pada satu jam berikutnya, mungkin sedikit terjadi bradikardi.
 Pernapasan
Periksa setiap 15 menit dan biasanya akan kembali normal setelah satu
48

jam post partum.


 Tekanan darah
Periksa setiap 15 menit selama satu jam atau sampai stabil, kemudian
setiap 30 menit untuk setiap jam berikutnya. Tekanan darah ibu mungkin
sedikit meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, hal ini akan
normal kembali setelah satu jam.
 Kandung kemih
Kandung kemih ibu cepat terisi karena diuresis post partum dan
cairan intravena.
 Fundus uteri
Periksa setiap 15 menit selama satu jam pertama kemudian setiap 30
menit, fundus harus berada dalam midline, keras, dan 2 cm di bawah atau
pada umbilikus. Bila uterus lunak, lakukan masase hingga keras dan
pijatan hingga berkontraksi ke pertengahan.
 Sistem gastrointestinal
Pada minggu pertama post partum fungsi usus besar kembali normal.
 Kehilangan berat badan
Pada masa post partum ibu biasanya akan kehilangan berat badan lebih
kurang 5-6 kg yang disebabkan oleh keluarnya plasenta dengan berat lebih
kurang 750 gram, darah dan cairan amnion lebih kurang 1000 gram,
sisanya berat badan bayi.
 Lochea
Periksa setiap 15 menit, alirannya harus sedang. Bila darah mengalir
dengan cepat, curigai terjadinya robekan serviks.
 Perineum
Perhatikan luka episiotomi jika ada dan perineum harus bersih, tidak
berwarna, tidak ada edema, dan jahitan harus utuh.
 Sistem muskuloskeletal
Selama kehamilan otot-otot abdomen secara bertahap melebar dan terjadi
penurunan tonus otot. Pada periode pasca partum penurunan tonus otot
jelas terlihat. Abdomen menjadi lunak, lembut dan lemah, serta muskulus
49

rektus abdominis memisah.

2.3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa keperawatan yaitu suatu penilaian klinis mengenai respons pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan merupakan bagian vital
dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mencapai
kesehatan yang optimal. Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi
respons pasien individu, keluarga, komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan yang ditegakkan dalam penelitian ini
adalah ketidaknyamanan pasca partum.
Tabel 1
Diagnosa Keperawatan

Ketidaknyamanan pasca partum


Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
Definisi : Perasaan tidak nyaman yang berhubungan
dengan kondisi setelah melahirkan
Penyebab : Trauma perineum selama persalinan dan
kelahiran
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
a. Mengeluh tidak nyaman a. Tampak meringis
b. Terdapat kontraksi uterus
c. Luka episiotomi
d. Payudara bengkak
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
a. Tidak tersedia a. Tekanan darah meningkat
b. Frekuensi nadi meningkat
c. Berkeringat berlebihan
50

d. Menangis/merintih
e. Haemorroid (wasir)

2.3.3 Intervensi keperawatan


Rencana keperawatan adalah segala tindakan yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan. Pengklasifikasian rencana keperawatan dilakukan berdasarkan analisis
kesehatan (similiarity analysis) dan penilaian klinis (clinical judgement). Rencana
keperawatan yang bersifat multikategori atau dapat diklasifikasikan ke dalam lebih dari satu
kategori, maka diklasifikasikan berdasarkan kecenderungan yang paling dominan pada salah
satu kategori/subkategori (PPNI, 2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
perencanaan untuk masalah keperawatan ketidaknyamanan pasca partum yang dialami oleh
ibu post partum normal.

Tabel 2
Rencana Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Normal dengan
51

Ketidaknyamanan Pasca Partum

Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi


Keperawatan Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)

(1) (2) (3)

Ketidaknyama 1. Status Kenyamanan 1. Manajemen Nyeri


nan Pasca Pasca Partum a. Identifikasi nyeri secara
Partum Meningkat komprehensif termasuk lokasi,
berhubungan 2. Status Pasca Partum karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan trauma Membaik kualitas dan faktor presipitasi.
perineum Dengan kriteria hasil : b. Observasi respons nonverbal
selama a. Keluhan tidak dari ketidaknyamanan.
persalinan dan nyaman menurun c. Kontrol lingkungan yang dapat
kelahiran b. Meringis menurun memperberat rasa nyeri seperti
c. Berkeringat menurun suhu ruangan, pencahayaan dan
d. Merintih menurun kebisingan.
e. Payudara bengkak d. Ajarkan teknik
menurun nonfarmakologis yaitu teknik
f. Gelisah menurun relaksasi napas dalam.

g. Pemulihan perineum e. Kolaborasi pemberian analgesik

meningkat 2. Perawatan Pasca Partum


a. Monitor tanda-tanda vital
52

(1) (2) (3)

h. Jumlah lochea c. Monitor keadaan lokia (mis.


membaik warna, jumlah)
i. Warna lochea d. Periksa perineum atau robekan
membaik (kemerahan, edema, ekimosis,
j. Tekanan darah pengeluaran, penyatuan
membaik jahitan)
k. Frekuensi nadi e. Identifikasi kemampuan ibu
membaik merawat bayi
l. Suhu tubuh membaik f. Identifikasi adanya masalah
adaptasi psikologis ibu Post
Partum
g. Dukung ibu untuk melakukan
ambulasi dini
h. Berikan kenyamanan pada ibu
i. Fasilitasi tali kasih ibu dan bayi
secara optimal

j. Diskusikan kebutuhan aktivitas

dan istirahat selama masa Post

Partum

k. Diskusikan tentang perubahan

fisik dan psikologis ibu Post


53

Partum

l. Diskusikan penggunaan alat

kontrasepsi

m. Jelaskan tanda bahaya nifas

pada ibu dan keluarga

n. Jelaskan pemeriksaan pada ibu

dan bayi secara rutin

o. Ajarkan cara perawatan

perineum yang tepat

2.3.4 Pelaksanaan Keperawatan


Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter and Perry,
2006). Pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi adalah melakukan atau
menyelesaikan suatu tindakan yang sudah direncanakan pada tahap perencanaan atau
intervensi. Terdapat beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat dari rasa nyeri yang dialami oleh ibu post partum.
Implementasi lebih ditujukan pada upaya manajemen nyeri dan perawatan pasca
persalinan (PPNI, 2018).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


54

Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan


untuk mengukur respons pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien
ke arah pencapaian tujuan (Potter and Perry, 2006). Evaluasi keperawatan terhadap
pasien dengan masalah ketidaknyamanan pasca partum yaitu dilakukan dengan
menilai kemampuan pasien dalam merespon rangsangan nyeri (Andrmoyo, 2013).

Tabel 3
Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Evaluasi

(1) (2) (3)


1. Ketidaknyamanan pasca S (Subjektif): Data yang diperoleh dari
partum berhubungan keluhan tidak nyaman pasien menurun
dengan trauma perineum O (Objektif): Data yang diperoleh dari respon

(1) (2) (3)

selama persalinan dan pasien secara non verbal atau melalui


kelahiran pengamatan perawat seperti meringis,
berkeringat, merintih, gelisah menurun,
payudara bengkak menurun, pemulihan

perineum meningkat, jumlah lochea, warna

lochea, tekanan darah, frekuensi nadi, suhu

tubuh membaik.
55

A (Assessment): Tindak lanjut dan penentuan

apakah tindakan akan dilanjutkan atau sudah

terlaksana dengan baik

P (Planning): Rencana selanjutnya


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Potter & Perry, 2006 mengungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan
telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari). Ketidaknyamanan adalah keadaan
ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap
suatu ransangan.

56
DAFTAR PUSTAKA
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/77a862032c68b1170c7989f3858a1433.pdf .
(Diakses pada tanggal 10 Maret 2021.)
Tyas, Erlya.KDK Rasa Aman dan Nyaman.
https://www.academia.edu/11432048/kdk_rasa_aman_dan_nyaman. (Diakses pada
tanggal 10 Maret 2021).
NS.Kasiati.2017.Kebutuhan Dasar Manusia. Modul Bahan Cetak Keperawatan.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kebutuhan-
dasar-manusia-komprehensif.pdf. (Diakses pada tanggal 10 Maret 2021).
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2284/3/BAB%20II.pdf . (Diakses pada tanggal
10 Maret 2021).

Anda mungkin juga menyukai