Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

R
DENGAN KEBUTUHAN DASAR
AKTUALISASI DIRI

Oleh:
Elvant Olrando Darlin
NIM: 2019.C.11a.1007

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama :Elvant Olrando Darlin
NIM :2019.C.11a.1007
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul :“Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada ny. R. Dengan
kebutuhan dasar Aktualisasi diri
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
Praktik Pra Klinik Keperawatan I Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

PEMBIMBING AKADEMIK

Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkatdananugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang
berjudul “Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada ny. R. Dengan kebutuhan
dasar Aktualisasi diri”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik
Praklinik Keperawatan I(PPKI).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Ariani, S.Kep.,Ners selaku penanggungjawab mata kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan I (PPK).
4. Rimba Aprianti, S.Kep.,NersselakuPembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 19 Maret 2021

Elvant Olrando Darlin

DAFTAR ISI

3
SAMPUL DEPAN...........................................................................................
LEMBARAN PENGESAH................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah….......................................................................................1
1.3 Tujuan ..........................................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................2
BAB2TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
2.1Konsep Kebutuhan Manusia Aktualisasi Diri..................................................4
2.1.1 Definisi ........................................................................................................4
2.1.2 Etiologi.........................................................................................................6
2.1.3 Patofisiologi..................................................................................................7
2.14 Manifetasi Klinis...........................................................................................7
2.3 Manejemen Asuhan Keperawatan.................................................................. 8
2.2.1 Pengkajian ...................................................................................................8
2.2.2 Diagnosa.......................................................................................................9
2.2.3 Intervrensi ...................................................................................................9
BAB 3 Asuhan Keperawatan ............................................................................12
3.1 Pengkajian ......................................................................................................12
3.2 Diagnosis.........................................................................................................23
3.3 Intervrensi.......................................................................................................24
3.4 Implementasi dan Evaluasi .............................................................................26
BAB 4 PENUTUP ...............................................................................................32
4.1 Kesimpulan......................................................................................................32
4.2 Saran................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

4
Abraham Maslow adalah salah satu penganut aliran humanistic, ia terkenal
dengan aktualisali diri, diamana aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tertinggi,
sebelumnya ada kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta dan keberadaan, penghargaan
dan baru naik ke aktualisasi diri.

Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan


manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang
kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan. Secara
ringkasempat jenjang basic need atau deviciency need, dan
satujenjang metaneeds atau growth needs. Jenjang motivasi bersifat mengikat,
maksudnya kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah harus relatif terpuaskan
sebelum orang menyadari atau dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih
tinggi. Jadi kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul
kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan, baru
muncul kebutuhan cinta dan keberadaan, begitu seterusnya sampai kebutuhan akan
aktualisasi diri muncul.

Akan tetapi kebanyak orang setelah mencapai kebutuhan akan penghargaan


tidak begerak ke kebutuhan akan aktualisasi diri. Terdapat beberapa karakterlistik
tentang orang yang sudah mencapai aktualisasi diri dan berbagai hambatan untuk
mencapai aktualisasi diri.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yaitu :BagaimanaLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. R
Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Masalah Kebutuhan
Dasar Aktualisasi Diri dengan menggunakan proses keperawatan dari pengkajian
sampai dengan evaluasi keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapiLaporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada
Ny. R Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri.

5
1.3.2.1 Mahasiswa dapat mengidentifikasi pengkajian Asuhan Keperawatan Pada Ny. R
Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri.
1.3.2.3 Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa padaAsuhan Keperawatan Pada Ny. R
Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri.
2.3.2.3 Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah
padaAsuhan Keperawatan Pada Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Masalah
Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada
Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu membuat evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang dilakukan
padaAsuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aktualisasi
Diri.
1.3.2.2 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan pada Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan
Masalah Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri.

1.4Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakitsecara benar dan bisa
melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan, referensi dan tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam
penguasaan terhadap ilmu keperawatan dan pendokumentasian proses keperawatan
khususnya bagi mahasiswa STIKes Eka Harap dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakitsehingga dapat diterapkan di masa yang akan datang.
1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit

6
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan Meningkatkan
mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan melalui Asuhan
Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Dengan adanya laporan studi kasus diharapkan dapat menimbulkan ide-ide
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan
terutama penembangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan konsep
pendekatan proses keperawatanjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.

7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kebutuhan Manusia Aktualisasi diri


2.1.1 Pengertian
Apabila seseorang mengalami gangguan konsep diri maka orang tersebut tidak akan mampu melakukan
aktualisasi diri sehingga Individu tersebut mengalami gangguan aktualisasi diri karena kebutuhan dari dalam
dirinya belum terpenuhi sehingga untuk mengembangkan potensi dari individu tersebut tidak akan terjadi.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain termasuk persepsi individu akan sifat dan
kemampuanya berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman
dan objek tujuan serta keinginan (Stuart dan Sundeen, 1991).
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri. Faktor
tersebut terdiri dari:
a. Teori perkembangan
Konsep diri berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal diri yang terpisah dari
lingkungan dan berkembangan melalui kebiasaan eksplorasi atau pengenalan tubuh, nama panggilan,
pengalaman budaya dan hubungan interpersonal dan kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri
sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
b. Significant other (orang yang terpenting atau orang yang terdekat)
Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui
cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interpretasi diri pandangan orang lain
terhadap diri, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengannya dan pengaruh orang terdekat atau
orang penting sepanjang siklus kehidupan. Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman
sebayanya secara khas yaitu dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama dengan
membentuk kelompok. Ketika remaja mengalami masalah kulit (jerawat) mereka seringkali merasa
kurang percaya diri ketika berhadapan dengan temannya. Banyaknya informasi serta interaksi yang
dilakukan oleh remaja dengan temannya, maka akan mengakibatkan remaja tersebut tidak merasa
tersingkirkan dari lingkungannya. Interaksi yang terjadi antara remaja dengan lingkungannya mempuyai
kualitas yang berbeda-beda. Suatu interaksi dikatakan berkualitas, jika mampu memberikan kesempatan
kepada individu untuk mengembangkan diri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
c. Self Perception (persepsi diri sendiri)
Persepsi individu terhadap diri sendiri, serta pengalamannya mengenai masalah fisik (jerawat) yang
mereka alami, antara lain:
1) Life Style (gaya hidup)

8
Gaya hidup yang dimiliki oleh kebanyakan dari indivisu sekarang lebih cenderung pada gaya hidup
yang serba instan dan modern
2) Tipe kepribadian
Kepribadian merupakan segala bentuk pola pikiran, emosi dan perilaku yang berbeda serta
mempunyai karakteristik yang menentukan gaya personal individu dan mempengaruhi interaksinya
dengan lingkungan (Farozin, 2004). Orang dengan kepribadian tipe A (introvert) lebih mudah
mengalami gangguan akibat adanya stress dari pada orang dengan kepribadian tipe B (ekstrovert).
Ciri-ciri orang dengan kepribadian tipe A (introvert) yaitu tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin
serba sempurna, mudah gelisah, mudah bermusuhan dan mudah tersinggung, sedangkan orang
dengan kepribadian tipe B (ekstrovert) mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan orang
berkepribadian tipe A (introvert).
3) Bentuk Anatomi Tubuh
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia.
Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba dan menjamin kelangsungan hidup. Kulit dapat menyokong
penampilan dan kepribadian seseorang. Dengan demikian, kulit pada manusia mempunyai peranan yang
sangat penting. Selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup. Kulit dapat menyokong
penampilan dan kepribadian seseorang. Dengan demikian, kulit pada manusia mempunyai peranan yang
sangatpenting. Selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup, kulit juga mempunyai fungsi lain
yaitu estetik, ras dan sarana komunikasi non verbal antara individu satu dengan yang lain.
Wuryanano (2007) menguraikan bagaimana membentuk konsep diri menjadi lebih baik, maka
terlebih dahulu Anda harus mengetahui hal-hal yang mempengaruhi konsep diri . Untuk membentuk
konsep diri menjadi lebih baik lagi, maka lebih dulu Anda harus mengetahui hal apa yang mempengaruhi
konsep diri. Anda harus tahu bahwa konsep diri dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu:
1. Cita-cita diri
Cita-cita Diri adalah keinginan untuk mencapai sesuatu tujuan keinginan pribadi, dan itu sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar Anda, orang tua, teman ataupun tetangga.
2. Citra Diri
Citra Diri merupakan suatu produk dari pengalaman masa lalu beserta sukses dan kegagalannya.
Citra diri dibangun oleh sebuah gambaran tentang diri yang menurut keyakinan dianggap benar.
3. Harga Diri
Pengertian Harga Diri (Self Esteem) Stuart dan Sundeen (1991), mengatakan bahwa harga diri
(self esteem) adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku memenuhi ideal dirinya.
9
Aktualisasi diri adalah kebutuhan alami dan naluriah yang di miliki manusia untuk melakukan usaha
terbaik yang ia bisa. Maslow (Schneider,K.J, dkk, 2001 dalam Arinato, 2009,), menyatakan aktualisasi diri
adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Proses
Aktualisasi diri akan di bantu serta di hambat oleh pengalaman dan proses belajar kita dalam masa kanak
kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup dan pengalaman seseorang.
Aktualisasi diri pada akhirnya akan merujuk pada peak performance danpeak experience. Menurut
privette (2001, dalam Schneider,K.J, dkk, 2001), peak performance adalah kondisi terbaik seseorang, yaitu
ketika pikiran dan tubuh bekerja secara bersamaan.Sedangkan peak experience merupakan sebuah momen
yang berharga ketika manusia mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya. Jika aktualisasi merupakan
prototype dari kesehatan kepribadian, peak performancedan peak experience merupakan prototype dari
pengalaman yang positif.

2.1.2 Etiologi
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang
tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan pernea).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit. c.
Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa
penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
2. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai
cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi
ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis
atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh
kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam
kelompok (Yosep, 2007).

10
2.1.3 Patofisiologi

2.1.4 Manifestasi Klinis


a. Jangka Pendek

 Kegiatan yang memberi dukungan sementara ( kompetisi olahraga, kontes popularitas )


 Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis identitas ( musik keras, pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonton TV terus-menerus )
 Kegiatan mengganti identitas sementara ( ikut kelompok sosial, keagamaan, politik )
 Kegiatan yang mencoba menghilangkan anti identitas sementara ( penyalahgunaan obat )

b. Jangka Panjang

11
 Menutup identitas  dari orang – orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau
potensi diri sendiri.
 Terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang lain.
 Identitas negatif
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 PengkajianKeperawatan
1. Faktor predisposisi Terjadinya gangguan konsep harga diri rendah kronis juga dipengaruhi beberapa
faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial dankultural.
a. Faktor biologis, biasanya karna ada kondisi sakit fisik yang dapatmempengaruhi kerja hormon
secara umum, yang dapat pula berdampakpada keseimbangan neurotransmiter di otak contoh
kadar serotonin yangmenurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada
pasiendepresi kecendrungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai
oleh pikiran pikiran negatif dan tidak berdaya.
b. Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah kronis sangat berhubungan dengan pola asuh dan
kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis meliputi orang tua yang penolakkan orang, harapan orang tua
yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya terhadap anaknya, tekanan teman sebaya, peran
yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan.
c. Faktor sosial sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah
kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan rawan, kultur sosial yang
berubah misal ukuran keberhasilan individu.
d. Faktor kultural: tunutunan peran sosial kebudayaan sering meningkatkan kejadian harga diri
rendah kronis antara lain: wanita sudah harus menikah jika umur mencapai dua puluhan,
perubahan kultur kearah gaya hidup individualisme.
2. Faktor presipitasi Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan
individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri
dan komponennya. Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang
penghargaan diri dari orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak tepat misalnya: terlalu dilarang,
dituntut, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat di
capai, gagal tanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart dan sundeen,1991). Stresor pencetus dapat
berasal dari sumber internal atau eksternal sebagai berikut:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan
12
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu
mengalaminya sebagai frustasi.
Ada tigajenistransisi peran:
a) Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau
keluarga dan norma-norma budaya, nilainilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangny aanggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk,
penampilan atau fungsi tubuh perubahan fisik yang berhubungan tumbuh kembang normal
dan prosedur medis dan keperawatan
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan mengatasi kebutuhan spesifik
klien serta respons terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. Diagnosa keperawatan merupakan suatu
pernyataan masalah keperawatan klien mencakup baik respon adaptif dan maladaptif serta stressor yang
menunjang. Rumusan diagnosis adalah problem/masalah (P) berhubungan dengan penyebab (etiologi), dan
keduanya ini saling berhubungan sebab akibat secara ilmiah.
Masalah keperawatan yg Mungkin Muncul
1. Isolasi sosial
2. Gangguan harga diri (HDR) : situasional/ kronis
3. Gangguan pola tidur
4. Gangguan citra tubuh
5. Perubahan penampilan peran
6. Ketidakberdayaan
7. Keputusasaan

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanan dimana perawat akan menyusun rencana yang
akan dilakukan pada klien untuk mengatasi masalahnya, perencanaan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
(Yosep, 2009).

1. Tindakan keperawatan untuk klien harga diri rendah yaitu :

13
a. Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:
1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan keperawatan

Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan. Untuk tindakan tersebut perawat
dapat :

a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapatdigunakan


b) Bantu klien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan klien
c) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.

2. Tindakan keperawatan pada pasien Isolasi sosial yaitu :

a. Membina hubungan saling percaya

1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien


2) Berkenalan dengan klien. perkenalan nama panggilan yang saudara sukai, tanyakan nama dan
nama panggilan klien
3) Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini
4) Buat kontrak asuhan keperawatan , mencakup hal – hal apa yang saudara akan lakukan bersama
klien, berapa lama akan dikerjakan dan dimana tempatnya

.b. Menyadari penyebab isolasi sosial

1) Tanyakan siapa saja orang yang satu rumah dengan klien

2) Tanyakan siapa orang yang dekat dengan klien dan apa sebabnya

3) Tanyakan setiap orang yang tidak dekat dengan klien dan apa sebabnya.

c. Mengetahui keuntungan dan kerugiaan berinteraksi dengan orang lain

1) Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain


2) Tanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
3) Diskusikan pada klien keuntungan bila klien memilki banyak teman dan tidak bergaul akrab dengan
mereka
14
4) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
15
3.1 Pengkajian
3.1.1 Biodata
1) Biodata pasien
Nama : Ny. R.S
Umur : 42Tahun
Statuspernikahan :Kawin
Jeniskelamin :Perempuan
Agama : Kristen
Bahasayangdipakai : Bahasadaerah
Pendidikan :SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. T. Bey,Peputra
Jaya Blok 2/65
RT03/14 Kel. Air
Dingin
Tanggalmasuk : 20 Maret2020
Tanggalpengkajian : 20 Maret2020
Nomorregistrasi :
Diagnosamedis : DiabetesMellitus
2) Biodata penanggungjawab
Namakeluarga : Tn. M.N
Umur : 45Tahun
Alamat : Jln. T. Bey,Peputra
Jaya Blok 2/65
RT03/14 Kel. Air
Dingin
Pendidikan :SMP
Pekerjaan :Swasta

16
Hubungandenganpasien :Suami
KELUHAN UTAMNYA APA
3.1.2 Riwayatkesehatan
1) Riwayat kesehatansekarang
Ny. R. S datang ke pelayanan kesehatan Puskesmas Simpang Tiga pada tanggal 20 Maret 2020
pada jam 08.30 WIB dengan keluhan badan terasa lemas, sering buang air kecil, berat badan
menurun, sering merasa haus, sering kelelahan dan pandangan kabur. KRONOLOGIS NYA
BAGAIMANA DARI AWAL MULA SEBELUM MASUK SAMPAI DIBAWA KE RS,
SETELAH DI IGD DILAKAUKAN PEMERIKSAAN DAN PENGKAJIAN HASILNYA
BAGAIMANA SERTA MENDAPATKAN TINDAKAN APA DAN TERAPI YANG
DIDAPAT APA

2) Riwayat kesehatanterdahulu
a) Penyakit yang pernahdialami:
Pasien mengatakan sudah sering mengalami kelelahan, badan
terasa lemas, nafsu makan meningkat, berat badan menurun
dan pandangan kabur. Pasien pernah memeriksakan dirinya ke
pelayanan kesehatan sejak 7 tahun terakhir pasien didiagnosa
mengalami Diabetes Mellitus dengan kadar gula darah
300mg/dl.
b) Ny. R S tidak dirawat dirumah sakit tetapi sering memeriksa
kesehatan di Puskesmas Simpang Tiga terakhir kali memeriksa
pada bulan November 2019 dengan kadar gula darah 200mg/dl.
dan Ny. R S mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap
obat, makanan atau zat kimialainnya.
c) Kebiasaan makan obat-obatan: pasien biasa makan obat yang
diberikan oleh dokter atau tempat pelayanankesehatan.
d) Operasi yang pernah dialami: pasien tidak pernah menjalani
operasi.
e) Riwayat kesehatankeluarga
Keluarga tidak ada mengalami penyakit seperti ini.

17
3) Genogram

Keterangan:

: Laki-laki

:Perempuan

:Pasien

: Meninggal

:Serumah

f) Penyakit yang pernah dideritakeluarga


Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami
penyakitketurunan.
g) Penyakit yang dideritakeluarga
Saat ini tidak ada keluarga pasien yang sakit

18
3.1.3 Pola aktivitassehari-hari
1) Pola nutrisi
Pasien mengatakan sebelum sakit memiliki berat badan 70kg
sekarang berat badan pasien 55 kg. Pasien mengalami nafsu makan
meningkat, sering merasa haus serta mengalami penurunan berat
badan.
2) Pola eliminasi
a) Buang airbesar
Pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dengan konsistensi
lembek dan berwarna kuning. Pasien mengatakan tidak ada
keluhan pada BAB.
b) Buang airkecil
Pasien BAK leih dari 5 kali sehari dengan warna urin kuning
gading dan berbau khas. Pasien mengatakan sering BAK.
c) Pola istirahat tidur
Sebelum sakit pasien tidur lebih kurang 8 jam dalam sehari.
Pasien mengatakan saat ini pasien tidak mengalami gangguan
tidur, hanya sesekali terbangun di malam hari karena BAK.
Pasien tidur lebih kurang 8 jam dalam sehari.
d) Kebersihandiri
Pasien biasa mandi 2 kali sehari dan menggosok gigi 2 kali
sehari. Pasien keramas 2-3 kali dalam seminggu.

3.1.4 Data Psikologis, Sosial dan Spritual


1) Persepsi terhadappenyakit
Saat ini pasien tidak terlalu memikirkan tentang penyakitnya
karena pasien yakin penyakitnya bisa sembuh.
a) Suasana hati/perasaan
Pasien tampak nyaman saat berkomunikasi dengan perawat.
b) Daya konsentrasi
Pasien mampu berkonsentrasi dengan baik.

19
c) Memori (dayaingat)
Pasien mampu mengingat kejadian-kejadian di masa lampau.
d) Mekanisme koping
Pasien menyerahkan setiap masalah yang dihadapinya kepada
Tuhan Yang Maha ESA.
2) KonsepDiri
a) Gambarandiri
Pasien mengatakan bahwa dia adalah seorang ibu dari 5 orang
anaknya.
b) Harga diri
Pasien mengatakan masih bisa bekerja dan melakukan aktifitas
sehari-hari dirumah secara mandiri.
c) Idealdiri
Pasien mengatakan bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-
anaknya.
d) Identitasdiri
Saat ini pasien adalah seorang istri dan ibu dari 5 orang
anaknya.
e) Penampilan peran
Pasien seorang istri yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
seorang ibu bagi 5 orang anaknya.
3) Data Sosial
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga serta dengan
tetangga di sekitar rumahnya.
4) Data spritual
Pasien biasa melakukan ibadah.
3.1.5 Pemeriksaanfisik
1) KeadaanUmum
a) Tingkatkesadaran : ComposMentis
b) Tinggibadan : 160cm

20
c) Berat badan sebelum sakit : 70kg
d) Beratbadansekarang : 55kg
2) Tanda-tanda vital
a) TD : 110/70mmHg
b) Nadi : 80kali/menit
c) Suhu : 37,00C
d) Pernapasan : 20kali/menit
3) Kepala dan wajah
Rambut tampak panjang, bersih, tidak rontok, berwarna
hitam dengan beberapa helai uban, distribusi rambut normal,
tidak berketombe, tidak ada benjolan di kepala, wajah
simetris, tidak ada keluhan.
4) Mata
Mata tampak simetris, warna kulit sekitar mata normal,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, terkadang
memakai kacamata, ada gangguan penglihatan, lapang
pandang seperti kabur, pergerakan mata normal, tidak ada
peradangan.
5) Hidung
Lubang hidung simetris, tidak ada gangguan pada hidung,
tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada pendarahan,
fungsi penciuman normal, tidak ada sinusitis, tidak ada
keluhan.
6) Telinga
Bentuk telinga normal, pendengaran baik, telingan tampak
bersih, tidak memakai alat bantu pendengaran, tidak ada
kotoran, tidak ada peradangan, tidak ada keluhan.
7) Mulut dankerongkongan
Bibir tampak kering, tidak ada perdarahan pada mulut dan
bibir, lidah tidak kotor, gigi pasien tampak bersih, suara
normal, pasien bisa mengunyah dengan baik, fungsi menelan

21
baik, fungsi mengecap baik, tidak ada peradangan, tidak ada
bau mulut.
8) Leher
Leher tampak normal, tidak ada pembesaran kelenjer tiroid,
tidak ada pembesaran kelenjer getah bening, vena jugularis
tidak menonjol, pergerakan leher normal.
9) Dada
a) Struktur: dada tampak simetris, payudara tampak
simetris, tidak ada keluhan.
b) Payudara: payudara tampak simetris, tidak teraba massa,
tidak ada nyeritekan.
c) Aksila: aksila normal, tidak teraba massa, tidak ada nyeri
tekan.
d) SistemPernapasan
Inspeksi: ekspansi paru simetris, pola napas teratur,
tidak sesak, frekuensi napas 20 kali/menit,
Palpasi: bentuk dada simetris, tidak teraba massa, tidak
ada nyeri tekan.
Perkusi: tidak ada terdengar suara nafas tambahan.
Auskultasi: tidak ada terdengar suara nafas tambahan.
e) Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan jantungnormal.
10) SistemAbdomen
Abdomen tampak simetris, tidak ada benjolan dan
pembengkanan pada abdomen, tidak terdapat nyeri tekan,
suara perkusi abdomen timpani, terdengar suara peristaltik
usus 7 kali/menit, tidak kembung, tida adaacites.
11) SistemIntegument
Kulit tampak bersih, tidak ada gatal, turgor kulit elastis.
12) Genitalia
Tidak memakai kateter, tidak ada perdarahan.

22
13) Rektum
Tidak ada nyeri, tidak ada hemoroid, tidak ada massa, tidak
ada keluhan.
14) Ekstremitas
a) Kaki
Kaki tampak normal, tidak ada pembengkakan, warna
kulit normal, tidak ada luka, tidak ada kecacatan, tidak ada
fraktur, nilai kekuatan otot: 4, ada nyeri kebas, tidak ada
fraktur.
b) Tangan
Tangan tampak normal, tidak ada pembengkakan, warna
kulit normal, tidak ada luka, tidak ada kecacatan, tidak ada
fraktur, nilai kekuatan otot: 4, ada nyeri kebas, tidak ada
fraktur, tidak ada keterbatasan gerak.
3.1.6 Pengobatan
Obat yang dikonsumsi pasien pada saat pengkajian:
1) Metformin 1x1 AC, diminum satu kalisehari
2) Glibenclamid 2x1, diminum dua kalisehari

3.1.7 DataFokus
1) Data Subjektif
a) Pasien mengatakan badan terasalemas
b) Pasien mengatakan sering merasakelelahan
c) Pasien mengatakan berat badanmenurun
d) Pasien mengatakan nafsu makanmeningkat
e) Pasien mengatakan sering merasahaus
f) Pasien mengatakan sering buang airkecil
g) Pasien mengatakan pandangankabur
h) Pasien mengatakan kadar gula darah terakhir 200mg/dl

23
2) Data Objektif
a) Pasien tampaklemas
b) Tanda-tanda vital :
a. TD : 120/80mmHg
b. Nadi : 80kali/menit
c. Suhu : 36,50C
d. Pernapasan : 20kali/menit
c) Berat badan pasien 55kg
d) Bibir pasien tampakkering
e) Pasien tampak menggunakan kacamata

FORMAT ANDA TIDAK SESUAI LIHAT CONTOH DINDA ELVAN

3.1.8 Analisa data


Tabel 3.1: AnalisaData
No Data Penyebab Masalah

24
1. DS: Diabetes mellitus Perubahan
1. Pasien mengatakan nafsu nutrisi kurang
makanmeningkat Sel tubuh dari
2. Pasien mengatakan kekurangan glukosa kebutuhan
seringBAK
Perubahan nutrisi
3. Pasien mengatakan
kurang dari
sering merasahaus
kebutuhan
4. Pasien mengatakan
kadar gula dara
terakhir 200mg/dl

DO:
1. Kesadaran : Compos
Mentis
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,5 0C

25
Pernapasan : 20 kali/menit
2. Bibir paien tampak
kering
3. Pemeriksaan kadar gula
darah : 189mg/dl

No Data Penyebab Masalah


2. DS: Diabetes mellitus Intoleransi
1. Pasien mengatakan Aktivitas
badan lemas Nutrisi kurang dari
2. Pasien mengatakan Kebutuhan
merasa lelah
3. Pasien mengatakan Berat badan
pandangankabur menurun/ badan
DO: tampak kurus
1. Kesadaran : Compos
Mentis Intoleransi aktivitas
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,5 0C
Pernapasan : 20 kali/menit
2. Berat badan : 55kg
3. Pasien tampak
menggunakan kacamata
4. Kekuatan otot4

26
3.2 DiagnosaKeperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul padaNy. R.Sdengan
Diabetes Mellitusyaitu:
3.2.1 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidak adekuataninsulin (SDKI,D.0019,Hal.56)
3.2.2 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan akibat penurunan
produksi energy (SDKI,D.0056.Hal.128)

23
3.3IntervensiKeperawatan
Tabel 3.2: Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh b.d ketidak diharapkan status nutrisi klien terpenuhi 1) kaji adanya alergi makanan
adekuatan insulin dengan kriteria hasil : 2) anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan
(SDKI,D.0019,HAL.56) 3) Adanyapeningkatanberat badan sesuai vitaminC
dengantujuan
3) yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
4) Berat badan ideal sesuai sesuai dengan
tinggibadan serat untuk mencegahkonstipasi
5) Mampu mengidentifikasi kebutuhan
4) ajarkan klien bagaimana membuat catatan
nutrisi
6) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi makananharian
5) berikan informasi tentang kebutuhannutrisi
Monitoring Nutrisi
1) berat badan klien dalam batasnormal
2) monitor adanya penurunan beratbadan
3) Cek GDS sesuaiprogram

24
2. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi Aktivitas:
kelemahan akibat penurunan diharapkan tidak terjadi kelelahan dengan 1. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
produksienergi penurunan produksi energy klien dengan mampu dilakukan
(SDKI,D.0056.HAL.128) kriteria hasil: 2. Bantu untuk memililah aktivitas konsisten yang
- Berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan fisik, psikolog, dan
tanpa disertai peningkatan tekanan darah, social.
nadi, dan RR
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri
- Tanda-tanda vital dalam batasnormal

25
3.4Implementasi dan EvaluasiKeperawatan
Tabel 3.3: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Hari/ Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf


Tanggal/Jam
1) Perubahan nutrisi Jumat/ Melakukan Manajemen Nutrisi Jam 13.00 WIB
kurang dari kebutuhan 27 Maret 2020 1) Mengkaji pasien tentang adanya S:
tubuh b.d ketidak 10.00 WIB alergimakanan 1) Pasien mengatakan nafsu
adekuatan insulin 2) Menganjurkan pasien untuk makanmeningat
meningkatkan protein dan vitamin 2) Pasien mengatakan sering
C merasahaus
3) Memberikan pendidikan pada 3) Pasien mengatakan seringBAK
pasien tentang diet Diabetes
Mellitus dan kebutuhan nutrisi O:
yang harusdipenuhi 1) Kesadaran : ComposMentis
Melakukan Monitoring Nutrisi TD : 120/80 mmHg
1) Melakukan pemantauan terhadap Nadi : 80 kali/menit
berat badan pasien sesial dengan Suhu : 36,5 0C
berat badanideal Pernapasan : 20 kali/menit
2) Melakukan pemeriksaan Cek Gula 2) Bibir pasien tampak kering
Darah Sewaktu sesuaiprogram Suhu : 36,50C

26
A:
Masalah pemenuhan nutrisi belum
teratasi
P:
Tindakan keperawatan dilanjutkan
dengan modifikasi:
1. Pantau tanda-tanda vital
2. Anjurkan pasien untuk selalu
menggunakan membuat menu
diet diabetesmellitus
3. Anjurkan pasien untuk
mengkonsumsi vitaminC
4. Anjurkan pasien untukpuasa
agar dilakukan pemeriksaan
kadar gula darah
2) Intoleransi aktivitas Rabu/ Menyarankan Pasien Untuk Jam 15.00 WIB
b.d kelemahan akibat 27 Maret 2020 Melakukan TerapiAktivitas: S:
penurunan produksi 11.00 WIB 1.Mengidentifikasi aktivitas yang 1. Pasien mengatakan badan terasa
energi mampu dilakukan lemas
2. Pasein mengatakan badanlelah

27
2. Membantu untuk memililah aktivitas 3. Pasien mengatakan
konsisten yang sesuai dengan pandangannya kabur
kemampuan fisik, psikolog, dan social O:
1. Pasien tampakmenggunakan
kaca mata
2. Berat badan pasien 55kg
3. Hsil Kekuatan otot 4
A:
Masalah intoleransi aktivitas belum
teratasi
P:
Tindakan keperawatan dilanjutkan
dengan modifikasi:
1. Mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukanpasien
2. Menyarankan pasien untuk
beristirahat 10 menit setelah
melakukankegiatan
3. Membantu untukmemililah
aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik.

28
Diagnosa Keperawatan Hari/Tanggal/ Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
Jam
1) Perubahan nutrisi Jumat / 1) Memantau tanda-tanda vital pasien Jam 12.00 WIB
kurang dari 3 April 2020 Kesadaran : ComposMentis S:
kebutuhantubuh 10.0 WIB TD : 110/80 mmHg 1. Pasien mengatakan sudah mulai
b.d ketidak Nadi : 82 kali/menit mengkonsumsi vitaminC
adekuataninsulin Suhu : 367 0C 2. Pasien mengatakan sudah
Pernapasan : 20 kali/menit menjalankan menu diet diabetes
2) Menganjurkan pasien untuk selalu melitus selama 2hari
menggunakan membuat menu diet O:
diabetesmellitus 1. Pasien mampu melakukan
3) Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi vitaminC
mengkonsumsi vitaminC 2. Pasien mampu membuat menu
4) Menganjurkan pasien untuk puasa diet diabetesmellitus
agar dilakukan pemeriksaan kadar 3. Pemeriksaan kadar gula darah
gula darah 189mg/dl
Hasil kadar gula darah 189 mg/dl A:
Masalah perubahan nutrisi teratasi
sebagian

29
P:
Tindakan keperawatan dilanjutkan
dengan modifikasi:
1. Menganjurkan pasien agar
membuat menu diet dan
melakukan nyaterus
2. Mengkaji berat badanpasein
3. Pantau tanda-tanda vital
2) Intoleransi Jumat / 1. Mengidentifikasi aktivitas yang Jam 13.00 WIB
aktivitas b.d 3 April 2020 mampu dilakukanpasien S:
kelemahan akibat 11.00 WIB 2. Menyarankan pasien untuk 1. Pasien mengatakan lelah mulai
penurunan beristirahat 10 menit setelah berkurang
produksienergi melakukankegiatan 2. Pasien mengatakan sudah mulai
3. Membantu untuk memililah aktivitas memilih pekerjaan yang bisa di
konsisten yang sesuai dengan lakukan dan beristirahat
kemampuanfisik. setelahnya
O:
1. Pasien tampakbersemangat
2. Pasien tampakrileks
3. Tanda-tanda vital :
TD : 120/85mmHg

30
Nadi : 82 kali/menit
Suhu : 36,70C
Frekuensi napas : 22 kali/menit
4. Tidak ada peningkatan suhu
tubuh
5. Lingkungan rumah pasien
tampak sudah mulaibersih
A:
Masalah intoleransi aktivitas
teratasisebagian.
P:
1. Anjurkan pasien untuk selalu
mengerjakan tugas yangringan
2. Anjurkan keluarga pasien untuk
selalumembantunya

31
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang
terbaik dari yang dia bisa. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi
kebutuhan akan memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) melalui
memaksimumkan penggunaaan kemampuan dan potensi diri. Kebutuhan aktualisasi
diri adalah tingkatan kebutuhan yang paling tinggi menurut Maslow dan Kalish.
Pribadi yang ter-aktualisasi oleh Maslow dilukiskan yaitu: “Pribadi yang
teraktualisasi seseorang yang menggunakan dan memanfaatkan secara penuh bakat,
kapasitas, dan potensi diri.
4.2 Saran
Setelah penulis membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada Ny.R
dengan DM , maka penulis menganggap perlu adanya saran untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSAKA

Kelliat. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan jiwa. Jakarta : EGC


Kusuma,Hardhi.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Yogyakarta: Mediaction
Herdman, T. Heather. 2013. Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta : EGC
32
Schneider,K.J., dkk. 2001. The Handbook of Humanistic Psychology. California : Sage
Publication.inc.
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Keperawatan (Alih Bahasa) Achir Yani S.Hamid. Edisi 3.
Jakarta : EGC
33
Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

DIABETES MELITUS TIPE 2

Restyana Noor Fatimah


Medical Faculty, Lampung University

Abstract

Type2DiabetesMellitusisametabolicdisorderthatismarkedbytheriseinbloodsugarduetoadecrea
sein insulin secretion by pancreatic beta cells and insulin function ordisorder (insulin resistance).
Results Health
Researchin2008,showedtheincidenceofdiabetesmellitusinIndonesiareached57%,whiletheincidencei
n
type2diabetesmellitusWorldis95%.Riskfactorsofdiabetesmellitustype2,namelyage,gender,obes
ity,
hypertension,genetics,diet,smoking,alcohol,lackofactivity,waistcircumference,.Treatmentdonebyth
euse
oforalmedicationhyperglycemiaandinsulinaswellaslifestylemodificationstoreducetheincidence
and microvascularandmacrovascularcomplicationsofdiabetesmellitustype2.

Keywords: Definition, diabetes mellitus type 2, risk factors, treatment

Abstrak

Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan
gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi
insulin (resistensi insulin). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan angka
kejadian Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 57% sedangkan kejadian di Dunia diabetes
melitus tipe 2 adalah 95%. Faktor resiko dari Diabetes melitus tipe 2 yaitu usia, jenis
kelamin,obesitas,hipertensi, genetik,makanan,merokok,alkohol,kurang aktivitas,lingkarperut,

.Penatalaksanaan dilakukan dengan cara penggunaan obat oral hiperglikemi dan insulin serta
modifikasi gaya hidup untuk mengurangi kejadian dan komplikasi mikrovaskular maupun
makrovaskular dari Diabetes melitus tipe 2 .

Kata kunci : Definisi, diabetes Melitus tipe 2, faktor resiko, penatalaksanaan

...

Korespondensi : Restyana Noor Fatimah |


restyananoorfatimah@gmail.com

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |93


Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

Pendahuluan
Diabetes Melitus adalahpenyakit tujuh di dunia sedangkan tahun 2012
yang ditandai dengan terjadinya angka kejadian diabetes me litus didunia
hiperglikemia dan gangguan metabolisme adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana
karbohidrat, lemak, dan protein yang proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2
dihubungkan dengan kekurangan secara adalah 95% dari populasi dunia yang
absolut atau relatif dari kerja dan atau menderita diabetes mellitus. Hasil Riset
sekresi insulin.Gejala yang dikeluhkan Kesehatan Dasar pada tahun 2008,
pada penderita Diabetes Melitus yaitu menunjukan prevalensi DM di Indonesia
polidipsia,poliuria,polifagia,penurunan membesar sampai 57%.
beratbadan,kesemutan.2
International Diabetes Tingginya prevalensi Diabetes Melitus tipe
Federation(IDF) menyebutkan bahwa 2disebabkan oleh faktor risiko yang tidak
prevalensiDiabetes Melitus di dunia adalah dapat berubah misalnya jenis kelamin,
1,9% dan telah menjadikan DM sebagai umur, dan faktor genetik yang kedua
penyebab kematian urutanke adalah faktor risiko yang dapat diubah
misalnya kebiasaan merokoktingkat

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |94


Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, diabetes mellitus.6,9


kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah
Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang dan penyakit gangguan metabolik yang di
tandai oleh kenaikan gula darah akibat
umur.4,8Diabetes Mellitus disebut dengan
penurunan sekresi insulin oleh sel beta
the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan
menimbulkan berbagai macam keluhan.
Penyakit yang akan ditimbulkan antara
lain gangguan penglihatan mata, katarak,
penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi
seksual, luka sulit sembuh dan
membusuk/gangren, infeksi paru-paru,
gangguan pembuluh darah, stroke dan
sebagainya. Tidak jarang, penderita DM
yang sudah parah menjalani amputasi
anggota tubuh karena
terjadi pembusukan.Untuk
menurunkan kejadian dan keparahan dari
Diabetes Melitus tipe 2 maka dilakukan
pencegahan seperti modifikasi gaya hidup
dan pengobatan seperti obat oral
hiperglikemik dan insulin.3

DISKUSI
Definisi Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes mellitus adalalah


gangguan metabolisme yang secara
genetik dan klinis termasuk heterogen
dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat, jika telah
berkembang penuh secara klinis maka
diabetes mellitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial,
aterosklerosis dan penyakit vaskular
mikroangiopati.1,7
Diabetes Mellitus Tipe 2
merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar
insulin mungkin sedikitmenurun atau
berada dalam rentang normal. Karena
insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II
dianggap sebagai non insulin dependent
J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |95
Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

pankreas dan atau ganguan fungsi insulin


(resistensi insulin).3

Prevalensi Diabetes Melitus Tipe 2

Kejadian DM Tipe 2 pada wanita


lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita
lebih berisiko mengidap diabetes karena
secara fisik wanita memiliki peluang
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih
besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada
tahun 2008, menunjukan prevalensi DM
di Indonesia membesar sampai 57%, pada
tahun 2012 angka kejadian diabetes
melitus didunia adalah sebanyak 371 juta
jiwa, dimana proporsi kejadiandiabetes
melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi
dunia yang menderita diabetesmellitus
dan hanya 5% dari jumlah tersebut
menderita diabetes mellitus tipe 1.1,4

Patogenesis

Diabetes melitus merupakan penyakit


yang disebabkan oleh adanya kekurangan
insulin secara relatif maupun
absolut.Defisiensi insulin dapat terjadi
melalui 3 jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel B pankreas
karena pengaruh dari luar
(virus,zat kimia,dll)
b. Desensitasi atau penurunan
reseptor glukosa pada kelenjar
pankreas
c. Desensitasi atau kerusakan
reseptor insulin di jaringan
perifer.2

Patofisologi

Dalam patofisiologi DM tipe 2


terdapat beberapa keadaan yang berperan
yaitu :
1. Resistensiinsulin
2. Disfungsi sel Bpancreas

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |96


Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 bukan badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat
disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, pernah menderita DM gestasional dan
namun karena sel sel sasaran insulin gagal riwayat lahir dengan beratbadan rendah
atau tidak mampu merespon insulin secara (<2,5 kg).1,9 Faktor risiko yang
normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai dapatdiubah meliputi obesitas
“resistensi insulin”.1,8 Resistensi berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar
insulinbanyak terjadi akibat dari obesitas perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm
dan kurang nya aktivitas fisik serta pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik,
penuaan.Pada penderita diabetes melitus hipertensi, dislipidemi dan diet tidak
tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa sehat.11
hepatik yang berlebihan namun tidak
terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans Faktor lain yang terkait dengan
secara autoimun seperti diabetes melitus risikodiabetesadalahpenderitapolycystic
tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada ovarysindrome(PCOS),penderitasindrom
penderita diabetes melitus tipe 2 hanya metabolikmemiliki riwatyat toleransi
bersifat relatif dan tidakabsolut.4,5 glukosa terganggu (TGT) atau glukosa
Pada awal perkembangan diabetes darah puasa terganggu (GDPT)
melitus tipe 2, sel B menunjukan gangguan sebelumnya, memiliki riwayat penyakit
pada sekresi insulin fase pertama,artinya kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau
sekresi insulin gagal mengkompensasi peripheral rrterial Diseases (PAD),
resistensi insulin. Apabila tidak ditangani konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan
dengan baik,pada perkembangan merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan
selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel kafein.2,4,5
B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas 1. Obesitas(kegemukan)
akan terjadi secara progresif seringkali Terdapat korelasi bermakna antara
akan menyebabkan defisiensi obesitas dengan kadar glukosa darah,
insulin,sehingga akhirnya penderita pada derajat kegemukan dengan IMT>
memerlukan insulin eksogen. Pada 23 dapat menyebabkan peningkatan
penderita diabetes melitus tipe 2 memang kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
umumnya ditemukan kedua faktor 1,2
tersebut, yaitu resistensi insulin dan
defisiensiinsulin. 2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada
Faktor resiko hipertensi berhubungan erat dengan
tidak tepatnya penyimpanan garam dan
air, atau meningkatnya tekanan dari
Peningkatan jumlah penderita DM
dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh
yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan
darahperifer.
dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus
yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang
dapat diubah dan faktor lain. Menurut Seorang yang menderita Diabetes
American DiabetesAssociation (ADA) Mellitus didugamempunyai gen
bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes
yang tidak dapat diubah meliputiriwayat merupakan gen resesif. Hanya orang
keluarga dengan DM (first degree yang bersifat homozigot dengan gen
relative), umur ≥45 tahun, etnik, resesif tersebut yang menderita
riwayatmelahirkan bayi dengan berat DiabetesMellitus.
4. Dislipedimia

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |97


Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

Adalah keadaan yang ditandai dengan ml wine atau 720 ml.


kenaikan kadar lemak darah Faktor resiko penyakit tidak menular,
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat termasuk DM Tipe 2, dibedakan
hubungan antara kenaikan plasma menjadi dua. Yang pertama adalah
insulin dengan rendahnya HDL (< 35 faktor risiko yang tidak dapat berubah
mg/dl) sering didapat pada pasien misalnya umur, faktor genetik, pola
Diabetes. makan yang tidak seimbang jenis
5. Umur kelamin, status perkawinan, tingkat
Berdasarkan penelitian, usia yang pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik,
terbanyak terkena Diabetes Mellitus kebiasaan merokok, konsumsi alkohol,
adalah > 45 tahun. Indeks Masa Tubuh. 2,5
6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan Gejala klinis
bayi cacat atau berat badan bayi >
4000gram Gejala diabetes melitus dibedakan
6. Faktor Genetik menjadi akut dan kronik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis Gejala akut diabetes melitus yaitu
dan berbagai faktor mental Penyakit ini : Poliphagia (banyak makan)
sudah lama dianggap berhubungan polidipsia (banyak minum),
dengan agregasi familial. Risiko Poliuria (banyak kencing/sering kencing di
emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 malam hari), nafsu makan bertambah
akan meningkat dua sampai enam kali namu berat badan turun dengan cepat (5-
lipat jika orang tua atau saudara 10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah
kandung mengalamipenyakitini. lelah.
7. Alkohol danRokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup Gejala kronik diabetes melitus
berhubungan dengan yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau
peningkatan frekuensi DM tipe 2. seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di
Walaupun kebanyakan peningkatan ini kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk,
dihubungkan dengan peningkatan pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah
obesitas dan pengurangan ketidak dan mudah lepas, kemampuan seksual
aktifan fisik, faktor-faktor lain yang menurun bahkan pada pria bisa terjadi
berhubungan dengan perubahan dari impotensi, pada ibu hamil sering terjadi
lingkungan tradisional kelingkungan keguguran atau kematian janin dalam
kebarat- baratan yang meliputi kandungan atau dengan bayi berat lahir
perubahan-perubahan dalam konsumsi lebih dari4kg.
alkohol dan rokok, juga berperan
dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol Diagnosis
akan menganggu metabolisme gula
darah terutama pada penderita DM, Keluhan dan gejala yang khas
sehingga akan mempersulit regulasi ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
gula darah dan meningkatkan tekanan sewaktu >200 mg/dl, glukosa darahpuasa
darah. Seseorang akan meningkat >126 mg/dl sudah cukup untuk
tekanan darah apabila mengkonsumsi menegakkan diagnosis DM. Untuk
etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang diagnosis DM dan gangguan toleransi
setara dengan 100 ml proof wiski,240 glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2
jam setelah beban glukosa. Sekurang-

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |98


Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

kurangnya diperlukan kadar glukosa darah mikroangiopati, makroangiopati dan


2 kali abnormal untuk konfirmasi neuropati.
diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Tujuan akhir pengelolaan adalah
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
pada keadaan khas hiperglikemia dengan dilakukan pengendalian glukosa darah,
dekompensasi metabolik akut, seperti tekanan darah, berat badan dan profil
ketoasidosis, berat badan yang menurun lipid,melalui pengelolaan pasien secara
cepat. holistik dengan mengajarkan perawatan
Ada perbedaan antara uji mandiri dan perubahan perilaku.
diagnostik DM dan pemeriksaan
penyaring. Uji diagnostik dilakukan pada 1. Diet
mereka yang menunjukkan gejala DM, Prinsip pengaturan makan pada
sedangkan pemeriksaan penyaring penyandang diabetes hampir sama
bertujuan untuk mengidentifikasi mereka dengan anjuran makan untuk
yang tidak bergejala, tetapi punya resiko masyarakat umum yaitu makanan yang
DM (usia> 45 tahun, berat badan lebih, seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat kalori dan zat gizi masing- masing
abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 individu. Pada penyandang diabetes
gr, kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau perlu ditekankan pentingnya keteraturan
trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji diagnostik makan dalam hal jadwal makan, jenis
dilakukan pada mereka yang positif uji dan jumlah makanan, terutama pada
penyaring.11 mereka yang menggunakan obat
Pemeriksaan penyaring dapat penurun glukosa darah atau insulin.
dilakukan melalui pemeriksaan kadar Standar yang dianjurkan adalah
glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa makanan dengan komposisi yang
darah puasa, kemudian dapat diikuti seimbang dalam hal karbohidrat 60-
dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) 70%, lemak 20-25% danprotein 10-
standar 15%. Untuk menentukan status gizi,
dihitung dengan BMI (Body Mass
Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT)
Penatalaksanaan diabetes melitus
atau Body Mass Index (BMI)
merupupakan alat atau cara yang
Prinsip penatalaksanaan diabates sederhana untuk memantau status gizi
melitus secara umum ada lima sesuai orang dewasa, khususnya yang
dengan Konsensus Pengelolaan DM di berkaitan dengan kekurangan dan
Indonesia tahun 2006 adalah untuk kelebihan berat badan. Untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien DM. mengetahui nilai IMT ini, dapat
Tujuan Penatalaksanaan DM dihitung denganrumus
adalah: 2
berikut:
Jangka pendek : hilangnyakeluhan BeratBadan (Kg)
dan tanda DM, mempertahankan rasa IMT
nyaman dan tercapainya target =------------------------------------------------
pengendalian glukosadarah. Tinggi Badan (m)Xtinggi Badan(m)
Jangka panjang: tercegah dan
terhambatnya progresivitaspenyulit 2. Exercise (latihanfisik/olahraga)

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |99


Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 pasien DM tipe 2 ringan sampai sedang
kali seminggu) selama kurang lebih 30 yang gagal dikendalikan dengan
menit, yang sifatnya sesuai dengan pengaturan asupan energi dan
Continous, Rhythmical, Interval, karbohidrat serta olah raga. Obat
Progresive, Endurance (CRIPE). golongan ini ditambahkan bila setelah
Training sesuai dengan kemampuan 4-8 minggu upaya diet dan olah raga
pasien. Sebagai contoh adalah olah dilakukan, kadar gula darah tetap di atas
raga ringan jalan kaki biasa selama 30 200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi
menit. obat ini bukan menggantikan upaya
Hindarkan kebiasaan hidup yang diet, melainkan membantunya.
kurang gerak atau bermalasmalasan. Pemilihan obat antidiabetik oral yang
tepat sangat menentukan keberhasilan
3. PendidikanKesehatan terapi diabetes. Pemilihan terapi
Pendidikan kesehatan sangat penting menggunakan antidiabetik oral dapat
dalam pengelolaan. Pendidikan dilakukan dengan satu jenis obat atau
kesehatan pencegahan primer harus kombinasi. Pemilihan dan penentuan
diberikan kepada kelompok regimen antidiabetik oral yang
masyarakat resiko tinggi. Pendidikan digunakan harus mempertimbangkan
kesehatan sekunder diberikan kepada tingkat keparahan penyakit DM serta
kelompok pasien DM. Sedangkan kondisi kesehatan pasien secara umum
pendidikan kesehatan untuk termasuk penyakit-penyakit lain dan
pencegahan tersier diberikan kepada komplikasi yang ada. Dalam hal ini
pasien yang sudah mengidap DM obat hipoglikemik oral adalah termasuk
dengan penyulitmenahun. golongan sulfonilurea, biguanid,
inhibitor alfa glukosidase dan insulin
4. Obat : oral hipoglikemik,insulin sensitizing.3
Jika pasien telah melakukan
pengaturan makan dan latihan fisik b. Insulin
tetapi tidak berhasil mengendalikan Insulin merupakan protein kecil dengan
kadar gula darah maka berat molekul 5808 pada manusia.
dipertimbangkan pemakaian obat Insulin mengandung 51 asam amino
hipoglikemik yang tersusun dalam dua rantai yang
dihubungkan dengan jembatan
Obat – Obat Diabetes Melitus disulfide, terdapat perbedaan asam
amino kedua rantai tersebut. Untuk
a. Antidiabetikoral pasien yang tidak terkontrol dengan diet
Penatalaksanaan pasien DM dilakukan atau pemberian hipoglikemik oral,
dengan menormalkan kadar gula darah kombinasi insulin dan obat-obat lain
dan mencegah komplikasi. Lebih bisa sangat efektif. Insulin kadangkala
khusus lagi dengan menghilangkan dijadikan pilihan sementara, misalnya
gejala,optimalisasi parameter selama kehamilan. Namun pada pasien
metabolik, dan mengontrol berat badan. DM tipe 2 yang memburuk,
Bagi pasien DM tipe 1 penggunaan penggantian insulin total menjadi
insulin adalah terapi utama. Indikasi kebutuhan. Insulin merupakan hormon
antidiabetik oral terutama ditujukan yang mempengaruhi metabolisme
untukpenanganan karbohidrat maupun metabolisme

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |100


Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

protein dan lemak. Fungsi insulin antara penyakit jantung koroner (PJK),
lain menaikkan pengambilan glukosa ke gagal jantung kongetif, dan stroke.
dalam sel–sel sebagian besar jaringan, - Komplikasi
menaikkan penguraian glukosa secara mikrovaskuler, komplikasi
oksidatif, menaikkan pembentukan mikrovaskuler terutama terjadi
glikogen dalam hati dan otot serta pada penderita DM tipe 1 seperti
mencegah penguraian glikogen, nefropati, diabetik retinopati
menstimulasi pembentukan protein dan (kebutaan), neuropati, dan amputasi
lemak dariglukosa.
Pencegahan
Komplikasi diabetes melitus
Pencegahan penyakit diabetes melitus
Diabetes yang tidak terkontrol dibagi menjadi empat bagian yaitu7:
dengan baik akan menimbulkan
komplikasi akut dan kronis. Menurut Pencegahan Premordial
PERKENI komplikasi DM dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu:5,11 Pencegahan premodial adalah
upaya untuk memberikan kondisi pada
a. Komplikasiakut masyarakat yang memungkinkan
- Hipoglikemia, adalah kadar penyakit tidak mendapat dukungan dari
glukosa darah seseorang di kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko
bawahnilai normal (< 50 mg/dl). lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan
Hipoglikemia lebih sering terjadi dengan multimitra. Pencegahan
pada penderita DM tipe 1 yang premodial pada penyakit DM misalnya
dapat dialami 1-2 kali per minggu, adalah menciptakan prakondisi
Kadar gula darah yang terlalu sehingga masyarakat merasa bahwa
rendah menyebabkan sel-sel otak konsumsi makan kebarat-baratan adalah
tidak mendapat pasokan energi suatu pola makan yang kurang baik, pola
sehingga tidak berfungsi hidup santai atau kurang aktivitas, dan
bahkan dapat obesitas adalah kurang baik bagi
mengalamikerusakan. kesehatan.
- Hiperglikemia, hiperglikemia
adalah apabila kadar gula darah Pencegahan Primer
meningkat secara tiba-tiba, dapat
berkembang menjadi keadaan Pencegahan primer adalah
metabolisme yang berbahaya, upaya yang ditujukan pada orang- orang
antara lain ketoasidosis diabetik, yang termasuk kelompok risiko
Koma Hiperosmoler Non Ketotik tinggi, yaitu mereka yang belum
(KHNK) dan kemolaktoasidosis. menderita DM, tetapi berpotensi untuk
b. KomplikasiKronis menderita DM diantaranya:
- Komplikasi makrovaskuler, a. Kelompok usia tua(>45tahun)
komplikasi makrovaskuler b. Kegemukan (BB(kg)>120% BB
yangumum berkembang pada idaman atau IMT>27 (kglm2))
penderita DM adalah trombosit c. Tekanandarahtinggi(>140i90mmHg)
otak (pembekuan darah pada d. Riwayat keiuargaDM
sebagian otak), mengalami e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi
lahir > 4000gr.
f. Disiipidemia (HvL<35mg/dl danatau

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |101


Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

Trigliserida>250mg/dl). SIMPULAN
g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa
tergangu(GDPT) Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe
2) adalah penyakit gangguan metabolik
Untuk pencegahan primer harus yang di tandai oleh kenaikan gula darah
dikenai faktor-faktor yang berpengaruh akibat penurunan sekresi insulin oleh sel
terhadap timbulnya DM dan upaya beta pankreas dan atau ganguan fungsi
untuk menghilangkan faktor-faktor insulin yang terjadi melalui 3 cara yaitu
tersebut. Oleh karena sangat penting rusaknya sel-sel B pankreas karena
dalam pencegahan ini. Sejak dini pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll),
hendaknya telah ditanamkan penurunan reseptor glukosa pada kelenjar
pengertian tentang pentingnya kegiatan pankreas, atau kerusakan reseptor insulin
jasmani teratur, pola dan jenis di jaringan perifer. Penderita diabetes
makanan yang sehat menjaga badan melitus biasanya mengeluhkan gejala khas
agar tidak terlalu gemuk:, dan risiko seperti poliphagia (banyak makan),
merokok bagikesehatan. polidipsia (banyak minum), poliuria
(banyak kencing/sering kencing di malam
Pencegahan Sekunder hari) nafsu makan bertambah namun berat
badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam
Pencegahan sekunder adalah waktu 2-4 minggu) mudah lelah, dan
upaya mencegah atau menghambat kesemutan. Kejadian DM Tipe 2 lebih
timbulnya penyulit dengan tindakan banyak terjadi pada wanita sebab wanita
deteksi dini dan memberikan memiliki peluang peningkatan indeks masa
pengobatan sejak awal penyakit. Dalam tubuh yang lebih besar. Berdasarkan hasil
pengelolaan pasien DM, sejak awal Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008
sudah harus diwaspadai dan sedapat prevalensi DM di Indonesia membesar
mungkin dicegah hingga 57%. Peningkatan Kejadian
kemungkinan terjadinya penyulit Diabetes Melitus tipe 2 di timbulkan oleh
menahun. Pilar utama pengelolaan faktor faktor seperti riwayat diabetes
DMmeliputi: melitus dalam keluarga, umur, Obesitas,
a. penyuluhan tekanan darah tinggi, dyslipidemia,
b. perencanaanmakanan toleransi glukosa terganggu, kurang
c. latihan jasmani aktivitas, riwayat DM pada kehamilan.
d. obat berkhasiathipoglikemik. Untuk menegakkandiagnosis
Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu
Pencegahan Tersier ditemukan keluhan dan gejala yang khas
dengan hasil pemeriksaan glukosa darah
Pencegahan tersier adalah upaya sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa
mencegah terjadinya kecacatan lebih >126 mg/dl. Penatalaksanaan Diabetes
lanjut dan merehabilitasi pasien sedini Melitus dapat dilakukan dengan pemilihan
mungkin, sebelum kecacatan tersebut obat oral hiperglikemik dan insulin serta
menetap. Pelayanan kesehatan yang modifikasi gaya hidup seperti diet , dan
holistik dan terintegrasi antar disiplin olahraga teratur untuk menghindari
terkait sangat diperlukan, terutama komplikasi seperti ketoasidosis diabetik,
dirumah sakit rujukan, misalnya para koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK)
ahli sesama disiplin ilmu seperti ahli dan kemolakto asidosis, penyakitjantung
penyakit jantung, mata, rehabilitasi
medis, gizi danlain-lain.3,6

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |102


Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

koroner,gagal jantung kongetif, stroke, nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati,


dan ulkus diabetikum.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bennett,P.EpidemiologyofType2DiabetesMillitus.InLeRoithet.al,
DiabetesMillitusaFundamentalandClinical
Text.Philadelphia:LippincottWilliam&Wilkin s.2008;43(1):544-7.
2. Buraerah, Hakim. Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas
Tanrutedong, Sidenreg Rappan,. Jurnal Ilmiah Nasional;2010 [cited 2010 feb 17].
Available from
:http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=a&id=186192

3. Departemen Kesehatan. Pharmaceutical Care untukPenyakitDiabetesMelitus.2005.


4. Harding,AnneHelenetal.DietaryFatadnRisk of Clinic Type Diabetes. A,erican Journal of
Epidemiology.2003;15(1);150-9.
5. Hastuti, Rini Tri. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita
DiabetesMelitus Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta [dissertation].
Universitas Diponegoro (Semarang).2008.
6. Slamet S. Diet pada diabetes Dalam Noer dkk.Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
III.Jakarta: Balai PenerbitFK-ill;2008.
7. Sujaya, I Nyoman. “Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor Risiko
Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal Skala Husada”.2009;6(1);75-81.
8. TeixeriaL.Regularphysicalexercisetraining
assists in preventing type 2 diabetes development: focus on its antioxidant and anti-
inflammantory properties. Biomed Central Cardiovascular Diabetology.2011; 10(2);1-
15.

9. Wild S , Roglic G, GreenA, Sicree R, king H.Global prevalence of diabetes: estimates


for the year 2000 and projections for 2030. Diabetic care.2004;27(3);1047-53.
10. Yaturu,S.Obesityandtype2diabetes.Journal of DiabetesMellitus.2011; 1(4);10-6.
11. Waspadji S. Kaki diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
10
Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Jilid
3
Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

III, edisi kelima. Jakarta: Interna publishing, 2009.h.1961.

12. PB PERKENI. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di


Indonesia. Jakarta;2011.
13. Ibrahim ZS.Pengaruh senam kakiterhadap peningkatan sirkulasi darah kakipasien
diabates melitus tipe 2 Di RSUPFatmawati Jakarta Tahun 2012 [skripsi]. Jakarta:
Universitas PembangunanNasional Veteran; 2012.

10
4

Anda mungkin juga menyukai