Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN KDM CAIRAN DAN

ELEKTROLIT PADA AN.G DIRUANG


FLAMBOYANRSUD Dr.DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh:
Roby Kurniandi
NIM 2020-01-14201-072

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :Roby Kurniandi
NIM :2020-01-14201-061
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatanPadaAn.G dengan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit
di RSUD dr. Doris sylvanus palangkaraya.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan


untuk menempuh Praktik Praklinik Keperawatan I (PPK I) Pada
Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Efri Dulie, S.Kep.,Ners Nursaadah S. Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
yang berjudul “Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatanpada An.G engan
kebutuhan dasar cairan dan elektrolit diRSUD dr. Doris sylvanus palangkaraya ”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan I
(PPK I).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Bapak Efri Dulie, S.Kep.,Nersselaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Nursaadah, S.Kep.,Ners selaku Pembimbing klinik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
5. IbuRimba Aprianti,S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah
Praktik Praklinik Keperawatan I.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Palangka Raya, 1 Juni 2022

Roby Kurniandi

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit................................................................................................3
2.1.1 Definisi......................................................................................................3
2.1.2 Anatomi Fisiologi......................................................................................3
2.1.3 Etiologi......................................................................................................8
2.1.4 Klasitifikasi..............................................................................................11
2.1.5 Patofisiologi (Pathway)............................................................................14
2.1.6 Manisfetasi klinis.....................................................................................16
2.1.7 Komplikasi...............................................................................................18
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................18
2.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................................19
2.2ManajemenAsuhan Keperawatan......................................................................19
2.2.1 Pengkajian...............................................................................................19
2.2.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................22
2.2.3 Intervensi Keperawatan............................................................................22
2.2.4 Implementasi ...........................................................................................24
2.2.5 Evaluasi ..................................................................................................24

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian.......................................................................................................25
3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................34
3.3 Intervensi.........................................................................................................38
3.4 Implementasi....................................................................................................40
3.5 Evaluasi...........................................................................................................40
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................................41
4.2 Saran..................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN :

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan.Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya,
jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstrseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu cairan intravaskuler(plasma), cairan intersitial
dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler(plasma) adalah cairan di dalam sistem
vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan
cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar


(milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah
dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih
kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut
zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang
dan menjalankan tugasnya.

1
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh
lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan
keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada
kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang
ada di milieu interior.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil pembahasan dalam uraian latar belakang di atas maka


rumusan masalah laporan kasus ini adalah “Bagaimana pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan kebutuhan dasar manusia cairan dan elektrolit pada An.
G di ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, mulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi
keperawatan”.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus gangguan
cairan dan elektrolit di ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu membuat proses keperawatan mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi keperawatan.
1.4Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan menambah
pengalaman tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah cairan dan elektrolit.
1.4.2 Bagi profesi Keperawatan
Laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi stimulus bagi rekan
sejawat keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah keperawatan cairan dan elektrolit.
1.4.3 Bagi Keluarga dan Pasien

2
Pelaksanaan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas kesehatan pasien, dan dapat mengedukasi keluarga
dalam menjaga kesehatannya.
1.4.4 Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan laporan ini dapat menjadi contoh dalam penulisan laporan yang
akan di lakukan selanjutnya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)
2.1.1 Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Kebutuhan
cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara
intake dan output. Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara
1.500ml - 3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan
dengan mekanisme haus (Abdul H, 2008).
2.1.2 Anatomi fisiologi
1. Anatomi Cairan Tubuh
a. Total Body Water ( TBW )
Air merupakan komponen utama dalam tubuh yakni sekitar 60%
dari berat badan pada laki-laki dewasa. Persentase tersebut bervariasi
bergantung beberapa faktor diantaranya:
1) TBW pada orang dewasa berkisar antara 45-75% dari berat badan.
Kisaran ini tergantung pada tiap individu yang memiliki jumlah
jaringan adipose yang berbeda, yang mana jaringan ini hanya
mengandung sedikit air.
2) TBW pada wanita lebih kecil dibanding dengan laki-laki dewasa pada
umur yang sama, karena struktur tubuh wanita dewasa yang
umumnya lebih banyak mengandung jaringan lemak.
3) TBW pada neonatus lebih tinggi yaitu sekitar 70-80% berat badan
4) Untuk beberapa alasan, obesitas serta peningkatan usia akan
menurunjkan jumlah kandungan total air tubuh
5) TBW dibagi dalam 2 komponen utama yaitu cairan intraseluler (CIS)
dan cairan ekstra seluler (CES).

4
Cairan intraseluler merupakan 40% dari TBW.Pada seorang laki-laki
dewasa dengan berat 70 kg berjumlah sekitar 27 liter.Sekitar 2 liter berada
dalam sel darah merah yang berada di dalam intravaskuler.Komposisi CIS
dan kandungan airnya bervariasi menurut fungsi jaringan yang ada.Misalnya,
jaringan lemak memiliki jumlah air yang lebih sedikit dibanding jaringan
tubuh lainnya.
Komposisi dari CIS bervariasi menurut fungsi suatu sel. Namun
terdapat perbedaan umum antara CIS dan cairan interstitial. CIS mempunyai
kadar Na+, Cl- dan HCO3- yang lebih rendah dibanding CES dan
mengandung lebih banyak ion K+ dan fosfat serta protein yang merupakan
komponen utama intra seluler. Komposisi CIS ini dipertahankan oleh
membran plasma sel dalam keadaan stabil namun tetap ada
pertukaran.Transpor membran terjadi melalui mekanisme pasif seperti
osmosis dan difusi, yang mana tidak membutuhkan energi sebagaimana
transport aktif.

Sekitar sepertiga dari TBW merupakan cairan ekstraseluler (CES),


yaitu seluruh cairan di luar sel. Dua kompartemen terbesar dari cairan
ekstrasluler adalah cairan interstisiel, yang merupakan tiga perempat cairan
ekstraseluler, dan plasma, yaitu seperempat cairan ekstraseluler. Plasma
adalah bagian darah nonselular dan terus menerus berhubungan dengan cairan
interstisiel melalui celah-celah membran kapiler.Celah ini bersifat sangat
permeabel terhadap hampir semua zat terlarut dalam cairan ekstraseluler,
kecuali protein. Karenanya, cairan ekstraseluler terus bercampur, sehingga

5
plasma dan interstisiel mempunyai komposisi yang sama kecuali untuk
protein, yang konsentrasinya lebih tinggi padaplasma.
Cairan transeluler merupakan cairan yang disekresikan dalam tubuh
terpisah dari plasma oleh lapisan epithelial serta peranannya tidak terlalu
berarti dalam keseimbangan cairan tubuh, akan tetapi pada beberapa keadaan
dimana terjadi pengeluaran jumlah cairan transeluler secara berlebihan maka
akan tetap mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Cairan
yang termasuk cairan transeluler, yaitu: cairan serebrospinal, cairan dalam
kelenjar limfe, cairan intra okular, cairan gastrointestinal dan empedu, cairan
pleura, peritoneal, danperikardial.
b. Pengaturan Keseimbangan Cairan
Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus,
hormon antidiuretic (ADH), hormon aldosterone, prostaglandin dan
glukokortikoid (Mubarak, 2007).
1) Rasa haus
Rasa haus adalah keinginan yang disadari terhadap kebutuhan akan cairan.
Rasa haus biasanya muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295
mOsm/kg.Osmoreseptor yang terletak di pusat rasa haus hipotalamus
sensitif terhadap perubahan osmolalitas pada cairan ektrasel. Bila
osmolalitas meningkat, sel akan mengkerut dan sensasi rasa haus akan
muncul akibat kondisi dehidrasi. Mekanismenya adalah sebagai berikut:
a) Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan renin, yang akhirnya
menghasilkan angiostensin II. Angiostensin II merangsang
hipotalamus untuk melepaskan substrat neuron yang bertanggung
jawab meneruskan sensasi haus.
b) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan
osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan
sensasi haus.
c) Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan lokal pada mulut akibat
status hipersomolar. Selain itu, rasa haus bisa juga muncul untuk
menghilangkan sensasi kering yang tidak nyaman akibat penurunan
saliva.

6
2) Hormon ADH
Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam
neurohipofisis pada hipofisis posterior.Stimuli utama untuk sekresi ADH
adalah peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel.Selain itu,
sekresi juga dapat terjadi pada kondisi stres, trauma, pembedahan, nyeri
dan pada penggunaan beberapa jenis anestetik dan obat-obatan.Hormon ini
meningkatkan reabsorpsi air pada duktus pengumpul sehingga dapat
menahan air dan mempertahankan volume cairan ekstrasel.ADH juga
disebut sebagai vasopressin karena mempunyai efek vasokontriksi minor
pada arteriol yang dapat meningkatkan tekanan darah.
3) Hormon aldosteron
Hormone ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium.Retensi natrium
mengakibatkan retensi air. Pelepasan aldosterone dirangsang oleh
perubahan konsentrasi kalium, kadar natrium serum, dan sistem renin-
angiotensi.
4) Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapat di banyak
jaringan dan berperan dalam respons radang, pengontrolan tekanan darah,
kontraksi uterus, dan motilitas gastrointestinal.Di ginjal, prostaglandin
berperan mengatur sirkulasi ginjal, resorpsi natrium.
5) Glukokortikoid
Glukokortikoid meningkatkan resorpsi natrium dan air sehingga
memperbesar volume darah dan mengakibatkan retensi natrium. Oleh
karena itu, perubahan kadar glukokortikoid mengakibatkan perubahan
pada keseimbangan volume darah.
Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500
ml/hari.Sedangkan haluaran cairannya adalah 2300 ml/hari.Pengeluaran
cairan dapat terjadi melalui beberapa organ, yakni kulit, paru-paru,
pencernaan, dan ginjal (Mubarak, 2007).
1) Kulit
Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang

7
merangsang aktivitas kelenjar keringat.Rangsangan pada kelenjar keringat
ini disebabkan oleh aktivitas otot, temperatur lingkungan yang tinggi, dan
kondisi demam.Pengeluaran cairan melalui kulit dikenal dengan istilah
insensible water loss (IWL). Hal yang sama juga berlaku pada paru-paru.
Sedangkan pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 15-24 ml/24 jam atau
350-400 ml/hari.
2) Paru-paru
Meningkatnya jumlah cairan yang keluar melalui paru-paru merupakan
suatu bentuk respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas
karena pergerakan atau kondisi demam.IWL untuk paru-paru adalah 350-
400 ml/hari.
3) Pencernaan
Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui sistem
mencernaan setiap harinya berkisar 100-200 ml. Perhitungan IWL secara
keseluruhan adalah 10-15 ml/kg BB/24 jam, dengan penambahan 10% dari
IWL normal setiap kenaikan suhu 1oC.
4) Ginjal
Ginjal merupakan organ pengekskresi cairan yang utama pada tubuh.Pada
individu dewasa, ginjal mengekskresikan sekitar 1500 ml per hari.
Pengeluaran cairan dalam tubuh manusia berlangsung dalam tiga cara.
Cara pertama melalui insensible water loss (IWL). Pada proses ini, cairan
keluar melalui penguapan di paru-paru. Cara kedua melalui noticeable water
loss (NWL); cairan diekskresikan melalui kringat.Cara ketiga melalui feses,
tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit. Pengeluaran cairan pada orang
dewasa berlangsung empat cara, yakni melalui urine (1500 ml), feses (200
ml), udara ekspirasi (400 ml), dan keringat (400 ml). Jadi, total pengeluaran
cairan tubuh adalah 2500 ml (Mubarak, 2007).
c. Pergerakan Cairan Tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu
(Tarwoto dan Wartonah, 2006):
1) Difusi
Merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak

8
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi
keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan menembus membran
sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi
larutan, dan temperatur.
2) Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran
semipermiabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke
konsentrasi lebih tinggi yang sifatnya menarik.
3) Transpor aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya
aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
2.1.3 Etiologi
Status cairan, elektrolit, dan asam basa bukan berada dalam keadaan statis
atau dalam kesatuan fisiologis yang tunggal.Faktor utama yang dapat
mempengaruhi status normal cairan, elektrolit, dan asam basa (Potter dan Perry,
2006).
a. Usia
Usia mempengaruhi distribusi cairan tubuh dan elektrolit. Perubahan
cairan dan elektrolit terjadi secara normal seiring dengan perubahan
perkembangan seseorang.
1) Bayi
Total proporsi air dalam tubuh bayi lebih besar daripada total
proporsi air dalam tubuh anak usia sekolah, remaja, atau orang
dewasa. Namun, meski bayi memiliki proporsi air tubuh lebih besar,
mereka tidak terhindar dari kehilangan cairan (misalnya pada diare),
karena mereka setiap hari mengkonsumsi dan mengekskresi volume
air dalam jumlah yang relatif lebih besar daripada orang dewasa.
2) Anak-Anak
Pada penyakit di masa kanak-kanak, respon pengaturan dan
kompensasi mereka terhadap ketidakseimbangan menjadi kurang
stabil, dan dalam perubahan keseimbangan yang lebih besar, anak-
anak tersebut cenderung berespon dalam rentang yang lebih sempit

9
denga toleransi yang rendah.Seringkali respon anak-anak terhadap
penyakit adalah mereka menjadi demam dengan suhu yang lebih
tinggi atau dengan durasi demam yang lebih lama daripada orang
dewasa. Pada usia berapapun, demam di masa anak-anak dapat
meningkatkan kecepatan kehilangan air yang tidak dirasakan.
3) Remaja
Pada masa remaja, perubahan utama dalam proses anatomis dan
fisiologis berlangsung dengan cepat. Peningkatan kecepatan
pertumbuhan akan meningkatkan proses metabolik, dan akibatnya,
sejumlah air dihasilkan sebagai produk akhir metabolisme.
Perubahan keseimbangan cairan pada remaja perempuan lebih besar
karena adanya perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus
menstruasi.
4) Lansia
Risiko lansia mengalami ketidakseimbangan cairan elektrolit
berhubungan erat dengan fungsi ginjal dan ketidakmampuan untuk
mengonsentrasi urine.Klien lansia yang mungkin mengalami
penyakit kronis, dapat merusak keseimbangan cairan. Faktor risiko
lain yang mempengaruhi adalah penggunaan obat-obatan diuretik,
laksatif dan enema yang berlebihan, dan prosedur pembersihan kolon
yang dilakukan dalam persiapan untuk pemeriksaan diagnostik.

b. Ukuran Tubuh
Ukuran dan komposisi tubuh berpengaruh pada jumlah dan total air dalam
tubuh.Lemak tidak mengandung air, karena itu, klien yang gemuk
memiliki proporsi air tubuh yang lebih sedikit.Wanita memiliki lebih
banyak cadangan lemak pada payudara dan paha daripada pria. Akibatnya
jumlah total air pada tubuh wanita lebih kecil daripada pria walaupun usia
mereka sama.
c. Temperatur Lingkungan
Tubuh berespon terhadap temperatur lingkungan yang berlebihan dalam
bentuk perubahan cairan.Tubuh meningkatkan vasodilatasi perifer yang

10
memungkinkan lebih banyak darah memasuki permukaan tubuh yang
sudah menjadi dingin. Berkeringat akan meningkatkan kehilangan cairan
tubuh, yang menyebabkan kehilangan ion natrium dan klorida. Tubuh juga
meningkatkan curah jantung dan denyut nadi, terjadi peningkatan sekresi
aldosteron, menyebabkan retensi natrium dan ekskresi kalium yang
dilakukan oleh ginjal.
d. Gaya hidup
1) Diet
Ketika asupan nutrisi tidak adekuat, tubuh berupaya
mempertahankan cadangan protein dengan memecah cadangan
glikogen dan lemak.Apabila kelebihan asam lemak bebas dilepaskan,
dapat terjadi asidosis metabolik karena hati mengubah asam lemak
bebas menjadi keton.Namun setelah sumber tersebut habis, tubuh
mulai menghancurkan simpanan protein. Apabila kadar protein
serum menurun dalam darah, terjadi hipoalbuminemia, tekanan
osmotik menurun, cairan berpindah dari volume darah sirkulasi dan
masuk ke ruang interstitial pada rongga abdomen.
2) Stres
Stes dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot.Mekanisme ini dapat meningkatkan
natrium dan retensi air, sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
3) Olahraga
Olahraga meningkatkan pengeluaran cairan melalui keringat.Klien
yang melakukan olahraga dapat berespon terhadap mekanisme rasa
haus dan membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit dengan meningkatkan asupan cairan.
e. Keadaan sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak sehingga untuk
memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses
pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan
ketidakseimbangan sistem dalam tubuh, seperti ketidakseimbangan

11
hormonal, yang dapat mengganggu keseimbangna kebutuhan
cairan.Kondisi sakit yang dapat memengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit antara lain luka bakar, gagal ginjal, dan payah jantung.
f. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.
2.1.4 Klasifikasi
a. Gangguan keseimbangan cairan
1) Hipovolemia
Hipovolemi atau dehidrasi merupakan kekurangan cairan
eksternal yang terjadi karena penurunan intake cairan dan kelebihan
pengeluaran cairan.Ada tiga macam kekurangan volume cairan
eksternal atau dehidrasi yaitu dehidrasi isotonik, hipertonik, dan
hipotonik.Dehidrasi isotonik terjadi jika kehilanga sejumlah cairan
dan elektrolitnya yang seimbang.Dehidrasi hipertonik terjadi jika
kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada
elektrolitnya.Dehidrasi hipotonik yaitu keadaan dimana lebih banyak
kehilangan elektrolitnya dibanding airnya.
Selain jenis dehidrasi tersebut, kita juga mengenal macam
dehidrasi (kekurangan volume cairan) berdasarkan derajatnya yaitu
berat, sedang, dan ringan. Dehidrasi berat jika pengeluaran/
kehilangan cairan 4-6 liter, serum natrium 156-166 mEq/lt,
hipotensi, turgor kulit buruk, oliguri, nadi dan pernafasan meningkat,
dan kehilangan cairan mencapai lebih dari 10% dari berat badan.
Dehidrasi sedang jika kehilangan cairan 2-4 liter atau diantara 5-10%
dari berat badan, serum natrium 152-158 mEq/lt dan mata cekung.
Dehidrasi ringan jika kehilangan cairan mencapai 5% dari berat
badan atau 1,5-2 liter.
2) Hipervolemia
Hipervolemia atau overhidrasi terdapat dua manifestasi yang
ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan

12
volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada
interstitial).Normalnya, cairan interstisial tidak terikat dengan air,
tetapi elastis dan hanya terdapat di antara jaringan.Pitting edema
merupakan edema yang berada pada daerah perifer atau akan
berbentuk cekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini
disebabkan oleh perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan.
Edema anasarka adalah edema yang terdapat di seluruh tubuh.
Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan
adalah edema perifer (pitting edema), asites, kelopak mata
membengkak, suara napas ronchi bacah, penambahan berat badan
secara tidak normal/sangat cepat, dan nilai hematokrit pada
umumnya normal, akan tetapi menurun bila kelebihan cairan bersifat
akut.
b. Gangguan kebutuhan elektrolit
1) Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma
darah ditandai dengan adanya rasa kehausan yang berlebihan, rasa
cemas, takut dan bingung, kejang perut, denyut nadi cepat,
hipotemsi, konvulsi, membran mukosa kering, kadar natrium dalam
plasma kurang dari 135 mEq/lt. Dapat terjadi pada pasien yang
mendapat obat diuretik dalam jangka waktu yang lama tanpa
terkontrol, diare jangka panjang.
2) Hipernatremia
Suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi yang
ditandai dengan adanya mukosa kering, rasa haus, turgor kulit buruk
dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering
dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, kadar natrium dalam
plasma lebih dari 145 mEq/lt. Dapat terjadi pada pasien dehidrasi,
diare, pemasukan air yang berlebihan sedang intake garam yang
sedikit.
3) Hipokalemia

13
Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah ditandai
dengan denyut nadi lemah, tekanan darah menurun, tidak nafsu
makan dan muntah-muntah, perut kembung, otot lemah dan lunak,
denyut jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus,
kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5 mEq/lt.
4) Hiperkalemia
Suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi yang
ditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas sistem pencernaan,
aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, kecemasan,
kadar kalium dalam plasma lebih dari 5 mEq/lt.
5) Hipokalsemia
Kekurangan kalsium dalam plasma darah yang ditandai dengan
adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium
dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/l dan kesemutan pada jari dan
sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan
kelenjar gondok, kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi
intestinal.
6) Hiperkalsemia
Suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah, yang ditandai
dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-
mual, koma dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/l.
Dapat dijumpai pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar
gondok, dan konsumsi vitamin D yang berlebihan.
7) Hipomagnesia
Kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan
adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi,
hipertensi, disorientasi dan konvulsi. Kadar magnesium dalam darah
kurang dari 1,3 mEq/l.
8) Hipermagnesia
Kadar magnesium yang berlebihan dalam darah yang ditandai
dengan adanya koma, gangguan pernafasan, dan kadar magnesium
lebih dari 2,5 mEq/l.

14
c. Gangguan keseimbangan asam basa
Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam
basa. Keseimbangan asam basa diukur dengan pH (derajat keasama)
dengan nilai normal 7,35-7,45. Masalah keseimbangan asam basa
diantaranya (Tarwoto dan Wartonah, 2006):
1) Asidosis respiratorik
Disebabkan karena kegagalan sistem pernapasan dalam membuah
CO2 dari cairan tubuh. Kerusakan pernapasan, peningkatan PCO 2
arteri di atas 45 mmHg dengan penurunan pH < 7,35. Penyebab:
penyakit obstruksi, restriksi paru, polimielitis, penurunan aktivitas
pusat pernapasan (trauma kepala, pendarahan, narkotik, anestesi, dan
lain-lain).
2) Alkalosis respiratorik
Disebabkan karena kehilangan CO2 dari paru-paru pada kecepatan
yang lebih tinggi dari produksinya dalam jaringan. Hal ini
menimbulkan PCO2 arteri <35 mmHg, pH >7,45. Penyebab:
hiperventilasi alveolar, anxietas, demam, meningitis, keracunan
aspirin, pneumonia, dan emboli paru.
3) Asidosis metabolik
Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan basa.
pH arteri <7,35, HCO3 menurun di bawah 22 mEq/lt. Gejala:
pernapasan kusmaul (dalam dan cepat), disorientasi, dan koma.
4) Alkalosis metabolic
Disebabkan oleh kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa
pada cairan tubuh. Bikarbonat plasma meningkat >26 mEq/lt dan pH
arteri >7,45. Penyebab: mencerna sebagian besar basa (misalnya
BaHCO3,antacid, soda kue) untuk mengatasi ulkus peptikum atau
rasa kembung. Gejala: apatis, lemah, gangguan mental, kram dan
pusing.
2.1.5 Patofisiologi (WOC)
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).Kondisi

15
seperti ini disebut juga hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan
kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan
interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan
ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler.Secara umum, kekurangan volume cairan
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga
(lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke
lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat).Cairan dapat
berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritonium, perikardium, atau rongga sendi.Selain itu, kondisi tertentu,
seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan (Price dan Wilson, 2006).
Kelebihan volume cairan akan terjadi apabila tekanan hidrostatik
intravaskuler meningkat, tekanan osmotik koloid plasma menurun, dan
gangguan aliran limfe. Meningkatnya tekanan hidrostatik cenderung
memaksa cairan masuk ke dalam ruang interstitial.Penyebab peningkatan
tersebut diantaranya adalah kegagalan jantung, penurunan perfusi ginjal,
aliran darah yang lambat misalnya karena ada sumbatan dan lain-lain.
Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma disebabkan menurunnya kadar
albumin plasma. Penurunan kadar albumin plasma diakibatkan oleh
kehilangan albumin serum yang berlebihan atau pengurangan sintesis
albumin serum. Kondisi ini misalnya dapat ditemukan pada penyakit nefrotik
sindrom, penyakit hati dan pankreas, serta kekurangan protein yang berat dan
lain-lain (Asmadi, 2008).

16
https://www.scribd.com/document/372099071/327173612-Pathway-Cairan-Dan-
Elektrolit-doc

2.1.6 Manifestasi Klinis


Parameter yang digunakan untuk mengetahui adanya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi (Mubarak, 2007):
a. Tanda-tanda vital yang abnormal
b. Asupan dan haluaran cairan yang tidak seimbang

17
c. Volume dan konsentrasi urine yang tidak normal
d. Turgor kulit yang buruk
e. Penurunan/peningkatan berat badan yang tiba-tiba (±2% ringan; ±5%
sedang; ±10% berat)
f. Temperatur tubuh yang sangat tinggi akibat kehilangan cairan berlebihan
g. Edema
h. Nilai tekanan vena central (CVP) yang abnormal (normalnya 7-15
mmHg)

Kekurangan volume cairan Kelebihan volume cairan


Batasan karakteristik Batasan karakteristik
- Haus - Ada bunyi jantung S3
- Kelemahan - Anasarka
- Kulit kering - Ansietas
- Membran mukosa kering - Asupan melebihi haluaran
- Peningkatan frekuensi nadi - Azotemia
- Peningkatan hematokrit - Bunyi napas tambahan
- Peningkatan konsentrasi - Dispnea
urine - Dispnea nocturnal paroksimal
- Peningkatan suhu tubuh - Distensi vena jugularis
- Penurunan berat badan - Edema
tiba-tiba - Efusi pleura
- Penurunan haluaran urine - Gangguan pola napas
- Penurunan pengisian vena - Gangguan tekanan darah
- Penurunan tekanan darah - Gelisah
- Penurunan tekanan nadi - Hepatomegali
- Penurunan turgor kulit - Ketidakseimbangan elektrolit
- Penurunan turgor lidah - Kongesti pulmonal
- Penurunan volume nadi - Oliguria
Perubahan status mental - Ortopnea
- Penambahan berat badan

18
dalam waktu sangat singkat
- Peningkatan tekanan vena
sentral
- Penurunan hematokrit
- Penurunan hemoglobin
- Perubahan berat jenis urine
- Perubahan status mental
- Perubahan tekanan arteri
pulmonal
Refleks hepatojugular positif

2.1.7 Komplikasi
a. Gagal ginjal
b. Gangguan pertukaran gas
c. Gangguan eliminasi fekal
d. Batu ginjal
e. Gangguan proses berpikir (konfusi atau bingung)
f. Gangguan integritas kulit
g. Gangguan penglihatan
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan elektrolit untuk menentukan status hidrasi. Elektrolit yang
sering diukur adalah ion natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap meliputi jumlah sel darah merah,
hemoglobin (Hb), dan hematokrit (Ht).
1) Ht naik: adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
2) Ht turun: adanya perdarahan akut, massif, dan reaksi hemolitik.
3) Hb naik: adanya hemokonsentrasi.
4) Hb turun: adanya perdarahan hebat, reaksi hemolitik.
c. Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam dan basa.
d. Pemeriksaan berat jenis urine untuk mengukur derajat konsentrasi urin.
e. Analisa gas darah.

19
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Medis Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut.
1. Dialysis. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokomia; menyebabkan
cairan, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
menghilangkan kecendrungan perdarahan dan membantu penyembuhan
luka.
2. Koreksi hiperkalemi. Mengendalikan kalium darah sangat penting karena
dapat menimbulkan kematian mendadak. Bila terjadi hiperkalemia, maka
pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na
bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3. Koreksi anemia. Usaha pertama ditujukan untuk mengatasi faktor
defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin
dapat diatasi.
4. Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan
harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau
parenteral. Pada permulaan mEq natrium bikarbonat diberi intervensi
perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang.
5. Pengendalian hipertensi. Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan
vasodilator dilakukan.

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
1. Identitas
Kaji identitas pasien meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, suku,
bangsa, agama
2. Fokus pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral)
2) Tanda umum masalah elektrolit
3) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan

20
4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu
minus status cairan
6) Status perkembangan seperti usia atau status sosial
7) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu
pengobatan
b. Pengukuran klinik
1) Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan.
a) ± 2% : Ringan
b) ± 5% : Sedang
c) ± 10% : Berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang
sama.
2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi,
pernafasan, dan tingkat kesadaran.
3) Pengukuran pemasukan cairan
a) Cairan oral : NGT dan oral
b) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Irigasi kateter atau NGT
4) Pengukuran pengeluaran cairan
a) Urine : volume, kejernihan/kepekatan
b) Feses: jumlah dan konsentrasi
c) Muntah
d) Tube drainase
e) IWL
5) Ukur keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar ±
200cc.

21
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan
pada:
1) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan
otot, tetani, dan sensasi rasa.
2) Kardiovaskuler : detensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin, dan bunyi jantung.
3) Mata : cekung, air mata kering
4) Neurologi : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah,
muntah-muntah, dan bising usus.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap : pemeriksaan ini meliputi jumlah sel
darah, hemoglobin (Hb), dan hematokrit (Ht).
a) Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok
b) Ht turun : adanya pendarahan akut, masif, dan reaksi
hemolitik
c) Hb naik : adanya hemokonsentrasi
d) Hb turun : adanya pendarahan hebat, reaksi hemolitik
2) Pemeriksaan elektrolit serum : pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.
3) pH dan berat jenis urin : berat jenis menunjukkan kemampuan
ginjal untuk mengatur konsentrasi urine, normalnya pH urine
adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
4) Analisa gas darah : biasanya yang biasa diperiksa adalah pH, PO,
HCO, PCO, dan saturasi O2.
a) PCO2 normal : 35-40 mmHg
b) PO2 normal : 80-100 Hg
c) HCO3 normal : 25-29 mEq/l

22
d) Saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan
jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di
arteri (95%-98%) dan vena (60%-85%)
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan output cairan yang berlebihan
2. Gangguan cairan dan elektrolit lebih dari kebutuhan tubuh  berhubungan
dengan gangguan mekanisme regulator sekunder akibat gagal ginjal, dan
lain-lain

23
2.3.3 Intervensi lasckep
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan output cairan yang berlebihan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Monitor status hidrasi (kelembabpan membran 1. Untuk mengetahui  perkembangan
keperawatan diharapkan : mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika status rehidrasi.
  diperlukan.
 Cairan seimbang 2. Monitor status cairan termasuk intake & output
 Hidrasi cairan 2. Untuk memantau status cairan pasien

 mempertahankan urine 3. Anjurkan pasien menambahan intake oral (cairan

output sesuai dengan usia dan maupun nutrisi) 3. Untuk memenuhi kebutuhan cairan

BB, BJ urine normal. 4. Kolaborasikan dengan tim medis dengan pemberian dan nutrisi pasien

 Tekanan darah, nadi, suhu cairan IV 4. Untuk mengganti cairan yang keluar

tubuh dalam batas normal

1
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulator sekunder akibat gagal ginjal, dan lain-lain
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Ukur dan monitor:Intake dan output cairan,berat 1. Dasar pengkajian kardiovaskuler dan
keperawatan diharapkan : badan, tensi, CVP distensi vena, jugularis, dan bunyi respons terhadap penyakit
 Cairan dan Elektrolit seimbang paru 2. Mengurangi edema
2. Pada pasien yang bedrest:
 Ubah posisi setiap 2 jam 3. Mencegah kerusakan kulit
 Latihan pasif dan aktif
3. Pada kulit yang edema berikan losion, hindari 4. Kerja sama disiplin ilmu dalam
penekanan yang terus-menerus perawatan
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan,
obat, dan efek pengobatan 5. pasien dan keluarga mengetahui dan
5. Berikan pengetahuan kesehatan tentang: kooperatif

 Intake dan output cairan


 Berat badan
 Pengobatan

2
2.3.4 Implementasi

Merupakan tindakan-tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi keluhan pasien


berdasarkan intervensi yang telah dibuat.

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan


kebutuhan cairan dan elektrolit berdasarkan kriteria hasil dan tujuan keperawatan
yaitu :
1. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
2. Hidrasi
3. Cairan dan elektrolit seimbang
4. mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal.

1
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Roby Kurniandi

NIM : 2020-01-14021-072

Ruang Praktek : Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus

Tanggal Praktek : 29 Juni 2022

Tanggal & Jam Pengkajian : 29 Juni 2022, 07.00-12.00 WIB

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An.G

Umur : 10 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku/Bangsa : Dayak /Indonesia

Agama : Kristen

Pekerjaan : pelajar

Pendidikan : SD

Status Perkawinan :-

Alamat : Palangka Raya

Tgl MRS : 26 juni 2022

Diagnosa Medis : Dangue Haemoragic Fever (DHF)

2
B.RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN

1. Keluhan Utama :
Ibu Pasien mengatakan anaknya mual

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Keluarga pasien menggatakan pada tanggal 23 Juni 2022 tiba-tiba badan pasien
panas,mual,muntah.Setelah itu pasien di antar ke Ruang IGD Pada tanggal 26 juni
2022 dengan keluhan panas,mual,muntah dan lansung diberikan terapi
pemasangan infus Nacl dan setelah dilakukan pemeriksaan pasien dibawa ke
ruang flamboyan dimana pasien dirawat sekarang.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Ibu pasien mengatakan Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan bahwa ibunya tidak memiliki riwayat penyakit keluarga

26
C.DATA GENOGRAM

Keterangan :

: Laki – Laki : Tinggal satu rumah

: Perempuan : Hubungan Keluarga

: klien : Meninggal

27
1. OKSIGENASI 2. CAIRAN
Nadi : 64x /menit Kebiasaan minum : 1600 CC /hari,
Pernapasan : 22x /mnt Jenis : Air putih
TD: 103/65 mmHg Turgor kulit : < 2 detik
Bunyi Nafas : vesikuler Mukosa mulut : lembab, tidak stomatitis
Respirasi : normal Punggung kaki : normal warna : sawo
Kedalaman : Normal matang
Riwayat Penyakit : Pengisian kapiler : normal < 2 detik
Lain – lain : Mata cekung : tidak
Konjungtiva : berwarna merah muda
Sklera : putih
Distensi vena jugularis : normal
Minum per NGT : tidak
Terpasang Dekompresi NGT : tidak
Terpasang infuse : Terpasang
(dimulai tgl : 26 juni 2022 Jenis : NaCl 0,9
%
dipasang di : Intravena tangan kanan)
Lain –lain
Masalah Keperawatan : Masalah Keperawatan :
Ο Intolerance aktivitas Ο Pola nafas Ο Kekurangan volume cairan ,
tdk efektif Ο Kelebihan volume cairan
Ο Gg pertukaran gas Ο Penurunan
Curah Jantung
Ο Gg Perfusi Jaringan
Ο Pola Nafas tidak efektif

28
3. NUTRISI 4. KEBERSIHAN PERORANGAN
TB : 150 cm BB : 42 Kg Kebiasaan mandi : 2 x/hari
Kebiasaan makan : 3 kali /hari pasien Cuci rambut : 2 x /hari
makan dengan teratur Kebiasaan gosok gigi : 1 x /hari
Keluhan saat ini : kurang nafsu makan Kebersihan badan : Bersih
Nyeri ulu hati /salah cerna , berhub Keadaan rambut : Bersih
dengan : tidak ada Keadaan kulit kepala : Bersih
Disembuhkan oleh : tidak ada Keadaan gigi dan mulut: Bersih
Pembesaran tiroid : tidak ada Keadaan kuku : bersih, Pendek
he/massa : tidak ada Keadaan vulva perineal :
Maltosa : normal Keluhan saat ini : tidak ada
Kondisi gigi/gusi : gigi tidak caries Iritasi kulit :tidak ada
dan gusi tidak bengkak/berdarah Luka bakar : tidak ada
Penampilan lidah : normal, pasien Keadaan luka : tidak ada luka
dapat membedakan rasa Lain lain : -

Makanan /NGT/parental (infuse) :


Infuse
(dimulai tgl : 26 Juni 2022 Jenis
Cairan : NaCl 0,9%
Dipasang di: Intravena tangan kanan
Porsi makan yang dihabiskan : 1 porsi
Makanan yang disukai : Nasi,ayam
Diet : -
Masalah Keperawatan Masalah keperawatan
Ο Ketidakseimbangan nutrisi : kurang Ο Defisit perawatan diri
dari kebutuhan Ο Gangguan integritas kulit
Ο Ketidakseimbangan nutrisi : lebih
dari kebutuhan

5. AKTIVITAS ISTIRAHAT 6. ELIMINASI


Aktivitas waktu luang : main Kebiasaan BAB : 1 x /hari

29
handphone BAK : 4 x /hari
Aktivitas Hoby : menonton Meggkan laxan : tidak
Kesulitan bergerak : Meggkan diuretic : ada
Kekuatan Otot : 5/5/5/5 Keluhan BAK saat ini : tidak ada
Tonus Otot : normal Keluhan BAB saat ini : tidak ada
Postur : normal tremor : tidak Abdomen : simetris Nyeri tekan : tidak ada
Rentang gerak : terbatas Lunak /keras : lunak
Keluhan saat ini : Nyeri seluruh tubuh Massa : tidak ada
Penggunaan alat bantu : Tidak ada Terpasang kateter urine : tidak
Pelaksanaan aktivitas : tidak ada
Jenis aktivitas yang perlu dibantu :
tidak ada

Masalah Keperawatan Masalah Kepewatan


Ο Hambatan mobilisasi fisik Ο Diare Ο Konstipasi Ο Retensi urine
Ο Inkontinen urine ΟDisuria
ΟKeseringan Ο Urgensi

7. TIDUR & ISTIRAHAT 8. PENCEGAHAN TERHADAP


BAHAYA
Kebiasaan tidur : Siang dan malam Reflek : baik,
Lama tidur : Malam 7 jam, Siang : 2 Penglihatan : baik
jam Pendengaran : baik
Kebiasaan tidur : tidak ada Penciuman : baik
Kesulitan tidur : tidak ada Perabaan : baik
Cara mengatasi : - Lain – lain :
Lain – lain :
Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan

30
Ο Gangguan Pola Tidur Ο Resiko Trauma Fisik Ο Resiko Injuri
Ο Gangguan Persepsi Sensorik
9. SEKSUALITAS
Aktif melakukan hubungan
seksual : tidak
Penggunaan kondom : tidak ada
Masalah – masalah /kesulitan
seksual : tidak ada
Perubahan terakhir dalam
frekuensi /minat : tidak ada
perubahan minat
Wanita :
Usia Menarke :
Lokasi :
Menopause : tidak
Rabas Vaginal : tidak ada
Perdarahan antar periode :
Melakukan pemeriksaan payudara
sendiri:
Tanda ( obyektif )
Pemeriksaan :
Payudara :
Kutil genatelia/test :
Masalah Keperawatan
Ο Perdarahan Ο Gg citra tubuh Ο Disfungsi Seksual Ο Gg Pemenuhan
Kebthn seksualitas
10. KESEIMBANGAN & PENINGKATAN HUBUNGAN PSIKO SERTA
INTERAKSI SOSIAL
Lama perkawinan : - Sosiologis : baik
Hidup dengan : orang tua Perubahan bicara : tidak ada
Masalah /Stress : tidak ada Penggunaan alat bantu komunikasi : tidak
Cara mengatasi stress : main game Adanya laringoskopi : tidak ada

31
Orang pendukung lain : keluarga Komunikasi verbal dengan keluarga / orang
Peran dalam struktur keluarga : terdekat lain : keluarga
anak Spiritual : berdoa
Masalah – masalah yang Kegiatan keagamaan : selalu melaksanakan
berhubungan dengan ibadah
penyakit /kondisi : tidak ada Gaya hidup : normal
Psikologis : normal
Keputusasaan : tidak ada

D. PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN

1. Bahasa Dominan (Khusus) :Indonesia Buta huruf : Tidak


Ο Ketidakmampuan belajar (khusus) Ο Keterbatasan kognitif
2. Informasi yang telah disampaikan :
Ο Pengaturan jam besuk
Ο Hak dan kewajiban klien
Ο Tim /petugas yang merawat
3. Masalah yang ingin dijelaskan
Ο Perawatan diri di RS
Ο Obat – obat yang diberikan

1. Faktor resiko keluarga (tandai hubungan ) : tidak ada


Ο Diabetes Ο Tuberkulosis Ο Penyakit jantung Ο Stroke Ο TD Tinggi
Ο Epilepsi Ο Penyakit ginjal Ο Kanker Ο Penyakit Jiwa Ο Lain – lain

E. Pemeriksaan Fisik Lengkap Terakhir


1. Status Mental ;
 Orientasi :
orientasi waktu klien dapat membedakan pagi siang danmalam, pada
orientasi orang klien dapat membedakan dokter, perawat dan keluarga,
pada orientasi tempat klien dapat mengetahui bahwa dirinya berada di
rumah sakit, pasien tidak terjadi halusinasi

32
 Afektifitas :
Tingkat Kesadaran pasiencomposmentis, saat dilakukan pengkajian
pasien terlentang lemes, berbicara jelas namun mengungkapkan ingin
segera sembuh dan bisa beraktifitas seperti biasa.
2. Ekstermitas Superior :
a) Motorik
Pergerakan : normal , bisa menggerakan tangan
Kekuatan : 5/5
b) Tonus : normal
c) Refleks Fisiologis
- Bisep : baik
- Trisep : baik
- Radius : baik
- Ulna : baik
d) Refleks Patologis
Hoffman Tromer : normal
e) Sensibilitas
Nyeri : normal
3. Ekstremitas Inferior :
a) Motorik
Pergerakan : baik, bisa menggerakan kaki
Kekuatan : 5/5
b) Tonus : normal
c) Refleks Fisiologis
Refleks Patella : baik
d) Refleks Patologis
- Babinsky : normal
- Chaddock : normal
- Gordon : normal
- Oppenheim : normal
- Schuffle : normal
4. Rangsang Meningen

33
a) Kaku kuduk : normal
b) Brudzinksky I & II : normal
c) Lassaque :normal
d) Kernig Sign : normal

34
F. DATA PENUNJANG ( DIAGNOSTIK & LABORATORIUM )

pemeriksaan Hasil nilai rujukan


HBsAg Negatif Negatif
Clotting time (CT) 4”00” 4-10
Bleding time
Ureum 2”00” 1-3
Kretinin 41 21-53
0,56 0,17 – 1,5

Hasil Laboratorium tanggal 26Juni 2022 pukul 18:55WIB


PAREMETERS UNIT RAFFENCE RANGES
WBC 13.62+(10^3/uL 4.50-11.00
HGB 12.8-(g/dL) 10 .5-18.00
HCT 37.6(%) 37.0-48.0
PLT 199 (10^3/Ul) 150-400

34
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
OBAT ATURAN TUJUAN
PAKAI
Infus NaCL 0,9% 500 cc/24 Memberikan cairan yang adekuat
jam

Palangkaraya, 29 Juni 2022

(Roby Kurniandi)
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB

DS : Keluarga pasien Rasa makanan atau Defisit Nutrisi


mengatatakan pasien tampak minuman tidak enak
lemah mual dan muntah
Distensi lambung
DO :Klien tampak lemah nafsu
makan berkurang Aroma tidak sedap
-Porsi makan yang dihabiskan1/2
Defisit Nutrisi
perhari
TTV

TD : 103/65

Nadi : 64 x/menit

Suhu:35,7

PRIORITAS MASALAH
(D.0019)Defisit Nutrisi berhubungan dengan pasien mual dan muntah

36
37
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An.G
Ruang Rawat : flamboyan

Diagnosa Tujuan (kriteria hasil) Intervensi Rasional


keperawatan
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intevensi Manajemen Nutrisi (I. 03119)
keperawatan selama 3x 24 maka
Status Nutrisi Membaik dengan Observasi      

kriteria hasil: Mengidentifikasi status nutrisi  


Mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan  
Porsi makanan yang dihabiskan Mengidentifikasi makanan yang disukai  
Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient  
Frekuensi makan Monitor asupan makanan  
Monitor berat badan  
Nafsu Makan Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik    

Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai


Berikan makan tinggi serat untuk  mencegah
konstipasi  

38
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein  
Berikan suplemen makanan, jika perlu  

Edukasi

Anjurkan posisi duduk, jika mampu  


Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan 


(antiemetik), jika perlu Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah  kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu    

39
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Rabu,29 juni a. Mengidentifikasi dampak mual terhadap kualitas S : Keluarga pasien mengatatakan pasien
2022, 15,00 hidup (misalnya nafsu makan, aktifitas, kinerja, tampak lemah mual dan muntah
tanggung jawab peran, dan tidur) O :Klien tampak lemah nafsu makan membaik
b. Memonitor mual (misalnya frekuensi, durasi dan -Porsi makan yang dihabiskan 1 perhari
tingkat keparahan) TTV
c. Mengurangi atau menghilangkan
keadaan TD : 103/65
penyebab mual (misalnya kecemasan, ketakutan, Roby kurniandi
Nadi : 64 x/menit
kelelahan)
d. Menganjurkan makanan tinggi karbohidrat dan Suhu:35,7
rendah lemak A: masalah Teratasi

e. Menganjurkan menggunakan teknik P: Intervensi dihentikan


nonfarmakologis untuk mengatasi mual

40
BAB 4
PENUTUP

4.1 Pengkajian
Pengkajian dilakuakan dengan metode autonamnesa dan allonemnesa pada
hari Rabu,29 juni 2022 pukul 07.00-12.00
4.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan
diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berfikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik
dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain. Komponen komponen dalam
pernyataan diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab
(etiologi), tanda dan gejala (sign and symptom) (Asmadi,2018)

Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada anak dengan anak sehat
dan imunisasi.

1.DefisitNutrisi Pisiologis
Kurang informasi ibu mengatakan tidak tahu perawatan pasca imunisasi.

4.3 Intervensi
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan output cairan
yang berlebihan
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan 5. Monitor status 5. Untuk mengetahui
tindakan asuhan hidrasi perkembangan status
keperawatan (kelembabpan rehidrasi.
diharapkan : membran mukosa,
  nadi adekuat,
 Cairan seimbang tekanan darah 6. Untuk memantau status
 Hidrasi ortostatik), jika cairan pasien

 mempertahankan diperlukan.

urine output 6. Monitor status 7. Untuk memenuhi

41
sesuai dengan cairan termasuk kebutuhan cairan dan
usia dan BB, BJ intake & output nutrisi pasien
urine normal. cairan 8. Untuk mengganti cairan
 Tekanan darah, 7. Anjurkan pasien yang keluar
nadi, suhu tubuh menambahan intake
dalam batas oral (cairan maupun
normal nutrisi)
8. Kolaborasikan
dengan tim medis
dengan pemberian
cairan IV

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme


regulator sekunder akibat gagal ginjal, dan lain-lain
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan 6. Ukur dan monitor:Intake 6. Dasar pengkajian
tindakan asuhan dan output cairan,berat kardiovaskuler dan
keperawatan badan, tensi, CVP respons terhadap
diharapkan : distensi vena, jugularis, penyakit
 Cairan dan Elektrolit dan bunyi paru 7. Mengurangi edema
seimbang 7. Pada pasien yang
bedrest: 8. Mencegah
 Ubah posisi setiap 2 kerusakan kulit
jam
 Latihan pasif dan 9. Kerja sama disiplin
aktif ilmu dalam
8. Pada kulit yang edema perawatan
berikan losion, hindari
penekanan yang terus- 10. pasien dan keluarga
menerus mengetahui dan
9. Kolaborasi dengan kooperatif

42
dokter dalam pemberian
cairan, obat, dan efek
pengobatan
10.Berikan pengetahuan
kesehatan tentang:
 Intake dan output
cairan
 Berat badan
 Pengobatan

4 .4 Implementasi Keperawatan
Menurut Asmadi (2018), implementasi adalah perwujudan dari
rencana keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

4.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi dalam keperawatan adalah perbandingan yang
sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesahatan lainnya. Penilaian evaluasi
keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien.

a. Jenis evaluasi tersebut ada dua, yaitu:

1) Evaluasi proses: menilai jalannya pelaksanaan proses keperawatan


sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan klien. Evaluasi proses
harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.

2) Evaluasi hasil: menilai hasil asuhan keperawatan yang diperlihatkan


dengan perubahan tingkat laku klien. Evaluasi ini dilaksanakan pada
akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan.

43
b. Hasil evaluasi

1) Tujuan tercapai: jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan


standar yang telah ditetapkan.

2) Tujuan tercapai sebagian: jika klien menunjukkan perubahan sebagian


dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan.

3) Tujuan tidak tercapai: jika klien tidak menunjukkan perubahan dan


kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru

44
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Kebutuhan
cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalamberespon terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan
antara intake dan output. Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa
antara 1.500ml - 3.500ml/hari,

4.2 Saran

Analisa data kesimpulan penelitian maka dalam sub bab ini peneliti akan
menyampaikan beberapa saran diantaranya :
1.Bagi Pasien
Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang bagaimana
menangani gangguan cairan dan elektrolit dan memahami apa itu pengertian
cairan dan elektrolit.
2.Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan yng lebih berkualitas dan professional
agar tercipta perawat yng professional, terampil, inovatif, aktif, dan bermutu
yang mampu memberikan asuhan keperwatan secara menyeluruh berdasarkan
kode etik keperawatan
3.Manfaat bagi penulis
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengetahuan.Sebagai
bahan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
cairan dan elektrolit.

45
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, dkk. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses,


danpraktik Volume 2, Edisi 7. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan
ProsesKeperawatanEdisi 4. Salemba Medika: Jakarta
Wilkinson, J. M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Kriteria
Hasil(NOC ) dan Intervensi (NIC). EGC: Jakarta
https://www.academia.edu/36392304/
LAPORAN_PENDAHULUAN_KEBUTUHAN_CAIRAN
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI).Edisi 1.Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI).Edisi 1.Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia(SLK)
Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia

46

Anda mungkin juga menyukai