Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN MATRA

Disusun Oleh :

1. Helen Komala Putri : 204201516122


2. Nevasya Fauzia Ranamajaki : 204201516037
3. Putri Utami Ocen : 204201516092
4. Riska Anisa Febriana : 204201516026
5. Redho Arista : 204201516034
6. Rachmawaty : 204201516035
7. Virgi Euro : 204201516025
8. Zafirah Nur Anggraeni : 204201516103

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang maha pengasih dan maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul “Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.”

Makalah ini telah selesai kami susun dengan maksimal. Makalah ini kami susun untuk
memberikan informasi dan wawasan tentang Proses Surveilans Epidemiologi Kesehatan
Matra Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat Dan kami berharap semoga makalah ini mampu
menambah pengalaman serta ilmu bagi para pembaca. Sehingga untuk kedepannya sanggup
memperbaiki bentuk maupun tingkatan menjadi makalah yang memiliki wawasan yang lebih
luas dan lebih baik lagi.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Ns.
Millya Helen, S.Kep, M.Kep Pada mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Karena keterbatasan ilmu
maupun pengalaman kami percaya tetap banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena
itu kami sangat berharap saran dan kritik yang membangun pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata kami meminta semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Jakarta, 30 Oktober 2021

Penulis

2
3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................5

BAB II.......................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.......................................................................................................................6

2.1 Pengertian Kesehatan Matra.............................................................................................6

2.2 Hubungan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan dengan Sistem Lain..................6

2.3 Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan...............7

2.4 Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.........................................8

2.5 Bentuk Penyelenggararaan Surveilans Kesehatan............................................................8

2.6 Dasar Hukum Kesehatan Matra........................................................................................9

2.7 Ruang Lingkup Kesehatan Matra...................................................................................10

2.8 Peran Aktif Masyarakat dalam Kesehatan Matra...........................................................11

2.9 Sumber Daya Kesehatan Matra......................................................................................12

BAB III....................................................................................................................................15

PENUTUP...............................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15

3.2 Saran................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1215/ Menkes/SK/XI/2001 tentang


pedoman kesehatan matra pasal 1 menyebutkan bahwa Kesehatan Matra adalah bentuk
khusus upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
dalam lingkungan matra yang serba berubah. Matra adalah berpindahnya/perubahan dari satu
tempat ke tempat lain yang tidak sama tempatnya dan berpengaruh terhadap pelaksanaan
kegiatan manusia dalam lingkungan tersebut.
Upaya kesehatan berguna untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental terhadap
lingkungan yang berubah baik di lingkungan darat, laut dan udara. Ruang lingkup kesehatan
matra adalah kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, kesehatan
kedirgantaraan.
Kesehatan lapangan meliputi kesehatan haji, kesehatan transmigrasi, kesehatan dalam
penanggulangan korban bencana, kesehatan di bumi perkemahan, kesehatan dalam situasi
khusus, kesehatan lintas alam, kesehatan bawah tanah, kesehatan dalam penanggulangan
keamanan dan ketertiban masyarakat, kesehatan dalam operasi dan latihan militer di darat.

Kesehatan kelautan dan bawah air meliputi kesehatan pelayaran dan lepas pantai,
kesehatan penyelaman dan hiperbarik, kesehatan dalam operasi dan latihan militer di laut.
Sedangkan kesehatan kedirgantaraan meliputi kesehatan penerbangan dirgantara dan
kesehatan dalam operasi dan latihan militer dirgantara.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan visi Indonesia sehat dan tercapainya tujuan
nasional pembangunan kesehatan serta terwujudnya tujuan pembangunan kesehatan daerah
yang spesifik dan lokal yang memerlukan penerapan konsep pengambilan keputusan
berdasarkan fakta, maka diselenggarakan sistem surveilans epidemiologi kesehatan yang
handal, sehingga para manajer kesehatan dapat mengambil keputusan program yang berhasil
guna (efektif) serta berdaya guna (efisien) sesuai dengan masalah yang dihadapi.

5
1.1 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan matra?


2. Bagimana hubungan sistem surveilans epidemiologi kesehatan dengan sistem lain?
3. Apa saja ruang lingkup penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan?
4. Bagaimana penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan?
5. Apa saja bentuk Penyelenggararaan Surveilans Kesehatan?
6. Bagaimana Dasar Hukum Kesehatan Matra?
7. Apa saja Ruang Lingkup Kesehatan Matra?
8. Bagaimana Peran Aktif Masyarakat dalam Kesehatan Matra?
9. Apa saja Sumber Daya Kesehatan Matra?

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian kesehatan matra


2. Mahasiswa mampu memahami hubungan sistem surveilans epidemiologi kesehatan
dengan sistem lain
3. Mahasiswa mampu memahami ruang lingkup penyelenggaraan sistem surveilans
epidemiologi kesehatan
4. Mahasiswa mampu memahami penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi
kesehatan
5. Mahasiswa mampu memahami bentuk penyelenggaraan surveilans kesehatan
6. Mahasiswa mampu memahami dasar hukum kesehatan matra
7. Mahasiswa mampu memahami ruang lingkup kesehatan matra
8. Mahasiswa mampu memahami peran aktif masyarakat dalam kesehatan matra
9. Mahasiswa mampu memahami sumber daya kesehatan matra

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Matra

Kesehatan   matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan


kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah
secara bermakna baik di lingkungan darat, laut dan udara.

Selama ini pengertian konsep surveilans epidemiologi sering dipahami hanya sebagai
kegiatan pengumpulan data dan penanggulangan KLB, pengertian seperti itu
menyembunyikan makna analisis dan penyebaran informasi epidemiologi sebagi bagian yang
sangat penting dari proses kegiatan surveilans epidemeiologi. Menurut WHO, surveilans
adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan
terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat
mengambil tindakan. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu definisi surveilans
epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan
informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan

Dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah kegiatan
analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalahmasalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit
atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan
secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran
informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Sistem surveilans
epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang
terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber
data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi tata
hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat

2.2 Hubungan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan dengan Sistem Lain

Untuk mewujudkan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana


termaktub dalam pembukaan UUD 1945 telah dirumuskan Sistem Ketahanan Nasional.

7
Sistem Kesehatan Nasional yang berlaku sampai dengan tahun 1999, dan saat ini termaktub
dalam Rancangan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, dan sistem sektor
lain merupakan subsistem dari Sistem Ketahanan Nasional.

Dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010, manajemen kesehatan membutuhkan


informasi kesehatan yang tersusun dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
dan merupakan subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional. Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan merupakan subsistem dari SIKNAS, yang mempunyai fungsi strategis sebagai
intelijen penyakit dan masalah-masalah kesehatan yang mampu berkontribusi dalam
penyediaan data dan informasi epidemiologi untuk mewujudkan Indonesia Sehat dalam
rangka ketahanan nasional. Agar penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan berhasil guna dan berdaya guna diperlukan hubungan antara sistem dan subsistem
serta komponen yang ada.

2.3 Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara
operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan
sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang
harmonis antar sektor dan antar program, sehingga perlu dikembangkan subsistem survailans
epidemiologi kesehatan yang terdiri dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular,
Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi Kesehatan
Lingkungan Dan Perilaku, Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, dan Surveilans
Epidemiologi Kesehatan Matra :

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular Merupakan analisis terus menerus dan


sistematis terhadap penyakit menular dan faktor risiko untuk mendukung upaya
pemberantasan penyakit menular.
2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Merupakan analisis terus menerus
dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor risiko untuk mendukung
upaya pemberantasan penyakit tidak menular.
3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku Merupakan analisis
terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor risiko untuk mendukung
program penyehatan lingkungnan.

8
4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan Merupakan analisis terus menerus dan
sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko untuk mendukung program-
program kesehatan tertentu.
5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra Merupakan analisis terus menerus dan
sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko untuk upaya mendukung
program kesehatan matra.

2.4 Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

a. Pengorganisasian

Setiap instansi kesehatan pemerintah, instansi kesehatan propinsi, instansi kesehatan


kabupaten/kota dan lembaga kesehatan masyarakat dan swasta wajib menyelenggarakan
surveilans epidemiologi, baik secara fungsional atau struktural.

b. Mekanisme Kerja

Kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan merupakan kegiatan yang dilaksanakan


secara terus menerus dan sistematis dengan mekanisme kerja sebagai berikut :

 Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya


 Perekaman, pelaporan, dan pengolahan data
 Analisis dan interpretasi data
 Studi epidemiologi
 Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya
 Membuat rekomendasi dan alternatif tindaklanjut
 Umpan balik.

2.5 Bentuk Penyelenggararaan Surveilans Kesehatan

a. Surveilans Berbasis Indikator

Surveilans berbasis indikator dilakukan untuk memperoleh gambaran penyakit, faktor


risiko dan masalah kesehatan dan/atau masalah yang berdampak terhadap kesehatan yang
menjadi indikator program dengan menggunakan sumber data yang terstruktur.

Contoh data terstruktur antara lain:

a) Kunjungan Ibu hamil

9
b) Kunjungan neonatus
c) Cakupan imunisasi
d) Laporan bulanan data kesakitan puskesmas
e) Laporan bulanan kasus TB
f) Laporan mingguan kasus AFP
g) Laporan bulanan kasus campak
h) Laporan bulanan kematian rumah sakit
i) Laporan berkala STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
j) Registri penyakit tidak menular

Data tersebut dimanfaatkan dalam rangka kewaspadaan dini penyakit atau masalah
kesehatan. Hasil analisis dimaksudkan untuk memperoleh gambaran penyakit atau masalah
kesehatan dan/atau masalah yang berdampak terhadap kesehatan seperti: situasi dan
kecenderungan, perbandingan dengan periode sebelumnya, dan perbandingan antar
wilayah/daerah/kawasan. Kegiatan surveilans ini biasanya digunakan untuk menetukan arah
program/intervensi, serta pemantauan dan evaluasi terhadap program/intervensi. Pelaksanaan
surveilans berbasis indikator dilakukan mulai dari puskesmas sampai pusat, sesuai dengan
periode waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan dan tahunan)

b. Surveilans Berbasis Kejadian

Surveilans berbasis kejadian dilakukan untuk menangkap dan memberikan informasi


secara cepat tentang suatu penyakit, faktor risiko, dan masalah kesehatan, dengan
menggunakan sumber data selain data yang terstruktur. Surveilans berbasis kejadian
dilakukan untuk menangkap masalah kesehatan yang tidak tertangkap melalui surveilans
berbasis indikator. Sebagai contoh, beberapa KLB campak diketahui dari media massa, tidak
tertangkap melalui surveilans PD3I terintegrasi (Penyakit yang dapat Dicegah Dengan
Imunisasi)

Pelaksanaan surveilans berbasis kejadian dilakukan secara terus menerus (rutin)


seperti halnya surveilans berbasis indikator, dimulai dari puskesmas sampai pusat. Sumber
laporan didapat dari sektor kesehatan (instansi/sarana kesehatan, organisasi profesi kesehatan,
asosiasi kesehatan, dan lain-lain), dan di luar sektor kesehatan (instansi pemerintah non
kesehatan, kelompok masyarakat, media, jejaring sosial dan lain-lain).

10
2.6 Dasar Hukum Kesehatan Matra

Kesehatan Matra masuk dalam institusi Kementerian Kesehatan sejak ditetapkannya


UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan sebagai Upaya Kesehatan yang ke 15. Kesehatan
matra termasuk salah upaya yang didesentralisasikan sehingga berlaku ketentuan otonomi.

Adapun UU yang menjadi Dasar Kesehatan Matra :

 UU No. 4/1984 tentang wabah


 UU No. 36/2009 tentang kesehatan
 UU No. 32/2004 tentang otonomi daerah
 PP No. 40/1991 tentang penanggulangan wabah penyakit menular
 Kepmenkes No. 1215/2001 tentang pedoman Kesehatan Matra
 Permenkes No. 1575/2005 tentang Organisasi & Tatalaksana Kemkes
 UU RI no. 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

Pasal 6 : Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan


dengan menyediakan layanan administrasi, bimbingan Ibadah Haji, Akomodasi, Transportasi,
Pelayanan Kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh Jemaah Haji

2.7 Ruang Lingkup Kesehatan Matra

a. kesehatan lapangan

Kesehatan lapangan adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan di


darat yang temporer dan serba berubah. Misalnya kesehatan haji dan kesehatan di bumi
perkemahan, Adapun sasaran pokoknya adalah melakukan dukungan kesehatan opersainal
dan pembinaan terhadap para personel yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat
di dalam kegiatan lapangan.

Contoh kesehatan lapangan, meliputi:

 Kesehatan Haji
 Kesehatan transmigrasi
 Kesehatan dalam penanggulangan korban bencana
 Kesehatan di bumi perkemahan
 Kesehatan dalam situasi khusus
 Kesehatan lintas alam

11
 Kesehatan bawah tanah
 Kesehatan dalam penanggulangan gangguan keamanan ketertiban masyarakat
 Kesehatan dalam operasi dan latihan militer di darat

b. Kesehatan Kelautan dan bawah air

Kesehatan kelautan dan bawah air adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan
pekerjaan atau kegiatan di laut dan berhubungan dengan keadaan lingkungan yang
bertekanan tinggi (hiperbarik). Kesehatan Kelautan dan bawah air meliputi :

1) Kesehatan pelayaran dan lepas pantai.


2) Kesehatan penyelaman dan hiperbarik
3) Kesehatan dalam operasi dan latihan militer di laut.

Kesehatan Matra laut yang dilaksanakan oleh TNI-AL adalah kesehatan dalam operasi dan
latihan militer di laut.

c. Kesehatan kedirgantaraan

Kesehatan Kedirgantaraan adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan


penerbangan dan kesehatan ruang angkasa dengan keadaan lingkungan yang bertekanan
rendah (hipobarik).

Kesehatan kedirgantaraan meliputi :

1) Kesehatan penerbangan dirgantara


2) Kesehatan dalam operasi dan lathan militer dirgantara
3) Pengawasan dan atau pemeriksaan kesehatan berkala awak atau crew
4) Pilot pesawat yang sakit
5) Penyuluhan kesehatan penerbangan
6) Evakuasi medis.

2.8 Peran Aktif Masyarakat dalam Kesehatan Matra

a. Penyusunan rencana kesiap siagaan


b. Dukungan sumber daya
c. Dukungan dalam situasi kedaruratan
d. Dukungan dalam upaya pemulihan kesehatan.

12
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No. 61 tahun 2013, pasal 31,
pendanaan penyelenggaraan Kesehatan Matra dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, masyarakat, atau sumber lain
yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

2.9 Sumber Daya Kesehatan Matra

Penyelenggaraan Kesehatan Matra wajib didukung oleh :

a. Sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan teknis serta
manajemen yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
b. Sarana, prasarana, dan teknologi tepat guna. Kemampuan dan keterampilan teknis
dibuktikan dengan dibuktikan dengan sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.Kesehatan haji dan umrahd. Kesehatan gangguan
keamanan dan ketertiban masyarakat
c. Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di daratf. Kesehatan pada arus
mudik, dan sebagainya.Pada contoh kesehatan lapangan ini, kami mengambil contoh
kesehatan pada kegiatan di area tertentu. Kegiatan di area tertentu dapat berupa

A. Berikut ini Pengumpulan Data Surveilans Kasus Leptospirosis

Pada penelitian ini, semua subyek penelitian sudah melakukan pengumpulan data semua
unsur pengumpulan data, di antaranya :
1) Kelompok umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan informasi tempat tinggal
2) Gejala klinik yang muncul
3) Waktu/ tanggal pertama kali gejala klinik muncul (onset)
4) Waktu/ tanggal didiagnosis leptospirosis
5) Riwayat dirawat di Rumah Sakit atau tidak
6) Riwayat paparan dari faktor risiko
7) Data serologi dan mikrobiologi

Berdasarkan hasil wawancara di atas tentang penemuan kasus surveilans aktif dan
pasif, sebagian besar Puskesmas menggunakan kedua pelaksanaan surveilans, yang di
antaranya surveilans aktif melalui kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan penyuluhan
kepada masyarakat dan ikut berpartisipasi apabila ada program dari DKK atau dari Litbang
P2B2 Banjarnegara, sedangkan surveilans pasifnya adalah melalui laporan dari DKK dan

13
masyarakat mengenai adanya kasus. Deteksi kasus yang dilaksanakan keseluruhan
Puskesmas adalah dengan menggunakan metode RDT (Rapid Diagnostic Test) dan
menggunakan alat pemeriksaan penunjang “Leptotek”.

B. Pengolahan dan Analisis Data Kasus Leptospirosis

Pengolahan dan analisis data dalam wawancara ini meliputi data yang diolah, cara
pengolahan dan penyajian data, serta bentuk penyajian datanya. Berdasarkan wawancara
mengenai pengolahan data, sebagian besar subyek penelitian telah melakukan pengolahan
data, yang meliputi pengolahan data jumlah kasus suspek dan kasus probabel/ konfirmasi,
jumlah kasus yang dirawat di rumah sakit, jumlah kematian, jumlah kasus berdasarkan tipe
leptospirosis, dan jumlah kasus berdasarkan penyebaran lokasinya. Subyek penelitian
menggunakan aplikasi Ms. Excel dan aplikasi GIS (Geographic Information System) dengan
bentuk penyajian data menggunakan grafik, diagram, dan peta persebaran. Pengolahan data
pada semua subyek penelitian masih menggunakan aplikasi Ms. Excel dan GIS (Geographic
Information System), belum ada yang menggunakan aplikasi SPSS untuk pengolahan data
kasus. Namun, dalam pengolahan data, sebagian besar subyek penelitian tidak mengalami
kendala dalam pelaksanaannya, hanya beberapa saja yang mempunyai kendala dalam hal
waktu dikarenakan adanya tugas tambahan di wilayah kerjanya.

C. Keterkaitan Kasus dengan Pelaksanaan Sistem Surveilans di Kota Semarang

Jumlah kasus leptospirosis di Kota Semarang yang setiap tahunnya cenderung


meningkat, tidak berarti pelaksanaan surveilans kasus leptospirosis masih kurang.
Berdasarkan hasil penelitian, dimulai dari tahap pengumpulan data hingga tindak lanjut dan
evaluasi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan sistem surveilans kasus leptospirosis di Kota
Semarang belum berjalan secara optimal sehingga belum bisa menekan jumlah kasus
leptospirosis yang cenderung meningkat mengingat Kota Semarang juga merupakan daerah
endemis dan berisiko kasus leptospirosis. Apabila Petugas Surveilans Epidemiologi
mempertahankan ketepatan waktu yang baik tersebut, angka CFR (Case Fatality Rate) kasus
leptospirosis di Kota Semarang dapat ditekan. Metode deteksi yang digunakan oleh semua
wilayah kerja Puskesmas di Kota Semarang (RDT) sudah cukup untuk mendeteksi kasus
leptospirosis.

14
Pada tahap pengolahan data, pemanfaatan aplikasi lunak GIS (Geographic
Information System) perlu ditingkatkan penggunaannya untuk semua wilayah kerja
Puskesmas di Kota Semarang. Melalui aplikasi lunak GIS tersebut, dapat dilihat bagaimana
persebaran wilayah kasus leptospirosis sehingga dapat diambil tindakan untuk lebih
menggiatkan kegiatan pencegahan terutama diprioritaskan pada wilayah yang paling endemis
dan memiliki kasus terbanyak. Untuk tahap analisa dan interpretasi data, semua subyek
penelitian menggunakan analisa deskriptif yang kemudian diinterpretasikan menurut kajian
epidemiologi (orang, tempat, dan waktu). Dari analisa tersebut dapat dilihat bagaimana
persebaran kasusnya berdasarkan orang, tempat, waktu untuk kemudian diambil tindakan
efektif untuk wilayah yang paling prioritas. Walaupun dalam hal surveilans kasus
leptospirosis, analisa deskriptif sudah cukup untuk menggambarkan persebaran kasusnya,
akan tetapi tidak bisa dilihat faktor risiko terkait kasus. Faktor risiko dapat dilihat apabila
dilakukan analisa analitik, yaitu melalui pemanfaatan aplikasi lunak SPSS sehingga faktor
risiko yang muncul dapat dikendalikan guna menekan jumlah kasus.
Pada tahap penyebarluasan informasi dan umpan balik, semua Puskesmas di Kota
Semarang telah memiliki angka kelengkapan laporan sesuai dengan indikator kelengkapan
laporan, yakni ≥ 80%. Ketepatan pelaksanaan Penyelidikan Epidemiologi kasus
leptospirosisnya pun sudah dilaksanakan 100% dari semua kasus dan dilakukan dalam waktu
≤ 1x24 jam setelah dilaporkannya kasus. Penyebarluasan informasi oleh semua subyek
penelitian telah dilakukan melalui Pertemuan Kader, Pelaporan kepada Kepala Puskesmas
dan Dinas Kesehatan Kota Semarang, Pelaporan kepada Kelurahan dan Kecamatan, dan
pemberian brosur kepada masyarakat. Penyebarluasan informasi ini sudah berjalan sesuai
dengan indikator Permenkes RI No. 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular
Terpadu. Demikian juga dengan umpan balik (feedback) yang diberikan dari Dinas
Kesehatan Kota Semarang setiap 3 bulan sekali. Umpan balik tersebut sudah berjalan dengan
rutin dan kontinyu.
Pada tahap tindak lanjut dan evaluasi, Dinas Kesehatan Kota Semarang telah
melakukan Supervisi Rutin Terpadu dan Monev-Intervensi kepada seluruh wilayah kerja
Puskesmas di Kota Semarang. Tindak lanjut dan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kota Semarang ini meliputi pengawasan terhadap kendala dalam pelaksanaan
surveilans kasus leptospirosis sehingga diambil tindakan bagaimana usaha mengurangi
kendalakendala tersebut guna menekan angka kasus leptospirosis di Kota Semarang.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Surveilans kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus
terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi
yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan
untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan
secara efektif dan efisien. Surveilans Kesehatan diselenggarakan agar dapat melakukan
tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data. Kesehatan   matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang berubah secara bermakna baik di lingkungan darat, laut dan udara

Ruang lingkup kesehatan matra meliputi kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan
bawah air, dan kesehatan kedirgantaraan. Kesehatan lapangan adalah kesehatan matra yang
berhubungan dengan pekerjaan di darat yang bersifat temporer pada lingkungan yang
berubah. secara bermakna, baik di lingkungan darat, laut, maupun udara. Ruang lingkup
kesehatan matra meliputi kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, dan
kesehatan kedirgantaraan. Kesehatan lapangan adalah kesehatan matra yang berhubungan
dengan pekerjaan di darat yang bersifat temporer pada lingkungan yang berubah. Kesehatan
kelautan dan bawah air adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan
/kegiatan di laut, dan berhubungan dengan keadaan lingkungan yang bertekanan tinggi. Dan
kesehatan kedirgantaraan adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan penerbangan dan
kesehatan ruang angkasa dengan keadaan lingkungan yang bertekanan rendah.

3.2 Saran

16
Saran yang bisa penulis berikan Perlu adanya metode penilitian lebih lanjut akan
upaya peningkatan dikusi terhadap pemuda sebagai salah satu cara memaksimalakan
penulisan yang sesuai mengenai materi tersebut

17
DAFTAR PUSTAKA

SURVELENS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN MATRA (rocketpena.com)


https://pdfcoffee.com/kelompok-7-makalah-surveilans-epidemiologi-kesehatan-matradocx-
pdf-free.html
https://e-journal.unair.ac.id/index.php/JBE/article/download/176/46
http://www.indonesian-publichealth.com/pedoman-penyelenggaraan-sistem-surveilans-
epidemiologi-kesehatan/
https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/pmk452014.pdf
https://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/artikel/jurnal/1159-peraturan-menteri-kesehatan-
ri-no-45-tahun-2014-tentang-penyelenggaraan-surveilans-kesehatan
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%2061%20ttg%20Kesehatan
%20Matra%20.pdf
https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/KULIAH%20KESEHATAN
%20MATRA18.pdf
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%2061%20ttg%20Kesehatan
%20Matra%20.pdf
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%2061%20ttg%20Kesehatan
%20Matra%20.pdf
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/download/14151/13685

18

Anda mungkin juga menyukai