Anda di halaman 1dari 7

FARMAKOLOGI

RESUME ANTIHISTAMIN ( MATERI KE 5 )

DOSEN PENGAMPU : Dr. dr. Andi Julia Rifiana, M.Kes.

Disusun oleh:

Nevasya Fauzia Ranamajaki : 204201516037

Kelas A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2021/2022
A. Pengertian
I. Antihistamin

Antihitamin adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengobati rinitis


alergi dan alergi lainnya. Antihistamin dapat memberikan rasa lega ketika seseorang
mengalami hidung tersumbat, bersin, atau gatal karena serbuk sari, tungau debu rumah,
atau alergi hewan Biasanya orang menggunakan antihistamin sebagai obat pasar generik yang
murah, dengan sedikit efek samping. Sebagai alternatif untuk menggunakan antihistamin,
orang yang menderita alergi malah dapat menghindari zat yang mengiritasi mereka. Namun,
ini tidak selalu mungkin karena beberapa zat, seperti serbuk sari, terbawa di udara, sehingga
membuat reaksi alergi yang disebabkan oleh mereka umumnya tidak dapat dihindari.
Antihistamin biasanya digunakan untuk pengobatan jangka pendek.

II. Histamin

Histmin adalah amina yang berasal sar L- histidine yang diproduksi di seluruh tubuh.
Histamin mempengaruhi pertumbuhan dan proliferasi sel, memodulasi inflamasi, dan berperan
sebagai neurotransmitter. Histamin adalah senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh,
yaitu pada jaringan sel mast dan peredaran basofil, yang berperan terhadap berbagai fisiologis
penting. Histamin dikeluarkan dari tempat pengikatan ion pada kompleks heparinprotein dalam
sel mast, sebagai hasil reaksi antigen-antibodi, bila ada rangsangan senyawa alergen. Histamin
cepat dimetabolisis melalui reaksi oksidasi, N-metilasi dan asetilasi. Sumber histamindalam
tubuh adalah histidin yang mengalami dekarboksilasi menjadi histamin

B. Histamin dan Fungsinya

• Histamin Ada pada hampir semua jaringan dan sel dengan kadar rendah, Mast seldan
basophil kadarnya tinggi

• Histamine merupakan neuromediator pada otak. Diperkirakan ada 64 000 neuron yang
memproduksi histamin ( histaminergic neuron)

• Stimulasi H1-receptors dalam otak meliputi cerebrum, cerebellum, posterior pituitary


and spinal meningkatkan kewaspadaan ( arousal ), sleep/wake cycle, learning and
memory, mengatur keseimbangan cairan, napsu makan, suhu tubuh, kardiovaskuler,
mengatur hormone serta pelepasan endorpin.

• Peran histamin lain hematopoiesis, proliferasi sel, diferensiasi sel, regenerasi dan
penyembuhan luka, perkembangan embrio. Histamin juga memiliki efek antikonvulsi
C. Mekanisme kerja
➢ H1 Antihistamin
Obat secara reversible mengikat dan menstabilkan reseptor H1 sehingga tetap dalam
keadaan inaftif. Efeknya adalah menurunkan produksi sitokin proinflamasi, menurun
ekspresi CAM, menurunkan pelepasan mediator dari sel mast dan besofil, dan
menurunkan kemotaksis dari eosinophil dan sel sela lainnya. Generasi pertama dari H1
antihistamin memiliki efek sedasi karena bersifat lipofilik. Pada generasi ke 2, ikatan
pada reseptor bersifat nonkomperatif, efek sedative tidak kuat karena tidak terlalu
lipofilik dan berikatan secara selektif pada respetor H1, juga memiliki DOA lebih
Panjang disbanding denagn gen-1.
Antihistamin Generasi 1 H 1- antihistamin menembus ke dalam otak sehingga
menyebabkan sedasi, mengantuk, kelelahan dan gangguan konsentrasi dan ingatan
karena selektivitas reseptor buruk dan sering berinteraksi dengan reseptor biologik amina
lainnya yang menyebabkan efek antimuskarinik, anti-adrenergik, dan antiserotonin. yang
menyebabkan efek merugikan pada proses belajar pada anak-anak. Pada orang dewasa
menurunnya kemampuan bekerja dan mengemudi.
Note : Zat inaktif adalah komponen dari suatu produk obat yang tidak meningkatkan
atau mempengaruhi aksi terapi dari zat aktif. itokin merupakan elemen penting sebagai
respons inflamasi yang terdapat pada sepsis dan renjatan sepsis.
• Indikasi
- Acute urticaria
- Chronic idiopathic urticaria
- Atopic dermatitis
- Pruritus yang berasosiasi dengan kondisi lain
- Systemic mastocytosis
• Kontra indikasi
- Resiko :
➢ Sejara aritma jantung
➢ Kehamilan trimester pertama
➢ Hipertrofi prostat
- Kontra indikasi
➢ Narrow angle galucoma
• H1 Antihistamin – farmakokinetik
Generasi 2
- Diadministrasi 1 atau 2 kali sehari
- Cetirizine mencapai konsentrasi puncak sekitar 1 jam setelah administrasi
- Loratadine memiliki half-life 8-24 jam tergantung fungsi hati
➢ H2 Antihistamin
Berikatan dnegan reseptor H2 di seluruh tubuh, termasuk sel epithelial dan
endothelial. Dapat menyebabkan perubahan pada permeabilitas veskular di
kulit, pelepasan mediator inflamasi local, dan presentasi antigen.
• H2 Antihistmain – Farmakokinetik
Diserap di traktus digestivus. Memalalui metabolisme di hepar dan
pembuangan melalui ginjal. Cimetidine diserap sedikit di lambung,
lebih banyak di bagian usus halus. Bersifat lipofilik dengan penetrasi
terbatas di daerah blood-brain barrier.
• Indikasi
- Bersamaan dengan H1 anthistamnin untuk kasus refraktori dari urikaria kronis
dan angioedema.
- Kombinasi H1 dan H2 reseptor antagonis berguna dalam mengurangi rasa gatal
dan bentol yang di sebabkan oleh mastocytosis sistemink dan uricaria
pigmentosa.
- Cimitadine dosis tinggi dapat digunakan untuk pengobatan verruca vulgaris di
beberapa individu.
• Efek samping
- Efek pada CNS, termasuk kebingungan, pusing, dan sakit kepala. Efek samping
lain yaitu mengantuk, malaise, nyeri otot, diare dan konstipasi.
- Bisa terjadi granulocytopenia, tetapi jarang
- Meningkatkan kemungkinan terjadi pneumonia pada individu yang
immunocompromised.
- Simetid juga bisa menyebabkan terjadi gynecomastia, penurunan libido dan
juga impotensi.
• Interkasi obat
- Cimetidine meningkatkan level serum warfarin dan dapat meningkatkan resiko
pendarahan
- Juga berinteraksi dengan obat obatan jantung, seperti B blocker, ca channel
blocker, amiodarone, dan antiarrhytmic agens.
• Kontra indikasi pada pasien dengan dofetilidine
- Obat lain yang berinteraksi dengan cimetidine adalah phenytione, beberapa
benzodiazepine, metrormin, sulfonylurea dan SSBI
D. PENGGOLONGAN ANTIHISTAMIN
a. Antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi.
Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan
rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang
mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena
cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi
kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.
b. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan
penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara
bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi
asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek
samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
c. Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam
penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem
kardiovaskular, pengobatan alergi, dan kelainan mental.
E. ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT RESEPTOR
➢ Antihistamin penghambat reseptor H1 (AH1) bermanfaat untuk : Ø Antagonisme
terhadap histamin → AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus
dan bermacam-macam otot polos; selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi
hipersensitivitas atau keadaan lain yahg disertai penglepasan histamin endogen
berlebihan. AH1 dapat merangsang maupun menghambat SSP. Efek perangsangan yang
kadang-kadang terlihat dengan dosis AH1 biasanya ialah insomnia, gelisah dan eksitasi.
Efek perangsangan ini juga dapat terjadi pada keracunan AH1 selain itu AH1 berguna
untuk mengobati alergi tipe eksudatif akut misalnya pada polinosis dan urtikaria.
Efeknya bersifat paliatif, membatasi dan menghambat efek histamin yang dilepaskan
sewaktu reaksi antigenantibodi terjadi. AH 1 dapat menghilangkan bersin, rinore dan
gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. AH1 efektif terhadap alergi yang disebabkan
debu, tetapi kurang efektif bila jumlah debu banyak dan kontaknya lama.
➢ Antihstmanin penghambat reseptor H2 (AH2) Reseptor histamin H2 berperan dalam
efek histamin terhadap sekresi cairan lambung, perangsangan jantung serta relaksasi
uterus tikus dan bronkus domba. Beberapa jaringan seperti otot polos pembuluh darah
mempunyai kedua reseptor yaitu H1 dan H2. SIMETIDIN DAN RANITIDIN →
simetidin dan ranitidin menghambat reseptor H2 secara selektiv dan reversibel.
Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi cairan lambung, sehingga pada
pemberian simetidin atau ranitidin sekresi cairan lambung dihambat. Simetidin dan
ranitidin mengurangi volume dan kadar ion hidrogen cairan lambung. Penurunan sekresi
asam lambung mengakibatkan perubahan pepsinogen menjadi pepsin juga menurun.
Simetidin dan Ranitidin diindikasikan untuk tukak peptik. Penghambatan 50% sekresi
asam lambung dicapai bila kadar simetidin plasma 800 mg/ml atau kadar ranitidin
plasma 100 mg/ml. Tetapi yang lebih penting adalah efek penghambatannya 24 jam.
Simetidin 1000 mg/hari menyebabkan penurunan kira-kira 50% dan ranitidin 300
mg/hari menyebabkan penurunan 70% sekresi asam lambung. AH2 juga bermanfaat
untuk hipersekresi asam lambung pada sindrom Zollinger-Ellison. Dalam hal ini
mungkin lebih baik digunakan ranitidin untuk mengurangi kemungkinan timbulnya efek
samping akibat besarnya dosis yang diperlukan.
F. Contoh
CONTOH BEBERAPA CONTOH ANTIHISTAMIN TIPE I GENERASI I
1. Difenhidramin Difenhidramin adalah derivat etanolamin yang sering digunakan dalam
praktek sehari-hari, diabsorbsi dengan baik setelah pemberian per oral. Obat ini
mengalami metabolisme pertama di hati, dan hanya 40%-60% dari dosis pemberian
yang mencapai sirkulasi sistemik, didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh, termasuk
sistem saraf pusat. Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu kurang lebih 1-5 jam dan
bertahan selama 2 jam. Waktu paruh bervariasi dari 2,4 sampai 10 jam. Difenhidramin
tidak dapat diberikan secara subkutan, intradermal atau perivaskular karena sifatnya
yang iritatif dan dapat menyebabkan nekrosis setempat pada pemberian secara subkutan
dan intradermal. Difenhidramin tidak dapat menembus jaringan kulit yang intak pada
pemberian secara topikal, bahkan dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas. Dosis
pemberian adalah 25 mg-50 mg per oral, dosis maksimal 300 mg/hari, dengan lama kerja
4-6 jam. Pemberian 100 mg atau lebih dapat menyebabkan hipertensi, takikardia,
perubahan gelombang T dan pemendekan dari diastole. (Arndt)
2. Hidroksizin Hidroksizin merupakan derivat dari piperazin, sering digunakan sebagai
transquilizer, sedatif, antipruritus dan antiemetik. Kadar plasma biasanya dicapai dalam
2-3 jam setelah pemberian per oral, dengan waktu paruh 6 jam kemudian diekskresikan
ke dalam urin. Hidroksizin merupakan obat pilihan untuk pengobatan dermatografisme
dan urtikaria kolinergik, dapat digunakan sendirian ataupun kombinasi dengan
antihistamin lainnya untuk manajemen pengobatan urtikaria kronis, urtikaria akut,
dermatitis kontak, dermatitis atopik dan pruritus yang diinduksi oleh histamin. Lama
kerja dari obat ini adalah 6-24 jam dengan dosis pemberian 10 mg sampai 50 mg peroral,
setiap 4 jam
BEBERAPA CONTOH ANTIHISTAMIN TIPE I GENERASI II DAN III
1. Loratadin Loratadin adalah trisiklik piperidin long acting yang mempunyai aktivitas
yang selektif dengan efek sedatif dan antikolinergik yang minimal pada dosis yang
direkomendasikan, merupakan antihistamin yang mempunyai masa kerja yang lama.
Metabolik utamanya, deskarboetoksi-loratadin, adalah biologikal aktifnya. Loratadin
cepat diabsorbsi setelah pemberian dosis 10 mg, sekali sehari dan mencapai konsentrasi
plasma maksimum dalam 1-1,5 jam. Eliminasi waktu paruhnya sekitar 8-11 jam,
diekskresikan melalui urine 40%, feses 42% dan air susu 0,029%.
2. Cetirizin Merupakan metabolit karboksil asid dari hidroksin. Obat ini pada manusia
hanya mempunyai transformasi metabolik yang minimal menjadi bentuk metabolit aktif
dan obat ini terutama diekskresi lewat urin. Karena cetirizin cepat diabsorbsi dan sedikit
yang dimetabolisme, dan juga diekskresi lewat urin, maka dosis obat ini harus dikurangi
pada pasien dengan gangguan ginjal. Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa 10
mg/hari (maksimal 20 mg) dosis tunggal, pada anak-anak adalah 0,3 mg/kgBB
sedangkan pada pasien dengan gangguan ginjal kronik dan hepar dosis yang diberikan
adalah 5 mg/hari. Lama kerja dari cetirizin adalah 12- 24 jam.

Anda mungkin juga menyukai