Anda di halaman 1dari 26

ANTIHISTAMIN

antihistamin
Antihistamin adalah obat untuk mengurangi atau
menghalangi efek alergi yang disebabkan oleh
histamin (alergen) dengan jalan memblok reseptor –
histamin (antagonis reseptor). Antihistamin yang
disebut antialergi adalah antagonis reseptor-H1(H1-
blockers).
lanjutan
Kerja H1-blockers atau antihistamin klasik adalah
mengantagonis histamin dengan jalan memblok
reseptor-H1 di otot halus dari dinding pembuluh
bronchi, saluran cerna, kandung kemih dan rahim.
Genarsi amtihistamin
berdasarkan kerjanya
Generasi ke 1

Generasi ke 3 Generasi ke 2
Generasi 1
Antihistamin generasi pertama ini mudah didapat, baik
sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi
dengan obat dekongestan. Golongan ini mencakup
klorfeniramine, difenhidramine, prometazin,
Generasi 1
Pada umumnya obat antihistamin generasi pertama ini
mempunyai efektifitas yang serupa bila digunakan
menurut dosis yang dianjurkan dan dapat dibedakan
satu sama lain menurut gambaran efek sampingnya.
Namun, efek yang tidak diinginkan obat ini adalah
menimbulkan rasa mengantuk sehingga mengganggu
aktifitas dalam pekerjaan.
Generasi ke 2
Sejak tahun 1981 ditemukan antihistamin generasi ke-
2 (terfenadin, astemizol, loratadin dan cetirizin),
bekerja menghambat reseptor H1 di perifer tanpa
menembus sawar darah otak. Meskipun secara
keseluruhan hasilnya baik, ternyata terfenadin dan
astemizol dapat menimbulkan aritmia ventrikel yang
membahayakan kehidupan
Generasi 3
Antihistamin generasi ke-3 terdiri atas
fexofenadin, norastemizol dan descarboethoxy
loratadin merupakan metabolit alami obat
generasi ke-2 dan secara klinis berguna dan tidak
berpengaruh terhadap elektrofisiologi jantung.
HISTAMIN
 H i s t a m i n adalah amina yang berasal dari L-
histidine yang diproduksi di seluruh tubuh
 H i s t a m i n mempengaruhi pertumbuhan dan
proliferasi sel, memodulasi inflamasi, dan
berperan sebagai neurotransmiter
 Te r d a p a t 4 reseptor untuk histamin yaitu
H1, H2, H3, dan H4
HISTAMIN
 Re s e p t o r H1 : Neuron, otot halus, epitel, endotel
 Re s e p t o r H2 : Sel parietal lambung, otot halus,
epitel, endotel, jantung
 Re s e p t o r H3 :Neuron
 Re s e p t o r H4 : sum-sum tulang dan sel
hematopoiesis perifer
H1 Antihistamin – mekanisme kerja
 A d a l a h obat yang secara reversibel
mengikat dan menstabilkan reseptor H1
sehingga tetap dalam keadaan inaktif
 E f e k n y a adalah menurunkan produksi
sitokin proinflamasi, menurunkan ekspresi
CAM, menurunkan pelepasan mediator dari
sel mast dan basofil, dan menurunkan
kemotaksis dari eosinofil dan sel-sel lainnya
H1 Antihistamin – mekanisme kerja
 G e n e r a s i pertama dari H1 antihistamin
memiliki efek sedasi karena bersifat lipofilik
 P a d a generasi ke-2, ikatan pada reseptor
bersifat nonkompetitif, efek sedatif tidak
kuat karena tidak terlalu lipofilik dan
berikatan secara selektif pada reseptor H1,
juga memiliki DOA lebih panjang dibanding
dengan gen-1
H1 Antihistamin – indikasi
 A c u t e urticaria
 C h r o n i c Idiopathic Urticaria
 A t o p i c Dermatitis
 S y s t e m i c mastocytosis
H1 Antihistamin - Dosis
H1 Antihistamin -
farmakokinetik
Generasi 1
 E f e k terlihat setelah 30-60 menit pertama
dan bertahan hingga 4-6 jam
 D i m e t a b o l i s m e oleh enzim sitokrom P450
hepar dan
 D i e k s k re s i k an lewat urin dalam bentuk
glukoronida
H1 Antihistamin -
farmakokinetik
Generasi 2
 D i adm i n i s tras i 1 atau 2 kali sehari
 C e t r i z i n e mencapai konsentrasi puncak
sekitar 1 jam setelah administrasi
 L o ra t a d i n e memiliki half-life 8-24 jam
tergantung fungsi hati
H2 Antihistamin - Mekanisme Kerja
 B e r i k a t a n dengan reseptor H2 di seluruh tubuh,
termasuk sel epithelial dan endothelial.
 D a p a t menyebabkan perubahan pada
permeabilitas vaskular di kulit, pelepasan
mediator inflamasi lokal, dan presentasi antigen.
H2 Antihistamin - Farmakokinetik
 D i s e r a p di traktus digestivus.
 M e l a l u i metabolisme di hepar dan
pembuangan melalui ginjal.
 C i m e t i d i n e diserap sedikit di lambung, lebih
banyak di bagian usus halus.
 B e r s i f a t lipofilik dengan penetrasi terbatas
ke daerah blood-brain barrier.
H2 Antihistamin - Indikasi
 Bersamaan dengan H1 antihistamine untuk
kasus refraktori dari urtikaria kronis dan
angioedema.
 Kombinasi H1 dan H2 reseptor antagonis
berguna dalam mengurangi rasa gatal dan
bentol yang disebabkan oleh mastocytosis
sistemik dan urticaria pigmentosa.
 Cimetidine dosis tinggi dapat digunakan untuk
pengobatan verruca vulgaris di beberapa
individu.
H2 Antihistamin - Dosis
H2 Antihistamin - Efek samping
 Efek pada CNS, termasuk kebingungan,
pusing, dan sakit kepala. Efek samping lain
yaitu mengantuk, malaise, nyeri otot, diare
dan konstipasi.
 Bisa terjadi granulocytopenia, tetapi jarang.
 Meningkatkan kemungkinan terjadi
pneumonia pada individu yang
immunocompromised.
 Simetidin Juga bisa menyebabkan terjadi
gynecomastia, penurunan libido dan juga
impotensi.
H2 Antihistamin - Interaksi Obat
 C i m e t i d i n e meningkatkan level serum
warfarin dan dapat meningkatkan resiko
pendarahan.
 J u g a berinteraksi dengan obat2an jantung,
seperti B blocker, ca channel blocker,
amiodarone dan antiarrhytmic agents.
 Kontraindikasi pada pasien dengan
dofetilide.
 O b a t lain yang berinteraksi dengan
cimetidine adalah phenytoine, beberapa
benzodiazepine, metformin, sulfonylurea
dan SSRI.

Anda mungkin juga menyukai