Anda di halaman 1dari 30

Risma Eryani 130112150525

Siti Syahirah 130112152509

Preseptor: Pati Aji Achdiat, dr., SpKK., M.Kes


 Histamin adalah senyawa normal pada jaringan sel mast dan basofil

 Penyebab pelepasan histamin:

 Rusaknya sel

 Senyawa kimia

 Reaksi hipersensitivitas

 Sebab lain: mekanik, termal, radiasi yang cukup


 Pajanan Alergen pertama  TH-2 limfosit mengeluarkan IL-4  merangsang B-sel

menghasilkan antibodi IgE  kompleks IgE-alergen akan terikat pada reseptor


Fcε (Epsilon-C reseptor) di sel mast

 Alergen menyerang kedua kali  alergen berikatan dengan antibodi yang

menempel pada sel mast  aktivasi fosfolipase  mengubah phosphatidylinositol


4,5-bisphosphate (PIP2) menjadi inositol 1,4,5-triphosphate (IP3)  mobilisasi Ca2+
 kontraksi  degranulasi sel mast sehingga histamin akan terlepas dan
berikatan pada reseptornya
Jenis Distribusi Antagonis selektif
reseptor parsial

H1 smooth muscle, endothelium, Mepyramine,


otak Triprolidine, Cetirizine

H2 mukosa gaster, otot jantung, Cimetidine, Ranitidine,


mast cell, otak tiotidine

H3 Presynsptik : otak, myenteric Thioperamide,


plexus, neuron iodophenpropit,
clobenpropit
H4 Eosinophils, neutrophils, CD4 T Thioperamide
cell
 Antihistamin adalah zat yang digunakan untuk mencegah atau menghambat kerja

histamin pada reseptornya melalui mekanisme penghambatan bersaing pada reseptor H-


1, H-2, dan H-3.

 TIDAK menetralkan atau mengubah efek histamin yang sudah terjadi

 TIDAK dapat mencegah produksi histamin


pengobatan
gejala-gejala
Antagonist H-1
akibat reaksi
alergi.

mengurangi
Antagonist H-2 sekresi asam
lambung
Antihistamin
kelainan tidur,
obesitas, dan
Antagonist H-3
kelainan kognitif
dan psikiatrik

inflamasi kronis:
Antagonist H-4
asma
Anti Histamin

H1- antagonis H2- antagonis

(klasik/sedatif) (non-sedatif)
Simetidin,
Ranitidine,
Famotidine,
1st Generation 2nd generation 3rd generation Nizatidine

Alkilamin,
Etanolamine, Akrivastin, Levosetirisin,
Etilendiamin, Astemisol, Desloratadin,
Fenotiazin, Cetrizin, Feksofenadin
Piperidin, Loratadin,
piperazin Mizolastin,
Terfenadin,
Ebastine
 Mekanisme: secara kompetitif dan reversibel mengikat dan menstabilkan reseptor H1 

mencegah histamin berikatan  reseptor inaktif

 Efek: ↓ produksi sitokin proinflamasi, ↓ ekspresi CAM, ↓ pelepasan mediator dari sel

mast dan basofil, dan ↓ kemotaksis dari eosinofil dan sel-sel lainnya

 Efek dari H1 antihistamine akan lebih efektif jika diberikan sebelum terjadinya

pelepasan histamin
 Antagonis H-1 dibagi menjadi:

 klasik/sedatif

 non sedatif

 H-1 generasi pertama  efek sedatif relatif kuat

 H-1 generasi kedua dan ketiga  non sedatif (karena lebih banyak dan kuat
terikat dengan protein plasma  tidak menembus blood brain barrier)
 Indikasi:

 Acute urticaria

 Chronic Idiopathic Urticaria

 Atopic Dermatitis

 Pruritus yang berasosiasi dengan kondisi lain


 Efek samping
 Sistem saraf pusat
- Dewasa : depresi SSP, sedasi dan pusing
- Anak-anak dan orang tua : kecemasan, iritabilitas, insomia, tremor dan mimpi
buruk.
 Kardiovaskular
- Takikardia, disritmia, hipotensi yang bersifat sementara,aritmia ventrikular.
 Efek antikolinergik
- Muka merah, dilatasi pupil, hipertermia, kekeringan pada membran mukosa
dan penglihatan yang buram.
Klasifikasi:
 Alkilamin (propilamin) : bromfeniramin maleat, klorfeniramin maleat dan tanat,

 Etanolamin (Aminoalkil eter) : karbioksamin maleat, difenhidramin sitrat dan hidroklorida,

 Etilendiamin : mepiramin maleat, pirilamin maleat, tripenelamin sitrat dan hidroklorida,


antazolin fosfat.

 Fenotiazin : dimetotiazin mesilat, mekuitazin

 Piperidin : azatidin maleat, siproheptadin hidroklorida, difenilpralin hidroklorida,


fenindamin tartrat

 Piperazin : hidroksizin hidroklorida dan pamoat (Fitzpatrick)


Klorfeniramin
• Lama kerja 4-6 jam
• Dari golongan alkilamin paling poten &
stabil • Dosis : 3-4 x/hari (4-6 mg p.o)  max 24
mg/hari
• Puncak dalam plasma 30-60 menit
• Sediaan :
• Metabolisme pertama di hati & di mukosa
saluran pencernaan selama proses - Sirup, 2 mg/5 ml : 120 ml, 480 ml

absorbsi - Tablet, 2 mg dan 4 mg

• Distribusi secara luas termasik SSP - Retarded tablet, 8 mg dan 12mg

• 50% dari dosis diekskresikan terutama


melalui urine (12 jam)
Difenhidramin
• Pemberian 100 mg/ lebih menyebabkan
• Derivat etanolamin hipertensi, takikardi, perubahan
• Metabolisme pertama di hati gelombang T, dan pemendekan diastol

• Hanya 40-60 % yang mencapai sirkulasi • Sediaan :


sistemik  distribusi luas termasuk SSP • - Kapsul, 25 dan 50 mg
• Kadar puncak 1-5 jam, bertahan selama 2 - Elixir, 12,5 mg/5 ml : 120 cc,
jam 480 cc
• Waktu paruh 2,4 sampai 10 jam - Injeksi, 50 mg/ml : 1 ml ampul
• Dosis : 25-50 mg p.o  max 300 mg/hari - Spray : 60 ml
• Lama kerja 4-6 jam
Loratadin
• Sediaan :
• Piperidin long acting
- Sirup, 1 mg/ ml : 480 ml
• Puncak dalam plasma 1-1,5 jam
- Tablet, 10 mg
• Eliminasi waktu paruh 8-11 jam

• Indikasi: rinitis alergi dan utrikaria

• Dosis : 1 x/hari (10 mg p.o)

anak: 5mg/kgBB
Cetrizine
• Puncak dalam plasma 1 jam
• Sediaan :
• Waktu paruh plasma 7 jam
- Sirup, 5 mg/ ml : 120 ml
• Dapat menghambat eosinofil, netrofil dan
basofil dan menghambat IgE serta - Tablet, 5 mg, 10 mg

menurunkan prostaglandin D2

• Indikasi: utrikaria

• Dosis : 1 x/hari (10 mg p.o) max 20 mg

anak: 0,3 mg/kgBB


 Reseptor H2 terdapat pada sel parietal dalam gaster

 Efek: aktivasi pada adenylcyclase cAMP aktivasi protein kinase stimulasi acid secretion by

H+/K+ ATPase  stimulasi dari produksi asam lambung

 Dapat menyebabkan perubahan pada permeabilitas vaskular di kulit, pelepasan mediator

inflamasi lokal, dan presentasi antigen.

 Telah digunakan dalam pengobatan dermatologi karena adanya reseptor H2 di

mikrovaskuler kulit.
 Indikasi:

 Peptic ulcer

 Bersamaan dengan H1 antihistamine untuk kasus urtikaria

idiopatik kronis dan angioedema.

 Cimetidine dosis tinggi dapat digunakan untuk pengobatan

verruca vulgaris di beberapa individu.


 Efek samping:

 Efek pada CNS, termasuk kebingungan, pusing, dan sakit kepala. Efek

samping lain yaitu mengantuk, malaise, nyeri otot, diare dan konstipasi.

 Bisa terjadi granulocytopenia, tetapi jarang.

 Meningkatkan kemungkinan terjadi pneumonia pada individu yang

immunocompromised.

 Simetidin Juga bisa menyebabkan terjadi gynecomastia, penurunan libido dan

juga impotensi.
 Selektif H3 dan H4 masih dalam penelitian

 H3 mungkin potensial dalam mengobati sleep disorder, obesitas,

kognitif, dan masalah psikiatrik

 H4 blocker berpotensi dalam mengobati kronis inflamasi seperti asma


 Katzung GB, Julius DJ. Histamine, serotonin, and the ergot alkaloids. Dalam: Katzung
BG, penyunting. Basic and clinical pharmacology. Edisi ke-6. San Fransisco:
Prentice-Hall International Incorporation; 1995.
 Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Farmakologi Ulasan Bergambar, autacoid dan
antagonis autacoid Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott; 2000.
 Soter NA. Antihistamines. Dalam: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF,
Goldsmith LA, Katz SI, penyunting. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.
Edisi ke-6. New York: McGraw-Hill Incorporation; 2003.
 MIMS INDONESIA. Volume 32 No. 3; 2003

Anda mungkin juga menyukai