SKIZOFRENIA
DIBACAKAN OLEH : DINA WIMALA
PEMBIMBING : DR. LINDA KARTIKASARI, SPKJ
Skizofrenia mencakup sekumpulan gangguan yang
mempunyai kemungkinan causa yang heterogen.
Dengan gejala perilaku yang sedikit banyak sama
Pasien skizofrenia menunjukkan presentasi klinis, respon
terhadap terapi dan perjalanan penyakit yang berbeda beda.
ETIOLOGI SKIZOFRENIA
1. Faktor Genetik
2. Faktor Bilogi
3. Faktor Psikososial
FAKTOR GENETIK
Studi klasik pada 1930 bahwa seseorang memiliki kecenderungan
menderita skizofrenia bila terdapat anggota keluarga yang
skizofrenia
Menurut penelitian hubungan darah (konsnguinitas) semakin
dekat hubungaan kekerabatan semakin tinggi resiko terkena
skizofrenia
Kembar monozigot mempunyai risiko 4 – 6 kali lipat dibandingkan
dengan kembar dizigot
Pada penelitian anak adopsi anak yang mempunyai orang tua
skizofrenia, di adopsi waktu lahir oleh kelurga normal akan terjadi
peningkatan angka sakit yang sama jika dibandingkan dia tetap di
asuh oleh orang tua kandungnya.
PENANDA KROMOSOM
Ada hubungan antara lokasi kromosom dan skizofrenia.
Lengan panjang kromosom 5,11 dan 18, lengan pendek kromosom
19, serta kromosom X, lokus pada kromosom 6, 8 dan 22 sering
dikaitkan dengan skizofrenia
Adanya kromosom yang berhubungan ini dapat menjadi dasar
genetik yang heterogen untuk skizofrenia
Penelitian genetik ini dihubungkan dengan COMT dalam encoding
dopamine sehingga mempengaruhi fungsi dopamin
FAKTOR BIOLOGIS
1. NEUROTRANSMITER
Neurotransmiter yang terlibat adalah :
1.Dopamin
2.Serotonin
3.Norepineprin
4.Asam amino
HIPOTESIS DOPAMIN
Terjadi peningkatan aktivitas dopamine sentral.
Hipotesis dopamine berdasarkan :
1.Efektivitas obat neuroleptik memblokade reseptor dopamine pasca
sinaps
2.Terjadinya psikosis akibat penggunaan amfetamin
3.Adanya peningkatan jumlah reseptor dopamine di nukleus
kaudatus, nucleus akumben dan putamen pada skizofrenia.
Ada 4 jalur dopamin :
1.Mesolimbik dari tegmentum
ke nucleus acumbens
2.Mesokortikal dari
tegmentum ke korteks limbik
3.Nigrostriatal dari substansia
nigra ke ganglia basalis
4.Tuberoinfudibular dari
hipotalamus ke hipofise anterior
JALUR MESOLIMBIC DOPAMIN
• Hiperaktifitas pada jalur ini
menyebabkan timbulnya
gejala positif, agresif
• Obat stimulant (amfetamin
dan kokain) jika diberikan
berulang menaikan
dopamine timbul gejala
• Obat antipsikotik
memblokade reseptor
dopamine gejala akan
menurun
JALUR MESOKORTIKAL DOPAMIN
• Penelitian adanya deficit
dopamine di daerah prefrontal
dorsolateral sehingga terjadi
gejala negatif
• Kekurangan dopamine bisa
primer dan sekunder karena
blokade dopamine oleh AP
JALUR NIGROSTRIATAL
DOPAMIN
Bagian dari system saraf ekstrapiramidal dan berfungsi
mengendalikan motorik.
Kekurangan dopamine pada jalur ini sebabkan gangguan gerak,
termasuk Parkinson dan tremor.
Gerakan ini merupakan gangguan yang disebabkan blokade AP.
JALUR TUBEROINFUDIBULAR
Normalnya untuk tempat mengaktifkan dan menghambat
pelepasan prolactin
Gangguan yang terjadi karena hambatan reseptor dopamine 2 oleh
karena penggunaan AP dopamine menurun sekresi prolactin
meningkat timbul galaktore, amenore dan bisa juga terjadi
disfungsi seksual.
SEROTONIN
Aktivitas serotonin yang berlebihan dianggap mendasari munculnya
gejala positif dan negatif
Obat antagonis serotonin – dopamine (clozapin, risperidon) akan
mengurangi gejala psikotik dan akan mengurangi timbulnya
gangguan pergerakan terkait antagonis D2.
Pada penelitian mengenai gangguan mood aktivitas serotonin
dianggap terlibat dalam perilaku impulsive dan bunuh diri yang
juga tampak pada pasien skizofrenia
NOREPINEPRIN
Anhedonia, hilangnya kemampuan untuk merasakan kesenangan
sering didapatkan pada Penderita skizofrenia dan diduga disebabkan
oleh degenerasi neuronal pada “norephineprine reward neural
system”
Sistem noradrenergic memodulasi system dopaminergic dalam suatu
cara sehingga abnormalitas pada system noradrenergic
mempredisposisikan pasien untuk mengalami relaps yang sering.
Penelitian terapi yg panjang dengan AP akan menurunkan aktivitas
neuron noradrenergic di lokus seruleus.
GABA
Suatu neurotransmitter asam amino inhibitorik yang meregulasi
aktivitas dopamin
Pada pasien skizofrenia akan kehilangan neuron GABAergik di
hipokampus dapat mengakibatkan hiperaktifitas neuron
dopaminergic atau noradrenergic.
GLUTAMAT
Mengkonsumsi fensiklidin, suatu agonis glutamate dapat
menimbulkan gejala gejala skizofrenia akut
ASETILKOLIN DAN NIKOTIN
Pemeriksaan Post Mortem didapatkan berkurangnya reseptor
muskarinik dan nikotinik pda kaudatus, putamen, hipokampus dan
beberapa bagian otak prefrontal reseptor tersebut berperan pada
fungsi kognitif.
2. NEUROPATOLOGI
Ventrikel serebral : ada pembesaran ventrikel lateral dan ventrikel
3, serta reduksi volume substansia grisea korteks serebri belum
dapat dipastikan apakah perubahan itu sudah terdapat sejak
awitan sakit menetap atau berkembang terus.
Simetri Otak pada penderita skizofrenia didapatkan
berkurangnya simetri pada bagian-bagian otak tertentu (lobus
frontalis, temporal dan oksipital) terjadi sejak masa fetus dan
menunjukkan gangguan proses lateralisasi pada perioda
perkembangan otak
Sistim limbik : berperan pada kendali emosi diduga terkait dengan
patofisiologi skizofrenia ukurannya mengecil pada penderita
skizofrenia (amigdala, hipokampus, girus parahipokampus).
Korteks prefrontal : didapatkan kelainan anatomi pada korteks
prefrontal penderita skizofrenia beberapa gejala skizofrenia mirip
dengan yang ditampilkan oleh mereka yang mengalami lobotomi
prefrontal (sindroma lobus frontalis).
Thalamus : terjadi pengurangan volume atau kehilangan neuron (30-
45%) terutama pada nukleus medio-dorsalis yang mempunyai
hubungan resiprokal dengan korteks prefrontal, perubahan ini diyakini
bukan akibat pemberian obat antipsikotik karena juga didapatkan pada
penderita yang belum pernah diobati.
GANGLIA BASALIS DAN SEREBELUM
keduanya merupakan bagian yang bertanggungjawab pada kendali
gerakan banyak penderita skizofrenia memperlihatkan “odd
movements” (canggung, menyeringai, gerakan stereotipik)
banyak gangguan gerak yang disebabkan kelainan pada ganglia
basalis (penyakit Huntington, Parkinson) berkaitan dengan gangguan
psikotik.
SIRKUIT NEURONAL
akhir-akhir ini berkembang pemikiran bahwa skizofrenia bukan disebabkan oleh karena
kelainan pada bagian otak tertentu, tetapi sebenarnya didasari oleh kelainan sirkuit
neural
kelainan pada lobus frontalis bisa disebabkan oleh karena kelainan pada lobus tersebut
atau pada ganglia basalis atau serebelum yang terhubung ke lobus frontalis secara
resiprokal
lesi perkembangan dini pada jaras dopaminergik ke korteks prefrontal bisa
menyebabkan gangguan fungsi prefrontal dan sistim limbik yang selanjutnya
menyebabkan munculnya gejala-gejala positif, negatif dan gangguan fungsi kognitif
disfungsi sirkuit singulus anterior ganglia basalis thalamokortikal mendasari munculnya
gejala-gejala positif, sedangkan disfungsi sirkuit dorsolateral prefrontal mendasari
munculnya gejala-gejala negatif.
METABOLISME OTAK
pada penderita skizofrenia didapatkan bahwa kadar fosfomonoester
dan fosfat inorganik lebih rendah dibandingkan orang normal,
sedangkan kadar fosfodiesternya lebih tinggi,
konsentrasi N-asetil aspartat yang merupakan marka neuron, lebih
rendah di hipokampus dan lobus frontalis penderita skizofrenia.
PENCITRAAN NEURO
1. CT SCAN
Otak pasien skizofrenia mengalami pembesaran ventrikel ketiga
dan lateral serta reduksi volume korteks dalam derajat tertentu
dapat diinterpretasikan dengan penurunan jumlah jaringan otak
pada pasien yang terkena masih belum jelas apakah karena
pertumbuhan yang abnormal atau oleh degenerasi.
Studi lain asimetri serebri abnormal, berkurangnya volume
serebelum dan perubahan densitas otak dihubungkan dengan
gejala negatif, kekerapan gejala EPS karena obat AP, penyesuaian
premorbid yang buruk
2. MRI
Laporan volume kompleks hipokampus amigdala dan girus
parahipokampus berkurang.
3. MRS
Terdapat hipoaktivitas pada korteks prefrontal dorsolateral
Terdapat penurunan N-Asetil aspartate (merupakan suatu petanda
neuron) di hipokampus dan lobus frontal.
3. PET (tomografi emisi Positron)
Terjadi penurunan aktivitas metabolic di bagian anterior kiri
thalamus.
ELEKTROFISIOLOGI
kelainan EEG sering didapatkan pada penderita skizofrenia dan
sangat sensitif terhadap prosedur aktivasi peningkatan aktivitas
“spike” setelah deprivasi tidur, peningkatan aktivitas gelombang
theta dan delta, peningkatan aktivitas epileptiform dan lebih sering
didapatkan abnormalitas pada sisi kiri otak.
Penderita skizofrenia juga menunjukkan kekurangmampuan untuk
menyaring suara-suara yang irelevan, sangat sensitif terhadap suara
latar defek genetic sulit konsentrasi dan mungkin mendasari
munculnya halusinasi.
3. PSIKONEUROIMUNOLOGI
Terjadi abnormalitas imunologis
Abnormalitas tersebut berhubungan dengan :
a.Penurunan produksi interleukin -2 Sel T
b.Berkurangnya jumlah dan responsivitas limfosit primer.
c.Reaktivitas seluler dan humoral yang abnormal terhadap neuron
d.Adanya antibody yang memiliki target otak (anti otak)
Penelitian untuk mencari bukti infeksi virus menunjukkan hasil
negatif walaupun secara epidemiologi terjadi peningkatan kasus skiz
setelah pajanan prenatal terhadap influenza selama beberapa kali
epidemi.
Kemungkinan adanya antibody autoimun otak memiliki sejumlah
data yang mendukung, namun proses patofisiologinya bila ada,
mungkin hanya menjelaskan suatu sub kelompok populasi dengan
skizofrenia
4. PSIKONEUROENDOKRINOLOGI
Penelitian terdapat perbedaan neuroendokrin antara kelompok
pasien skiz dan control.
Terjadi penurunan konsentrasi hormone FSH-LH mungkin
berhubungan dengan usia saat awitan dan lama sakitnya.
Menumpulnya pelepasan prolactin dan GH pada stimulasi hormone
pelepas gonadotropin (GnRH) atau hormon pelepas tirotropin (TRH)
serta menumpulnya pelepasan hormone pertumbuhan pada
apomorfin sebabkan timbulnya gejala negatif
5. FAKTOR PRENATAL DAN POST
NATAL
Canon et all , 2000 penelitian pada 9000 anak yang diikuti sampai
dewasa menemukan kejadian skizofrenia meningkat pada anak
yang lahir dengan hipoksia
Abdel malik et all, 2003 melaporkan cedera kepala pada pasien
terutama bila terjadi sebelum usia 10 tahun dapat berkembang
menjadi skiz. Dan berhubungan dengan kejadian sakit onset dini
FAKTOR PSIKOSOSIAL
Bisa disebabkan karena situasi atau kondisi yang tidak kondusif yang
ada pada pasien yang dapat berupa stressor psikososial
Stressor psikososial setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga
terpaksa harus mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor
yang timbul
STRES PSIKOSOSIAL 1. Masalah dengan primary
support group
2. Masalah yang berkaitan
dengan lingkungan sosial
3. Masalah pendidikan
4. Masalah pekerjaan
5. Masalah ekonomi
6. masalah yang berkaitan
dengan hukum
7. Masalah hubungan
interpersonal
8. Masalah perkembangan
9. Masalah fisik atau cidera
TEORI PSIKOANALITIK