Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH PERHITUNGAN PARAMETER

KLINIS

“MAGNESIUM”

Oleh:

LARAS PUTRI SYAHERA 1941012061


INTAN FAJRIN 1941012065
SHUCI PERMATA HATI 1941012069
ZAHARA ANNISA 1941012071
ADHINY DISTI HELMI 1941012097
RIDHOI LASE 1941013025
NIPA FEBRIANI 1941013041

PROGRAM PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Magnesium” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas ibu dosen Dr. Yelly Oktavia Sari, M.Pharm, Apt pada mata kuliah

“Perhitungan Parameter Klinis”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk

menambah wawasan tentang magnesium bagi para pembaca dan juga bagi

penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Yelly Oktavia Sari,

M.Pharm, Apt selaku dosen dalam mata kuliah Perhitungan Parameter Klinis yang

telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan

mengenai bidang ini.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu

kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan agar demi kesempurnaan

makalah ini.

18 Desember 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion
dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-io merupakan atom-atom
bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa senyawa
kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbebntuk asam, basa atau garam.
Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu kation
dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit tersebut
disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai muatan
negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion. Contoh dari kation
adalah natrium (Na ) dan nalium (K ) & contoh dari anion adalah klorida (Cl ) dan
bikarbonat (HCO ). Elektrolit- elektrolit yang terdapat dalam jumlah besar di
dalam tubuh antara lain adalah natrium (Na ), kalium (K ) kalsium (Ca ),
magnesium (Mg ), klorida (Cl ), bikarbonat (HCO ), fosfat (HPO ) dan sulfat (SO)
Di dalam tubuh manusia, kesetimbangan antara air (HO) elektrolit diatur secara
ketat agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik.
Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara
lain dalam menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke
dalam kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh
dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan
dalam setiap proses metabolisme.
Magnesium adalah mineral penting yang berfungsi untuk mengatur fungsi
saraf, mengatur tekanan darah dan gula darah, menjaga kesehatan jantung,
menghasilkan energi bagi tubuh, dan menjaga kesehatan tulang. Kelebihan kadar
magnesium (hipermagnesemia) dapat menyebabkan otot menjadi lemah, refleks
lambat, mudah mengantuk, pusing, sakit kepala, mual, muntah, denyut jantung
lambat, napas lambat, dan pingsan. Sedangkan kekurangan magnesium
(hipomagnesemia), dapat menyebabkan seseorang mengalami tremor, kedutan
otot, insomnia, kesemutan, mati rasa, takikardia, bingung, dan kejang.
Magnesium adalah mineral penting yang berfungsi untuk mengatur fungsi
saraf, mengatur tekanan darah dan gula darah, menjaga kesehatan jantung,
menghasilkan energi bagi tubuh, dan menjaga kesehatan tulang. Kelebihan kadar
magnesium (hipermagnesemia) dapat menyebabkan otot menjadi lemah, refleks
lambat, mudah mengantuk, pusing, sakit kepala, mual, muntah, denyut jantung
lambat, napas lambat, dan pingsan. Sedangkan kekurangan magnesium
(hipomagnesemia), dapat menyebabkan seseorang mengalami tremor, kedutan
otot, insomnia, kesemutan, mati rasa, takikardia, bingung, dan kejang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian magnesium?


2. Apa gangguan-gangguan yang disebabkan oleh kelebihan dan kekurangan
magnesium?
3. Bagaimana cara pemeriksaan magnesium?
4. Apa pengobatan terhadap gangguan kesetimbangan magnesium ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian magnesium.


2. Mengetahui gangguan kelebihan dan kekurangan magnesium.
3. Mengetahui cara pemeriksaan magnesium
4. Mengetahui pengobatan terhadap gangguan kesetimbangan magnesium
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Magnesium
Magnesium merupakan kation intraselular kedua terbanyak setelah kalium,
dan memegang peran penting dalam proses fisiologis metabolisme sel karena
terlibat sebagai kofaktor pada 300 reaksi enzimatis dalam menjaga homeostasis
sel. Magnesium banyak berperan penting dalam tubuh maupun otak (Gratya et al.,
2016).
Magnesium berfungsi sebagai :
 Fungsi sel seperti distribusi, penyimpanan dan penggunaan energi
 Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
 Menjaga fungsi otak agar tetap sehat (menjaga konduksi sinyal antara otot
dan saraf, serta menjaga transmisi sinyal dari saraf)
 Membantu membentuk protein baru dalam tubuh
 Membantu metabolisme tulang
 Membantu pergerakan dan pembentukan otot
 Membantu regulasi sistem saraf
 Menjaga fungsi jantung serta mengurangi risiko terserang penyakit jantung
 Membantu meningkatkan kualitas tidur
 Membantu meningkatkan kontrol gula darah pada diabetes mellitus tipe 2
(menjaga metabolisme glukosa dan insulin)
 Membantu menurunkan tekanan darah dalam tubuh
 Membantu melawan depresi. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
magnesium merupakan obat antidepresi yang efektif
(Admin, 2012)
2.2 Hipomagnesia
Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium dalam darah kurang
dari normal, yaitu di bawah 1.8mg/dL (<0.70 mmol/L). Hipomagnesemia dapat
berdampak pada penyakit-penyakit lain seperti gangguan pada sistem pencernaan
serta fungsi ginjal. Hipomagnesemia berkaitan pula dengan penurunan kadar
kalsium dan potasium (kalium) dalam tubuh. Sebab, magnesium berperan untuk
mendistribusikan kalsium dan potasium ke seluruh tubuh. Sehingga, apabila kadar
magnesium rendah, maka tubuh juga tidak akan menerima kadar kalsium dan
potasium yang cukup.

2.2.1 Penyebab Hipomagnesia


Kekurangan kadar magnesium dalam tubuh yang dapat menyebabkan
hipomagnesemia merupakan akibat dari kurangnya konsumsi magnesium, serta
penurunan kinerja ginjal maupun sistem pencernaan. Dengan kata lain, rendahnya
kadar magnesium dalam tubuh dapat terjadi karena rendahnya asupan magnesium
maupun tingginya magnesium yang dikeluarkan lewat urine (Gratya et al., 2016).
Keadaan tersebut dapat dipicu oleh kelaparan, kebiasaan mengonsumsi
alkohol, serta diare dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini dapat
menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi dan gangguan elektrolit (dalam hal ini
adalah kekurangan magnesium).
Selain itu, hipomagnesemia sangat umum ditemukan pada pasien-pasien
yang sedang dirawat di rumah sakit. Hal tersebut dapat terjadi akibat penyakit
yang mereka derita, tindakan-tindakan medis yang dilalui, bahkan karena
konsumsi beberapa jenis obat-obatan. Obat-obatan untuk kemoterapi, obat-obatan
dengan toksisitas terhadap ginjal (amfoterisin B, cisplatin, siklosporin,
aminoglikosida) atau penggunaan diuretik seperti thiazide, dan loop diuretik dapat
memicu terjadinya hipomagnesemia.
Kondisi tubuh yang dapat meningkatkan risiko terhadap hipomagnesemia
antara lain adalah (Kowalak, 2011) :
 Penyakit sistem pencernaan
Salah satu penyakit pencernaan yang bisa memicu hipomagnesemia adalah
diare kronis, atau diare dalam jangka waktu yang cukup lama. Kondisi ini
menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi, termasuk magnesium. Selain itu,
gangguan pencernaan lainnya seperti crohn’s disease atau penyakit celiac
juga bisa memicu hipomagnesemia.
 Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah penyakit tingginya kadar gula darah akibat pola
hidup yang buruk. Tingginya kadar gula dalam darah dapat menyebabkan
ginjal memproduksi lebih banyak urine, sehingga banyak magnesium yang
terbuang bersama urine.
 Ketergantungan pada alkohol
Ketergantungan pada alkohol memiliki banyak dampak buruk untuk
tubuh, seperti penyakit liver (hati), gagal ginjal, urine yang bertambah
banyak dan kurangnya asupan magnesium yang membuat rendahnya kadar
magnesium dalam tubuh, serta komplikasi-komplikasi lain yang dapat
merusak tubuh.
 Usia lanjut
Seiring dengan bertambahnya usia, usus manusia semakin mengalami
kesulitan untuk menyerap magnesium dengan baik. Individu berusia lanjut
seringkali mengonsumsi lebih sedikit makanan kaya magnesium atau
mengonsumsi obat-obatan yang dapat memengaruhi kadar magnesium di
dalam tubuh, seperti diuretik. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya kadar
magnesium dalam tubuh para lansia.

2.2.2 Gejala Hipomagnesemia


Gejala hipomagnesemia yang muncul pada tiap orang dapat berbeda,
tergantung seberapa parah kondisi yang ada. Berikut merupakan gejala awal yang
umum terjadi jika seseorang mengalami kekurangan magnesium:
 Mual
 Muntah
 Kelelahan
 Nafsu makan menurun
 Kram otot
Gejala lain dapat muncul jika kondisi hipomagnesemia semakin
memburuk. Segera temui dokter apabila terjadi gejala-gejala seperti:
 Mati rasa
 Kejang
 Gangguan irama jantung
 Kelainan pergerakan mata (nistagmus)
2.2.3 Diagnosa Hipomagnesia
Ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis
hipomagnesemia, berupa:
 Pemeriksaan fisik terhadap gejala-gejala yang Anda alami, termasuk
pemeriksaan riwayat kesehatan
 Pemeriksaan darah, untuk melihat kadar magnesium yang terdapat dalam
darah. Kadar magnesium normal dalam darah adalah 1.8- 2.2 miligram per
desiliter (mg/dL). Apabila kadar magnesium dalam darah di bawah 1.8
mg/dL, maka Anda dikategorikan menderita hipomagnesemia. Sementara
itu, apabila kadar magnesium dalam darah di bawah 1.25 mg/dL, maka
Anda dikategorikan menderita hipomagnesemia berat. Selain itu,
pemeriksaan darah juga dilakukan untuk melihat kadar kalsium dan
potasium (kalium) dalam darah. Selain itu, hipomagnesemia umumnya
disertai juga dengan kekurangan kalsium dan potasium.
 Pemeriksaan urine, untuk melihat kadar magnesium dalam urine. Hal
tersebut dilakukan karena kadar magnesium dalam tubuh sebagian besar
dikontrol oleh ginjal yang juga mengatur produksi urine dalam tubuh
(Kowalak, 2011)

2.2.4 Pengobatan Hipomagnesia


Penanganan hipomagnesemia biasanya dilakukan dengan pemberian
suplemen magnesium atau konsumsi makanan kaya magnesium. Suplemen
magnesium dapat berupa konsumsi magnesium secara oral maupun suntikan
magnesium. Injeksi magnesium diberikan apabila Anda menderita
hipomagnesemia yang parah ataupun timbul gejala kejang (Foregsatlat, 2014)
Jika kondisi pasien masih tergolong ringan, biasanya dokter akan
memberikan obat minum (oral). Namun, jika pasien mengalami kesulitan dalam
mengunyah dan kondisi hipomagnesemia sudah tergolong parah, maka dokter
dapat memberikan obat suntik. Berikut adalah sejumlah obat yang umum
digunakan untuk menangani hipomagnesemia:
 Magnesium sulfate
 Magnesium gluconate
 Magnesium lactate
Selain pemberian suplemen magnesium, hal penting lain yang harus
diperhatikan adalah pola makan yang baik dan memastikan tubuh menerima
jumlah magnesium yang cukup. Caranya, dengan mengonsumsi makanan-
makanan yang kaya akan magnesium seperti sayur-sayuran hijau (misalnya
bayam), almond, kacang mede, kacang tanah, susu kacang kedelai, gandum,
alpukat, pisang, serta salmon.
Berdasarkan rekomendasi The Institute of Medicine, orang dewasa harus
mengkonsumsi 310-320 mg magnesium per hari untuk wanita dan 400-420 mg
magnesium per hari untuk pria (Kowalak, 2011).
Penanganan hipomagnesemia harus dilakukan dengan tepat. Sebab,
penurunan kadar magnesium secara drastis dalam tubuh bisa berakibat fatal, yaitu
menimbulkan kejang, detak jantung tidak teratur, bahkan henti jantung yang bisa
berujung pada kematian.

2.2.5 Pencegahan Hipomagnesemia


Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah hipomagnesemia
adalah:
 Mengubah gaya hidup. Menjaga kesehatan tubuh dengan menerapkan
gaya hidup dan pola makan yang sehat, serta menjalani perawatan sesuai
anjuran dokter untuk kondisi medis yang Lakukan pemeriksaan rutin jika
memiliki kondisi gagal jantung, diabetes, dan diare kronis dapat
meningkatkan risiko hipomagnesemia.
 Perhatikan asupan. Konsumsilah makanan yang mengandung
magnesium setiap harinya. Konsultasikan dengan dokter terkait seberapa
besar asupan magnesium harian yang dibutuhkan.
 Konsumsi suplemen. Hipomagnesemia dapat diatasi dengan
mengonsumsi suplemen magnesium. Namun, penggunaan suplemen ini
harus dengan anjuran dokter.
 Hindari mengonsumsi alkohol. Alkohol dapat mencegah tubuh
menyerap magnesium, dan alkohol juga dapat meningkatkan pembuangan
magnesium melalui urine. (Foregsatlat. 2014).
BAB III
STUDI KASUS

KASUS HIPOMAGNESEMIA

A. Subject
Pasien :
Perempuan, 63 tahun, ke rumah sakit Prof. Dr. R.D Kandou di ICCU tanggal 26 Agustus
2010
Keluhan :
1. Jantung berdebar-debar sejak satu minggu lalu, saat beraktivitas maupun istirahat.
2. Terbangun tengah malam karena sesak yang tiba-tiba.
3. Riwayat cepat lelah dan sesak napas saat beraktivitas telah berlangsung sejak
duabulan sebelum masuk rumah sakit, dan bersifat hilang timbul.
4. Tidak dikeluhkan nyeri dada, batuk, dan demam.
5. Tidak terdapat keluhan mual dan muntah, tetapi nafsu makan telah berkurang
sejak bulan terakhir.
Riwayat Penyakit :
Riwayat penyakit darah tinggi, sakit kencing manis, sakit jantung, atau sakit
ginjal sebelumnya disangkal.
Riwayat Sosial :
Pasien tidak merokok dan minum alkohol.
Riwayat Keluarga :
Di dalam keluarga hanya pasien ini yang menderita sakit demikian.

B. Object
Pemeriksaan Fisik :
o keadaaan umum tampak sakit sedang,
o kesadaran kompos mentis,
o tekanan darah 90/70 mmHg,
o nadi 128 x/menit, tidak teratur, isi lemah,
o frekuensi pernapasan 24 x/menit,
o suhu badan aksiler 36,5°C,
o tinggi badan 158 cm,
o berat badan 55 kg,
o body mass index 22,03.
o Konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterus.
o irama jantung tidak teratur dengan denyut jantung 128 x/menit
o pemeriksaan ekstremitas, warna kulit normal, tidak ditemukan adanya
edema dan paresa,
o sensibilitas normal,

Pemeriksaan Laboratorium :
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 27 Agustus 2010 :
• kadar hemoglobin 13,3 gr%,
• leukosit 12.700/mm3,
• trombosit 157.000/mm3,
• gula darah sewak-tu 99 mg%,
• natrium serum 136,
• kalium serum 2,7,
• klorida serum 139,
• ureum 40 mg/dL,
• dan kreatinin 1,1 mg/dL.
• rekaman elektrokardiografi (EKG) didapatkan atrial fibrilation (AF) rapid
ventricular responses,
• denyut jantung 120 x/menit,

C. Assessment
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemerik-saan laboratorium, dan
pemeriksaan penun-jang, ditegakkan diagnosis:
syok kardiogenik, atrial fibrilation rapid ventricular responses, congestive
heart failure func-tional class (CHF fc) II et causa infero-anteroseptal old
myocardial infarction, lateral myocardial ischemia, ekstrasistol ventrikular, dan
hipokalemia.

D. Plan
Selama di RS mendapatkan terapi :
• injeksi ceftriaxone 2 gram tiap 24 jam,
• injeksi furosemid 80mg/6jam,
• infus D5% 16 tetes per menit,
• terapi oksigen 2 liter per menit.
HARI TERAPI DURASI
KE-1 IVFD lini 1:
dopamin 2,5 μg dalam 50cc NaCl 0,9% (syringe pump),
IVFD lini II: NaCl 0,9% + KCL 50 mEq 8 gtt/menit
bisoprolol 5 mg 1 x ½ tab/ hari
aspirin 80 mg 1 x 1 tab/ hari,
clopidogrel 75 mg 1 x 1 tab/ hari,
ranitidin 150 mg 2 x 1 tab/ hari
Co-enzym Q 100 mg 1 x 1 kaps/ hari
tri-metazidin 5 mg 2 x 1 tab/ hari

HARI HASIL PEMERIKSAAN PENATALAKSANAAN


KE-2 tekanan darah naik menjadi 90/60 mmHg bisoprolol dinaikan men-jadi 5
nadi 108 x/menit iregular, mg satu tablet pagi hari.
KE-5 pemeriksaan ekokardiografi dimensi ruang -
jantung dalam batas normal
KE-6 keluhan mual, tekanan darah 80/60 mmHg, dobutamin dititrasi naik
nadi 126 x/menit ireguler, respirasi menjadi 5μg,
22x/menit, suhu badan 36,8 °C. co-enzym Q100 dinaikan
menjadi 3 x 2 kapsul/hari,
beraprost 20 mcg 3 x 1
tablet/hari dan dilakukan
digitalisasi cepat dengan
pemberian digoxin 0,5 mg (1
ampul) intravena perlahan.
KE-7 keluhan mual berkurang, tekanan darah Tindakan lanjut yaitu koreksi
100/60 mmHg, nadi 88 x/menit ireguler. magnesium dengan MgSO4
Elektrolit dan fungsi tiroid dengan hasil 20% 2 cc/jam dalam syringe
kalsium 8.9, magnesium 1.70, TSHS 4,12, pump, digoksin 0,25 mg ½
dan FT4 1,30 tablet pagi hari, sedangkan
terapi lain dilanjutkan.
KE- tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 80 koreksi kalium dengan IVFD
10 x/menit ireguler. Hasil EKG yaitu AF NaCl 0,9% dan KCl 50 mEq
normorespon, bigemini dan OMI 10 gtt/ menit
inferoanteroseptal. hasil laboratorium
natrium 128, kalium 2,8, klorida 98,
KE- keluhan lemah badan, tekanan darah dikoreksi dengan MgSO4
11 120/70mmHg, nadi 72 x/menit ireguler. 20% 20 cc/jam dalam NaCl
Hasil laboratorium magnesium 1,42 0.9% 50cc, terapi lain
dilanjutkan ditambahkan
amiodaron 3 x 1 tablet.
KE- keluhan lemah badan, tekanan darah 120/80 pemberian MgSO4 dihentikan
27 mHg, nadi 78 x/menit regular, Hasil
pemeriksaan laboratorium magnesium 2,58

KE- pasien kejang, dilakukan kardioversi 50 joule


31 Pada jam 02.35 tekanan darah 200/100 diberikan captopril 25 mg
mmHg, nadi 74 x/menit, respirasi 20 sublingual.
x/menit, Captopril diberikan rutin 3 x
Tekanan darah turun sampai 140/80 dan 25 mg/hari.
nadi 74x/menit
KE- Keluhan tidak ada, tekanan darah 110/70 Terapi yang diberikan
47 mmHg, nadi 74 x/menit respirasi 24 x/menit, lisinopril 5 mg 1 tablet pagi
suhu tubuh 36,8°C, EKG irama sinus dan hari, clopidogrel 75 mg 1
OMI inferoanteroseptal. Diagnosis CHF tablet/hari, Aspilet 80 mg 1
functional class II tablet/hari, Beraprost 20 mcg 1
tablet/hari, trimeta-zidine HCL
35 mg 2 tablet/hari, co-enzym
Q 100mg 3 x 2 tablet/hari,
KSR 2 x 1 tablet/hari,
bisoprolol 5 mg 1 tablet pagi
hari. Pasien diperbolehkan
rawat jalan
KASUS HIPERMAGNESEMIA

A. Subject
Ny.S, umur 39 tahun, beragama Islam, alamat Batu 3/5 Karang Tengah,
Sragen, pendidikan SMP, pekerjaan ibu rumah tangga, nomor register
010xxxx, dirawat di ruang Melati I RSUD Dr. Moewardi Surakarta, sudah 21
hari sejak dokter mendiagnosa bahwa Ny.S menderita penyakit Chronic
Kidney Desease (CKD). Yang bertanggung jawab kepada pasien adalah Tn.H,
umur 41 tahun, pendidikan SMP, pekerjaan buruh, hubungan dengan pasien
adalah seorang suami pasien.

B. Object
Keluhan utama : kedua kaki bengkak.
Riwayat penyakit sekarang : pasien datang dengan keluhan sesak napas terus
menerus dan tidak dipengaruhi oleh cuaca maupun debu.
Di IGD pada tanggal 14 Maret 2012 pasien mendapatkan terapi O2 2 liter per
menit, injeksi furosemide 40 mg, injeksi cefotaxime 2gr, dan infus D5% 16
tetes per menit.
Tekanan darah Ny.S 200/100 mmHg, nadi 100 kali per menit, suhu 37°C, dan
pernafasan 28 kali per menit.
Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat
penyakit hipertensi, diabetes mellitus. Tetapi pernah memiliki riwayat penyakit
gagal ginjal semenjak 1 tahun yang lalu. Pasien juga mengatakan tidak
memiliki riwayat alergi.

Riwayat keluarga, pasien mengatakan anak pertama dari 2 bersaudara menikah


dengan Tn.H telah mempunyai 2 anak, anak pertama laki-laki dan anak kedua
perempuan. Pasien mengatakan didalam keluarganya ada yang memiliki riwayat
penyakit stroke yaitu ibu dari suaminya. Selain itu dikeluarga pasien tidak ada yang
mengalami penyakit keturunan seperti asma, diabetes mellitus, serta penyakit
menular seperti TB paru dan HIV AIDS.
Pada pemeriksaan abdomen
• Inspeksi cembung
• Asites
• Bising usus 8 kali per m palpasi hepar teraba
• Lien tidak teraba serta diperoleh distensi abdomen
• Pada pemeriksaan ekstremitas atas didapatkan sebelah kiri kekuatan otot penuh,
terpasang arteri vena shunt, sebelah kanan kekuatan otot penuh, terpasang infuse
D5% 16 tetes per menit, integritas kulit kurang baik, capillary refill lebih dari 2
detik.
• Ekstremitas bawah didapatkan sebelah kiri kekuatan otot penuh, sebelah kanan
kekuatan otot penuh, kedua ekstremitas bawah terdapat oedema, pitting oedema
derajad 2, integritas kulit kurang baik, capillary refill lebih dari 2 detik.
• Kulit tidak kemerahan, integritas kulit kurang baik, gatal-gatal, mengkilat enit, saat
dilakukan perkusi didapatkan pekak

Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien lemah, sianosis.


Kesadaran composmentis dengan nilai glasglow coma scale (GCS) 15, eye 4, verbal
5, motoric 6, tanda-tanda vital tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 100 kali per
menit, teratur dan kuat. Pernafasan 26 kali per menit, teratur dan nafas dangkal, suhu
36,5°
Pada pemeriksaan hidung didapatkan terdapat sedikit sekret, terpasang terapi
O2 2 liter per menit, mengeluarkan darah (mimisan).

Pemeriksaan data penunjang foto rontgen thorax yang dilakukan tanggal 14


Maret 2012 didapatkan hasil kardiomegali dan oedema pulmo dan data
laboraturium yang dilakukan pada tanggal 31 Maret 2012, yaitu hemoglobin
7,2 g/dl; hematokrit 24%; leukosit 6,8x103/ul ; trombosit
148x103/ul; eritrosit 2,50x106/ul; kreatinin 11,1 mg/dl; ureum 248 mg/dl,
natrium 132 mmol/l; kalium 3,9 mmol/l; klorida 101 mmol/l.

Selama diruang melati I pasien mendapatkan terapi injeksi ceftriaxone 2 gram


tiap 24 jam, injeksi furosemid 80mg/6jam, infus D5% 16 tetes per menit, terapi
oksigen 2 liter per menit. Pasien mendapatkan obat oral seperti klonidin
2x0,1mg, asam folat 3x1 tablet, vit. B plex 3x1 tablet, dan paracetamol 3x1
tablet.

C. Assessment
Diagnosa gangguan pemenuhan kebutuhan cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme pengaturan, ditandai dengan data subjektif pasien
mengatakan kedua kakinya bengkak sedangkan data objektif ditandai dengan
nafas dangkal, palpebra tampak oedema, pitting oedema derajad 2, tekanan
darah 180/100 mmHg, nadi 100 kali per menit, pernafasan 26 kali per menit,
suhu 36,5°C, hemoglobin menurun (7,2g/dl), hematokrit menurun (24%),
kreatinin 11,1 mg/dl (meningkat), ureum 248 mg/dl (meningkat) balance
cairan +855 cc.

D. Plan
Selama di RS mendapatkan terapi :
• injeksi ceftriaxone 2 gram tiap 24 jam,
• injeksi furosemid 80mg/6jam,
• infus D5% 16 tetes per menit,
• terapi oksigen 2 liter per menit.
Pasien mendapatkan obat oral seperti
• klonidin 2x0,1mg,
• asam folat 3x1 tablet,
• vit. B complex 3x1 tablet,
• paracetamol 3x1 tablet.

Obat yang didapatkan


1. Infus D5%
• Pemasukan cairan salah satunya adalah pemberian infus D5% sekaligus
sebagai terapi.
• Infus D5% termasuk cairan kristaloid berfungsi untuk rehidrasi, penambah
kalori secara parenteral.
• Mekanisme kerja cairan kristaloid yaitu menembus kapiler dari kompartemen
intravaskuler ke kompartemen intertisial, kemudian didistribusikan kesemua
kompartemen ekstravaskuler.
• Hanya 25% dari jumlah pemberian awal yang tetap berada di intravaskuler,
sehingga penggunaannya membutuhkan volume 3-4 kali dari volume plasma
yang hilang.
• Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah cairan kedalam
pembuluh darah dengan segera dan efektif untuk pasien yang membutuhkan
cairan segera.
2. Furosemide
• Pemberian terapi furosemide dapat digunakan untuk mengurangi oedema dan
hipertensi ringan sampai sedang.
• Injeksi furosemide adalah golongan diuretik yang berfungsi untuk mengurangi
oedema dan hipertensi ringan sampai sedang.
• Furosemide merupakan diuretik kuat (loop/high-ceiling) bekerja pada ansa
henle dengan menghambat transport klorida terhadap natrium kedalam
sirkulasi (menghambat reabsorbsi natrium pasif).
• Garam natrium dan air akan keluar bersama dengan kalium, kalsium dan
magnesium.
• Memantau kebutuhan oksigen, terapi oksigen berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan oksigen di seluruh bagian tubuh.
• Pasien mengalami nafas dalam dan dangkal menunjukan terjadinya asidosis
atau pH darah menurun (asam).
• Terjadi peningkatan kadar PCO2 dalam darah sedangkan kadar O2 menurun
dalam darah.
• Pasien akan bernafas dengan cepat yang berguna untuk kompensasi untuk
mengeluarkan CO2 dalam darah.
• Terapi oksigen dibutuhkan untuk menyeimbangkan kadar O2 dan CO2
dalam darah. (Andry H, 2008).

3. Ceftriaxon
• Injeksi ceftriaxone adalah antibiotik yang berfungsi untuk mencegah infeksi
yang disebabkan oleh bakteri pathogen pada saluran nafas, telinga hidung
tenggorokan, sepsis, meningitis, tulang, sendi dan jaringan lunak, intra
abdomen, genital, profilaksis, peripertif, dan infeksi pada pasien dengan
gangguan kekebalan tubuh.

4. Klonidin
• Klonidin termasuk obat anti hipertensi dengan indikasi semua bentuk
hipertensi kecuali bentuk peokromositomatik berfungsi untuk menurunkan
tekanan vesikuler sistematik dan pengeluaran renin untuk menurunkan kerja
miokardial dan membantu mencegah gagal jantung kongestif dan infark
miokard
5. Asam Folat
• Asam folat termasuk antianemia dengan indikasi anemia megaloblastik dan
makrostik akibat difiensi asam folat berfungsi untuk memperbaiki gejala
anemia sehubungan dengan kekurangan nutrisi atau karena dialisis

6. Paracetamol
• Paracetamol termasuk obat antipiretik dan analgesik berfungsi untuk
meringankan rasa sakit kepala, sakit gigi serta menurunkan demam.
BAB IV
KESIMPULAN

Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium dalam darah kurang


dari normal, yaitu di bawah 1.8mg/dL (<0.70 mmol/L). Kekurangan kadar
magnesium dalam tubuh yang dapat menyebabkan hipomagnesemia merupakan
akibat dari kurangnya konsumsi magnesium, serta penurunan kinerja ginjal
maupun sistem pencernaan. Penanganan hipomagnesemia biasanya dilakukan
dengan pemberian suplemen magnesium atau konsumsi makanan kaya
magnesium. Sedangkan kadar magnesium dikatakan tinggi apabila lebih dari 2.3
mg/dL (>1,15 mmol/L). Sebagian besar hipermagnesemia disebabkan karena
penyakit gagal ginjal.Terutama saat penderita gagal ginjal minum obat atau
suplemen yang mengandung magnesium, seperti obat magh seperti antasida
(berisi magnesium hidroksida) atau obat pencahar. Salah satu penangan
hipermagnesemia adalah pemberian obat diuretik bertujuan untuk meningkatkan
produksi urin sehingga magnesium banyak terbuang.
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2012. http://ridwanaz.com. Jenis Mineral Penting dalam Tubuh Manusia.


Diakses tanggal 17 Desember 2019.

Foregsatlat. 2014. Magnesium. http://weppi.gtk.fi/publ/foregsatlas/text/Mg.pdf.


Diakses tanggal 17 Desember 2019.

Gratya, R., Martuti, S., Salimo, H. 2016. Pengaruh Hipomagnesemia Terhadap


Mortalitas Pasien Anak di Ruang Rawat Intensif. Sari Pediatri. 18 ( 4) ; 308-313.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Interpretasi Data


Klinik. Jakarta: Kemenkes RI

Kowalak, Jenifer P. 2011. Patofisiologi (professional guide to pathophysiology).


Jakarta : buku kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai