Drug of Choice?
a. Proton pump inhibitor
b. Antagonis reseptor H2
c. Prokinetik
d. Antasid
e. sukralfat
SKDI 6. Sistem Gastrointestinal, Hepatobilier dan Pankreas (Farmakologi)
Penyakit : Lambung, Duodenum, Jejunum dan Ileum
No. 27 (Refluks Gastrosofagus)
Tingkat Kemampuan 4A
PEMBAHASAN
GERD
• Penyakit refluks gastroesofageal (
Gastroesopagheal Reflux Disease
(GERD))adalah suatu keadaan patologis
sebagai akibat refluks kandungan lambung ke
dalamesofagus, dengan berbagai gejala yang
timbul akibat keterlibatan esofagus, faring,
laring dan saluran nafas.
Etiologi:
• Penyakit refluks gastroesofageal bersifat multifaktorial. Esofagitis dapat terjadi sebagai akibat
dari refluks gastroesofageal apabila:
• Terjadi kontak dalam waktu yang cukup lama antara bahan refluksat dengan mukosa esofagus
• Terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus, walaupun waktu kontak antara bahan
refluksat dengan esofagus tidak lama.
Patomekanisme
• Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi yang dihasilkan olehkontraksi
lower esophageal sphincter (LES). Pada individu normal, pemisah ini akandipertahankan
kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saatmenelan, atau aliran
retrograd yang terjadi pada saat sendawa atau muntah.Aliran balik dari gaster ke esophagus
melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak ada atau sangat rendah.
Antasid
• Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan
gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis. Selain
sebagai buffer terhadap HCl, obat ini dapat memperkuat tekanan
sfingter esofagus bagian bawah. Kelemahan golongan obat ini
adalah 1). Rasanya kurang menyenangkan, 2). Dapat menimbulkan
diare terutama yang mengandung magnesium serta konstipasi
terutama antasid yang mengandung alumunium, 3).
Penggunaannya sangat terbatas pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal.
• Dosis: sehari 3-4 x I sendok makan, 30 menit sebelum makan
Antagonis Reseptor H2
• Yang termasuk golongan obat ini adalah simetidin, raniditin,
famotidin dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi asam, golongan
obat ini efektif dalam pengobatan penyakit refluks gastroesofageal
jika diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus.
Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis derajat
ringan sampai sedang serta tanpa komplikasi.
Dosis pemberian:
• Simetidin : 2 x 800 mg atau 4 x 400 mg
• Ranitidin : 2 x 150 mg
• Famotidin : 2 x 20 mg
• Nizatidin : 2 x 150 mg
Obat-obatan prokinetik
• Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan GERD karena penyakit ini dianggap
lebih condong ke arah gangguan motilitas. Namur pada prakteknya, pengobatan GERD sangat
bergantung kepada penekanan sekresi asam.
• Metoklopramid : Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamin. Efektivitasnya rendah
dalam mengurangi gejala serta tidak berperan dalam penyembuhan lesi di esofagus kecuali
dalam kombinasi dengan antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton. Karena
melalui sawar darah otak, maka dapat tumbuh efek terhadap susunan saraf pusat berupa
mengantuk, pusing, agitasi, tremor dan diskinesia. Dosis: 3 x 10 mg
• Domperidon : Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamin dengan efek samping
yang lebih jarang dibanding metoklopramid karena tidak melalui sawar darah otak. Walaupun
efektivitasnya dalam mengurangi keluhan dan penyembuhan lesi esofageal belum banyak
dilaporkan, golongan obat ini diketahui dapat meningkatkan tonus LES serta mempercepat
pengosongan lambung. Dosis: 3 x 10-20 mg sehari
• Cisapride : Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini dapat mempercepat
pengosongan lambung serta meningkatkan tekanan tonus LES. Efektivitasnya dalam
menghilangkan gejala serta penyembuhan lesi esofagus lebih baik dibanding domperidon.
Dosis 3 x 10 mg sehari
Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa
oktasulfat)
• Berbeda dengan antasid dan penekan sekresi
asam, obat ini tidak memiliki efek langsung
terhadap asam lambung. Obat ini bekerja dengan
cara meningkatkan pertahanan mukosa esofagus,
sebagai buffer terhadap HCl di esofagus serta
dapat mengikat pepsin dan garam empedu.
Golongan obat ini cukup aman diberikan karena
bekerja secara topikal (sitoproteksi).
• Dosis: 4 x 1 gram
Penghambat Pompa Proton (Proton pump inhibitor/PPI)
• Golongan ini merupakan drug of choice dalam pengobatan GERD. Golongan obat-
obatan ini bekerja langsung pada pompa proton sel parietal dengan
mempengaruhi enzim H,K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses
pembertukan asam lambung. Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan
keluhan serta penyembuhan lesi esofagus, bahkan pada esofagitis erosiva derajat
berat serta yang refrakter dengan golongan antagonist reseptor H.
Dosis yang diberikan untuk GERD adalah dosis penuh, yaitu:
• Omeprazole : 2 x 20 mg
• Lansoprazole : 2x30mg
• Pantoprazole : 2x40mg
• Rabeprazole : 2x 10 mg
• Esomeprazole : 2 x 40 mg
• Umumnya pengobatan diberikan selama 6-8 minggu (terapi inisial yang dapat
dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan (maintenance therapy: selama 4 bulan
atau on demand therapy, tergantung dari derajat esofagitisnya. Efektivitas
golongan obat ini semakin bertambah jika dikombinasikan dengan golongan
prokinetik.
• DIAGNOSIS BANDING
• Akalasia (Kardiospasme, Esophageal aperistaltis, Megaesofagus) adalah
suatu kelainan yang berhubungan dengan saraf, yang tidak diketahui
penyebabnya.
• Gastritis (radang lapisan lambung), gastritis adalah peradangan pada
lapisan lambung.
• Kanker esophagus, pada kanker kerongkongan adalah squamous sel
carcinoma dan adenocarcinoma, yang terjadi di dalam sel yang melewati
dinding pada kerongkongan. Kanker ini bisa terjadi dimana saja di dalam
kerongkongan dan bisa terlihat sebagai penyempitan pada kerongkongan
(penyempitan), sebuah pembengkakan, daerah flat yang tidak normal
(plaque), atau jaringan yang tidak normal (fistula).
• Ulkus Peptikum, luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena
lapisan lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh
asam lambung dan getah pencernaan. Ulkus yang dangkal disebut erosi.
• Esophagitis, esophagitis terutama disebabkan oleh GERD. Tetapi dapat
pula disebabkan oleh infeksi, efek obat, terapi radiasi, penyakit sistemik,
dan trauma.9
Referensi
1. Sudoyo W.A, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Ed 5. Jilid III. Jakarta : Interna
Publishing. 2009.
2. Tanto C, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Ed
4. Jilid II. Jakarta : FKUI ; 2014
45
• Laki-laki, 32 tahun ke RS keluhan mencret. Keluhan sejak 1
hari yang lalu disertai demam, sakit perut dan lemas.
Mencret sering kambuh dan dalam sehari sampai 8x. Sakit
perut dirasakan terutama mau BAB.Kebiasaan jajan
makanan di warung kaki lima pinggir jalan. TD 120/80
mmHg, N 85 x/menit, RR 18x/menit, suhu 38 C. Feses rutin:
lendir, darah, kista e.coli.
• Terapi kausatif yang tepat?
a. Kotrimoksazole 2x480 mg PO
b. Amoksisilin 3x500 mg PO
c. Ciprofloxacin 2x500 mg PO
d. Eritromicin 3x500 mg PO
e. Metronidazole 3x500 mg PO
SKDI 11 : Sistem GI, Hepatobiler dan Pankreas
Penyakit : Kolon
No. - (ETEC)
Tingkat Kemampuan -
• Escherichia coli patogen E. coli patogen adalah
penyebab utama diare pada pelancong.
Mekanisme patogen yang melalui
enterotoksin dan invasi mukosa. Ada beberapa
agen penting, yaitu :
• 1 Enterotoxigenic E. coli (ETEC).
• 2 Enterophatogenic E. coli (EPEC).
• 3 Enteroadherent E. coli (EAEC).
• 4 Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
• 5 Enteroinvasive E. Coli (EIHEC)
• Kebanyakan pasien dengan ETEC, EPEC, atau EAEC
mengalami gejala ringan yang terdiri dari diare
cair, mual, dan kejang abdomen.
• Diare berat jarang terjadi, dimana pasien
melakukan BAB lima kali atau kurang dalam
waktu 24 jam. Lamanya penyakit ini rata-rata 5
hari.
• Demam timbul pada kurang dari 1/3 pasien.
Feses berlendir tetapi sangat jarang terdapat sel
darah merah atau sel darah putih.
• Lekositosis sangat jarang terjadi. ETEC, EAEC, dan
EPEC merupakan penyakit self limited, dengan
tidak ada gejala sisa.
• Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik
untuk E coli, lekosit feses jarang ditemui, kultur feses
negatif dan tidak ada lekositosis.
• EPEC dan EHEC dapat diisolasi dari kultur, dan
pemeriksaan aglutinasi latex khusus untuk EHEC tipe
O157.
• Terapi dengan memberikan rehidrasi yang adekuat.
Antidiare dihindari pada penyakit yang parah.
• ETEC berespon baik terhadap trimetoprim-
sulfametoksazole atau kuinolon yang diberikan selama
3 hari.
• Pemberian antimikroba belum diketahui akan
mempersingkat penyakit pada diare EPEC dan diare
EAEC. Antibiotik harus dihindari pada diare yang
berhubungan dengan EHEC.
REFERENSI
• Amin, LZ. Tatalaksana Diare Akut. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo. 2015.
46
Seorang wanita berusia 37 tahun datang ke praktik Dokter umum dengan keluhan
nyeri dada seperti terbakar disertai mual, muntah dan bersendawa. Keluhan
memberat sejak 1 minggu. Keluhan memberat setelah makan. Riwayat keluhan yang
sama sejak 6 bulan yang lalu. Pasien memiliki kebiasaan berbaring setelah makan.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 92 kali/menit,
suhu 37,30C, status generalis dalam batas normal. Bagaimana tatalaksana yang paling
tepat pada kasus tersebut?
Antasida +1 0 0 0
Prokinetik +2 +1 0 +1
Antagonis Reseptor H2 +2 +2 +1 +1
Antagonis Reseptor
H2 dan Prokinetik +3 +3 +1 +1
Antagonis Reseptor
H2 Dosis Tinggi +3 +3 +2 +2
PPI +4 +4 +3 +4
Pembedahan +4 +4 +3 +4
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease /
GERD) di Indonesia
...tatalaksana GERD
• Dari semua obat – obatan tersebut di atas, PPI paling efektif
dalam menghilangkan gejala serta menyembuhkan lesi
esofagitis pada GERD.
• PPI terbukti lebih cepat menyembuhkan lesi esofagitis serta
menghilangkan gejala GERD dibanding golongan antagonis
reseptor H2 dan prokinetik. Apabila PPI tidak tersedia, dapat
diberikan H2RA.