Feokromositoma
Blok 5.2
Pengampu :
Dr. Syamsirun Halim Sp.PD KIC
Universitas Jambi
Tahun 2016/2017
FEOKROMOSITOMA
A. Pengertian
Secara etimologi Feokromositoma berasal dari bahasa Yunani. Phios berarti kehitaman,
chroma berarti warna dan cytoma berarti tumor. Hal ini mengacu pada warna sel tumor ketika
diwarnai dengan garam kromium. Pheochromocytoma adalah tumor kelenjar adrenal yang
menghasilkan hormon katekolamin (epinefrin dan norepinefrin). Tumor pensekresi katekolamin
dibagi menjadi dua bagian Feokromositoma dan Paraganglioma Pensekresi Katekolamin.
Karena kedua tumor tersebut memiliki gejala dan pengobatan yang sama, banyak ahli yang
menggunakan istilah Feokromositoma untuk mendeskripsikan keduanya, baik Feokromositoma
adrenal maupun Paraganglioma Pensekresi Katekolamin Ekstra-Adrenal.
Hormon ini memiliki banyak fungsi, beberapa diantaranya seperti mengatur tekanan
darah dan detak jantung. Pheochromocytoma banyak ditemukan pada orang dewasa dengan
umur 30-60 tahun. Phaeochromocytomas adalah tumor fungsional berasal dari sel-sel chromaffin
dari medula adrenal dan paraganglions. Sel Chromaffin adalah sel-sel yang mensekresi
katekolamin yang mempunyai karakteristik pewarnaan coklat dengan dikromat karena kehadiran
butiran sitoplasma katekolamin. Presentasi klinis klasik adalah dengan serangan paroksismal
hipertensi disertai sakit kepala, berkeringat, kecemasan palpitasi dan tremor.1,2,3,16
B. Epidemiologi
Feokromositoma menyerang 0,1% hingga 0,5% penderita hipertensi dan dapat
menyebabkan akibat yang fatal bila tidak terdiagnosis atau terobati. Feokromositoma terjadi
kurang dari 2-8 diantara 1.000.000 orang, dapat menyerang laki-laki dan perempuan dalam
perbandingan yang sama dan mempunyai insiden puncak antara usia 30 dan 50 tahun (rata – rata
40 tahun). Sekitar 90% tumor ini berasal dari sel kromafin medula adrenalis, dan 10% sisanya
dari ekstra adrenal yang terletak di area retroperitoneal (organ Zuckerkandl), ganglion
messenterika dan seliaka, serta kandung kemih. Sebuah studi retrospektif dari Mayo Clinic
mengungkapkan bahwa dalam 50% kasus pheochromocytoma, diagnosis dibuat pada saat otopsi.
Sekitar 10% dari pheochromocytomas yang ditemukan secara kebetulan.
Pheochromocytomas terjadi pada orang dari semua ras, meskipun mereka didiagnosis
lebih jarang pada orang kulit hitam. Feokromositoma biasanya jinak (pada 95% kasus), namun
dapat bersifat ganas dengan metastasis yang jauh. Istilah klasik mengikuti “rumus 10” yaitu
10% terjadi bilateral, 10% terbentuk extraadrenal, 10% adalah malignant, 10% feokromositoma
adrenal timbul pada masa anak, serta 10% feokromositoma timbul pada kelainan genetik
tertentu, seperti:2,4,11
C. Etiologi
Penyebab dari pheochromocytoma masih belum diketahui tetapi banyak pendapat ( ± 10 –
20 % ) mengatakan adanya faktor genetik dan biasanya sifat genetik ini bergabung dengan
sindrom yang lain. Bagaimanapun juga, sekitar 25 – 33 % pasien feokromositoma bersifat
familial, yang terdiri dari mutasi gen RET, VHL,NF1, SDHB, SDHC, and SDHD. Jika terjadi
mutasi pada kromosom 10q11.2 maka penderita pheochromosytoma juga memiliki penyakit
lainnya seperti MEN 2A dan sering disertai dengan carsinoma thyroid. Pada mutasi dari gen
kromosom 3p25-26 biasanya di samping menderita pheochromocytoma orang tersebut juga
menderita Von Hippel Lindau Disease (VHL) di sertai tumor jinak dari Central Nervus System
dan pancreas. Sedangkan pada kelainan kromosom 17q11 orang tersebut akan terkena
Pheochromocytoma dan neurofibromatosis 1 ( NF 1 ) disertai dengan neurofibroma Gangguan
faktor genetik ini bersifat autosomal dominan.2,5,6
D. Patofisiologi
Feokromasitoma suatu penyebab hipertensi sekunder yang jarang terjadi atau sangat langka
merupakan tumor medulla adrenal atau tumor rantai simpatis (paraganglioma) yang melepaskan
katekolamin dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin, dan dopamine) secara terus menerus
atau dengan jangka waktu yang lama. Sekitar 50% hormon ini dihasilkan oleh kromafin medulla
adrenal dan 10% sisanya di extra adrenal yang terletak di retroperitoneal, ganglion mesenterika,
seliaka dan kandung kemih. Adapun efek dari hormon epinefrin dan nore epinefrin terhadap
tubuh dapat dilihat pada bagian Manifestasi Klinis.
Pasien dengan neoplasia endokrin multiple (menII) telah meningkatkan sekresi katekolamin
dengan manifestasi feokromositoma akibat hiperplasia medulla adrenal bilateral beberapa
penderita memiliki penyakit keturunan yang disebut sindrom endokrin multiple yang
menyebabkan mereka peka terhadap tumor dari berbagai kelenjar endokrin 1,3,13
E. Manifestasi klinis
Manifestadi klinis berhubungan dengan overproduksi katekolamin seperti sakit kepala,
berkeringat, berdebar-debar, dan dikenal sebagai triad. Kadang-kadang hipertensi dan diabetes,
dengan atau tanpa gejala menjadi manifestasi awal, atau dapat juga teraba masa tumor diperut
atau pembesaran paraganglioma di leher, telinga, dada atau paru tumor metastasis. Hipertensi
yang terjadi dapat labil (66%) atau menetap (33%), sehingga sering salah diagnosis sebagai
hipertensi primer. Suatu keadaan luar biasa dapat terjadi dimana terjadi hipertensi berat dengan
atau tanpa gagal jantung, dan penampilan macam-macam sebagai tanda peninggian katekolamin.
Hal ini dapat terjadi pada saat trauma, persalinan, atau perdarahan ke dalam tumor. Sebaliknya
feokromasitoma dengan gabungan penyakit von lindau, bisa tanpa ada gejala, tekanan darah
normal dan tes laboratorium katekolamin dalam batas normal. Sebagai ringkasan beberapa tanda
klinis untuk mencurigai adanya feokromasitoma :
1. Hipertensi menetap atau yang paroksismal disertai sakit kepala, berdebar, dan berkeringat.
2. Hipertensi dan riwayat freokromasitoma dalam keluarga
3. Hipertensi yang refrakter terdapat obat terutama disertai berat badan menurun.
4. Sinus takikardia
5. Hipertensi ostostatik
6. Aritimia rekuren
7. Tipe MEN 2 atau MEN 3
8. Krisis hipertensi yang terjadi selama pembedahan anestesi
9. Mempunyai respon kepada R-blocker
Laboratorium yang khas adalah peningkatan kadar katekolamin 5-10 kali dari normal.
Bila kadar katekolamin tidak terlalu tinggi belum tentu bukan feokromositoma, perlu
dilakukan tes klonidin dimana akan terjadi penekanan kadar norephineprin.
Selain tes supresi konidin perlu ada tes profokasi lain yaitu: tes regitin (fentolamin) dan
tes stimulasi glukagon.
Bila ditemukan kadar laboratorium yang positif maka perlu dicari lokasi dengan
melakukan pemeriksaan CT-scan dari kelainan adrenal. Akurasi CT Scan untuk deteksi massa
adrenal >90%, alat ini mampu mengganti angiografi, venografi dan ultrasonografi untuk deteksi
feokromositoma, tetapi alat ini tidak mampu membedakan feokromositoma atau lesi adrenal
yang lain. MRI mampu mendeteksi tumor ini sama akurat dengan CT Scan, feokromositoma
akan tampak seperti bola lampu menggunakan MRI.16
Bila CT-scan normal perlu dilakukan pemeriksaan lain yaitu:
H. Edukasi
1. Manifestasi dominan pada feokromositoma adalah hipertensi, sehingga untuk mengendalikan
hipertensi penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya keluhan seperti :
a. Diet rendah garam
b. Mengurangi berat badan
c. Mengurangi lemak
d. Mengurangi stress psikis
e. Menghindari merokok
f. Olahraga teratur
2. Pasien disarankan untuk tindakan operasi adrenelektomi.
3. Pasien diminta puasa untuk persiapan operasi dengan anestesi umum.
4. Setelah operasi, pasien masih mungkin mengalami hipertensi. Ini dikarenakan nyeri atau
koreksi berlebih terhadap hilangnya darah.9,10,11
I. Prognosis
Pada feokromositoma jinak setelah operasi biasanya memberikan hasil yang memuaskan
pada pasien dan keluarganya.
Tingkat ketahanan hidup 5 tahun untuk feokromositoma non-ganas lebih dari 95%, tetapi
untuk feokromositoma ganas kurang dari 50%. Risiko keganasan agak lebih tinggi bila pasien
masih anak-anak. Rekuren setelah operasi kurang dari 10% pada non-feokromositoma malignan.
Setelah operasi 75 % pasien dapat bebas dari obat antihipertensi, sisanya 25 % hanya
membutuhkan minimal anti hipertensi.7
H. Komplikasi
Tekanan darah tinggi dapat merusak beberapa organ sehingga adanya komplikasi
pheochromocytoma termasuk:
penyakit jantung iskemik infark miokard akut,
Intracerebral haemmorrhage karena hipertensi yang tidak terkontrol.
aritmia jantung,
kegagalan jantung karena cardiomyopathy beracun,
edema paru.
myocarditis
cardiomyopati
kerusakan saraf mata (ganas) tumor kanker jarang,
pheochromocytoma kanker (ganas),
dan sel-sel kanker menyebar ke bagian lain dari tubuh (bermetastasis).