Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1 BLOK 7.2

DOKTER NONI MENUJU DOKTER TELADAN

KELOMPOK 3 B :
SINTA AHNI SALWATI G1A113069
SELA NURSA G1A113070
ABDUL AZIZ G1A113072
CHIKA MARZELINA G1A113073
NADYA NURBANY RAFMAN G1A113074
RTS. WAHYU RIZKI ANANDA G1A113075
MUTIARA PUTRI SYAFIRA G1A113078
FITRI PEBRIANDANI G1A113079
WIDIYA YUNI TIFFANY G1A113080
PUTRI IFFAH MUSYAHROFAH G1A113081

DOSEN PEMBIMBING :
dr. M. Qatar. RFT.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2014/2015
Skenario 1 :

Dokter Noni menuju Dokter Teladan

Dokter Noni adalah dokter yang baru saja diangkat menjadi kepala puskesmas dalam
kabupaten/kota X. Sebagai dokter yang mempelajari ilmu kedokteran komunitas, dia ingin
memajukan puskesmasnya dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen pelayanan kesehatan.
Dengan gaya kepemimpinannya menjalankan Sistem Kesehatan Nasional dan standar pelayanan
minimal. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan mengatasi masalah gizi masyarakat.
Untuk meningkatkan cakupan programnya, dokter Noni juga menggiatkan program promosi dan
prilaku kesehatan. Dokter Noni sedang berupaya menerapkan ilmu epidemiologi dan surveilence
nya dalam mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerjanya termasuk bencana kabut asap yang
juga mengganggu kesehatan matra. Pada sore hari dokter Noni juga membuka praktek dokter
keluarga sebagai bentuk kewirausahaan yang bermitra dengan asuransi kesehatan BPJS. Di
prakteknya, selain memberikan resep obat konvensional, beliau juga memberikan pelayanan
kesehatan tradisional, alternative, dan komplementer.

Klasifikasi :

1. Puskesmas
Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari dinkes kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu/sebagian wilayah kecamatan1
2. Manajemen
Suatu proses yang dilakukan oleh satu orang/lebih untuk mengkoordinasikan kegiatan-
kegiatan orang lain guna mencapai hasil (tujuan) yang tidak dapat dicapai oleh satu orang
saja.2
3. Sistem Kesehatan Nasional
Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia
secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin terccapainya derajat kesehatan
setinggi-tingginya.3
4. Standar Pelayanan Minimal
Suatu standar dengan batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan
kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat.4
5. Promosi Kesehatan
Proses penyadaran atau peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan
upaya- upaya memfasilitasi perubahan dibidang kesehatan.5
6. Epidemiologi
Ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan penyakit, serta upaya
pengendalian penyakit tersebut.1,2,3
7. Survailans
Proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan
terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat
mengambil tindakan.
8. Kesehatan Matra
Upaya kesehatan dalam bentuk khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba
berubah secara bermakna, baik di lingkungan darat, laut, maupun udara.4
9. Dokter Keluarga
Dokter yang memperoleh pendidikan lanjutan khusus untuk menerapkan prinsip
kedokteran keluarga , dengan cakupan ilmu dan keterampilan yang lebih luas dan lebih
dalam sebagai dokter pelayanan kesehatan strata pertama (dokter layanan primer).5
10. Asuransi Kesehatan
Jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.7
11. BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS
Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
Jaminan Kesehatan.6
12. Pengobatan Tradisional
Pengobatan atau perawatan yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun
temurun secara empiris yang dilakukan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.8
13. Pengobatan Komplementer
metode penyembuhan yang caranya berbeda dari pengobatan konvensional di dunia
kedokteran, yang mengandalkan obat kimia dan operasi, yangdapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan.8

Identifikasi Masalah :
1. Apa fungsi dan tujuan Puskesmas ?
2. Apa visi dan misi Puskesmas ?
3. Bagaimana ruang lingkung kerja puskesmas ?
4. Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan puskesmas ?
5. Bagaiman sistem pelayanan SKN ?
6. Apa saja landasan SKN ?
7. Apa fungsi dan tujuan SKN ?
8. Apa prinsip standar pelayanan minimal ?
9. Bagaimana cara penilaian status gizi masyarakat ?
10. Bagaimana cara meningkatkan gizi masyarakat ?
11. Bagaimana cara melakukan program promkes dan perilaku kesehatan ?
12. Apa saja tujuan, visi dan misi, ruang lingkup promkes ?
13. Apa strategi, sasaran, dan bentuk promkes ?
14. Apa peranan epidemiologi kesehatan ?
15. Apa saja kegiatan survailans epidemiologi ?
16. Apa saja ruang lingkup dan prinsip epidemiologi ?
17. Apa saja jenis-jenis epidemiologi ?
18. Apa tujuan dan manfaat mengetahui epidemiologi ?
19. Apa saja jenis-jenis kesehatan matra?
20. Apa saja jenis-jenis survailans epidemiologi ?
21. Apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada bencana kabut asap ?
22. Apa saja prinsip-prinsip pelayanan Dokter Keluarga ?
23. Bagaimana bentuk dan konsep pelayanan Dokter Keluarga ?
24. Bagaimana karakteristik dan ruang lingkup pelayanan Dokter Keluarga ?
25. Apa perbedaan Dokter Keluarga dengan Dokter Umum ?
26. Bagaimana pembiayaan dalam Dokter Keluarga ?
27. Apa saja dasar hukum yang mengatur Dokter Keluarga ?
28. Apa saja dasar hukum penyelenggaraan BPJS ?
29. Apa saja jenis-jenis pelayanan kesehatan tradisional, alternative, dan komplementer ?
30. Bagaimana alur pelayanan BPJS ?
31. Apa perbedaan tugas dan fungsi Kepala Puskesmas dengan Dokter Keluarga ?
32. Apa perbedaan BPJS dengan JKN ?
33. Apa syarat menjadi anggota BPJS ?

Klarifikasi Masalah :

1. Apa fungsi dan tujuan Puskesmas ?


Jawab :
Fungsi Puskesmas, yaitu:
a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.
c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.1,6

Tujuan puskesmas
Tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yaitu meningkatkan,
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.1,6

2. Apa visi dan misi Puskesmas ?


Jawab :
Visi dan Misi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalahtercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Indikator Kecamatan Sehat: 8
a. Lingkungan sehat
b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan
Sedangkan misi dari puskesmas adalah:
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayahKerjanya
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanankesehatan yang diselenggarakan
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakatbeserta lingkungannya.10

3. Bagaimana ruang lingkung kerja puskesmas ?


Jawab :
Menurut peraturan Mendagri No. 5/74, Puskesmas secara administratif berada di
bawah administrasi Pemerintah Daerah Kabupaten (Bupati sebagai Kepala Daerah),
tetapi secara medis teknis mendapat pembinaan dari Dinas Kesehatan(Dinkes)
Kabupaten/Kota dan Propinsi. Wewenang untuk menentukan luas wilayah kerja
Puskesmas dilakukan oleh Bupati/Walikota berdasarkan saran dari Kepala Dinkes
Kabupaten/Kota.7

4. Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan puskesmas ?


Jawab :

Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan dengan misi


sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang tugasnya melaksanakan
pembinaan, pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
suatu wilayah tertentu. Pelayanan kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh, meliputi
aspek-aspek; promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya yang dilakukan untuk
menjalankan misi Puskesmas, antara lain :11
 Meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa.
 Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, dengan dua cara ; (1) quality of care yaitu
peningkatan kemampuan profesional tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya
(dokter,perawat, bidan, dll) yang dilakukan oleh organisasi profesi, (2) quality of
service, yaitu peningkatan kualitas yang terkait dengan pengadaan sarana, dan
menjadi tanggung jawab institusi sarana kesehatan (Puskesmas)
 Pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
 Sistem rujukan di tingkat pelayanan dasar
 Peran serta masyarakat, melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD).

Kegiatan
Fungsi Manajemen
Perencanaan Micro planning (perencanaan tingkat Puskesmas yang
dilakukan setahun sekali, unsur yang direncanakan
meliputi; kebutuhan tenaga, alat dan sarana, serta
penunjang lainnya). Sedangkan perencanaan obat dan alat
kesehatan dilakukan setiap bulan, dengan cara
mengajukan usulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Pengorganisasian  Struktur organisasi Puskesmas, dengan jabatan
struktural Kepala Puskesmas, sedangkan lainnya
bersifat fungsional
 Pembagian tugas, yang berdasarkan program pokok
Puskesmas, terdiri dari 12 s/d 18 program pokok,
yang melibatkan tenaga perawat dan bidan.
 Pembagian wilayah kerja, setiap petugas Puskesmas
melakukan pembinaan ke desa-desa
Penggerakan  Lokakarya mini Puskesmas, dilakukan tiap bulan
Pelaksanaan dalam rangka koordinasi lintas program dan sektor
 Adanya proses kepemimpinan
 Dilakukan koordinasi secara lintas program & sektor
 Pelaksanaan program pokok puskesmas yang
melibatkan seluruh staf
Pengawasan dan  Melalui pemantauan laporan kegiatan
Evaluasi  Pemantauan wilayah setempat (PWS)
 Supervisi
 Rapat rutin (staff meeting)

Setiap program yang ada di Puskesmas (sekitar 18 program pokok) dikelola atau
manajemennya meliputi; perencanaan, manajemen personalia, pelatihan, supervisi,
manajemen keuangan, manajemen logistik, monitoring program, kerjasama/ koordinasi
dan pencatatan/pelaporan.5

5. Bagaiman pelaksanaan sistem pelayanan SKN ?


Jawab :
Penyelenggaraan SKN dilaksanakan secara bertahap, sebagai berikut: 12,13
1. Penetapan SKN
Untuk memperoleh kepastian hukum yang mengikat semua pihak, SKN perlu ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berbagai materi SKN yang terpilih
dapat digunakan untuk penyusunan dan penetapan peraturan perundangan pada tingkat
kebijakan strategis, kebijakan manajerial, dan kebijakan teknis operasional. 9
2. Sosialisasi dan Advokasi SKN
Sistem Kesehatan Nasional perlu disosialisasikan dan diadvokasikan ke seluruh pelaku
pembangunan kesehatan dan seluruh pemangku kepentingan kesehatan untuk
memperoleh komitmen dan dukungan dari semua pihak. Sasaran sosialisasi dan advokasi
SKN adalah semua penentu kebijakan, baik dipusat maupun daerah, baik di sektor publik
maupun di sektor swasta.
3. Fasilitasi Pengembangan
Kebijakan Kesehatan di Daerah Dalam pembangunan kesehatan di daerah perlu
dikembangkan kebijakan kesehatan, seperti: Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D), Rencana
Strategi
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang penyelenggaraannya disesuaikan
dengan kondisi, dinamika, dan masalah spesifik daerah dalam kerangka SKN. Pemerintah
Pusat memfasilitasi pengembangan kebijakan kesehatan di daerah, memfasilitasi
pengukuhannya dalam bentuk peraturan perundang-undangan daerah, serta memfasilitasi
sosialisasi dan advokasi penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah sesuai
kebutuhan.9

Pasal 4
(1) SKN dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
(2) SKN dilaksanakan secara berkelanjutan, sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan
tanggap terhada pperubahan dengan menjaga kemajuan, kesatuan, dan ketahanan
nasional.
(3) Pelaksanaan SKN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berdasarkan
standar persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 5
SKN menjadi acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan yang
dimulai dari kegiatan perencanaan sampai dengan kegiatan monitoring dan evaluasi.
Pasal 6
(1) Pelaksanaan SKN ditekankan pada peningkatan perilaku dan kemandirian
masyarakat, profesionalisme sumber daya manusia kesehatan, serta upaya promotif dan
preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
(2) Profesionalisme sumber daya manusia kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang dibina oleh Menteri hanya bagi tenaga kesehatan dan tenaga pendukung/penunjang
kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan
manajemen kesehatan.
(3) Pelaksanaan SKN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan:
a. cakupan pelayanan kesehatan berkualitas, adil, dan merata;
b. pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat;
c. kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan dan melindungi kesehatan
masyarakat;
d. kepemimpinan dan profesionalisme dalam pembangunan kesehatan;
e. inovasi atau terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi yang etis dan terbukti
bermanfaat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas, termasuk
penguatan sistem rujukan;
f. pendekatan secara global dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan yang
sistematis, berkelanjutan, tertib, dan responsif gender dan hak anak;
g. dinamika keluarga dan kependudukan;
h. keinginan masyarakat;
i. epidemiologi penyakit;
j. perubahan ekologi dan lingkungan; dan
k. globalisasi, demokratisasi dan desentralisasi dengan semangat persatuan dan kesatuan
nasional serta kemitraan dan kerja sama lintas sektor. 9,19

6. Apa saja landasan SKN ?


Jawab :
Landasan SKN (Sistem Kesehatan Nasional)
 Landasan Idiil : Pancasila
 Landasan Konstitusional : UUD 1945
Pasal 28 A, setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup
dan kehidupannya; Pasal 28 H ayat (1), setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan ayat (3), setiap orang
berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat; serta Pasal 34 ayat (2), Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan
dan ayat (3), Negara bertanggung-jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak; Pasal 28 B ayat (2), setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang; Pasal 28 C ayat
(1), setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
 Landasan Operasionnal : seluruh peraturan yang berkaitan penyelenggaraan SKN
dan bangkes.14,15,23

7. Apa fungsi dan tujuan SKN ?


Jawab :

Fungsi SKN

 Cakupan pelayanan kesehatan berkualitas, adil, dan merata;


 Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat;
 Kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan dan melindungi kesehatan
masyarakat;
 Kepemimpinan dan profesionalisme dalam pembangunan kesehatan;
 Inovasi atau terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi yang etis dan terbukti
bermanfaat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas,
termasuk penguatan sistem rujukan;
 Pendekatan secara global dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan yang
sistematis, berkelanjutan, tertib, dan responsif gender dan hak anak.9

Tujuan SKN

Terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat,


swasta maupun pemerintah secara sinergiis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga
tercapai derajat kesehatan masyarakat.18

8. Apa prinsip standar pelayanan minimal ?


Jawab :
a. Konsensus, yaitu disepakati bersama oleh komponen-komponen atau unit-unit kerja
yang ada pada departemen/lembaga pemerintah non-departemen yang bersangkutan;
b. Sederhana, yaitu mudah dimengerti dan dipahami;
c. Nyata, yaitu memiliki dimensi ruang dan waktu serta persyaratan atau prosedur
teknis;
d. Terukur, yaitu dapat dihitung atau dianalisa;
e. Terbuka, yaitu dapat diakses oleh seluruh warga atau lapisan masyarakat;
f. Terjangkau, yaitu dapat dicapai bersama spm jenis-jenis pelayanan dasar lainnya
dengan menggunakan sumber-sumber daya dan dana yang tersedia;
g. Akuntabel, yaitu dapat dipertanggungjawabkan kepada publik; dan
h. Bertahap, yaitu mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampuan keuangan,
kelembagaan, dan personil dalam pencapaian spm.17

SPM Bidang Kesehatan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Diterapkan pada urusan wajib. Oleh karena itu SPM merupakan bagian integral dari
pembangunan kesehatan yang berkesinambungan, menyeluruh, terpadu sesuai
rencana pembangunan jangka menengah nasional.
b. Diberlakukan untuk seluruh daerah kabupaten dan daerah kota. SPM harus mampu
memberikan pelayanan kepada publik tanpa kecuali (tidak hanya masyarakat miskin),
dalam bentuk, jenis, tingkat dan mutu pelayanan yang esensial dan sangat dibutuhkan
oleh masyarakat.
c. Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan dasar tanpa mengorbankan mutu
dan mempuyai dampak luas pada masyarakat (Positive Health Ekstenality).
d. Merupakan indikator kinerja buan standar teknis, dikelola dengan manajerial
professionnal sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumberdaya.
e. Bersifat dinamis.
f. Ditetapkan dalam ranka penyelenggaraan pelayanan dasar.20

9. Bagaimana cara penilaian status gizi masyarakat ?


Jawab :

Penilaian secara langsung

 Antropometri
 Biokimia
 Klinis
 Biofisik

Penilaian secara tidak langsung


 Survey makanan
 Statistic vital
 Faktor ekologi

10. Bagaimana cara meningkatkan gizi masyarakat ?


Jawab :
 Pengawasan gizi anak balita melalui penimbangan berat badan secara teratur dann
terus menerus setiap bulan dengan menggunakan kartu menuju sehat
 Melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk memberitahu pentingnya gizi
bagi tubuh
 Membiasakan untuk mengkonsumsi makanan sehat.21,22

11. Bagaimana cara melakukan program promkes dan perilaku kesehatan ?


Jawab :

Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan


menjadi tiga bagian:

a. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan


Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau
melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan /
undang – undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan
perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena
perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya
perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah
pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak
pagar yang kurang terawat.
b. Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan ,
cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan
masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran
masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai
pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu
lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.
c. Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian
informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal
ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif
berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini
memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan
tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan
mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap. Apapun cara yang
dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika ada partisipasi
sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan
tidak banyak berguna untuk mewujutkan perubahan yang langgeng.16,17

Adapun beberapa contoh perilaku kesehatan adalah :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


2. Memberi bayi ASI eksklusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah .10

12. Apa saja tujuan, visi dan misi, ruang lingkup promkes ?
Jawab :
Tujuan Promkes
a. Tersosialisasinnya program-program kesehatan
b. Terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya bersih dan sehat
c. Tumbuhnya gerakan hidup sehat di masyarakat
d. Menuju terwujudnya kabupaten/kota sehat, provinsi sehat dan Indonesia sehat.11
Visi Promkes
Visi Promosi Kesehatan adalah: “PHBS 2010”, yang mengindikasikan tentang
terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi tersebut adalah
benar-benar visioner, menunjukkan arah, harapan yang berbau impian, tetapi bukannya
tidak mungkin untuk dicapai. Visi tersebut juga menunjukkan dinamika atau gerak maju
dari suasana lama (yang ingin diperbaiki) ke suasana baru (yang ingin dicapai). Visi
tersebut juga menunjukkan bahwa bidang garapan Promosi kesehatan adalah aspek
budaya (kultur), yang menjanjikan perubahan dari dalam diri manusia dalam interaksinya
dengan lingkungannya dan karenanya bersifat lebih lestari.

Misi Promkes
Misi Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah: (1) Memberdayakan individu,
keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat; (2) Membina suasana atau lingkungan yang
kondusif bagi terciptanya phbs di masyarakat; (3) Melakukan advokasi kepada para
pengambil keputusan dan penentu kebijakan. Misi tersebut telah menjelaskan tentang apa
yang harus dan perlu dilakukan oleh Promosi Kesehatan dalam mencapai visinya. Misi
tersebut juga menjelaskan fokus upaya dan kegiatan yang perlu dilakukan. Dari misi
tersebut jelas bahwa berbagai kegiatan harus dilakukan serempak.12,14,16

13. Apa strategi, sasaran, dan bentuk promkes ?


Jawab :

1. Strategi Promkes

Strategi Promosi Kesehatan yang selama ini dikenal adalah ABG, yaitu: Advokasi,
Bina Suasana dan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat. Ketiga strategi tersebut
dengan jelas menunjukkan bagaimana cara menjalankan misi dalam rangka mencapai
visi. Strategi tersebut juga menunjukkan ketiga strata masyarakat yang perlu digarap,
yaitu:11,12
a. Strata primer adalah masyarakat langsung perlu digerakkan peran aktifnya melalui upaya
gerakan atau pemberdayaan masyarakat (community development, PKMD, Posyandu,
Poskestren, Pos UKS, dll).
b. Strata sekunder adalah para pembuat opini di masyarakat, perlu dibina atau diajak
bersama untuk menumbuhkan norma perilaku atau budaya baru agar diteladani
masyarakat. Ini dilakukan melalui media massa, media tradisonal, adat, atau media apa
saja sesuai dengan keadaan, masalah dan potensi setempat.
c. strata tertier adalah para pembuat keputusan dan penentu kebijakan, yang perlu dilakukan
advokasi, melalui berbagai cara pendekatan sesuai keadaan, masalah dan potensi yang
ada. Ini dilakukan agar kebijakan yang dibuat berwawasan sehat, yang memberikan
dampak positif bagi kesehatan.

2. Sasaran Promkes
a. Perorangan/keluarga
b. Tatanan-tatanan lain (sekolah, tempat kerja, temppat umum, sarana kesehatan dll)
c. Organisasi kemasyarakatan/organisasi profesi/LSM
d. Petugas program/Institusi kesehatan
e. Lembaga pemerintah/lintas sektor/politisi/swasta
Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga
kelompok sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala
keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk
masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja
dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empowerment).3
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting
dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi
kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali
menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar
dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat
keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini
dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi
sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi
advokasi (advocacy).

SASARAN PROMKES MENURUT TATANAN :


Sasaran
promosi Sasaran primer Sasaran sekunder Sasaran tersier
kesehatan

Rumah Tangga Ibu rumah tangga dan Kepala keluarga Kader kesehatan,
anggota keluarga dan keluarga yang
berpengaruh

Institusi Mahasiswa dan mahasiswi Dosen Ketua stikes


Pendidikan

Tempat kerja Seluruh karyawan Organisasi pekerja Pimpinan


perusahaan
Tempat-
tempat umum Konsumen Pedagang Direktur
Sarana/institusi Kepala dinas
kesehatan Petugas kesehatan Organisasi profesi kesehatan /
kesehatan direktur rumah
sakit

3. Bentuk Promkes
a. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
b. Dinamika Kelompok
c. Pengorganisasian masyarakat
d. Pengembangan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
e. Pendidikan/pelatihan.7

14. Apa peranan epidemiologi kesehatan ?


Jawab :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang utama yang sedang dihadapi masyarakat
b. Mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya masalah kesehatan atau
penyakit dalam masyarakat
c. Menyediakan data yang diperlukan unntuk perencanaan kesehatan dan pengambilan
keputusan
d. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah
dilakukan
e. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam
upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya
f. Mengarahkan intervensi yang diperukan untuk menanggulangi masalah-masalah yang
perlu dipecahkan.20,21

15. Apa saja kegiatan survailans epidemiologi ?


Jawab :
Kegiatan dalam surveilans epidemiologi diantaranya :
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan, analisa dan interpretasi data menjadi informasi
c. Penyebaran informasi.11

16. Apa saja ruang lingkup dan prinsip epidemiologi ?


Jawab :

Ruang lingkup epidemiologi :


a) Epidemiologi penyakit menular
b) Epidemiologi penyakit tidak menular
c) Epidemiologi kesehatan reproduksi
d) Epidemiologi perencanaan
e) Epidemiologi perilaku
f) Epidemiologi genetik
g) Epidemiologi gizi
h) Epidemiologi remaja
i) Epidemiologi demografi
j) Epidemiologi klinik
k) Epidemiologi kausalitas
l) Epidemiologi pelayanan kesehatan

Peranan epidemiologi yaitu:


a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang utama yang sedang dihadapi masyarakat
b. Mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya masalah kesehatan atau
penyakit dalam masyarakat
c. Menyediakan data yang diperlukan unntuk perencanaan kesehatan dan
pengambilan keputusan
d. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau
telah dilakukan
e. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam
upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya
f. Mengarahkan intervensi yang diperukan untuk menanggulangi masalah-masalah
yang perlu dipecahkan.23

17. Apa saja jenis-jenis epidemiologi ?


Jawab :
- Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi Deskriptif berkaitan dengan definisi epidemiologi sebagai ilmu yang
mempelajari tentang distribusi penyakit atau masalah kesehatan masyarakat.Hasil
pekerjaan Epidemiologi Deskriptif diharapkan mampu menjawab pertanyaan
mengenai faktor who, where, dan when.

- Epidemiologi Analitik
Epidemiologi analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk menganalisis
faktor-faktor determinan masalah kesehatan.

- Epidemiologi Eksperimental
Salah satu hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai
penyebab tejadinya faktor luaran (penyakit), maka perlu diuji faktor kebenarannya
dengan percobaan atau eksperimen.22

18. Apa tujuan dan manfaat mengetahui epidemiologi ?


Jawab :

Tujuan mengetahui epidemiologi yaitu :


1. Tersedianya informasi tentang situasi, kecenderungan penyakit, dan faktor resiko,
serta masalah kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
sebagai bahan pengambilan keputusan
2. Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB/Wabah
dan dampaknya
3. Dasar penyampaian informasi kesehatan kepada pada pihak yang berkepentingan
sesuai dengan pertimbangan kesehatan.
Manfaat mengetahui epidemiologi adalah:
a. Manfaat Ilmiah : Merupakan manfaat bagi ilmu kesehatan sebagai data dasar konsep
timbul penyakit

b. Manfaat Praktis : Dapat digunakan sebagai panduan di dalam konsep timbul awal
mulanya penyakit.18

19. Apa saja jenis-jenis kesehatan matra?


Jawab :

Jenis Kesehatan Matra meliputi:


1. Kesehatan Lapangan;
Kesehatan Lapangan sebagaimana terdiri atas:
a. kesehatan perpindahan penduduk;
b. kesehatan migran;
c. kesehatan haji dan umrah;
d. kesehatan penanggulangan bencana;
e. kesehatan bawah tanah;
f. kesehatan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat;
g. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di darat;
h. kesehatan pada arus mudik
i. kesehatan pada kegiatan di area tertentu; dan
j. kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian.
2. Kesehatan Kelautan dan Bawah Air; dan
Kesehatan Kelautan dan Bawah Air terdiri atas:
a. kesehatan penyelaman;
b. kesehatan pelayaran dan lepas pantai; dan
c. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di laut.
3. Kesehatan Kedirgantaraan.
Kesehatan Kedirgantaraan terdiri atas:
a. kesehatan penerbangan dan ruang angkasa; dan
b. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di udara.9

20. Apa saja jenis-jenis survailans epidemiologi ?


Jawab :

Dikenal beberapa jenis surveilans: (1) Surveilans individu; (2) Surveilans penyakit; (3)
Surveilans sindromik; (4) Surveilans Berbasis Laboratorium; (5) Surveilans terpadu; (6)
Surveilans kesehatan masyarakat global.
1) Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-
individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar,
tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan
dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang
dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi
institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang
sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode
menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa
inkubasi seandainya terjadi infeksi
2) Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus
terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan
sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian,
serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah
penyakit, bukan individu.
3) Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan
terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-
masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator
kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi
diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit,
seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat
ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang
suatu penyakit.
4) Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor
penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan
seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi
strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih
segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari
klinik-klinik
5) Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua
kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota)
sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan
struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan
informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun
pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data
khusus penyakitpenyakit tertentu.11,19

21. Apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada bencana kabut asap ?
Jawab :

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 289 Tahun 2013 tentang


Prosedur P engendalian Dampak Pencemaran Udara Akibat Kebakaran Hutan
terhadap Kesehatan, monitoring kualitas udara menggunakan Indeks Standar
Pencemaran Udara (ISPU) yang dapat diperoleh dari Dinas Kesehatan atau
Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) atau Laboratorium
Kesehatan Daerah dan stasiun pemantauan lainnya. Parameter yang diukur
adalah debu/partikulat (PM-10), sulfur dioksida (S02)' karbon monoksida (C02),

Ozon (03) dan nitrogen dioksida (N02). Kategori bahaya dan tindakan
pengamanan berdasarkan ISPU adalah sebagai berikut.
Asap yang berasal dari kebakaran hutan (kayu dan bahan organik lain)
mengandung campuran gas, partikel, dan bahan kimia akibat pembakaran yang
tidak sempurna. Komposisi asap kebakaran hutan terdiri dari gas seperti karbon
monoksida, karbon dioksida, nitrogen oksida, ozon, sulfur dioksida dan lainnya.
Partikel yangtimbul akibat kebakaran hutan biasa disebut sebagai particulate
matter (PM). Ukuran lebih dari 10 11mbiasanya tidak masuk paru, tetapi dapat
mengiritasi mata, hidung, dan tenggorokan. Sedangkan partikel kurang dari
10 11m dapat terinhalasi sampai ke paru. Selain itu, terdapat bahan lainnya dalam
jumlah tidak terlalu banyak, seperti aldehid, polisiklik aromatik hidrokarbon,
benzene, toluene, styrene, metal dan dioksin.14
Dalam jangka cepat (akut), asap kebakaran hutan akan menyebabkan iritasi
selaput lendir mata, hidung, tenggorokan, sehingga menimbulkan gejala berupa
mata perih dan berair, hidung berair dan rasa tidak nyaman di tenggorokan, mual,
sakit kepala, dan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA). Dampak buruk terhadap kesehatan tersebut dapat terjadi pada setiap orang
khususnya pada kelompok rentan yaitu bayi, balita, ibu hamil, lanjut usia dan
orang dengan masalah kesehatan pada paru dan/atau jantung.6,7

22. Apa saja prinsip-prinsip pelayanan Dokter Keluarga ?


Jawab :
Prinsip-prinsip kedokteran keluarga dalam pelayanannya yaitu:
1. Komprehensif dan holistik
Memberikan pelayanan secara paripurna berarti melakukan pemeriksaan secara
keseluruhan dengan menimbang rasionalitas dan mafaatnya bagi pasien. Sebagai
contoh misalnya, seorang yang sakit kepala, pada awalnya mungkin saja hanya diberi
parasetamol atau analgetik lainnya. Jika sakit kepala berulang-ulang, harus digali
sejauh mungkin berbagai kemungkinan penyebabnya, dan bila dipandang perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis penyebabnya. Tentu
saja, rujukan harus dilakukan jika memang diperlukan, sekalipun pasien ybs tidak
memintanya. Selain itu, ancangan holistik harus dilakukan juga agar terasa lebih
manusiawi. Dokter keluarga lebih mempertimbangkan siapa yang sakit daripada
sekedar penyakit yang disandang
2. Pelayanan kontak pertama dan kesinambungannya
Sebagai dokter layanan primer, DK merupakan tempat kontak pertama dengan pasien,
tanpa mamandang jenis kelamin, usia, keluhan utamanya atau sistem organ yang
terganggu. Sebenarnya 85% masalah kesehatan dapat diselesaikan di layanan primer
jika kinerja DPU/DK dapat diandalkan. Oleh karena itu yang memerlukan rujukan ke
rumah sakit seharusnya hanya 15%. Jelaslah kiranya kinerja seperti apa yang harus
diwujudkan oleh para DPU/DK agar dapat menyelesaikan 85% masalah yang
dihadapinya.9,11
Dokter keluarga merupakan ujung tombak pelayanan medis tempat kontak pertama
dengan pasien untuk selanjutnya harus menjaga kontinuitas pelayanan dalam arti,
pemantauan kepada pasien dilakukan secara terus-menerus mengunakan rekam medis
yang akurat dan sistem rujukan yang terkendali.Untuk menunjang kesinambungan
pelayanan, klinik harus dilengkapi dengan rekam medis yang memadai dan sarana
komunikasi yang handal sehingga dokter dapat dihubungi sewaktu-waktu diperlukan.
Demikian pula, jangan lupa membuat surat rujuk pindah jika ada pasien yang hendak
pindah tempat tinggal misalnya pindah kota atau pindah klinik. Dalam surat rujuk
pindah itu harus dilengkapi dengan data kesehatan yang penting, dengan data
tambahan data yang diperlukan. Boleh dikatakan pemantauan pada setiap pasien
dilakukan mulai dari konsepsi sampai mati.
3. Pelayanan promotif dan preventif
Dokter Keluarga harus berusaha meningkatkan taraf kesehatan setiap pasien yang
menjadi tanggung-jawabnya. Bagaimanapun dokter keluarga harus berupaya
menerapkan seluruh tingkat pencegahan. Dengan demikian ia harus memberikan
ceramah kesehatan dan vaksinasi, menyelengarakan KB dan KIA dan bahkan acara
senam pagi secara rutin. Selain itu DK harus cepat dan tepat membuat diagnosis
penyakit dan mengobatinya.
4. Pelayanan koordinatif dan kolaboratif
Koordinasi ini dilakukan ketika pasien memerlukan beberapa konsultasi spesialistis
atau pemeriksaan penunjang dalam waktu yang bersamaan. Selain itu koordinasi pun
dilakukan dengan keluarga dan lingkungannya guna meningkatkan efisiensi
pengobatan. Pelayanan kolaboratif artinya bekerja sama juga dengan berbagai pihak
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, guna mengefektifkan dan
mengefisienkan pelayanan. Misalnya, bekerjasama dengan labotarotium untuk
memantau pasien dengan dugaan DHF tetapi belum perlu dirawat. Untuk kasus
seperti ini pihak laboratorium diminta untuk memantau perubahan indikator
perkembangan penyakit dan segera melaporkan hasilnya sehinga pasien dapat
istirahat di rumah tanpa bolak-balik ke klinik. Dokter keluarga bukan hanya
mempertimbangkan segi medis tetapi juga ekonomi, sosial dan budaya sehingga
sering perlu melibatkan atau kerjasama dengan berbagai pihak.
5. Pelayanan personal.
Titik tolak pelayanan DK adalah pelayanan personal seorang individu sebagai bagian
integral dari keluarganya. Seorang individu, sekalipun menjadi bagian dari sebuah
keluarga, dibenarkan mempunyai DK sendiri yang mungkin dapat berbeda atau sama
dengan anggota keluarga yang lain.
6. Mempertimbangkan keluarga, komunitas, dan lingkungannya.
Dalam mengobati pasien, DK tidak boleh lupa bahwa pasien merupakan bagian
integral dari keluarga dan komunitasnya. Kesembuhan penyakit sangat dipengaruhi
lingkungannya dan sebaliknya penyakit pasien dapat mempengaruhi lingkungannya
juga
7. Sadar etika dan hukum
Sadar etika dalam praktiknya diwujudkan dalam perilaku dokter dalam menghadapi
pasiennya tanda memandang status sosial, jenis kelamin, jenis penyakit, ataupun
sistem oragn ayng sakit. Semua dalah pasiennya dan harus dilayani secara
profesional. Demikian pula dengan sadar hukum, sangat dekat dengan perilaku dokter
untuk tetap bekerja dalam batas-batas kewenanangan dan selalau mentaati kewajiban
yang digariskan oleh hukum yang berolaku di daerah tempat praktiknya.
8. Sadar biaya
Yang tidak kalah pentingnya adalah sadar biaya yang juga sebenarnya menyangkut
perilaku DK dalam pertimbangkan ”cost effectiveness” dari biaya yang dikeluarkan
oleh pasien. Dengan kata lain biaya harus menjadi pertimbangan akan tetapi tidak
boleh menurunkan mutu pelayanan.
9. Menyelenggarakan pelayanan yang dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan.
Sebenanrya yang diaudit mencakup selurut strata pelayanan kesehatan bukan hanya
layanan DK. Kenyataannya sampai sekarang audit medis masih jauh dari harapan
terutamna di Indonesia. Namun demikian praktik DK harus memulai mempersiapkan
diri untuk sewaktu-waktu dapat diaudit oleh pihak yang berwenang. Audit medis ini
merupakan upaya peningkaan kualitas pelayanan dan sala sekali bukan upaya untuk
memata-matai praktik dokter.17,18
10. Pasien Safety
23. Bagaimana bentuk dan konsep pelayanan Dokter Keluarga ?
Jawab :
a. Hospital based
Pelayanan Dokter Keluarga sebagai bagian dari pelayanan Rumah Sakit (Hospital
Based) pada bentuk ini pelayanan dokter keluarga diselenggarakan di rumah
sakit.
b. Family Clinic
Pelayanan Dokter Keluarga dilaksanakan oleh Klinik Dokter Keluarga (Family
Clinic). Praktek mandiri (solo practice) dan bersama – sama dalam satu kelompok
(group practice). Dari dua bentuk klinik dokter keluaga tersebut, yang paling
dianjurkan adalah klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok.
Biasanya merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga.

Bentuk Keuntungan Kekurangan


praktekdoga
Sendiri Pendapatan lebih besar dibanding kelompok Waktu sulit diatur
Biaya pembelian alat
Pemakaian peralatan medis
non medis ditanggung sendiri
Kelompok Pelayanan kedokteran lebih bermutu dan variasi Pendapatan lebih kecil
Efisiensi waktu lebih banyak untuk menambah dibanding klinik doga sendiri
pengetahuan dan ketrampilan Kerjasama tim mempengaruhi
Pembelian dan pemakaian peralatan medis dan kinerja klinik kelompok
non medis dapat digunakan bersama-sama

c. Family practice
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga
(Family Practice).8

24. Bagaimana karakteristik dan ruang lingkup pelayanan Dokter Keluarga ?


Jawab :
Karakteristik dari disiplin kedokteran keluarga menurut EURACT tahun 2005 adalah
sebagai berikut :
 Biasanya kontak pertama dengan system pelayan kesehatan yang melayani akses
terbuka dan tidak terbatas untuk pasien, berurusan dengan semua masalah kesehatan
terlepas dari umur, jenis kelamin atau karakteristik lain dari orang yang bersangkutan
 Membuat efisien penggunaan sumber daya kesehatan dengan pelayanan koordinatif,
bekerjasama dengan professional lainnya dalam layanan primer dan dengan
mengelola komunikasi dengan spesialis, berperan memberikan advokasi kepada
pasien jika diperlukan.
 Melakukan pendekatan person–centred dan berorientasi kepada individu dan
keluarganya, dan komunitasnya
 Mempunyai proses konsultasi yang berbeda, dimana dikembangkan hubungan dari
waktu kewaktu, melalui komunikasi efektif antara dokter-pasien.
 Bertanggungjawab untuk menyediakan pelayanan berkesinambungan yang
longitudinal yang sesuai kebutuhan pasien
 Dalam pengambilan keputusan berdasarkan prevalensi dan insidensi penyakit dalam
komunitas
 Mengelola penyakit secara simultan baik akut maupun masalah kesehatan yang kronis
pada pasien
 Mengelola penyakit yang memberikan gejala undifferentiated pada tahap awal
perkembangannya, yang membutuhkan intervensi secepatnya
 Promosi kesehatan dan kesejahteraan d engan intervensi yang tepat dan efektif
 Memiliki tanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat
 Siap dengan masalah kesehatan pasien dalam dimensi fisik, psikologis, sosial,
cultural dan eksistensial .6

25. Apa perbedaan Dokter Keluarga dengan Dokter Umum ?


Jawab :
Layanan DPU (dokterPraktekUmum) DK (DokterKeluarga)
Cakupan Umumnya kuratif Promotif, preventif, kuratif, rehabilitative
Sifat Sesuai dengan keluhan Menyeluruh dan paripurna
Pendekatan Kasus per kasus, pengamatan Kasus per kasus, bersinambung,
sesaat pengamatan sepanjang hayat
Misi Mengobati penyakit yang Menyembuhkan dan menyehatkan
ditemukan
Perankeluar Kurang dipertimbangkan Selalu dipertimbangkan, bahkan
ga dimanfaatkan dan dilibatkan
Hubungan Dokter dengan pasien Dokter-pasien-teman-konsultan

26. Bagaimana pembiayaan dalam Dokter Keluarga ?


Jawab :

a. Sistem Pembiayaan dalam BPJS

1. Iuran
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh
Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan (pasal
16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).

2. Pembayar Iuran
 bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.
 bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi Kerja dan Pekerja.

 bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran dibayar oleh
Peserta yang bersangkutan.

 Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan Presiden dan
ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan
kebutuhan dasar hidup yang layak.

3. Pembayaran Iuran

Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan


persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu
(bukan penerima upah dan PBI).

Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran
peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bulan
kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila
tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja
berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda administratif sebesar
2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi
Kerja.

Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib membayar
iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap
bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan diawal.

BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai dengan
Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran,
BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Kerja dan/atau Peserta
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau
kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran Iuran bulan
berikutnya.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran iuran diatur dengan Peraturan
BPJS Kesehatan.
4. Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan
BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dengan
Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan membayar
dengan sistem paket INA CBG’s.

Mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua Fasilitas Kesehatan dapat dijangkau
dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan
Kapitasi, BPJS Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan
mekanisme lain yang lebih berhasil guna.

Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan
wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan gawat daruratnya
teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan tersebut wajib merujuk ke
fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerjasama
setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara dengan tarif yang berlaku di wilayah
tersebut.20

5. Pertanggungjawaban BPJS Kesehatan


BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan
kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima lengkap.
Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan
antara BPJS Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah tersebut dengan
mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam hal tidak ada
kesepakatan atas besaran pembayaran, Menteri Kesehatan memutuskan besaran
pembayaran atas program JKN yang diberikan. Asosiasi Fasilitas Kesehatan ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan.
Dalam JKN, peserta dapat meminta manfaat tambahan berupa manfaat yang bersifat non
medis berupa akomodasi. Misalnya: Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang
lebih tinggi daripada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi
kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS
Kesehatan dan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan, yang disebut
dengan iur biaya (additional charge). Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi peserta PBI.29

Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, BPJS Kesehatan wajib


menyampaikan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan pengelolaan program dan
laporan keuangan tahunan (periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember). Laporan yang
telah diaudit oleh akuntan publik dikirimkan kepada Presiden dengan tembusan kepada
DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya.

Laporan tersebut dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui media massa
elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak yang memiliki peredaran
luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya.20

b. Sistem Pembiayaan Dalam Dokter Keluarga

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan tersedianya


dana yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan pelbagai sarana dan prasarana medis dan non
medis yang diperlukan (investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter keluarga
yang diselenggarakan (operational cost) Seyogiyanyalah semua dana yang diperlukan ini dapat
dibiayai oleh pasien dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa pelayanan dokter keluarga.
Masalah kesehatan seseorang dan atau keluarga adalah tanggung jawab masing-masing orang
atau keluarga yang bersangkutan. Untuk dapat mengatasi masalah kesehatan tersebut adalah
amat diharapkan setiap orang atau keluarga bersedia membiayai pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya.
Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya.
Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pembiayaan secara
tunai (fee for service), dalam arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan membayar biaya
pelayanan. Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health insurance), dalam
arti setiap kali pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai, karena pembayaran
tersebut telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah badan asuransi.
Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan ini dinilai sesuai untuk
pelayanan dokter keluarga. Dari dua cara pembiayaan yang dikenal tersebut, yang dinilai sesuai
untuk pelayanan dokter keluarga hanyalah pembiayaan melalui program asuransi kesehatan saja.
Mudah dipahami, karena untuk memperkecil risiko biaya, program asuransi sering menerapkan
prinsip membagi risiko (risk sharing) dengan penyelenggara pelayanan, yang untuk mencegah
kerugian, tidak ada pilihan lain bagi penyelenggara pelayanan tersebut, kecuali berupaya
memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan atau mencegah para anggota keluarga yang
menjadi tanggungannya untuk tidaksampai jatuh sakit. Prinsip kerja yang seperti ini adalah juga
prinsip kerja dokter keluarga.19

27. Apa saja dasar hukum yang mengatur Dokter Keluarga ?


Jawab :

a) UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, mewajibkan setiap dokter


 Untuk selalu meningkatkan pengetahuan
 Menerapkan kendali mutu dan kendali biaya
 Mengikuti standar profesi dan standar pelayanan yang berlaku
b) UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
c) Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasiona l Tahun 2004-2009 telah memasukkan pengembangan
pelayanan dokter keluarga sebagai salah satu program yang harus dilaksanakan.
d) KepMenKes No. 331/Menkes/SK/V/2006 tentang Rencana Strategis Depkes
memasukkan program pengembangan pelayanan dokter keluarga sebagai program
yang harus segera diuji cobakan.7

28. Apa saja dasar hukum penyelenggaraan BPJS ?


Jawab :
LandasanHukum BPJS Kesehatan :
1. Undang-UndangDasar 1945
2. Undang-UndangNomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
3. Undang-UndangNomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

29. Apa saja jenis-jenis pelayanan kesehatan tradisional, alternative, dan


komplementer ?
Jawab :
A. Pelayanan Kesehatan Tradisional

Negara Indonesia memiliki sumber kekayaan alam yang sangat banyak sekali salah
satunya adalah tumbuhan atau tanaman yang bisa di gunakan untuk pengobatan
alternatif. Berbeda dengan pengobatan modern yang sudah melalui uji medis modern,
pengobatan alternatif ini juga menjadi salah satu pilihan pengobatan tradisional yang
tidak bisa di remehkan. Banyak contoh dan kisah bahwa dengan pengobatan modern
yang biayanya sangat mahal tidak bisa sembuh, namun dengan menggunakan
pengobatan alternatif bisa di atasi. Pengobatan dengan menggunakan tanaman yang
tersedia di alam dengan cara di olah menjadi resep obat tradisional atau ramuan
lainnya menjadi alternatif untuk penyembuhan dan mendapatkan kesehatan.
Tanaman atau tumbuhan alami yang di percaya memiliki khasiat ini bukan saja untuk mengobati
penyakit saja melainkan juga sering di manfaatkan sebagai pelayanan kesehatan tradisional.
Berikut ini ada beberapa macam yang dapat di kategorikan sebagai pengobatan tradisional di
Indonesia :
1. Jamu
Bagi masyarakat Indonesia tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya jamu.
Ramuan yang di buat dari bahan alami ini sering di manfaatkan untuk menjaga stamina
dan kesehatan, ada juga untuk menambah nafsu makan, untuk kecantikan wanita, bahkan
juga untuk meningkatkan performa seks pria.
2. Gurah
Jenis pengobatan ini dengan menggunakan cairan ramuan khusus yang di teteskan ke
dalam hidung. Pengobatan tradisional ini untuk membersihkan dan mengeluarkan semua
lendir kotor beracun yang di sebabkan karena debu, rokok, kopi, atau alkohol. Manfaat
gurah dapat melancarkan saluran pernapasan dan pencernaan.
3. Naturopathy
Pengobatan alternatif ini menggunakan campuran ramuan dari China dan Indonesia
dengan pemeriksaan pada denyut nadi, lidah, mata, serta pada kulit wajah dan cara
pengobatan ini tidak melalui operasi. Manfaat dari ramuan naturopathy ini adalah untuk
mempertahankan kesehatan dengan menggunakan suplemen herbal dan di percaya dapat
mengobati berbagai macam penyakit. Naturopati mengacu kepada penggunaan bahan
alami untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit. Dengan mengikuti naturopati kita
dapat meningkatkan daya tahan tubuh sangat baik. Kebanyakan praktisi naturopati
menerapkan unsur-unsur dari berbagai teknik alternatif yang membantu untuk
menciptakan kesehatan yang baik menggunakan akupunktur, herbal, pijat, dll.
4. SPA (Sehat Pakai Air)
SPA adalah suatu perawatan secara menyeluruh yang manfaatnya untuk
menyeimbangkan tubuh, pikiran, dan perasaan dengan menggunakan air yang sudah
diberi bahan ramuan.
5. TOGA (Tanaman Obat Keluarga)
Banyak keluarga Indonesia memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk di tanami
berbagai jenis tumbuhan atau tamanan obat. Umumnya jenis tanaman obat seperti kumis
kucing, jahe, kembang sepatu, kunyit, daun dewa, temulawak, jeruk nipis, sirih dll yang
bisa di gunakan sebagai bahan pengobatan alternatif.
6. Pengobatan tradisional China
Obat tradisional Cina juga dikenal sebagai TCM, mencakup berbagai praktek obat
tradisional berbeda yang berasal dari Cina. TCM adalah perawatan standar di Timur
selama lebih dari 3000 tahun dan mencakup berbagai metode penyembuhan seperti –
akupunktur, diet, obat-obatan herbal, gerakan fisik seperti Tai Chi, Qi Gong, dan teknik
pijat.
7. Aromaterapi
Aromaterapi termasuk penggunaan berbagai minyak esensial, yang membantu untuk
mengurangi rasa sakit, mengurangi stres, membantu meningkatkan suasana hati, dan
meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Anda dapat menemukan minyak
aromaterapi di banyak toko perawatan kesehatan, Anda dapat memilih minyak untuk sifat
penyembuhan. Beberapa minyak aromaterapi yang terbaik adalah minyak lavender,
minyak pohon teh, dan minyak dupa.
8. Ayurveda
Ayurveda berasal lebih dari 5.000 tahun yang lalu di India, dan mendahului semua sistem
medis lainnya kita kenal. Dalam Ayurveda tipe tubuh seseorang dipertimbangkan dan
kemudian metode selektif digunakan untuk pengobatan. Ini memiliki pengobatan dan
obat untuk hampir semua jenis penyakit, langsung dari penghilang rasa sakit dasar obat-
obatan untuk obat yang dapat menyembuhkan kanker.
9. Pengobatan batu Kristal (Gemstones)
Dalam penyembuhan dengan media batu kristal yang memiliki kekuatan penyembuhan
yang digunakan. Batu-batu ini dapat membantu untuk meningkatkan mood Anda dan
membantu Anda menyingkirkan stres. Banyak batu juga membantu untuk membersihkan
dan merevitalisasi aura.
10. Pengobatan Herbal
Obat herbal juga dikenal sebagai jamu adalah metode pengobatan kuno yang
menggunakan berbagai bumbu dan ekstrak tumbuh-tumbuhan, yang memiliki
penyembuhan khusus, aromatik, atau sifat terapeutik. Anda dapat menemukan banyak
herbal kering atau segar yang dapat Anda gunakan untuk membuat teh, bubuk, atau sirup,
atau hanya menggunakan herbal dalam memasak untuk membumbui berbagai hidangan.
Anda juga dapat menanam di kebun Anda sebagai apotek hidup yang membutuhkan
ruang yang tidak terlalu luas, dan menggunakan tanaman obat untuk penyakit yang
berbeda.
11. Homoepati
Homeopati didasarkan pada prinsip bahwa Anda dapat mengobati ‘penyakit dilawan
dengan penyebab’, yaitu, suatu zat yang menyebabkan gejala-gejala ketika diambil dalam
dosis besar, dapat digunakan dalam jumlah kecil untuk mengobati gejala-gejala yang
sama. Misalnya, minum kopi terlalu banyak dapat menyebabkan sulit tidur dan gelisah,
jadi menurut prinsip ini, ketika dibuat menjadi obat homeopati, dapat digunakan untuk
mengobati orang dengan gejala-gejala ini. Konsep ini kadang-kadang digunakan dalam
pengobatan konvensional, misalnya, Ritalin stimulan digunakan untuk mengobati pasien
dengan ADHD, atau dosis kecil alergen seperti serbuk sari kadang-kadang digunakan
untuk mengurangi sensitifitas pasien alergi. Namun, satu perbedaan utama dengan obat
homeopati adalah bahwa zat yang digunakan dalam pengenceran sangat tinggi, yang
membuat mereka tidak beracun.
12. Hipnoterapi
Hipnoterapi memiliki banyak manfaat dan dapat membantu untuk menyembuhkan
penyakit tertentu yang dapat bersifat psikologis atau fisiologis, tanpa menggunakan obat
apa pun. Hal ini dapat membantu untuk berhenti merokok atau menurunkan berat badan.
Dalam teknik penyembuhan dimana merupakan kondisi kesadaran yang diubah pada
pasien dapat diberikan baik oleh praktisi atau oleh orang itu sendiri.
13. Terapi Pijat
Terapi pijat bisa sangat membantu untuk merilekskan tubuh dan pikiran, dapat membantu
untuk membuang racun dari tubuh, membersihkan kulit, dan bahkan membantu dalam
penurunan berat badan. Ada ratusan teknik pijat dan Anda bisa mendapatkan pijat
relaksasi atau stimulasi pada setiap spa kesehatan dan mengkombinasikannya dengan
sauna untuk mendapatkan manfaat kesehatan yang lebih.
14. Meditasi
Banyak teknik meditasi telah dikembangkan oleh orang yang berbeda. Anda dapat
menggunakan Tantra, Yoga, Zen, Tibet, atau teknik pernapasan dasar untuk membantu
Anda menyeimbangkan pikiran. Sebuah teknik meditasi yang cocok untuk Anda dapat
membantu mengurangi stres, dan meningkatkan kehidupan Anda dengan membawa
keseimbangan dan kesehatan untuk itu.
15. Reiki
Reiki adalah sebuah bentuk penyembuhan spiritual di mana seorang praktisi reiki
menggunakan energinya untuk penyembuhan seseorang. Reiki atau energi pengobatan
dikombinasikan dengan terapi diet atau herbal/obat homeopati untuk membantu
membawa keseimbangan kesehatan fisik dan emosional seseorang.
16. Pijat Refleksi (Refleksologi)
Pijat refleksi adalah ilmu sentuhan penyembuhan dimana tekanan pada titik-titik tertentu
dalam tubuh diterapkan untuk mengobati berbagai penyakit. Tubuh kita saat menderita
penyakit apa pun berada di bawah banyak stres atau cedera, menggunakan refleksologi
tubuh dapat dibawa kembali ke keadaan seimbang.9,10,11

B. Pelayanan Kesehatan Alternatif

Menurut WHO yang dikutip oleh Saputra (2005) pengobatan alternatif disamakan dengan
pengobatan tradisional yaitu ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan pengetahuan dan
pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak dalam melakukan
diagnosis, prevensi dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial.
Menurut Turana (2009) pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang
menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran
(pelayanan kedokteran standar) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan
kedokteran tersebut.
Menurut ensiklopedia pengobatan alternatif yang dikutip oleh Turana (2009), pengobatan
alternatif dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :
1. Terapi energi yang meliputi : akupunktur, akupresur, shiatsu, do-in, shaolin, qigong, t’ai
chi ch’uan, yoga, meditasi, terapi polaritas, refleksiology, metamorphic technique, reiki, metode
bowen, ayurveda dan terapi tumpangan tangan.
2. Terapi fisik yang meliputi : masase, aromaterapi, osteopati, chiropractic, kinesiology,
rolfing, hellework, feldenkrais method, teknik alexander, trager work, zero balancing, teknik
relaksasi, hidroterapi, flotation therapy dan metode bates .
3. Terapi pikiran dan spiritual yang meliputi : psikoterapi, psikoanalitik, terapi kognitif,
terapi humanistik, terapi keluarga, terapi kelompok, terapi autogenik, biofeedback, visualisasi,
hipnoterapi, dreamwork, terapi dance movement, terapi musik, terapi suara, terapi seni, terapi
cahaya, biorhythms dan terapi warna .
Menurut Depkes RI, pengobatan alternatif terdiri dari 4 (empat) jenis, yaitu:
1.Pengobatan alternatif dengan ramuan obat :
a.Pengobatan alternatif dengan ramuan asli Indonsia
b.Pengobatan alternatif dengan ramuan obat Cina
c.Pengobatan alternatif dengan ramuan obat India
2.Pengobatan alternatif spiritual/kebathinan :
a.Pengobatan alternatif atas dasar kepercayaan
b.Pengobatan alternatif atas dasar agama
c.Pengobatan alternatif atas dasar getaran magnetis
3.Pengobatan alternatif dengan memakai peralatan/perangsangan :
a.Akupunktur
b.Pengobatan alternatif urut pijat
c.Pengobatan alternatif patah tulang
d.Pengobatan tradisional dengan peralatan (tajam/keras)
e.Pengobatan alternatif dengan peralatan benda tajam
4.Pengobatan alternatif yang telah mendapatkan pengarahan dan pengaturan pemerintah
a.Dukun beranak
b.Tukang gigi

C. Pelayanan Kesehatan Komplementer

Terapi komplementer adalah terapi non konvensional, atau dikenal dengan nama
pengobatan tradisional yang difungsikan sebagai pembantu atau pendukung pengobatan modern /
medis. Sedangkan fungsi terapi komplementer atau cara tradisional yaitu mengurangi dampak
negatif obat-obat kimia yang diminum.
Terapi komplementer yang direkomendasikan untuk perawat terapis adalah : masase,
terapi musik, diet, teknik relaksasi, vitamin dan produk herbal .Di Amerika terapi komplementer
kedokteran dibagi 4 jenis terapi : Chiropractic , teknik relaksasi, terapi masase dan akupunktur.
Menurut National Institute of Health (NIH), terapi komplementer dikategorikan menjadi
5, yaitu :
1. Biological Based Practice : herbal, vitamin, dan suplemen lain
2. Mind-body techniques : meditasi
3. Manipulative and body-based practice : pijat, refleksi
4. Energy therapies : terapi medan magnet
5. Ancient medical systems : obat tradisional chinese, aryuvedic, akupuntur
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut :
1. Akupunktur medic
yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi
berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara
kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai
komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin
yang banyak berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik
yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang
memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1
atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh
membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya
tekanan udara.
3. Terapi herbal medik,
yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal terstandar dalam
kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal
yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan
maupun efektivitasnya.9,19

30. Bagaimana alur pelayanan BPJS ?


Jawab :

Adapun alur Pelayanan BPJS adalah sebagai berikut:

1. Peserta BPJS membawa kartu BPJS Kesehatan atau kartu anggota Askes yang lama
mendatangi fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar, (Puskesmas,
dokter keluarga, klinik TNI/Polri, dan fasilitas kesehatan setingkat itu). Pada tahap ini
peserta akan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai kompetensi dan kapasitas fasilitas
kesehatan di tingkat pertama tersebut (seperti konsultasi kesehatan, laboratorium klinik
dasar dan obat-obatan).
2. Apabila setelah pemeriksaan awal pasien belum sembuh, maka pasien dirujuk ke fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan (Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit
TNI-Polri yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan). Sedangkan untuk kondisi gawat
darurat, peserta BJPS bisa mendapatkan pelayanan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan,
tanpa mendapatkan rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama.
3. Di fasilitas Kesehatan Tingkat lanjutan, peserta menunjukkan kartu BPJS Kesehatan atau
kartu lama dan surat rujukan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama kepada petugas BPJS
kesehatan Center. Selanjutnya petugas akan menerbitkan surat Eligibilitas Peserta (SEP)
sebagai dokumen yang menyatakan bahwa peserta dirawat dengan biaya BPJS
Kesehatan.
4. Setelah mendapatkan SEP, pasien akan mendapatkan pelayanan kesehatan di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan, baik untuk pelayanan rawat jalan ataupun rawat inap.
Apabila penyakit pasien dapat ditangani tanpa harus mendapatkan perawatan inap, pasien
boleh pulang atau dirujuk kembali ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Sedangkan
untuk pasien dengan penyakit kronis, dapat masuk ke dalam program Pengelolaan
Penyakit Kronis (Prolanis) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama tersebut.

31. Apa perbedaan tugas dan fungsi Kepala Puskesmas dengan Dokter Keluarga ?
Jawab :

Kepala puskesmas

I. Tugas pokok
Mengusahakan agar fungsi puskesmas dapaat diselenggarakan dengan baik.
II. F u n g s i
 Sebagai seorang Dokter
 Sebagai Manajer
III. Kegiatan Pokok
 Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.
 Melakukan pemeriksaan dan pengobatan pasien dalam rangka rujukan
menerima menerima konsultasi.
 Mengkoordinir kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.
 Mengkoordinir pengembangan PKMD.
 Membina karyawan/karyawati puskesmas dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari
 Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Puskesmas.
 Melaporkan hasil kegiatan program ke Dinas Kesehatan Kabupaten,
baikberupa laporan rutin maupun khusus.
 Membina petugas dalam meningkatkan mutu pelayanan.
 Melakukan supervisi dalam pelaksanaan kegiatan di Puskesmas, Pustu,PKD,
Puskesling, Posyandu dan di masyarakat.

Dokter Keluarga

Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004) :
a. CareProvider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)
Yang mempertimbangkan pasien secara holistic sebagai seorang individu dan
sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya,
dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif,
kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud hubungan
professional dokter-pasien yang saling menghargai dan mempercayai. Juga sebagai
pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan
dipertangung jawabkan
b. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)
Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif
sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju sehat
dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya
c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)
Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi
kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan
harapanpasien, nilai etika, “cost effectiveness” untuk kepentingan pasien
sepenuhnya dan membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik
d. Manager
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam
maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap
memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana
e. CommunityLeader (Pemimpin Masyarakat)
Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya,
menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat
kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan
menjadi panutan masyarakat
Selain fungsi, ada pula tugas dokter keluarga, yaitu :
a. Mendiagnosis dan memberikan pelayanan aktif saat sehat dan sakit
b. Melayani individu dan keluarganya
c. Membina dan mengikut sertakan keluarga dalam upaya penanganan penyakit
d. Menangani penyakit akut dan kronik
e. Merujuk ke dokter spesialis
Kewajiban dokter keluarga :
a. Menjunjung tinggi profesionalisme
b. Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek
c. Bekerja dalam tim kesehatan
d. Menjadi sumber daya kesehatan
e. Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer
Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter
Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006
adalah:
a. Keterampilan komunikasi efektif
b. Keterampilan klinik dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan
epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,
terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat
g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktek.21,22,23

32. Apa perbedaan BPJS dengan JKN ?


Jawab :

JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program pelayanan kesehatan dari


pemerintah yang berwujud BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dan sistemnya
menggunakan sistem asuransi. Dengan adanya JKN ini maka seluruh warga Indonesia
berkesempatan besar untuk memproteksi kesehatan mereka dengan lebih baik.

BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) sendiri adalah badan atau perusahaan
asuransi yang sebelumnya bernama PT Askes yang menyelenggarakan perlindungan
kesehatan bagi para pesertanya. Perlindungan kesehatan juga bisa didapat dari BPJS
Ketenagakerjaan yang merupakan transformasi dari Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga
Kerja). Dari masing-masing definisi ini maka bisa disimpulkan bahwa perbedaan
diantara keduanya ini adalah bahwa JKN merupakan nama programnya, sedangkan
BPJS merupakan badan penyelenggaranya yang kinerjanya nanti diawasi oleh DJSN
(Dewan Jaminan Sosial Nasional).6,7

33. Apa syarat menjadi anggota BPJS ?


Jawab :
Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh
BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia
dan telah membayar iuran.23

MIND MAPPING

Dokter Noni

PUSKESMAS Praktek Dokter Keluarga


Kesehatan Promkes BPJS
Penerapan Kesehatan
Matra
Ilmu Tradisional,
Epidemiolgi alternative, dan
& Survailans komplementer

 Jenis
 Manfaat

 Pengertian  Pengertian  Pengertian UU yang


 Karakteristik  Visi & Misi  Anggaran mengatur Jenis
 Prinsip  Tujuan  Syarat Dan Pengobatan
 Tujuan  Sasaran Ketentuan
 Manfaat  Media

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI, 2006
2. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara,
2004, hal. 54
3. Perpres No.72 sistem kesehatan nasional pasal 1 tahun 2012
4. Undang-Undang 32 penjelasan pasal 167 (3) tahun 2004
5. Amiruddin R, Arsin AA, Abdullah AZ. Modul Epidemiologi Dasar. Makasar :
Bagian Epidemiologi FKM Universitas Hasanuddin; 2011.
6. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI; 2014.)
7. Budiarto, Eko. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2003.
8. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 61 Tahun 2013 Tentang Kesehatan Matra. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI; 2013.
9. Kedokteran Keluarga. Diunduh pada 1 November 2016 dari URL
http://www.ppjk.depkes.go.id/ .
10. Menkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 2014
11. Maulana, Herry.Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC,2007
12. Hatmoko, manajemen kesehatan, Samarinda, universitas mulawarman, 2006
13. Hatmoko. Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas. Samarinda: IKM PSKU
Unmul; 2006
14. Departemen Kesehatan RI. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Depkes RI;2004
15. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
128/MENKES/SK/II/2004 TENTANG KEBIJAKAN DASAR PUSAT
KESEHATAN MASYARAKAT
16. WHO, nurs-Sea, pelatihan keterampilan manajerial SPMK, 2003
17. Departemen kesehatan RI, Jakarta, 2009
18. Presiden RI. Peraturan Presiden RI No 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan
Nasional. Jakarta. 2012
19. USAID-KINERJA. Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota (online). 2014 (diakses 1 Nov 2016);
(332 layer). Diunduh dari URL : http://www.kinerja.or.id/pdf/be104881-4c8e-
426c-8c8d-10311db2b144.pdf.
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Dan PenEtapan Standar Pelayanan Minimal
21. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008
22. SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
23. Notoatmodjo, Soekidjo, Pengantar Perilaku Kesehatan, FKM-UI, Jakarta, 1990

Anda mungkin juga menyukai