KELOMPOK 3 B :
SINTA AHNI SALWATI G1A113069
SELA NURSA G1A113070
ABDUL AZIZ G1A113072
CHIKA MARZELINA G1A113073
NADYA NURBANY RAFMAN G1A113074
RTS. WAHYU RIZKI ANANDA G1A113075
MUTIARA PUTRI SYAFIRA G1A113078
FITRI PEBRIANDANI G1A113079
WIDIYA YUNI TIFFANY G1A113080
PUTRI IFFAH MUSYAHROFAH G1A113081
DOSEN PEMBIMBING :
dr. M. Qatar. RFT.
Dokter Noni adalah dokter yang baru saja diangkat menjadi kepala puskesmas dalam
kabupaten/kota X. Sebagai dokter yang mempelajari ilmu kedokteran komunitas, dia ingin
memajukan puskesmasnya dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen pelayanan kesehatan.
Dengan gaya kepemimpinannya menjalankan Sistem Kesehatan Nasional dan standar pelayanan
minimal. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan mengatasi masalah gizi masyarakat.
Untuk meningkatkan cakupan programnya, dokter Noni juga menggiatkan program promosi dan
prilaku kesehatan. Dokter Noni sedang berupaya menerapkan ilmu epidemiologi dan surveilence
nya dalam mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerjanya termasuk bencana kabut asap yang
juga mengganggu kesehatan matra. Pada sore hari dokter Noni juga membuka praktek dokter
keluarga sebagai bentuk kewirausahaan yang bermitra dengan asuransi kesehatan BPJS. Di
prakteknya, selain memberikan resep obat konvensional, beliau juga memberikan pelayanan
kesehatan tradisional, alternative, dan komplementer.
Klasifikasi :
1. Puskesmas
Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari dinkes kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu/sebagian wilayah kecamatan1
2. Manajemen
Suatu proses yang dilakukan oleh satu orang/lebih untuk mengkoordinasikan kegiatan-
kegiatan orang lain guna mencapai hasil (tujuan) yang tidak dapat dicapai oleh satu orang
saja.2
3. Sistem Kesehatan Nasional
Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia
secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin terccapainya derajat kesehatan
setinggi-tingginya.3
4. Standar Pelayanan Minimal
Suatu standar dengan batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan
kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat.4
5. Promosi Kesehatan
Proses penyadaran atau peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan
upaya- upaya memfasilitasi perubahan dibidang kesehatan.5
6. Epidemiologi
Ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan penyakit, serta upaya
pengendalian penyakit tersebut.1,2,3
7. Survailans
Proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan
terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat
mengambil tindakan.
8. Kesehatan Matra
Upaya kesehatan dalam bentuk khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba
berubah secara bermakna, baik di lingkungan darat, laut, maupun udara.4
9. Dokter Keluarga
Dokter yang memperoleh pendidikan lanjutan khusus untuk menerapkan prinsip
kedokteran keluarga , dengan cakupan ilmu dan keterampilan yang lebih luas dan lebih
dalam sebagai dokter pelayanan kesehatan strata pertama (dokter layanan primer).5
10. Asuransi Kesehatan
Jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.7
11. BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS
Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
Jaminan Kesehatan.6
12. Pengobatan Tradisional
Pengobatan atau perawatan yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun
temurun secara empiris yang dilakukan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.8
13. Pengobatan Komplementer
metode penyembuhan yang caranya berbeda dari pengobatan konvensional di dunia
kedokteran, yang mengandalkan obat kimia dan operasi, yangdapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan.8
Identifikasi Masalah :
1. Apa fungsi dan tujuan Puskesmas ?
2. Apa visi dan misi Puskesmas ?
3. Bagaimana ruang lingkung kerja puskesmas ?
4. Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan puskesmas ?
5. Bagaiman sistem pelayanan SKN ?
6. Apa saja landasan SKN ?
7. Apa fungsi dan tujuan SKN ?
8. Apa prinsip standar pelayanan minimal ?
9. Bagaimana cara penilaian status gizi masyarakat ?
10. Bagaimana cara meningkatkan gizi masyarakat ?
11. Bagaimana cara melakukan program promkes dan perilaku kesehatan ?
12. Apa saja tujuan, visi dan misi, ruang lingkup promkes ?
13. Apa strategi, sasaran, dan bentuk promkes ?
14. Apa peranan epidemiologi kesehatan ?
15. Apa saja kegiatan survailans epidemiologi ?
16. Apa saja ruang lingkup dan prinsip epidemiologi ?
17. Apa saja jenis-jenis epidemiologi ?
18. Apa tujuan dan manfaat mengetahui epidemiologi ?
19. Apa saja jenis-jenis kesehatan matra?
20. Apa saja jenis-jenis survailans epidemiologi ?
21. Apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada bencana kabut asap ?
22. Apa saja prinsip-prinsip pelayanan Dokter Keluarga ?
23. Bagaimana bentuk dan konsep pelayanan Dokter Keluarga ?
24. Bagaimana karakteristik dan ruang lingkup pelayanan Dokter Keluarga ?
25. Apa perbedaan Dokter Keluarga dengan Dokter Umum ?
26. Bagaimana pembiayaan dalam Dokter Keluarga ?
27. Apa saja dasar hukum yang mengatur Dokter Keluarga ?
28. Apa saja dasar hukum penyelenggaraan BPJS ?
29. Apa saja jenis-jenis pelayanan kesehatan tradisional, alternative, dan komplementer ?
30. Bagaimana alur pelayanan BPJS ?
31. Apa perbedaan tugas dan fungsi Kepala Puskesmas dengan Dokter Keluarga ?
32. Apa perbedaan BPJS dengan JKN ?
33. Apa syarat menjadi anggota BPJS ?
Klarifikasi Masalah :
Tujuan puskesmas
Tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yaitu meningkatkan,
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.1,6
Kegiatan
Fungsi Manajemen
Perencanaan Micro planning (perencanaan tingkat Puskesmas yang
dilakukan setahun sekali, unsur yang direncanakan
meliputi; kebutuhan tenaga, alat dan sarana, serta
penunjang lainnya). Sedangkan perencanaan obat dan alat
kesehatan dilakukan setiap bulan, dengan cara
mengajukan usulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Pengorganisasian Struktur organisasi Puskesmas, dengan jabatan
struktural Kepala Puskesmas, sedangkan lainnya
bersifat fungsional
Pembagian tugas, yang berdasarkan program pokok
Puskesmas, terdiri dari 12 s/d 18 program pokok,
yang melibatkan tenaga perawat dan bidan.
Pembagian wilayah kerja, setiap petugas Puskesmas
melakukan pembinaan ke desa-desa
Penggerakan Lokakarya mini Puskesmas, dilakukan tiap bulan
Pelaksanaan dalam rangka koordinasi lintas program dan sektor
Adanya proses kepemimpinan
Dilakukan koordinasi secara lintas program & sektor
Pelaksanaan program pokok puskesmas yang
melibatkan seluruh staf
Pengawasan dan Melalui pemantauan laporan kegiatan
Evaluasi Pemantauan wilayah setempat (PWS)
Supervisi
Rapat rutin (staff meeting)
Setiap program yang ada di Puskesmas (sekitar 18 program pokok) dikelola atau
manajemennya meliputi; perencanaan, manajemen personalia, pelatihan, supervisi,
manajemen keuangan, manajemen logistik, monitoring program, kerjasama/ koordinasi
dan pencatatan/pelaporan.5
Pasal 4
(1) SKN dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
(2) SKN dilaksanakan secara berkelanjutan, sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan
tanggap terhada pperubahan dengan menjaga kemajuan, kesatuan, dan ketahanan
nasional.
(3) Pelaksanaan SKN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berdasarkan
standar persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 5
SKN menjadi acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan yang
dimulai dari kegiatan perencanaan sampai dengan kegiatan monitoring dan evaluasi.
Pasal 6
(1) Pelaksanaan SKN ditekankan pada peningkatan perilaku dan kemandirian
masyarakat, profesionalisme sumber daya manusia kesehatan, serta upaya promotif dan
preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
(2) Profesionalisme sumber daya manusia kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang dibina oleh Menteri hanya bagi tenaga kesehatan dan tenaga pendukung/penunjang
kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan
manajemen kesehatan.
(3) Pelaksanaan SKN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan:
a. cakupan pelayanan kesehatan berkualitas, adil, dan merata;
b. pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat;
c. kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan dan melindungi kesehatan
masyarakat;
d. kepemimpinan dan profesionalisme dalam pembangunan kesehatan;
e. inovasi atau terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi yang etis dan terbukti
bermanfaat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas, termasuk
penguatan sistem rujukan;
f. pendekatan secara global dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan yang
sistematis, berkelanjutan, tertib, dan responsif gender dan hak anak;
g. dinamika keluarga dan kependudukan;
h. keinginan masyarakat;
i. epidemiologi penyakit;
j. perubahan ekologi dan lingkungan; dan
k. globalisasi, demokratisasi dan desentralisasi dengan semangat persatuan dan kesatuan
nasional serta kemitraan dan kerja sama lintas sektor. 9,19
Fungsi SKN
Tujuan SKN
a. Diterapkan pada urusan wajib. Oleh karena itu SPM merupakan bagian integral dari
pembangunan kesehatan yang berkesinambungan, menyeluruh, terpadu sesuai
rencana pembangunan jangka menengah nasional.
b. Diberlakukan untuk seluruh daerah kabupaten dan daerah kota. SPM harus mampu
memberikan pelayanan kepada publik tanpa kecuali (tidak hanya masyarakat miskin),
dalam bentuk, jenis, tingkat dan mutu pelayanan yang esensial dan sangat dibutuhkan
oleh masyarakat.
c. Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan dasar tanpa mengorbankan mutu
dan mempuyai dampak luas pada masyarakat (Positive Health Ekstenality).
d. Merupakan indikator kinerja buan standar teknis, dikelola dengan manajerial
professionnal sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumberdaya.
e. Bersifat dinamis.
f. Ditetapkan dalam ranka penyelenggaraan pelayanan dasar.20
Antropometri
Biokimia
Klinis
Biofisik
12. Apa saja tujuan, visi dan misi, ruang lingkup promkes ?
Jawab :
Tujuan Promkes
a. Tersosialisasinnya program-program kesehatan
b. Terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya bersih dan sehat
c. Tumbuhnya gerakan hidup sehat di masyarakat
d. Menuju terwujudnya kabupaten/kota sehat, provinsi sehat dan Indonesia sehat.11
Visi Promkes
Visi Promosi Kesehatan adalah: “PHBS 2010”, yang mengindikasikan tentang
terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi tersebut adalah
benar-benar visioner, menunjukkan arah, harapan yang berbau impian, tetapi bukannya
tidak mungkin untuk dicapai. Visi tersebut juga menunjukkan dinamika atau gerak maju
dari suasana lama (yang ingin diperbaiki) ke suasana baru (yang ingin dicapai). Visi
tersebut juga menunjukkan bahwa bidang garapan Promosi kesehatan adalah aspek
budaya (kultur), yang menjanjikan perubahan dari dalam diri manusia dalam interaksinya
dengan lingkungannya dan karenanya bersifat lebih lestari.
Misi Promkes
Misi Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah: (1) Memberdayakan individu,
keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat; (2) Membina suasana atau lingkungan yang
kondusif bagi terciptanya phbs di masyarakat; (3) Melakukan advokasi kepada para
pengambil keputusan dan penentu kebijakan. Misi tersebut telah menjelaskan tentang apa
yang harus dan perlu dilakukan oleh Promosi Kesehatan dalam mencapai visinya. Misi
tersebut juga menjelaskan fokus upaya dan kegiatan yang perlu dilakukan. Dari misi
tersebut jelas bahwa berbagai kegiatan harus dilakukan serempak.12,14,16
1. Strategi Promkes
Strategi Promosi Kesehatan yang selama ini dikenal adalah ABG, yaitu: Advokasi,
Bina Suasana dan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat. Ketiga strategi tersebut
dengan jelas menunjukkan bagaimana cara menjalankan misi dalam rangka mencapai
visi. Strategi tersebut juga menunjukkan ketiga strata masyarakat yang perlu digarap,
yaitu:11,12
a. Strata primer adalah masyarakat langsung perlu digerakkan peran aktifnya melalui upaya
gerakan atau pemberdayaan masyarakat (community development, PKMD, Posyandu,
Poskestren, Pos UKS, dll).
b. Strata sekunder adalah para pembuat opini di masyarakat, perlu dibina atau diajak
bersama untuk menumbuhkan norma perilaku atau budaya baru agar diteladani
masyarakat. Ini dilakukan melalui media massa, media tradisonal, adat, atau media apa
saja sesuai dengan keadaan, masalah dan potensi setempat.
c. strata tertier adalah para pembuat keputusan dan penentu kebijakan, yang perlu dilakukan
advokasi, melalui berbagai cara pendekatan sesuai keadaan, masalah dan potensi yang
ada. Ini dilakukan agar kebijakan yang dibuat berwawasan sehat, yang memberikan
dampak positif bagi kesehatan.
2. Sasaran Promkes
a. Perorangan/keluarga
b. Tatanan-tatanan lain (sekolah, tempat kerja, temppat umum, sarana kesehatan dll)
c. Organisasi kemasyarakatan/organisasi profesi/LSM
d. Petugas program/Institusi kesehatan
e. Lembaga pemerintah/lintas sektor/politisi/swasta
Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga
kelompok sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala
keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk
masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja
dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empowerment).3
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting
dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi
kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali
menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar
dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat
keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini
dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi
sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi
advokasi (advocacy).
Rumah Tangga Ibu rumah tangga dan Kepala keluarga Kader kesehatan,
anggota keluarga dan keluarga yang
berpengaruh
3. Bentuk Promkes
a. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
b. Dinamika Kelompok
c. Pengorganisasian masyarakat
d. Pengembangan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
e. Pendidikan/pelatihan.7
- Epidemiologi Analitik
Epidemiologi analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk menganalisis
faktor-faktor determinan masalah kesehatan.
- Epidemiologi Eksperimental
Salah satu hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai
penyebab tejadinya faktor luaran (penyakit), maka perlu diuji faktor kebenarannya
dengan percobaan atau eksperimen.22
b. Manfaat Praktis : Dapat digunakan sebagai panduan di dalam konsep timbul awal
mulanya penyakit.18
Dikenal beberapa jenis surveilans: (1) Surveilans individu; (2) Surveilans penyakit; (3)
Surveilans sindromik; (4) Surveilans Berbasis Laboratorium; (5) Surveilans terpadu; (6)
Surveilans kesehatan masyarakat global.
1) Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-
individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar,
tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan
dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang
dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi
institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang
sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode
menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa
inkubasi seandainya terjadi infeksi
2) Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus
terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan
sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian,
serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah
penyakit, bukan individu.
3) Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan
terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-
masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator
kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi
diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit,
seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat
ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang
suatu penyakit.
4) Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor
penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan
seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi
strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih
segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari
klinik-klinik
5) Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua
kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota)
sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan
struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan
informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun
pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data
khusus penyakitpenyakit tertentu.11,19
21. Apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada bencana kabut asap ?
Jawab :
Ozon (03) dan nitrogen dioksida (N02). Kategori bahaya dan tindakan
pengamanan berdasarkan ISPU adalah sebagai berikut.
Asap yang berasal dari kebakaran hutan (kayu dan bahan organik lain)
mengandung campuran gas, partikel, dan bahan kimia akibat pembakaran yang
tidak sempurna. Komposisi asap kebakaran hutan terdiri dari gas seperti karbon
monoksida, karbon dioksida, nitrogen oksida, ozon, sulfur dioksida dan lainnya.
Partikel yangtimbul akibat kebakaran hutan biasa disebut sebagai particulate
matter (PM). Ukuran lebih dari 10 11mbiasanya tidak masuk paru, tetapi dapat
mengiritasi mata, hidung, dan tenggorokan. Sedangkan partikel kurang dari
10 11m dapat terinhalasi sampai ke paru. Selain itu, terdapat bahan lainnya dalam
jumlah tidak terlalu banyak, seperti aldehid, polisiklik aromatik hidrokarbon,
benzene, toluene, styrene, metal dan dioksin.14
Dalam jangka cepat (akut), asap kebakaran hutan akan menyebabkan iritasi
selaput lendir mata, hidung, tenggorokan, sehingga menimbulkan gejala berupa
mata perih dan berair, hidung berair dan rasa tidak nyaman di tenggorokan, mual,
sakit kepala, dan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA). Dampak buruk terhadap kesehatan tersebut dapat terjadi pada setiap orang
khususnya pada kelompok rentan yaitu bayi, balita, ibu hamil, lanjut usia dan
orang dengan masalah kesehatan pada paru dan/atau jantung.6,7
c. Family practice
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga
(Family Practice).8
1. Iuran
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh
Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan (pasal
16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).
2. Pembayar Iuran
bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.
bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi Kerja dan Pekerja.
bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran dibayar oleh
Peserta yang bersangkutan.
Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan Presiden dan
ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan
kebutuhan dasar hidup yang layak.
3. Pembayaran Iuran
Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran
peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bulan
kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila
tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja
berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda administratif sebesar
2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi
Kerja.
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib membayar
iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap
bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan diawal.
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai dengan
Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran,
BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Kerja dan/atau Peserta
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau
kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran Iuran bulan
berikutnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran iuran diatur dengan Peraturan
BPJS Kesehatan.
4. Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan
BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dengan
Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan membayar
dengan sistem paket INA CBG’s.
Mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua Fasilitas Kesehatan dapat dijangkau
dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan
Kapitasi, BPJS Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan
mekanisme lain yang lebih berhasil guna.
Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan
wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan gawat daruratnya
teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan tersebut wajib merujuk ke
fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerjasama
setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara dengan tarif yang berlaku di wilayah
tersebut.20
Laporan tersebut dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui media massa
elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak yang memiliki peredaran
luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya.20
Negara Indonesia memiliki sumber kekayaan alam yang sangat banyak sekali salah
satunya adalah tumbuhan atau tanaman yang bisa di gunakan untuk pengobatan
alternatif. Berbeda dengan pengobatan modern yang sudah melalui uji medis modern,
pengobatan alternatif ini juga menjadi salah satu pilihan pengobatan tradisional yang
tidak bisa di remehkan. Banyak contoh dan kisah bahwa dengan pengobatan modern
yang biayanya sangat mahal tidak bisa sembuh, namun dengan menggunakan
pengobatan alternatif bisa di atasi. Pengobatan dengan menggunakan tanaman yang
tersedia di alam dengan cara di olah menjadi resep obat tradisional atau ramuan
lainnya menjadi alternatif untuk penyembuhan dan mendapatkan kesehatan.
Tanaman atau tumbuhan alami yang di percaya memiliki khasiat ini bukan saja untuk mengobati
penyakit saja melainkan juga sering di manfaatkan sebagai pelayanan kesehatan tradisional.
Berikut ini ada beberapa macam yang dapat di kategorikan sebagai pengobatan tradisional di
Indonesia :
1. Jamu
Bagi masyarakat Indonesia tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya jamu.
Ramuan yang di buat dari bahan alami ini sering di manfaatkan untuk menjaga stamina
dan kesehatan, ada juga untuk menambah nafsu makan, untuk kecantikan wanita, bahkan
juga untuk meningkatkan performa seks pria.
2. Gurah
Jenis pengobatan ini dengan menggunakan cairan ramuan khusus yang di teteskan ke
dalam hidung. Pengobatan tradisional ini untuk membersihkan dan mengeluarkan semua
lendir kotor beracun yang di sebabkan karena debu, rokok, kopi, atau alkohol. Manfaat
gurah dapat melancarkan saluran pernapasan dan pencernaan.
3. Naturopathy
Pengobatan alternatif ini menggunakan campuran ramuan dari China dan Indonesia
dengan pemeriksaan pada denyut nadi, lidah, mata, serta pada kulit wajah dan cara
pengobatan ini tidak melalui operasi. Manfaat dari ramuan naturopathy ini adalah untuk
mempertahankan kesehatan dengan menggunakan suplemen herbal dan di percaya dapat
mengobati berbagai macam penyakit. Naturopati mengacu kepada penggunaan bahan
alami untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit. Dengan mengikuti naturopati kita
dapat meningkatkan daya tahan tubuh sangat baik. Kebanyakan praktisi naturopati
menerapkan unsur-unsur dari berbagai teknik alternatif yang membantu untuk
menciptakan kesehatan yang baik menggunakan akupunktur, herbal, pijat, dll.
4. SPA (Sehat Pakai Air)
SPA adalah suatu perawatan secara menyeluruh yang manfaatnya untuk
menyeimbangkan tubuh, pikiran, dan perasaan dengan menggunakan air yang sudah
diberi bahan ramuan.
5. TOGA (Tanaman Obat Keluarga)
Banyak keluarga Indonesia memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk di tanami
berbagai jenis tumbuhan atau tamanan obat. Umumnya jenis tanaman obat seperti kumis
kucing, jahe, kembang sepatu, kunyit, daun dewa, temulawak, jeruk nipis, sirih dll yang
bisa di gunakan sebagai bahan pengobatan alternatif.
6. Pengobatan tradisional China
Obat tradisional Cina juga dikenal sebagai TCM, mencakup berbagai praktek obat
tradisional berbeda yang berasal dari Cina. TCM adalah perawatan standar di Timur
selama lebih dari 3000 tahun dan mencakup berbagai metode penyembuhan seperti –
akupunktur, diet, obat-obatan herbal, gerakan fisik seperti Tai Chi, Qi Gong, dan teknik
pijat.
7. Aromaterapi
Aromaterapi termasuk penggunaan berbagai minyak esensial, yang membantu untuk
mengurangi rasa sakit, mengurangi stres, membantu meningkatkan suasana hati, dan
meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Anda dapat menemukan minyak
aromaterapi di banyak toko perawatan kesehatan, Anda dapat memilih minyak untuk sifat
penyembuhan. Beberapa minyak aromaterapi yang terbaik adalah minyak lavender,
minyak pohon teh, dan minyak dupa.
8. Ayurveda
Ayurveda berasal lebih dari 5.000 tahun yang lalu di India, dan mendahului semua sistem
medis lainnya kita kenal. Dalam Ayurveda tipe tubuh seseorang dipertimbangkan dan
kemudian metode selektif digunakan untuk pengobatan. Ini memiliki pengobatan dan
obat untuk hampir semua jenis penyakit, langsung dari penghilang rasa sakit dasar obat-
obatan untuk obat yang dapat menyembuhkan kanker.
9. Pengobatan batu Kristal (Gemstones)
Dalam penyembuhan dengan media batu kristal yang memiliki kekuatan penyembuhan
yang digunakan. Batu-batu ini dapat membantu untuk meningkatkan mood Anda dan
membantu Anda menyingkirkan stres. Banyak batu juga membantu untuk membersihkan
dan merevitalisasi aura.
10. Pengobatan Herbal
Obat herbal juga dikenal sebagai jamu adalah metode pengobatan kuno yang
menggunakan berbagai bumbu dan ekstrak tumbuh-tumbuhan, yang memiliki
penyembuhan khusus, aromatik, atau sifat terapeutik. Anda dapat menemukan banyak
herbal kering atau segar yang dapat Anda gunakan untuk membuat teh, bubuk, atau sirup,
atau hanya menggunakan herbal dalam memasak untuk membumbui berbagai hidangan.
Anda juga dapat menanam di kebun Anda sebagai apotek hidup yang membutuhkan
ruang yang tidak terlalu luas, dan menggunakan tanaman obat untuk penyakit yang
berbeda.
11. Homoepati
Homeopati didasarkan pada prinsip bahwa Anda dapat mengobati ‘penyakit dilawan
dengan penyebab’, yaitu, suatu zat yang menyebabkan gejala-gejala ketika diambil dalam
dosis besar, dapat digunakan dalam jumlah kecil untuk mengobati gejala-gejala yang
sama. Misalnya, minum kopi terlalu banyak dapat menyebabkan sulit tidur dan gelisah,
jadi menurut prinsip ini, ketika dibuat menjadi obat homeopati, dapat digunakan untuk
mengobati orang dengan gejala-gejala ini. Konsep ini kadang-kadang digunakan dalam
pengobatan konvensional, misalnya, Ritalin stimulan digunakan untuk mengobati pasien
dengan ADHD, atau dosis kecil alergen seperti serbuk sari kadang-kadang digunakan
untuk mengurangi sensitifitas pasien alergi. Namun, satu perbedaan utama dengan obat
homeopati adalah bahwa zat yang digunakan dalam pengenceran sangat tinggi, yang
membuat mereka tidak beracun.
12. Hipnoterapi
Hipnoterapi memiliki banyak manfaat dan dapat membantu untuk menyembuhkan
penyakit tertentu yang dapat bersifat psikologis atau fisiologis, tanpa menggunakan obat
apa pun. Hal ini dapat membantu untuk berhenti merokok atau menurunkan berat badan.
Dalam teknik penyembuhan dimana merupakan kondisi kesadaran yang diubah pada
pasien dapat diberikan baik oleh praktisi atau oleh orang itu sendiri.
13. Terapi Pijat
Terapi pijat bisa sangat membantu untuk merilekskan tubuh dan pikiran, dapat membantu
untuk membuang racun dari tubuh, membersihkan kulit, dan bahkan membantu dalam
penurunan berat badan. Ada ratusan teknik pijat dan Anda bisa mendapatkan pijat
relaksasi atau stimulasi pada setiap spa kesehatan dan mengkombinasikannya dengan
sauna untuk mendapatkan manfaat kesehatan yang lebih.
14. Meditasi
Banyak teknik meditasi telah dikembangkan oleh orang yang berbeda. Anda dapat
menggunakan Tantra, Yoga, Zen, Tibet, atau teknik pernapasan dasar untuk membantu
Anda menyeimbangkan pikiran. Sebuah teknik meditasi yang cocok untuk Anda dapat
membantu mengurangi stres, dan meningkatkan kehidupan Anda dengan membawa
keseimbangan dan kesehatan untuk itu.
15. Reiki
Reiki adalah sebuah bentuk penyembuhan spiritual di mana seorang praktisi reiki
menggunakan energinya untuk penyembuhan seseorang. Reiki atau energi pengobatan
dikombinasikan dengan terapi diet atau herbal/obat homeopati untuk membantu
membawa keseimbangan kesehatan fisik dan emosional seseorang.
16. Pijat Refleksi (Refleksologi)
Pijat refleksi adalah ilmu sentuhan penyembuhan dimana tekanan pada titik-titik tertentu
dalam tubuh diterapkan untuk mengobati berbagai penyakit. Tubuh kita saat menderita
penyakit apa pun berada di bawah banyak stres atau cedera, menggunakan refleksologi
tubuh dapat dibawa kembali ke keadaan seimbang.9,10,11
Menurut WHO yang dikutip oleh Saputra (2005) pengobatan alternatif disamakan dengan
pengobatan tradisional yaitu ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan pengetahuan dan
pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak dalam melakukan
diagnosis, prevensi dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial.
Menurut Turana (2009) pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang
menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran
(pelayanan kedokteran standar) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan
kedokteran tersebut.
Menurut ensiklopedia pengobatan alternatif yang dikutip oleh Turana (2009), pengobatan
alternatif dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :
1. Terapi energi yang meliputi : akupunktur, akupresur, shiatsu, do-in, shaolin, qigong, t’ai
chi ch’uan, yoga, meditasi, terapi polaritas, refleksiology, metamorphic technique, reiki, metode
bowen, ayurveda dan terapi tumpangan tangan.
2. Terapi fisik yang meliputi : masase, aromaterapi, osteopati, chiropractic, kinesiology,
rolfing, hellework, feldenkrais method, teknik alexander, trager work, zero balancing, teknik
relaksasi, hidroterapi, flotation therapy dan metode bates .
3. Terapi pikiran dan spiritual yang meliputi : psikoterapi, psikoanalitik, terapi kognitif,
terapi humanistik, terapi keluarga, terapi kelompok, terapi autogenik, biofeedback, visualisasi,
hipnoterapi, dreamwork, terapi dance movement, terapi musik, terapi suara, terapi seni, terapi
cahaya, biorhythms dan terapi warna .
Menurut Depkes RI, pengobatan alternatif terdiri dari 4 (empat) jenis, yaitu:
1.Pengobatan alternatif dengan ramuan obat :
a.Pengobatan alternatif dengan ramuan asli Indonsia
b.Pengobatan alternatif dengan ramuan obat Cina
c.Pengobatan alternatif dengan ramuan obat India
2.Pengobatan alternatif spiritual/kebathinan :
a.Pengobatan alternatif atas dasar kepercayaan
b.Pengobatan alternatif atas dasar agama
c.Pengobatan alternatif atas dasar getaran magnetis
3.Pengobatan alternatif dengan memakai peralatan/perangsangan :
a.Akupunktur
b.Pengobatan alternatif urut pijat
c.Pengobatan alternatif patah tulang
d.Pengobatan tradisional dengan peralatan (tajam/keras)
e.Pengobatan alternatif dengan peralatan benda tajam
4.Pengobatan alternatif yang telah mendapatkan pengarahan dan pengaturan pemerintah
a.Dukun beranak
b.Tukang gigi
Terapi komplementer adalah terapi non konvensional, atau dikenal dengan nama
pengobatan tradisional yang difungsikan sebagai pembantu atau pendukung pengobatan modern /
medis. Sedangkan fungsi terapi komplementer atau cara tradisional yaitu mengurangi dampak
negatif obat-obat kimia yang diminum.
Terapi komplementer yang direkomendasikan untuk perawat terapis adalah : masase,
terapi musik, diet, teknik relaksasi, vitamin dan produk herbal .Di Amerika terapi komplementer
kedokteran dibagi 4 jenis terapi : Chiropractic , teknik relaksasi, terapi masase dan akupunktur.
Menurut National Institute of Health (NIH), terapi komplementer dikategorikan menjadi
5, yaitu :
1. Biological Based Practice : herbal, vitamin, dan suplemen lain
2. Mind-body techniques : meditasi
3. Manipulative and body-based practice : pijat, refleksi
4. Energy therapies : terapi medan magnet
5. Ancient medical systems : obat tradisional chinese, aryuvedic, akupuntur
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut :
1. Akupunktur medic
yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi
berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara
kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai
komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin
yang banyak berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik
yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang
memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1
atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh
membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya
tekanan udara.
3. Terapi herbal medik,
yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal terstandar dalam
kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal
yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan
maupun efektivitasnya.9,19
1. Peserta BPJS membawa kartu BPJS Kesehatan atau kartu anggota Askes yang lama
mendatangi fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar, (Puskesmas,
dokter keluarga, klinik TNI/Polri, dan fasilitas kesehatan setingkat itu). Pada tahap ini
peserta akan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai kompetensi dan kapasitas fasilitas
kesehatan di tingkat pertama tersebut (seperti konsultasi kesehatan, laboratorium klinik
dasar dan obat-obatan).
2. Apabila setelah pemeriksaan awal pasien belum sembuh, maka pasien dirujuk ke fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan (Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit
TNI-Polri yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan). Sedangkan untuk kondisi gawat
darurat, peserta BJPS bisa mendapatkan pelayanan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan,
tanpa mendapatkan rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama.
3. Di fasilitas Kesehatan Tingkat lanjutan, peserta menunjukkan kartu BPJS Kesehatan atau
kartu lama dan surat rujukan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama kepada petugas BPJS
kesehatan Center. Selanjutnya petugas akan menerbitkan surat Eligibilitas Peserta (SEP)
sebagai dokumen yang menyatakan bahwa peserta dirawat dengan biaya BPJS
Kesehatan.
4. Setelah mendapatkan SEP, pasien akan mendapatkan pelayanan kesehatan di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan, baik untuk pelayanan rawat jalan ataupun rawat inap.
Apabila penyakit pasien dapat ditangani tanpa harus mendapatkan perawatan inap, pasien
boleh pulang atau dirujuk kembali ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Sedangkan
untuk pasien dengan penyakit kronis, dapat masuk ke dalam program Pengelolaan
Penyakit Kronis (Prolanis) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama tersebut.
31. Apa perbedaan tugas dan fungsi Kepala Puskesmas dengan Dokter Keluarga ?
Jawab :
Kepala puskesmas
I. Tugas pokok
Mengusahakan agar fungsi puskesmas dapaat diselenggarakan dengan baik.
II. F u n g s i
Sebagai seorang Dokter
Sebagai Manajer
III. Kegiatan Pokok
Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.
Melakukan pemeriksaan dan pengobatan pasien dalam rangka rujukan
menerima menerima konsultasi.
Mengkoordinir kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.
Mengkoordinir pengembangan PKMD.
Membina karyawan/karyawati puskesmas dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari
Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Puskesmas.
Melaporkan hasil kegiatan program ke Dinas Kesehatan Kabupaten,
baikberupa laporan rutin maupun khusus.
Membina petugas dalam meningkatkan mutu pelayanan.
Melakukan supervisi dalam pelaksanaan kegiatan di Puskesmas, Pustu,PKD,
Puskesling, Posyandu dan di masyarakat.
Dokter Keluarga
Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004) :
a. CareProvider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)
Yang mempertimbangkan pasien secara holistic sebagai seorang individu dan
sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya,
dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif,
kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud hubungan
professional dokter-pasien yang saling menghargai dan mempercayai. Juga sebagai
pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan
dipertangung jawabkan
b. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)
Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif
sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju sehat
dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya
c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)
Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi
kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan
harapanpasien, nilai etika, “cost effectiveness” untuk kepentingan pasien
sepenuhnya dan membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik
d. Manager
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam
maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap
memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana
e. CommunityLeader (Pemimpin Masyarakat)
Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya,
menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat
kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan
menjadi panutan masyarakat
Selain fungsi, ada pula tugas dokter keluarga, yaitu :
a. Mendiagnosis dan memberikan pelayanan aktif saat sehat dan sakit
b. Melayani individu dan keluarganya
c. Membina dan mengikut sertakan keluarga dalam upaya penanganan penyakit
d. Menangani penyakit akut dan kronik
e. Merujuk ke dokter spesialis
Kewajiban dokter keluarga :
a. Menjunjung tinggi profesionalisme
b. Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek
c. Bekerja dalam tim kesehatan
d. Menjadi sumber daya kesehatan
e. Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer
Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter
Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006
adalah:
a. Keterampilan komunikasi efektif
b. Keterampilan klinik dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan
epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,
terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat
g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktek.21,22,23
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) sendiri adalah badan atau perusahaan
asuransi yang sebelumnya bernama PT Askes yang menyelenggarakan perlindungan
kesehatan bagi para pesertanya. Perlindungan kesehatan juga bisa didapat dari BPJS
Ketenagakerjaan yang merupakan transformasi dari Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga
Kerja). Dari masing-masing definisi ini maka bisa disimpulkan bahwa perbedaan
diantara keduanya ini adalah bahwa JKN merupakan nama programnya, sedangkan
BPJS merupakan badan penyelenggaranya yang kinerjanya nanti diawasi oleh DJSN
(Dewan Jaminan Sosial Nasional).6,7
MIND MAPPING
Dokter Noni
Jenis
Manfaat
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI, 2006
2. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara,
2004, hal. 54
3. Perpres No.72 sistem kesehatan nasional pasal 1 tahun 2012
4. Undang-Undang 32 penjelasan pasal 167 (3) tahun 2004
5. Amiruddin R, Arsin AA, Abdullah AZ. Modul Epidemiologi Dasar. Makasar :
Bagian Epidemiologi FKM Universitas Hasanuddin; 2011.
6. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI; 2014.)
7. Budiarto, Eko. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2003.
8. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 61 Tahun 2013 Tentang Kesehatan Matra. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI; 2013.
9. Kedokteran Keluarga. Diunduh pada 1 November 2016 dari URL
http://www.ppjk.depkes.go.id/ .
10. Menkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 2014
11. Maulana, Herry.Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC,2007
12. Hatmoko, manajemen kesehatan, Samarinda, universitas mulawarman, 2006
13. Hatmoko. Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas. Samarinda: IKM PSKU
Unmul; 2006
14. Departemen Kesehatan RI. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Depkes RI;2004
15. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
128/MENKES/SK/II/2004 TENTANG KEBIJAKAN DASAR PUSAT
KESEHATAN MASYARAKAT
16. WHO, nurs-Sea, pelatihan keterampilan manajerial SPMK, 2003
17. Departemen kesehatan RI, Jakarta, 2009
18. Presiden RI. Peraturan Presiden RI No 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan
Nasional. Jakarta. 2012
19. USAID-KINERJA. Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota (online). 2014 (diakses 1 Nov 2016);
(332 layer). Diunduh dari URL : http://www.kinerja.or.id/pdf/be104881-4c8e-
426c-8c8d-10311db2b144.pdf.
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Dan PenEtapan Standar Pelayanan Minimal
21. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008
22. SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
23. Notoatmodjo, Soekidjo, Pengantar Perilaku Kesehatan, FKM-UI, Jakarta, 1990