PENDAHULUAN
Syok atau renjatan merupakan suatu keadaan patofisiologik dinamik yang
mengakibatkan hipoksia jaringan dan sel, karena hipoksia pada syok terjadi
gangguan metabolisme sel, sehingga dapat timbul kerusakan ireversibel pada
jaringan organ vital, bila terjadi kondisi seperti ini penderita meninggal dunia.1,2
Syok bukan merupakan penyakit dan tidak selalu disertai kegagalan perfusi
jaringan. Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. 2 Hal ini muncul
akibat kejadian hemostatis tubuh yang serius seperti perdarahan massif, trauma atau
luka bakar yang berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru
(syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol (syok septic), tonus
vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respon imun (syok
anafilaktik).1,2
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih
dapat ditangani oleh tubuh) yaitu tahap awal syok saat tubuh masih mampu menjaga
fungsi normalnya. Gejala tahap ini sulit untuk dikenali karena biasanya individu yang
mengalami syok terlihat normal. Tahap dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani
oleh tubuuh) yaitu tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsi-fungsinya, tubuh
akan berupaya menjaga organ-organ vital dengan menguragi aliran darah ke lengan,
tungkai dan perut dan mengutamakan aliran ke otak, jantung dan paru. Jika tidak
dilakukan pertolongan sesegera mungkin maka aliran darah akan mengalir sangat
lambat sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung.
Syok merupakan keadaan gawat yang membutuhkan terapi yang agresif dan
pemantauan kontinyu. Penanggulangan didasarkan pada diagnosis dini yang tepat.
Langkah awal dalam mengelola syok adalah dengan mengetahui tanda-tanda
klinisnya. Langkah kedua dalam pengelolaan awal terhadap syok adalah mencari
penyebab syok. Terapi harus dimulai sambil kemungkinan mencari penyebab dari
syok tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh.2
Syok atau renjatan merupakan suatu keadaan patofisiologik dinamik yang
mengakibatkan hipoksia jaringan dan sel, karena hipoksia pada syok terjadi
gangguan metabolisme sel, sehingga dapat timbul kerusakan ireversibel pada
jaringan organ vital.1,2
2.2 Jenis- Jenis Syok
Syok bukan merupakan penyakit dan tidak selalu disertai kegagalan perfusi
jaringan. Syok dapat terjadi karena kehilangan cairan dalam waktu singkat dari ruang
intravaskuler, kegagalan kuncup jantung, infeksi sistemik berat, reaksi imun yang
berlebihan dan reaksi vasovagal. Hal ini muncul akibat kejadian hemostatis tubuh
yang serius seperti2 :
hipovolemik
didignosa
ketika
ditemukan
tanda
berupa
Berat
(>40% volume darah)
Sama, ditambah :
Hemodinamik tak satbil
Hipotensi
Penurunan kesadaran
disebabkan
oleh
infark
miokardium
sedangkan
non-koroner
bahwa
vasokonstriksi
sistemik
berkompensasi
dengan
gagal jantung kanan yang bermakna akan menunjukkan beberapa tanda antara
lain pembesaran hati, dan asites.
Pemeriksaan Penunjang
Gambaran
rekaman
EKG
dan
ekokardiografi
membantu
untuk
menentukan etiologi dari syok kardiogenik. Pada foto polos dada akan terlihat
kardiomegali dan tanda-tanda kongesti paru atau edema paru pada gagal
ventrikel kiri.1,4
2.4.5 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan syok kardiogenik adalah1,4 :
syok septik seperti imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1 thn dan > 65
tahun, malnutrisi
Penatalaksanaan
Pengobatan spesifik syok neurogenik tergantung pada penyebabnya.
Jika penyebabnya hipoglikemia (syok insulin) dilakukan pemberian cepat
glukosa. Syok neurogenik dapat dicegah pada pasien yang mendapakan
anastesi spinal atau epidural dengan meninggikan bagian kepala tempat
tidur 1520 derajat untuk mencegah penyebaran anastetik ke medula
spinalis.
Pada kecurigaan medula spinal, syok neurogenik dapat dicegah
melalui imobilisasi pasien dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan
medula spinalis lebih lanjut. Stocking elastik dan meninggikan bagian kaki
tempat tidur dapat meminimalkan pengumpulan darah pada tungkai.
Pengumpulan darah pada ekstremitas bawah menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terhadap pembentukan trombus. Pemberian heparin,
stocking kompresi, dan kompresi pneumatik pada tungkai dapat mencegah
pembentukan trombus.
10
Kulit
Mata
SSP
Penatalaksanaan :
Pemberian obat-obat yang akan memulihkan tonus vaskuler, dan
mendukung kedaruratan fungsi hidup dasar. Contoh : epinefrin, aminofilin.
Epinefrin diberikan mendapatkan efek vasokonstriktifnya. Dosis 0,01
ml/kgBB sampai mencapai maksimal 0,3 ml subkutan dan dapat diberikan
setiap 15-20 menit sampai 3-4 kali seandainya gejala penyakit bertambah
buruk.5 Difenhidramin diberikan secara intavena untuk melawan efek
histamin dengan begitu mengurangi efek permeabilitas kapiler. Aminofilin
diberikan secara intravena untuk melawan bronkospasme akibat histamin.
Jika terdapat ancaman atau terjadi henti jantung dan henti napas, dilakukan
resusitasi jantung paru (RJP).
Definisi
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan
disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas.5 Insiden syok septik dapat
dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknijk
aseptik yang cermat, melakukan debriden luka untuk membuang jaringan
nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci
tangan secara menyeluruh.
Etiologi
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif.
Ketika
mikroorganisme
menyerang
jaringan
tubuh,
pasien
akan
Penatalaksanaan :
11
Dapat
digunakan
dopamin
dengan
dosis
>8mcg/menit,
12
BAB III
KESIMPULAN
Syok
merupakan
gangguan
sistem
sirkulasi
yang
disebabkan
oleh
13
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kathula, Bolla, Magann. (Last update: November 18, 2002). Shock and
management
of
shock.
Southern
Medical
Journal.
Available
from:
Wijaya Prasetya Ika. Syok Hipovolemik. Editor : Sudoyo Aru, dkk. Dalam:
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006. Hal 180-1.
3.
4.
Alwi Idrus. Syok Kardiogenik. Editor : Sudoyo Aru, dkk. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI, 2006. Hal 182-6.
5.
6.
Available from:
14