Anda di halaman 1dari 32

SKENARIO

Tn. Zumi 54 tahun dating ditemani oleh istrinya ke poliklinik RSUD


Raden Mattaher Jambi dengan keluhan karena luka di jari – jari kaki kanannya
yang tidak kunjung sembuh dan menghitam. Menurut istrinya sebelumnya tn.
Zumi pernah didiagnosa kelainan metabolik sejak 12 tahun yang lalu dan
mendapat obat rutin. Namun Tn. Zumi sudah tidak kontrol ke dokter sejak 2
tahun yang lalu. Penderita merasakan sering kencing sehari bisa 10 – 15 kali,
juga merasakan rasa haus terus, kesemutan, dan sering merasa lapar yang sudah
dirasakan sejak 3 bulan terakhir ini. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien
CM, tekanan darah 140/80 mmhg, nadi 90x/menit, pernapasan 24x/menit, suhu
37, jantung dan paru tidak ditemukan kelainan, abdomen normal, ekstremitas
gangrene (+/-). Orang tua Tn. Zumi pernah menderita hal yang sama. Bagaimana
langkah – langkah pengelolaan Tn. Zumi?

Pemeriksaan penunjang:

GDS: 340 mg/dl

1
KLASIFIKASI ISTILAH

1. Kelainan metabolik : merupakan akibat dari ketidakmampuan tubuh untuk


memecah sumber makanan menjadi energi yang
diperlukan tubuh. Sumber makanan dapat berupa lemak,
protein, gula, dan sebagainya.1
2. Kesemutan : kondisi yang anda alami saat saraf di tangan atau kaki
menerima tumpuan tekanan berat dalam waktu cukup
lama. Dalam dunia medis, kesemutan disebut dengan
paresthesia.1
3. Gangrene : kondisi serius yang muncul ketika banyak jaringan tubuh
mengalami nekrosis atau mati.1
4. Compos Mentis : suatu keadaan sadar penuh atau kesadaran normal,
pasien dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya.1

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana mekanisme Tn. Zumi mengeluh luka pada jari kaki kanan dan tidak
kunjung sembuh?
2. Penyakit apa saja yang ditandai luka yang tidak kunjung sembuh?
3. Penyakit apa saja yang tidandai dengan kelainan metabolik?
4. Apa hubungan diagnosis kelainan metabolik dengan keluhan utama pasien?
5. Obat apa saja yang di konsumsi Tn. Zumi saat didiagnosa kelainan metabolik?
6. Hubungan Tn. Zumi tidak kontrol dengan keluhan sekarang?
7. Bagaimana mekanisme sering kencing haus, kesemutan, dan sering merasa
lapar?
8. Apa hubugan keluhan Tn. Zumi dengan hipertensi?
9. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik Tn. Zumi dan hubungan dengan
keluhannya sekarang?
10. Apa hubungan keluhan yang dialami oleh keluarga Tn. Zumi dengan keluhannya
sekarang?

2
11. Alur penegakan diagnosis Tn. Zumi?
12. Sintesis masalah kasus Tn.Zumi ?
CURAH PENDAPAT

1. Bagaimana mekanisme Tn. Zumi mengeluh luka pada jari kaki kanan dan
tidak kunjung sembuh?
Jawab:
a. Iskemik
b. Neuropati
c. Infeksi

2. Penyakit apa saja yang ditandai luka yang tidak kunjung sembuh?
Jawab:
a. Diabetes Melitus
b. Burger Disease
c. Malnutrisi
d. Phenomena Raynaud

3. Penyakit apa saja yang tidandai dengan kelainan metabolik?


Jawab:
a. Diabetes Melitus
b. Hemokromatosis
c. Phenylketonuria
d. Maple Urine Syrup Disease (MUSP)

4. Apa hubungan diagnosis kelainan metabolik dengan keluhan utama


pasien?
Jawab:
Kelainan metabolik adalah ketidakmampuan tubuh memecah sumber energi
yang meliputi karbohidrat, protein dan lipid. Keluhan utama pasien adalah luka
yang tidak kunjung sembuh. Salah satu hal yang mengakibatkan luka tidak
kunjung sembuh adalah neuropati yaitu kadar glukosa yang tinggi dalam darah.
Glukosa yang tinggi dalam darah adalah salah satu kelainan metabolik.

3
5. Obat apa saja yang di konsumsi Tn. Zumi saat didiagnosa kelainan
metabolik?
Jawab:
Tergantung kelainan metabolik yang dialami oleh Tn. Zumi
a. Kadar gula darah tinggi = antidiabetik
b. Trigliserida, LDL, dan kolestrol total tinggi = antidislipidemia
c. Pengatutan diet

6. Hubungan Tn. Zumi tidak kontrol dengan keluhan sekarang?


Jawab:
Luka yang tidak kunjung sembuh adalah komplikasi yang terjadi pada Tn.Zumi
akibat dari penyakitnya sebelumnya. Komplikasi dapat terjadi karna Tn.Zumi
tidak melakukan kontrol terhadap penyakitnya.

7. Bagaimana mekanisme sering kencing haus, kesemutan, dan sering merasa


lapar?
Jawab:
a. Sering kencing karena kadar gulah darah yang tinggi mengakibatkan air
yang disel tertarik ke pembuluh darah akibatnya pasien sering kencing
b. Haus karena pasien sering kencing sehingga dia banyak mengeluarkan
cairan
c. Kesemutan karena adanya kerusakan pada sistem saraf perifer diakibatkan
oleh peningkatan kadar gula darah
d. Sering merasa lapar karena menurunnya transpor glukosa dalam membran
sel keadaan ini mengakibatkan sel-sel kekurangan makanan sehingga
meningkatkan metabolisme lemak dalam tubuh.

8. Apa hubugan keluhan Tn. Zumi dengan hipertensi?


Jawab:
Hipertensi dapat merusak organ salah satu organ yng dapat dirusak ialah
pankreas. Seperti pada skenario dapat diketahui bahwa Tn.Zumi mengeluh luka
pada kaki yang tidak kunjung sembuh yang diakibatkan karna komplikasi dari
penyakit kelainan metaboliknya. Kalau pankreas rusak maka akan

4
mengakibatkan insulinnya terganggu dan hal tersebut akan mengganggu
metabolisme glukosa pada tubuh pasien.

9. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik Tn. Zumi dan hubungan dengan
keluhannya sekarang?
Jawab:
a. Pasien compos mentis menandakan pasien datang dengan kesadaran penuh
b. Tekanan darah 140/80 mmhg menandakan pasien sedang mengalami
Hipertensi derajat 1
c. Nadi 90x/menit menandakan nadi pasien normal. Karna normat nadi adalah
60-100x/menit
d. Pernapasan 24x/menit menandakan pasien tidak mengalami gangguan
pernapasan karna normal pernapasan 16-24x/menit
e. Suhu 370 C menandakan pasien tidak mengalami demam karna normal suhu
36,5-37,20C
f. Jantung dan paru tidak ditemukan kelainan, abdomen normal menandakan
tidak ada gangguan organ pada pasien
g. Ekstremitas gangrene (+/-) menandakan pada kaki sebelah kanan pasien
terdapat gangren dan pada kaki sebelah kiri tidak terdapat gangren

10. Apa hubungan keluhan yang dialami oleh keluarga Tn. Zumi dengan
keluhannya sekarang?
Jawab:
Keluhan Tn.Zumi adalah luka pada kaki yang tidak kunjung sembuh yang
diakibatkan karna komplikasi penyakit metabolik Tn.Zumi sedangkan penyakit
metabolik dapat diturunkan. Jadi, kemungkinan besar keluhan Tn.Zumi
merupakan turunan dari keluarga Tn.Zumi yang pernah mengalami keluhan
yang sama.

11. Alur penegakan diagnosis Tn. Zumi?


jawab:
a. Anamnesis
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit terdahulu

5
- Riwayat penyakit keluarga
- Riwat sosial ekonomi
b. Pemeriksaan fisik : ditemukan jari-jari kaki kanan menghitam dan gangrene,
compos mentis, nadi normal, tekanan darah 140/90
mmHg (hipertensi derajat 1), respirasi normal, dan suhu
normal.
c. Diagnosis banding
d. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan GDS = 340 mg/dl
e. Diagnosis kerja : kaki diabetik et causa diabetes melitus tipe 2

12. Sintesis masalah kasus Tn.Zumi ?


Jawab: LI

6
ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana mekanisme Tn. Zumi mengeluh luka pada jari kaki kanan dan
tidak kunjung sembuh?
Jawab:
Adanya luka pada jari kaki kanan Tn. Zumi yang tidak kunjung sembuh
dikarenakan Tn. Zumi menderita kelainan metabolik. Salah satu penyebab dari
kelainan metabolik adalah peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia).
Hiperglikemia dapat menyebabkan kelainan pada pembuluh darah dan
komplikasi kronik neuropati perifer. Proses terjadinya luka pada jari kaki kanan
yang tidak kunjung sembuh diawali oleh iskemik, neuropati, dan infeksi.2
Iskemik, keadaan yang disebabkan oleh kekurangan darah dalam
jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya
proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan
menurun yang ditandai oleh berkurangnya denyut nadi a. dorsalis pedis, a.
tibialis, dan a. politea, kaki menjadi atrofi, dingin, dan kuku menebal. Neuropati
disebabkan oleh karena hiperglikemia yang menimbulkan perubahan jaringan
syaraf karena penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan
oksigen menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, penurunan reflex
otot, kulit kering, hilang rasa, dan apabila adanya trauma akan menjadi ulkus
diabetikum.3
Pada keadaan hiperglikemia, dapat menyebakan luka menjadi sumber
infeksi karena darah yang mengandung gula yang tinggi dapat menjadi tempat
perkembangbiakan yang baik bagi bakteri gram positif, dan juga menggangu
fungsi kerja dari neutrofil dan monosit. Luka yang tidak diketahui oleh pasien
tentu tidak akan mendapat perawatan sehingga luka rentan terhadap infeksi. Hal
ini umumnya akan disadari pasien jika telah terjadi demam atau perdarahan pada
kakinya. Sehingga infeksi pada luka sudah menyebar ke daerah yang lain
disekitar luka. Hal ini diperberat dengan berkurangnya kemampuan tubuh dalam
proses penyembuhan luka, dikarenakan akibat kerusakan pembuluh darah
sehingga aliran darah kurang kekaki, menyebabkan sel-sel darah yang berperan

7
untuk mencegah infeksi tidak cukup sehingga memperberat kondisi luka pada
kaki pasien.3

2. Penyakit apa saja yang ditandai luka yang tidak kunjung sembuh?
Jawab:
Penyakit yang ditandai luka yang tidak kunjung sembuh antara lain:4
1. Diabetes Mellitus
Pasien diabetes memiliki insiden yang lebih tinggi terjadi
aterosklerosis, penebalan basal membran kapiler, pengerasan dinding
arteriol, dan endotel proliferasi. Mekanismenya adalah penderita diabetes
memiliki suplai darah arteri yang minim dan karena iskemia perifer
bercabang maka pasokan darah yang tidak tepat ke perifer menyebabkan
suatu jaringan tidak dialiri darah dengan lancar seingga bila ada luka
terbuka penyembuhannya akan lambat, berisiko ulserasi, dan infeksi kronis
dengan tingkat penyembuhan rendah yang bila dibiarkan bisa terjadi
gangren hingga amputasi.
2. Penyakit gangguan darah
Salah satu penyakit gangguan darah adalah anemia. Anemia adalah
gejala kekurangan (defisiensi) sel darah merah karena kadar hemoglobin
yang rendah. kadar hemoglobin yang rendah akan berpengaruh terhadap
saturasi oksigen yang rendah. Dalam penyembuhan luka oksigen sangat
diperlukan untuk proses degenerasi sel yang rusak. Karena kurangnya
oksigen akan berpengaruh terhadap lama penyembuhan luka pada penderita
anemia.
3. Malnutrisi
Nutrisi berperan penting dalam proses penyembuhan luka. Didalam
nutrisi yang seimbang mengandung banyak komponen organik (vitamin)
dan anorganik (mineral) yang dibuthkan dalam proses penyembuhan luka.
Kekurangan salah satu atau beberapa nutrient mengakibatkan penyembuhan
luka terhenti pada tahapan tertentu.
4. Penyakit arteri perifer
Arteri perifer merupakan arteri yang terletak pada ujung tubuh sehingga
capaian nutrisi oksigen dapat terpenuhi pada jaringan perifer. Ketika arteri

8
perifer tidak dapat mennyalurkan darah pada jaringan perifer maka
kebutuhan oksigen dan nutrisi perifer akan mengalami peningkatan,
sehingga ketika adanya trauma (luka) dalam keadaan defisiensi oksigen dan
nutrisi ini akan memperlambat proses penyembuhan luka.

3. Penyakit apa saja yang tidandai dengan kelainan metabolik?


Jawab:
Penyakit yang ditandai dengan kelainan metabolic antaralain:5
1. Diabetes
Penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi secara efektif.
2. Hemokromatosis
Penyakit genetik yang menyebabkan tubuh menyerap terlalu banyak zat
besi dari makanan yang dimakan yang nantinya akan disimpan dalam organ-
organ tubuh.
3. Phenylketonuria
Penyakit kelainan metabolisme asam amino bawaan akibat mutasi gen
phenylalanine hydroxylase (PAH) yang terletak pada kromosom 12q232.
4. Maple Syrup Urine Disease (MSUD)
Kelainan bawaan dimana tubuh tidak mampu memproses bangunan
protein tertentu (asam amino) dengan benar. Kondisi ini mendapatkan
namanya dari bau manis khas dari air seni bayi yang terkena dampak
MSUD tersebut. Dimulai pada awal masa bayi, kondisi ini ditandai dengan
pemberian makan yang buruk, muntah, kekurangan energi (malaise), dan
keterlambatan perkembangan. Jika tidak diatasi, MSUD dapat menyebabkan
kejang, koma, bahkan kematian.

4. Apa hubungan diagnosis kelainan metabolik dengan keluhan utama


pasien?
Jawab:
Kelainan metabolik biasanya terjadi akibat peningkatan stress oksidatif,
terutama akibat hiperglikemia. Hiperglikemia dapat menyebakan kelainan

9
neuropati dan kelainan pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik,
maupun motorik ataupun autonomik akan mengakibatkan perubahan pada kulit
kaki, dan otot yang menyebabkan perubahan distribusi tekanan pada tekanan
telapak kaki dan terjadilah ulkus.6
Selain hiperglikemia, aterosklerosis berperan juga dalam kelainan
metabolik. Aterosklerosis adalah kondisi arteri menebal dan menyempit karena
penumpukan lemak didalam pembuluh darah. Menebalnya arteri dikaki dapat
mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, kesemutan, rasa
tidak nyaman, dan dalam jangka lama dapat mengakibatkan kematian kematian
jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus pada kaki.3

5. Obat apa saja yang di konsumsi Tn. Zumi saat didiagnosa kelainan
metabolik?
Jawab:
Obat yang dikonsumsi oleh Tn. Zumi anatalain:7,8

Obat penurun berat Seiring dengan diet dan olahraga, mungkin perlu
badan meresepkan obat penurun berat badan. Dua obat
penurun berat badan yang sering diresepkan adalah
sibutramine (Meridia) dan orlistat (Xenical).

Insulin sensitizers Pada individu dengan diabetes, dokter sering


meresepkan tiazolidinedion dan metformin
(Glucophage, Glucophage XR) untuk menurunkan
resistensi insulin. Obat-obat ini mungkin juga
berguna dalam meningkatkan metabolisme insulin
pada individu dengan metabolik sindrom
Aspirin Aspirin sering diresepkan untuk membantu
mengurangi risiko serangan jantung

Obat-obatan untuk Jenis obat yang digunakan untuk mengontrol tekanan


menurunkan tekanan darah tinggi adalah diuretik, angiotensin-converting
darah enzymes inhobitor (ACE), calcium channel blockers
(CCB) dan beta blocker.

10
Obat-obatan untuk Obat-obatan yang digunakan untuk mengatur kadar
mengatur kolesterol kolesterol adalah golongan niacin, statin, dan fibrat
dapat membantu meningkatkan kolesterol dengan
cara-cara berikut:
Dengan mengurangi tingkat kolesterol low-density
lipoprotein (LDL) (kolesterol “jahat”)
Dengan meningkatkan tingkat kolesterol high-density
(HDL) (kolesterol “baik”)
Dengan menurunkan tingkat trigliserida (komponen
kolesterol “buruk” lainnya
Tabel 1. Obat pada kelainan metabolik7,8

6. Hubungan Tn. Zumi tidak kontrol dengan keluhan sekarang?


Jawab:
Dikarenakan Tn. Zumi tidak kontrol ke dokter lagi, menyebabkan Tn.
Zumi tidak mengetahui kondisinya saat ini. Sedangkan dahulu Tn. Zumi pernah
didiagnosis mengalami kelainan metabolik. Bentuk kelainan metabolik bisa
berupa tekanan darah yang tinggi, LDL yang tinggi, gula darah yang tinggi.
Kemungkinan pasien mengalami kelainan metabolik berupa gula darah yang
tinggi karena tidak ada pengontrolan dari gula darah tersebut menyebabkan
keluhan yang dialami pasien saat ini.
Pada jari-jari kaki kanan Tn. Zumi juga terdapat luka yang tidak kunjung
sembuh dan menghitam sehingga dapat dikatakan bahwa Tn. Zumi telah
mengalami komplikasi dari kelainan metabolik yang derita Tn. Zumi akibat
tidak kontrol ke dokter. Pada pemeriksaan penunjang yang dilakukan, didapat
bahwa Gula Darah Sewaktu (GDS) Tn. Zumi adalah 340 mg/dL. Sedangkan
nilai Normal Gula Darah sewaktu (GDS) adalah 200 mg/dL. Sehingga dapat
dikatakan bahwa Tn. Zumi memiliki tanda-tanda dari diabetes mellitus (DM).2

7. Bagaimana mekanisme sering kencing, haus, kesemutan, dan sering merasa


lapar?
Jawab:
Mekanisme sering kencing, haus, kesemutan, dan serig merasa lapar:2

11
a. Sering kencing (poliuri)
Ketika glukosa darah meningkat dimana glukosa yang tersaring di urin
melebihi kemampuan tubulus ginjal melalukan reabsorpsi maka glukosa
muncul di dalam urin (glukosuria). Glukosa dalam urin menimbulkan efek
osmotik yang menarik H2O bersamanya, menyebabkan dieresis osmotik
sehingga lebih sering kencing (poliuria). Poliuri juga dapat terjadi akibat
adanya defisiensi insulin absolut atau relatif dan peningkatan hormon kontra
regulator (glukagon, katekolamin, kortisol, hormon pertumbuhan, dan
somatostatin) akan menyebabkan akselerasi kondisi katabolik dan inflamasi
berat sehingga meningkatkan produksi glukosa oleh hati dan ginjal (via
glikogenolisis dan glukoneogenesis) dan gangguan utilisasi glukosa di
perifer, akibatnya terjadilah hiperglikemia dan hiperosmolaritas. Adanya
hiperglikemia menyebabkan reabsorsi ginjal terhadap glukosa terganggu (di
luar ambang batas) sehingga terjadilah glikosuria melalui poliuria.
b. Rasa haus berlebih (polidipsi)
Akibat seringnya kencing menyebabkan besarnya cairan yang keluar
dari tubuh menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi ini merangsang osmoreseptor
dan timbulah rasa haus untuk mencukupi kembali cairan tubuh yang
berkurang. Poliuria yang terjadi pada pasien ini akan menyebabkan banyak
keluarnya air dan elektrolit sehingga cenderung mengurangi air di intrasel
akibatnya terjadilah hiperosmotik, hiperosmotik inilah yang merangsang
osmoreseptor dipusat haus otak (polidipsi).
c. Rasa lapar atau asupan makanan berlebih (polifagia)
Hal ini karena berkurangnya kadar glokusa intrasel akibat berkurangnya
kadar insulin ataupun terjadi kesalahan pada reseptor insulin yang membuat
kadar glukosa intrasel minimal sampai tidak ada. Sehingga tubuh merespon
untuk mencukupi kebutuhan energi sel dengan meningkatkan nafsu makan.
Akibat terjadinya defisiensi insulin baik absolut maupun relatif itu
meningkatakan epinefrin sehingga mengaktifkan hormon lipase sensitif
pada jaringan lemak mengakibatkan peningkatan lipolisis, hal ini juga yang
menjadi kekurangan sumber energi cadangan intra sel. Polifagia atau sering
merasa lapar menandakan bahwa tubuh kekurangan bahan makanan utuk

12
dapat menghasilkan energi. Pasien mengalami polifagia sedangkan kadar
glukosa darah tinggi, menandakan bahwa sumber makanan/ energi bagi sel-
sel tubuh ada bahkan banyak. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah
glukosa dalam darah tidak dapat sampai ke sel untuk dimetabolisme
menjadi energi, hal ini dapat terjadi karena adanya gangguan pada
transporter dari glukosa, yaitu hormon insulin. Gangguan pada insulin baik
dari produksi maupun fungsi insulin menyebabkan glukosa dalam darah
tidak dapat dibawa kedalam sel. Sehingga sel tidak mendapat bahan
makanan yang akan diolah menjadi energi. Hal ini menyebabkan sel
memberikan signal pada sistem saraf bahwa tubuh kekurangan energi
sehingga membutuhka makan. Pasien dengan gangguan insulin akan sering
merasa lapar (polifagia).
d. Kesemutan (Parestesia)
Mati rasa pada jari-jari tangan disebabkan karena kerusakan saraf. Mati
rasa pada kasus ini menunjukkan bahwa diabetes Tn Zumi telah
berkomplikasi ke kerusakan saraf (neuropathy diabetic, terjadi pada 50%
kasus). Gejala yang dirasakan pada awalnya adalah rasa tebal (mati rasa),
sensibilitas menurun, kaki terasa panas, kesemutan dan nyeri seperti ditusuk
tusuk. Gejala muncul pada malam hari bila penderita DM istirahat.
Neuropati diabetik bisa membaik, apabila kadar gula darah terkontrol.

8. Apa hubungan keluhan Tn. Zumi dengan hipertensi?


Jawab:

Secara garis besar, patofisiologi hipertensi disebabkan oleh proses


adaptasi baroreseptor aorta dan karotis terhadap tekanan darah yang tinggi
sehingga pusat kendali kardiovaskluar di otak menginterpretasikan tekanan
darah yang tinggi tersebut sebagai suatu kondisi yang normal dan tidak
menyebabkan terinisiasinya refleks untuk menurunkannya. Mekanisme yang
mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor,
pada medulla di otak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui sarah simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganlion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang

13
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepeniferin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.9

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh


darah sebagai reson rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mengekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengeskresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal dan menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.9

Berdasarkan kasus, pasien terjadi peningkatan gula darah (hiperglikemia)


yang disebabkan adanya kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau
keduannya. Terjadi resisten insulin juga dapat menyebabkan peningkatan gula
darah. Pada resisten insulin dan hiperinsulinemia diyakini dapat meningkatkan
resistensi vaskuler perifer dan kontraktilitas otot polos vaskuler melalui respon
berlebihan terhadap norepinefrin dan angiotensin II. Kondisi tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan darah melalui mekanisme umpan balik
fisiologis maupun sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron. Sehingga dapat
terjadinya hipertensi pada orang-orang dengan gula darah yang tinggi
(hiperglikemia).9

Glukosa darah yang tinggi menyebabkan terjadi kerusakan pembuluh


darah dan terjadi peningkatan penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah.
Penumpukan lemak menyebabkan resiko pembuluh darah menyempit
(aterosklerosis) dan aliran darah yang kencang dari jantung terhambat karena
tidak semuanya bisa melewati pembuluh darah yang sempit, akibatnya jantung
harus bekerja lebih keras untuk memompa darah sehingga terjadi hipertensi.
Selain itu ketidakseimbangan kadar garam dan kalium karena resistensi insulin

14
menyebabkan peningkatan volume cairan tubuh yang menyebabkan
peneyempitan arteri sehingga terjadi hipertensi. Jadi berdasarkan skenario pasien
mengalami keluhan poliuria, polidipsia, polifagia mempunyai hubungan dengan
hipertensi. Hipertensi dapat memperberat keluhan yang dialami pasien karena
hipertensi pada kasus terjadi akibat glukosa darah yang tinggi.2,10

9. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik Tn. Zumi dan hubungan dengan
keluhannya sekarang?
Jawab:
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang:2

Pemeriksaan Pada kasus Interpretasi


Keluhan awal Ditemukan luka pada jari- Pasien tampak sakit
jari kaki kanan yang tidak berat
kunjung sembuh dan
mengitam
Kesadaran Compos Mentis Kesadaran penuh
Tekanan darah 140/80 mmHg Hipertensi derajat 1
Nadi 190 x/ menit Normal
Respiratory Rate 24x/menit nafas kusmaull Normal
Suhu 37oC Normal
Jantung Dalam batas normal Normal
Paru-paru Dalam batas normal Normal
Abdomen Dalam batas normal Normal
Ekstremitas Ekstremitas distal gangrene Inflamasi
(+/-)
GDS 340 mg/dl Meningkat
Tabel 2. Interpretasi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang2

10. Apa hubungan keluhan yang dialami oleh keluarga Tn. Zumi dengan
keluhannya sekarang?
Jawab:
Berdasarkan skenario keluhan yang dialami pasien mengarah kepada
penyakit diabetes melitus. Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan

15
metabolisme yang diturunkan secara genetik. Diabetes melitus memiliki
beberapa faktor resiko yaitu obesitas, hipertensi, sindrom metabolik, dan
genetik. Genetik adalah salah satu faktor resiko yang biasanya menyebabkan
seseorang mengalami penyakit diabetes melitus. Gen penyebabnya adalah gen
HDL 3 dan HDL 4 yang merupakan perkembangan kromosom pada penderita
penyakit diabetes melitus yang diturunkan secara genetik dari orang tuanya. Jadi
dapat simpulkan bahwa terdapat hubungan keluhan yang dialami pasien dengan
keluhan yang diderita orang tua pasien, karena penyakit yang diderita orang tua
pasien dapat diturunkan secara genetik kepada pasien.10,11

11. Alur penegakan diagnosis Tn. Zumi?


Jawab:
Anamnesis2
Keluhaan terdapat luka pada jari kaki kanan yang tak kunjung semuh dan
menghitam. Menurut istrinya, Tn. Zumi pernah pernah didiagnosa dengan kelain
metabolik sejak 12 tahun yang lalu.
Dalam anamnesis kita perlu menanyakan hal-hal tersebut di bawah ini:
a. Nama: Tn. Zumi
b. Usia: 54 tahun
c. Status pernikahan: sudah menikah
d. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
- Luka di kaki kanan yang tidak kunjung sembuh dan menghitam
- Sering kencing (10-15 kali setiap hari)
- Sering merasa haus dan lapar, dan kesemutan sejak 3 bulan terakhir
e. Riwayat penyakit dahulu (RPD)
- Kelainan metabolik 12 tahun lalu
- Tidak pernah kontrol sejak 2 tahun lalu

f. Riwayat penyakit keluarga (RPK)


- Orang tua pernah mengalami hal yang serupa

16
Pemeriksaan Fisik2

Pemeriksaan Fisik Pada kasus Interpretasi


Keluhan awal Ditemukan luka pada jari- Pasien tampak sakit
jari kaki kanan yang tidak berat
kunjung sembuh dan
mengitam
Kesadaran Compos Mentis Kesadaran penuh
Tekanan darah 140/80 mmHg Hipertensi derajat 1
Nadi 190 x/ menit Normal
Respiratory Rate 24x/menit nafas kusmaull Normal
Suhu 37oC Normal
Jantung Dalam batas normal Normal
Paru-paru Dalam batas normal Normal
Abdomen Dalam batas normal Normal
Ekstremitas Ekstremitas distal gangrene Inflamasi
(+/-)
Tabel 3. interpretasi pemeriksaan fisik2

Pemeriksaan Laboratorium2
Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui status klinis
pasien, yaitu: pemeriksaan glukosa darah baik glukosa darah puasa atau
sewaktu, glycohemoglobin (HbA1c), Complete Blood Count (CBC), dan
urinalisis.
Pada skenario didapatkan pemeriksaan gular darah sewaktu = 340
mg/dl.

Pemeriksaan Penunjang2
Pemeriksaan Penunjang: X-ray, EMG (Electromyographi) dan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui luka menjadi infeksi dan
menentukan kuman penyebabnya.

17
Pemeriksaan Sederhana12
Pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan menilai
Ankle Brachial Index (ABI) yaitu pemeriksaan sistolik brachial tangan kiri dan
kanan kemudian nilai sistolik yang paling tinggi dibandingkan dengan nilai
sistolik yang paling tinggi di tungkai. Nilai normalnya adalah O,9-1,3. Nilai
dibawah 0,9 itu diindikasikan bawah pasien penderita diabetes melitus memiliki
penyakit kaki diabetik dengan melihat gangguan aliran darah pada kaki. Alat
pemeriksaan yang digunakan ultrasonic doppler. Doppler dapat dikombinasikan
dengan manset pneumatic standar untuk mengukur tekanan darah ekstremitas
bawah.

Gambar 1. Pemeriksaan Ankle Brachial Index3

Diagonis banding13
Diagnosis banding didapatkan:
a. Kaki diabetes
b. Ulkus arteriosum
c. Ulkus pada kusta
d. Ulkus dekubitus
e. Ulkus varicosum

18
Diagnosis kerja
Diagnosis kerja: kaki diabetes et causa diabetes mellitus tipe 2

12. Sintesis masalah kasus Tn.Zumi ?


Jawab:
A. Definisi
Kaki diabetes adalah salah satu bentuk komplikasi kronik
diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat
disertai adanya kematian jaringan setempat.2 Kaki diabetes merupakan
luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi
makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati,
yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak
dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh
bakteri aerob maupun anaerob.12

B. Epidemiologi
Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi pada
penyandang diabetes setiap tahun. Sekitar 68% pada penderita kaki
diabetes adalah laki-laki, dan 10% penderita kaki diabetes mengalami
rekuren. Sebagaian besar perawatan di RS Cipto Mangunkusumo
menyangkut kaki diabetes, angka kematian dan angka amputasi masing-
masing sebesar 16% dan 25%. Sebanyak 14,3% akan meninggal dalam
setahun pasca-amputasi dan 37% akan meninggal tiga tahun pasca-
operasi.2

C. Etiologi
Menurut Suriadi (2007) dalam Purbianto (2007), Robert (2000)
penyebab dari luka diabetes antara lain:14
a. Diabetik neuropati
Diabetik neuripati merupakan salah satu manifestasi dari diabetes
mellitus yang dapat menyebabkan terjadinya luka diabetes. Pada
kondisi ini sistem saraf yang terlibat adalah saraf sensori, motorik,
dan otonom. Neuropati perifer pada penyakit diabetes mellitus dapat
menimbulkan kerusakan pada serabut motorik, sensoris, dan

19
autonom. Kerusakan serabut motorik dapat menimbulkan kelemahan
otot, atrofi otot, deformitas (hammer toes, claw toes, kontraktur
tendon Achilles) dan bersama dengan adanya neuropati memudahkan
terbentuknya kalus. Kerusakan serabut sensoris yang terjadi akibat
rusaknya serabut myelin mengakibatkan penurunan sensasi nyeri
sehingga memudahkan terjadinya ulkus kaki. Kerusakan serabut
autonom yang terjadi akibat denervasi simpatik menimbulkan kulit
kering (anhidrosis) dan terbentuknya fisura kulit dan edema kaki.
Kerusakan serabut motorik, sensoris, dan autonom memudahkan
terjaidnya atropti Charcot.
b. Pheripheral vascular diseases
Pada Pheripheral vascular diseases ini terjadi karena adanya
arteriosklerosis dan aterosklerosis. Pada arteriosklerosis terjadi
penurunan elastisitas dinding arteri, sedangkan pada aterosklerosis
terjadi akumulasi “plaques” pada dinding arteri berupa: kolestrol,
lemak, sel-sel otot halus, monosit, fagosit dan kalsium. Faktor yang
mengkontribusi antara lain perokok, diabetes, hyperlipidemia, dan
hipertensi.
c. Trauma
Penurunan sensasi nyeri pada kaki dapat menyebakan tidak
disadarinya trauma akibat pemakaian alasa kaki. Trauma yang kecil
atau trauma yang berulang, seperti pemakaian sepatu yang sempit
menyebabkan tekanan yang berkepanjangan dapat menyebakan
ulserasi pada kaki.
d. Infeksi
Infeksi adalah keluhan yang sering terjadi pada pasien diabetes
mellitus, infeksi biasanya terdiri dari polimikroba. Hiperglikemia
merusak respon imunologi, hal ini menyebabkan leukosit gagal
melawan pathogen yang masuk. Selain itu, iskemia menyebakan
penurunan suplai darah yang menyebabkan antibiotik juga efektif
sampai pada luka.

20
D. Klasifikasi
Klasifikasi kaki diabetes menurut Wagner-Meggit:14

Grade Keterangan

Grade 0 Tidak ada ulkus pada penderita kaki resiko tinggi

Grade 1 Ulkus superficial terlokalisir

Grade 2 Ulkus lebih dalam mengenai tendon, ligamen, otot


sendi, belum mengenai tulang, tanpa selulitis

Grade 3 Ulkus lebih dalam sudah mengenai tulang sering


komplikasi osteomielitis, abses, dan selulitis

Grade 4 Gangrene jari kaki atau bagian distal

Grade 5 Gangrene seluruh kaki

Tabel 4. Klasifikasi kaki diabetes menurut Wagner-Meggit14

Gambar 2. Klasifikasi kaki diabetes menurut Wagner-Meggit3

E. Patofisiologi
Kaki diabetik terjadi diawali dengan adanya hiperglikemia yang
menyebabkan gangguan saraf dan gangguan aliran darah. Perubahan ini

21
menyebabkan perubahan distrib usi tekanan pada telapak kaki,
kerentanan terhadap infeksi meluas sampai ke jaringan sekitarnya.
Faktor aliran darah yang kurang membuat luka sulit untuk sembuh dan
jika terjadi ulkus, infeksi akan mudah sekali terjadi dan meluas ke
jaringan yang lebih dalam bahkan sampai ke tulang.3

1. Neuropati Diabetik
Neuropati diabetik adalah komplikasi kronis yang paling sering
ditemukan pada pasien diabetes melitus. Neuropati diabetik adalah
gangguan metabolisme syaraf sebagai akibat dari hiperglikemia
kronis. Angka kejadian neuropati ini meningkat bersamaan dengan
lamanya menderita penyakit diabetes melitus dan bertambahnya usia
penderita. Tipe neuropati terbagi atas 3 (tiga) yaitu:3
A. Neuropati Sensorik
Kondisi pada neuropati sensorik yang terjadi adalah
kerusakan saraf sensoris pertama kali mengenai serabut
akson yang paling panjang, yang menyebabkan distribusi
stocking dan gloves. Kerusakan pada serabut saraf tipe A akan
menyebabkan kelainan propiseptif, sensasi pada sentuhan
ringan, tekanan, vibrasi dan persarafan motorik pada otot.
Secara klinis akan timbul gejala seperti kejang dan kelemahan
otot kaki. Serabut saraf tipe C berperan dalam analisis sensari
nyeri dan suhu. Kerusakan pada saraf ini akan menyebabkan
kehilangan sensasi protektif. Ambang nyeri akan meningkat
dan menyebabkan trauma berulang pada kaki. Neuropati perifer
dapat dideteksi dengan hila ngnya sensasi terhadap 10 g nylon
monofilament pada 2-3 tempat pada kaki. Selain dengan 10 g
nylon monofilament, dapat juga menggunakan biothesiometer
dan Tunning Fork untuk mengukur getaran.14
B. Neuropati Motorik
Neuropati motorik terjadi karena demyelinisasi serabut
saraf dan kerusakan motor end plate. Serabut saraf motorik
bagian distal yang paling sering terkena dan menimbulkan

22
atropi dan otot-otot intrinsik kaki. Atropi dari otot intraosseus
menyebabkan kolaps dari arcus kaki. Metatarsal-phalangeal
joint kehilangan stabilitas saat melangkah. Hal ini
menyebabkan gangguan distribusi tekanan kaki saat melangkah
dan dapat menyebabkan kallus pada bagian-bagian kaki
dengan tekanan terbesar. Jaringan di bawah kalus akan
mengalami iskemia dan nekrosis yang selanjutnya akan
menyebabkan ulkus. Neuropati motorik menyebabkan kelainan
anatomi kaki berupa claw toe, hammer toe, dan lesi pada
nervus peroneus lateral yang menyebabkan foot drop.
Neuropati motorik ini dapat diukur dengan menggunakan
pressure mat atau platform untuk mengukur tekanan pada
plantar kaki.3,14
C. Neuropati Autonom
Neuropati otonom menyebabkan keringat berkurang
sehingga kaki menjadi kering. Kaki yang kering sangat
berisiko untuk peca h dan terbentuk fisura pada kalus.
Neuropati otonom juga menyebabkan gangguan pada saraf-
saraf yang mengontrol distribusi arteri- vena sehingga
menimbulkan arteriolar-venular shunting. Hal ini
menyebabkan distribusi darah ke kaki menurun sehingga terjadi
iskemi pada kaki, keadaan ini mudah dikenali dengan terlihatnya
distensi vena- vena pada kaki.14
2. Kelainan Vaskular
Penderita diabetes yang menderita kelaian vascular berupa
iskemia. Hal ini disebabkan proses makroangiopati dan menurunnya
sirkulasi jaringan yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya
denyut nadi arteri dorsalis pedis, arteri tibialis, arteri poplitea. Hal itu
menyebabkan kaki menjadi atrofi, dan kuku menebal. Selanjutnya
terjadi nekrosis jaringan, sehingga timbul ulkus yang biasanya
dimulai dari ujung kaki atau tungkai.

23
Kelaian neurovascular pada penderita diabetes diperberat
dengan aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan kondisi arteri
menebal dan menyempit karena penumoukan lemak pada pembuluh
darah. Menebalnya arteri dikaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki
karena kekurangan suplai darah, kesemutan, rasa tidak nyaman, dan
dalam jangka lama dapat menyebabkan kematian jaringan yang
berkembang menjadi ulkus kaki diabetes. Proses angiopati pada
penderita diabetes mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan
pembuluh darah perifer tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi
jaringan bagian distal tungkai berkurang.
Diabetes mellitus yang tidak terkendali akan menyebabkan
penebalan tunika intima (hyperplasia membrane basalis arteri)
pembuluh darah besar dan kapiler, sehingga aliran darah jaringan
tepi ke kaki terganggu dan nekrosis yang mengakibatkanulkus
diabetikum. Peningkatan HbA1C menyebabkan deformabilitas
eritrosit dan pelepasan oksigen oleh eritrosit terganggu, sehingga
terjadi peyumbatan sirkulasi dan kekurangan oksigen akibat
kematian jaringan yang selanjutnya akan menjadi ulkus. Peningkatan
kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit
meningkatkan agregasi eritrosit, sehingga sirkulasi darah melambat
dan memudahkan terbentuknya thrombus (gumpalan darah) pada
dinding pembuluh darah yang akan menggangu aliran darah ke ujung
kaki.3
3. Infeksi
Pada keadaan hiperglikemia, dapat menyebakan luka menjadi
sumber infeksi karena darah yang mengandung gula yang tinggi
dapat menjadi tempat perkembangbiakan yang baik bagi bakteri
gram positif, dan juga menggangu fungsi kerja dari neutrofil dan
monosit. Luka yang tidak diketahui oleh pasien tentu tidak akan
mendapat perawatan sehingga luka rentan terhadap infeksi. Hal ini
umumnya akan disadari pasien jika telah terjadi demam atau
perdarahan pada kakinya. Sehingga infeksi pada luka sudah

24
menyebar ke daerah yang lain disekitar luka. Hal ini diperberat
dengan berkurangnya kemampuan tubuh dalam proses penyembuhan
luka, dikarenakan akibat kerusakan pembuluh darah sehingga aliran
darah kurang kekaki, menyebabkan sel-sel darah yang berperan
untuk mencegah infeksi tidak cukup sehingga memperberat kondisi
luka pada kaki pasien.3

Gambar 3. Patofisiologi kaki diabetes3

F. Manifestasi Klinis
Manifestasi dari kaki diabetes adalah:15
a. Sering kesemutan.
b. Nyeri kaki saat istirahat.
c. Sensasi rasa berkurang.
d. Kerusakan Jaringan (nekrosis).
e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.
f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
g. Kulit kering

G. Tatalaksana
1. Terapi Farmakologis
Jika mengacu pada berbagai penelitian aterosklerosis (jantung,
otak), obat seperti aspirin yang dikatakan bermanfaat,7 akan
bermanfaat pula untuk kaki DM. Namun, sampai saat ini belum ada

25
bukti kuat untuk menganjurkan pemakaian obat secara rutin guna
memperbaiki patensi pembuluh darah kaki penyandang DM.3
2. Terapi Nonfarmakologis
Berdasarkan pembagian klasifikasinya, maka tindakan
pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:16
a. Derajat 0 : Perawatan lokal secara khusus tidak ada
b. Derajat I-IV : Pengelolaan medik dan tindakan bedah minor
c. Derajat V : Tindakan bedah minor, bila gagal dilanjutkan
dengan tindakan bedah mayor (amputasi diatas
lutut atau amputasi dibawah lutut)
Beberapa tindakan bedah khusus diperlukan dalam pengelolaan
kaki diabetik ini, sesuai indikasi dan derajat lesi yang dijumpai
seperti:16
1. Insisi : Abses atau selulitis yang luas
2. Eksisi : Pada kaki diabetik derajat I dan II
3. Debridement/nekrotomi : Pada kaki diabetik derajat II, III, IV,
dan V
4. Mutilasi : Pada kaki diabetik derajat IV dan V
5. Amputasi : Pada kaki diabetik derajat V
3. Edukasi
Edukasi pada pasien kaki diabetes:16,17
a. Memperbaiki kelainan vaskuler.
b. Memperbaiki sirkulasi.
c. Pengelolaan pada masalah yang timbul ( infeksi, dll).
d. Edukasi perawatan kaki.
e. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut
hasil laboratorium lengkap) dan obat vaskularisasi, obat
untuk penurunan gula darah maupun menghilangkan
keluhan/gejala dan penyulit DM.
f. lah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.
g. Menghentikan kebiasaan merokok
h. Merawat kaki secara teratur setiap hari, dengan cara:
- Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih.

26
- Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan
air suam-suam kuku dengan memakai sabun lembut
dan mengeringkan dengan sempurna dan hati-hati
terutama diantara jari-jari kaki.
- Memakai krem kaki yang baik pada kulit yang kering
atau tumit yang retak-retak, supaya kulit tetap mulus,
dan jangan menggosok antara jari-jari kaki (contoh:
krem sorbolene).
- Tidak memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan
kulit menjadi kering dan retak-retak.
- Menggunting kuku hanya boleh digunakan untuk
memotong kuku kaki secara lurus dan kemudian
mengikir agar licin. Memotong kuku lebih mudah
dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut.
- Kuku kaki yang menusuk daging dan kalus,
hendaknya diobati oleh podiatrist. Jangan
menggunakan pisau cukur atau pisau biasa, yang bisa
tergelincir; dan ini dapat menyebabkan luka pada
kaki. Jangan menggunakan penutup kornus/corns.
Kornus-kornus ini seharusnya diobati hanya oleh
podiatrist.
- Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah
terdapat kalus, bula, luka dan lecet.
- Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas.
i. Penggunaan alas kaki tepat, dengan cara:
- Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di
pasir.
- Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk
kaki dan nyaman dipakai.
- Sebelum memakai sepatu, memerika sepatu terlebih
dahulu, kalau ada batu dan lain-lain, karena dapat

27
menyebabkan iritasi/gangguan dan luka terhadap
kulit.
- Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang
untuk ibu jari kaki) dan tidak boleh dipakai tanpa kaus
kaki.
- Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur
dan hati-hati.
- Memakai kaus kaki yang bersih dan mengganti setiap
hari.
- Kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan
memakai bahan sintetis, karena bahan ini
menyebabkan kaki berkeringat.
- Memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin.
j. Menghindari trauma berulang, trauma dapat berupa fisik,
kimia dan termis, yang biasanya berkaitan dengan aktivitas
atau jenis pekerjaan.
k. Menghidari pemakaian obat yang bersifat vasokonstriktor
misalnya adrenalin, nikotin.
l. Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa
kaki setiap kontrol walaupun ulkus diabetik sudah sembuh.
Selain itu, adapun edukasi yang diberikan kepada pasien
diabetes mellitus tipe 2 berupa sepuluh petunjuk pola hidup sehat.
Adapun singkatan dari GULOH-SISAR adalah:2
a. G (gula): pentang gula bagi penderita Diabetes Mellitus dan
kurangi konsumsi gula bagi Non diabetes. tingkatkan MABUK
(makanan yg kaya kromium untuk memperbaiki kerja insulin
yaitu Merica, Apel, Brokoli, Udang, Kacang-kacangan)
b. U (Uric acid): asam urat batasi JAS-BUKET (yaitu bahan
makanan kaya purin yang dapat meningkatkan asam urat
seperti Jeroan, Alkohol, Sarden, Burung dara, Unggas, Kaldu,
Emping, Tape)

28
c. L (Lemak): batasi TEK-KUK-CS2 ( bahan makanan tinggi
lemak-kolesterol yaitu TElur, Keju, Udang, Kerang-Cumi,
Susu, Santan)
d. O (Obesitas): target lingkar pinggang laki-laki < 90 cm dan
perempuan < 80 cm
e. H (Hipertensi): untuk penderita hipertensi batasi asupan
garam, kacang asin, ikan asin, dll
f. S (Sigaret): Hentikan merokok sekarang juga
g. I (Inaktivitas): Hindarilah dan rutinkan olahraga
+300kkal/jalan 3 km atau sit up 50-100kali/latihan seminggu
3- 4kali.
h. S (Stres): usahakan tidur minimal 6 jam sehari untuk
mengurangi ketegangan dan meningkatkan relaksasi.
i. A ( Alkohol): hentikan konsumsi alcohol sekarang juga
j. R (Reguler Check-up): kontrol teratur, konsultasi dokter dan
terapi kesemuanya ini baik dilakukan pada usia > 40 th tiap 3,
6, 12 bulan sekali.

H. Prognosis
Prognosis kaki diabetic bergantung pada berbagai faktor yang
terlibat dalam patofisiologi, komplikasi, dan penyakit yang menyertai.
Penatalaksaan pada kaki diabetes harus ditekankan untuk menurunkan
mortalitas dan morbiditas kaki diabetes.3

29
MIND MAPPING

Tn. Zumi

Diabetes
Melitus

Foot
Diabetikum

Manifestasi
Defenisi Epidemiologi Etiologi Klasifikasi Patogenesis Tatalaksana
Klinis

30
DAFTAR PUSTAKA

1. KBBI, 2106. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (online) available at:


hhtp://kkbi.web.id/ (diakses pada tanggal 11 november 2018, pukul 21.00 wib)
2. Sudoyo A W, Setyohadi B, Alwi I dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid 2 Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam.
3. Kartika, Ronald W. 2017. Pengelolaan Gangren Kaki Diabetik. Jakarta.
Continuing Medical Education. 44(1): 18-22
4. Morris, C, 2008, Blisters: Identification and Treatment in Wound Care, Wound
Essentials, 3, 125-5.
5. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NKBI1319/ (diakses tanggal 14 nobember
2018, pukul 22:34 Wib)
6. Rini,S. 2015. Sindrom Metabolik. Lampung. J Majority. 4(4): 88- 92.
7. Smith S. Metabolic syndrome targets. Current Drug Targets. 2004;3: 431-439.
8. Mayo Clinic: Metabolic syndrome. Available at: http://www.mayoclinic.com.
Accessed November 07, 2018
9. Ichsantiarini P, Nugroho P. 2013. Hubungan Diabetes Melitus tipe 2 Dengan
Kendali Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Rumah Sakit DR.Cipto
Mangunkusumo. Universitas Indonesia. Jakarta.
10. Mihardja, L. 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah
pada Penderita Diabetes Melitus. Dalam Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta
11. Soegondo, S. 2011. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini. Dalam
Buku Penatalaksanaan Diabetes Terpadu sebagai Panduan Penatalaksanaan
Diabetes Melitus bagi Dokter dan Educator Diabetes. Jakarta. FKUI .
12. Misnadiarly. Diabetes Mellitus : Ulcer, Infeksi, Ganggren. Penerbit Populer
Obor, Jakarta, 2006.
13. Lin P, Philips t. Ulcers in: Bolognia JL et al, eds. Dermatology. Volume 2.
London: Mosby, 2003: 1631-48.
14. Abidin, N. 2017. Uji Antibakteri Fraksi Ekstrak Jintan terhadap Bakteri Ulkus
Diabetikum. (skripsi). Purwokerto: Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.

31
15. Djokomoeljanto. Tinjauan Umum tentang Kaki Diabetes. Dalam:
Djokomoeljanto dkk, editor, Kaki Diabetik Patogenesis dan Penatalaksanaannya,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 1997.
16. Frykberb Robert G. Risk Factor, Pathogenesis and Management of Diabetic
Foot Ulcers, Des Moines University, Iowa, 2002.
17. William C. The Diabetic Foot, In ( Ellenberg, Rifkin’s, eds), Diabetes Mellitus,
Sixth Edision, USA, 2003.

32

Anda mungkin juga menyukai