Anda di halaman 1dari 15

BAB V

HUBUNGAN OBESITAS PADA PRALANSIA DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI DI KECAMATAN SENEN JAKARTA PUSAT TAHUN
2017-2018 DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ISLAM

5.1 Obesitas Menurut Pandangan Islam


Obesitas atau kegemukan merupakan keadaan kelebihan jaringan lemak
dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan. Obesitas juga terjadi akibat
energi yang masuk ke dalam tubuh selalu berlebih sehingga tertimbun dalam
bentuk lemak atau sel adipose di bagian bawah kulit. Umumnya, kalori yang
dikonsumsi setiap hari akan digunakan untuk bergerak, pertukaran zat dalam
tubuh, dan pertumbuhan. Jika jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih
besar daripada yang digunakan, kelebihannya akan disimpan tubuh dalam bentuk
lemak. Lemak inilah yang menjadi penyebab kenaikan berat badan (Sumanto,
2009).
Penderita obesitas dibandingkan dengan orang yang lebih kurus lebih
mudah terserang penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus dan jantung.
Obesitas juga akan mengurangi kebebasan bergerak terutama pada usia lanjut.
Pada zaman Rasulullah saw. hampir sulit menemukan orang-orang yang
mengalami obesitas. Rasulullah saw. dan para sahabat memiliki berat badan yang
normal karena mereka memiliki pola makan yang sehat dan juga sering
berolahraga, terutama renang, berkuda, dan memanah. Cara Rasulullah saw. untuk
menghindari obesitas adalah makan dengan orientasi kecukupan nilai gizi dan
bukan memenuhi perut dengan makanan. Selain itu, kaum muslimin memiliki
kekhasan mereka makan jika lapar dan berhenti sebelum kenyang (Kusumah,
2007).
Pencegahan pada orang yang obesitas adalah mengatur agar pola
makannya seimbang tidak berlebih-lebihan dan sering melakukan aktivitas fisik.
Sehingga terjadi keseimbangan energi, di mana asupan energi seimbang dengan
energi yang dikeluarkan. Selain itu diperlukan juga pola makan secara teratur,
seperti tidak terlambat makan, tidak makan seadanya tanpa memperhatikan mutu
makanan, tidak makan pada waktu makan utama, yaitu sarapan, makan siang, dan
makan malam, tidak makan di luar jam makan utama, serta tidak makan di malam
hari sebelum tidur. Dengan perilaku demikian maka tidak menganggu sistem kerja
tubuh dalam mencerna dan metabolisme makanan dalam tubuh. Jika seseorang
makan tidak teratur, asupan gizi bisa berkurang atau sebaliknya, zat gizi yang
dikonsumsi menjadi tidak seimbang karena yang dimakan hanya apa yang ditemui
saja, tanpa memperhatikan unsur gizi dalam makanan tersebut. Padahal makanan
dengan gizi seimbang harus mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan
mineral sesuai dengan kebutuhan tubuh. Dalam Islam, pencegahan agar tidak
menjadi obesitas atau kegemukan sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an yang
menekankan makan dan minum tidak berlebihan serta memperhatikan apa yang
dimakannya. Dalam Sunnah Nabi juga sudah menjelaskan bagaimana cara makan
dan minum yang baik sehingga terhindar dari berbagai penyakit. Oleh karena itu,
menjaga agar tidak terkena penyakit adalah lebih baik daripada mengobati
(Muchtar, 2009).
Jenis makanan dan minuman yang boleh dikonsumsi harus yang halal dan
baik, bukan hanya mahal, enak, dan banyak. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan
dalam Kitab Al-Qur’an:

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah Telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-
Nya” (QS. Al-Maidah (5): 88)

Ada tiga kunci yang sangat prinsip dari ajaran Rasulullah saw. dalam soal
makanan, yaitu makan dan minum tidak berlebih-lebihan, makan apabila lapar
dan berhenti sebelum kenyang, serta membatasi makanan di dalam perut.

1. Makan dan minum tidak berlebih-lebihan


Islam mengajarkan kepada umatnya agar makan dan minum tidak
berlebih-lebihan. Karena berlebih-lebihan itu termasuk perbuatan setan. Hal ini
sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Qur’an:

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah


tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al-A’raf (7): 31)

Dari Ibnu’Umar ra bahwasanya Nabi Muhammad SAW. bersabda :

“Orang mukmin makan dengan satu usus, sedangkan orang kafir makan dengan
tujuh usus” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Seorang mukmin makan dengan porsi yang cukup untuk menghilangkan lapar dan
memulihkan tenaga, seakan ia makan dengan satu usus. Adapun orang kafir,
karena ketamakannya yang besar, ia makan dengan banyak usus. Bilangan ‘tujuh’
dalam hadits untuk menunjukkan banyaknya porsi makanan orang kafir
(Thayyarah, 2014).

2. Makan apabila lapar dan berhenti sebelum kenyang


Sebagai seorang mukmin harus memperhatikan tata cara makan dan
minum, sebagaimana diajarkan dan dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Beliau
makan ketika sudah lapar dan minum ketika merasa haus. Sehubungan dengan hal
tersebut diterangkan dalam Hadits Nabi Muhammad SAW., berikut:

‫نَحْ ُن قَ ْو ٌم الَ نَأْ ُك ُل َحتَّى نَج ُْو َع َوإِ َذا أَ َك ْلنَا الَ نَ ْشبَ ُع‬
“Kami adalah suatu kaum yang tidak makan sebelum lapar dan apabila makan tidak
sampai kenyang” (HR. Abu Dawud)

3. Membatasi makanan di dalam perut


Rasulullah menganjurkan umatnya agar menyediakan ruang di dalam perut untuk
tiga hal, yaitu udara, air dan makanan. Ketiganya harus diisi secara seimbang.
Nabi Muhammad saw. bersabda:

“Tidaklah anak cucu Adam mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya.
Sebenarnya beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang rusuknya.
Kalaupun dia harus mengisinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk
minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas” (HR. at-Turmudzi, Ibnu Majah, dan
Muslim) (Forkita, 2014)

Dalam hadits tersebut, Rasul SAW menganjurkan untuk sedikit makan,


yaitu makan sekadarnya saja untuk bisa menopang badan agar tetap bisa tegak dan
melakukan aktivitas yang diperintahkan syariah. Makna dari sabda Rasul SAW,
bahwa anak Adam untuk makan dengan cukup sehingga ia tetap hidup sehat untuk
menjalankan aktivitas ketaatan dan memberi dorongan agar sedikit makan dan
tidak berlebihan. Dengan begitu manusia itu ringan, tangkas, giat dan terhindar
dari bermacam penyakit yang muncul dari makan yang berlebihan.
Makanan dalam porsi minimal pun sudah cukup baginya untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya. Di dalam hadits Rasulullah saw. juga bersabda:

“Makanlah satu orang cukup untuk dua orang, makanan dua orang cukup untuk
empat orang, dan makanan empat orang sebenarnya cukup untuk delapan orang”
(HR. al-Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Ahmad, dan Damiri)

Dalam hadits lain disebutkan:


“Sesungguhnya termasuk sikap berlebih-lebihan bila kamu memakan segala
sesuatu yang kamu inginkan” (HR. Ibnu Majah)

Nash-nash di atas merupakan dasar kaidah-kaidah kesehatan yang telah


dibuat oleh Islam, apabila diterapkan secara benar, maka akan bisa melindungi
seseorang dari berbagai macam penyakit. Selain itu diajarkan juga untuk
memakan makanan halal yang tidak dijelaskan keharamannya dalam nash,
thayyib atau baik bagi kesehatan, dan tidak berlebihan. Sedangkan makanan yang
dijelaskan keharamannya terdapat dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging


babi, dan binatang yang disembelih dengan nama selain Allah” (QS. Al-Baqarah
(2):173) (as-Sayyid, 2007; Bantani, 2017).

Untuk menghindari obesitas, diperlukan pola hidup yang sehat. Oleh


karena itu Zuhroni (2011) mengatakan bahwa Islam mengajarkan pola hidup
sehat, yaitu:

1. Menjaga Gizi, Makanan, dan Minuman


Dalam ilmu kesehatan dan gizi disebutkan bahwa makanan merupakan unsur
terpenting untuk menjaga kesehatan. Dalam Islam makanan yang baik untuk
kesehatan adalah makanan yang halal dan thayyib serta kadar yang proporsional,
tidak berlebihan. Secara khusus Al-Qur’an berpesan agar memperhatikan apa
yang dimakannya, seperti ditegaskan dalam ayat:

“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”(QS. ‘Abasa/


(80):24)

Dalam batasan hukum Islam kehalalan suatu jenis makanan atau minuman
ditentukan oleh 4 hal, yaitu dari segi zat, sifat, cara perolehan, dan akibat yang
ditimbulkan jika mengkonsumsinya. Sebagian ulama menyatakan bahwa tiga
yang pertama termasuk kategori halal, dan yang terakhir dikategorikan thayyib.
Sebagian ulama membedakan parameter yang digunakan, halal berdasarkan
ketentuan syar’i, sedangkan thayyib adalah makanan sehat. Menurut ahli gizi,
pada umumnya jenis makanan dan minuman yang halal menurut agama Islam
termasuk pula yang bersifat baik menurut pertimbangan ilmiah. Dengan demikian
tepatlah pernyataan al-Qur’an bahwa Allah menghalalkan makanan yang baik-
baik (Q.s. al-A’raf (7):157, al-Baqarat (2):168).
Mengatur pola makan dengan baik juga ditunjukkan dalam sunnah Nabi yang
selalu menyiapkan makanannya dengan seksama. Dalam mengkonsumsi
makanan, Nabi tidak hanya dengan satu jenis makanan tetapi berganti-ganti menu,
seperti daging, buah-buahan, roti, kurma, dan sebagainya, tidak berlebihan, sesuai
dengan selera nafsu makannya. Dapat dikatakan, apa yang disarankan oleh para
ahli gizi modern agar makan yang memenuhi syarat kesehatan, empat sehat lima
sempurna, sejalan dengan kebiasaan Nabi memakan berbagai jenis makanan,
karena tidak ada jenis bahan makanan yang mengandung semua gizi yang
lengkap, maka diperlukan pemaduan jenis-jenis bahan makanan agar kekurangan
yang ada pada satu jenis makanan dapat dilengkapi oleh jenis bahan makanan
lainnya.
Puasa, di samping benilai ubudiah, dari segi kesehatan diakui dapat
menyehatkan badan terutama pada pencernaan dan kegemukan (obesitas).
Berpuasa memberikan istirahat pada organ-organ pencernaan, mengendalikan
emosi yang sangat berpengaruh positif pada jantung, sistem saraf dan sistem
peredaran darah. Juga menjadi sarana untuk menuju pada keseimbangan makan
dan minum serta menghindarkan diri dari kegemukan yang rentan dan mudah
terserang berbagai penyakit, seperti hipertensi, penyakit jantung dan lain-lain.

2. Keseimbangan Beraktivitas dan Istirahat


Islam menekankan keteraturan untuk menjaga pola hidup dengan cara
melakukan aktivitas yang diimbangi dengan tidur yang cukup, istirahat yang
cukup disamping untuk beribadah seperti dalam Firman Allah SWT:
“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu
beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-
Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya” (QS. Al-Qashash
(28):73)

Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya,


seperti melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan
sekalipun maksudnya untuk beribadah. Dalam Al-Qur’an melarang melakukan
sesuatu yang dapat merusak badan (Q.s. al-Baqarat (2):195). Hak badan yang juga
harus dipenuhi adalah makan jika lapar, minum jika haus, beristirahat jika letih,
membersihkannya jika kotor, mengobatinya jika sakit, dan lain-lain. Di samping
memberi tuntunan, Nabi juga mencontohkan mengatur pola hidup sehat dan
membiasakannya, misalnya beranjak ke tempat tidur pada permulaan malam,
setelah shalat Isya, bangun pada tengah malam dan tidur lagi hingga menjelang
Subuh. Tidur dengan posisi miring ke kanan, menghadap kiblat dan tidak
memenuhi perutnya dengan makanan dan minuman. Dengan posisi demikian
maka tidak membebani jantung.

3. Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan


Aktivitas terpenting untuk menjaga kebugaran dan kesehatan jasmani adalah
melalui kegiatan berolahraga. Tujuan utama berolahraga adalah untuk
meningkatkan daya tubuh, menambah tenaga otot, keseimbangan emosional,
efisiensi dari fungsi-fungsi alat tubuh, dan daya ekspresif serta daya kreatif.
Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup akan
meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan serta
menyehatkan tubuh. Dengan kesehatan jasmani seseorang akan mampu
beraktivitas dengan baik.
Olahraga yang teratur dapat mengatasi obesitas. Olahraga banyak macamnya
mulai dari jalan kaki, lari, sepak bola, memanah, berkuda, berenang dan lain
sebagainya. Akan tetapi olahraga yang ditekankan Rasulullah saw, yaitu
memanah, berkuda, dan berenang. Menurut fukaha batasan kebolehan dan
tidaknya olahraga terpulang pada prinsip umum kaidah fiqhiyyat bahwa segala
sesuatu, termasuk jenis olahraga, dihalalkan sejauh tidak ada dalil yang
mengharamkannya. Jika mengandung unsur yang bertentangan dengan norma
Islami maka diharamkan. Norma Islami yang dimaksud terkait dengan ketentuan
syar’i yang berhubungan dengan berpakaian, manfaat dan mudarat, keamanan dan
keselamatan pemainnya, pembauran antara laki-laki dan perempuan sehingga
menimbulkan fitnah, memperagakan gerak tubuh secara sensual, dan yang
sejenisnya

5.2 Hipertensi Menurut Pandangan Islam


Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap
pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh volume darah dan elastisitas
pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah atau hipertensi dapat disebabkan oleh
peningkatan volume darah dan penurunan elastisitas pembuluh darah (Ronny
dkk., 2009).

Allah SWT. sangat mengetahui betapa pentingnya darah, pembuluh darah,


serta sirkulasi darah di seluruh tubuh. Pembuluh darah besar yang disebutkan
dalam Al-Qur’an Surah Al-Haqqah ayat 45-46 adalah Al-atiin (aorta). Aorta
merupakan pembuluh darah besar yang mengalirkan darah langsung dari jantung
untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Dalam Al-Qur’an Allah SWT. berfirman:

“Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian


benar-benar Kami potong urat tali jantungnya” (QS. Al-Haqqah (69): 45-46)

Ayat di atas menjelaskan bahwa darah dipandang sebagai suatu


“kendaraan” untuk hidup dan Arteri yang langsung berasal dari jantung (aorta)
penting untuk mempertahankan hidup. Aorta memiliki aliran darah yang cepat
karena tekanannya langsung berasal dari kontraksi jantung, selain itu volume
darahnya masih sangat banyak. Oleh karena itu ketika aorta dipotong maka akan
terjadi pendarahan yang sangat hebat lalu syok dan dengan mudahnya dapat
menimbulkan kematian. Sistem peredaran darah manusia terdiri dari jantung,
pembuluh darah dan darah. Jika terdapat ketidakseimbangan sistem peredaran
darah maka akan timbul beberapa penyakit salah satunya hipertensi (tekanan
darah tinggi akibat arteriosclerosis) (Fortiana, 2012).
Pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita hipertensi adalah dengan
menerapakan gaya hidup sehat (mengurangi atau membatasi makanan kolesterol
tinggi, makanan berminyak, santan dan mengonsumsi makanan berserat tinggi,
seperti buah-buahan dan sayur-sayuran), mengendalikan stres dan emosi,
menghindari merokok dan alkohol, membatasi konsumsi kafein, rajin melakukan
olahraga, mengukur tekanan darah secara rutin, diet rendah garam, dan
menurunkan berat badan jika kegemukan (Soenanto, 2009).
Dalam Islam, pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari
hipertensi adalah seorang muslim dapat melakukan ibadah wajib shalat karena
banyak manfaat yang didapat bagi kesehatan tubuh baik jasmani dan rohani. Salah
satu dokter menginformasikan bahwa pada saat sujud, darah mengalir ke arah
kepala, paru-paru, dan jantung. Peningkatan jumlah darah ke dalam pembuluh
arteri koronaria akan menyebabkan ruang pembuluh darah tersebut menjadi
renggang, sehingga dapat mencegah penyempitan pembuluh darah dan akhirnya
akan mencegah adanya hipertensi. Oleh karena itu sujud sebagai bagian dari
shalat menjadi sangat penting untuk kesehatan tubuh (Syafi’ie, 2009).
Penanganan bagi penderita hipertensi adalah pengobatan dengan
farmakologis dan non-farmakologosis (non-obat). Pemberian farmakologis dapat
diberikan secara monoterapi (menggunakan satu obat) atau kombinasi.
Pengobatan non farmakologis adalah pengaturan diet atau makanan, mengubah
gaya hidup yang tidak sehat dan sering melakukan olahraga. Pada penderita
hipertensi dapat melakukan perubahan gaya hidup yang positif, yaitu mengontrol
pola makan (menjauhi makanan berlemak dan mengandung banyak garam),
meningkatkan konsumsi potasium dan magnesium (buah-buahan dan sayur-
sayuran), makan-makanan jenis padi-padian (roti gandum atau beras merah),
tingkatkan aktivitas, serta berhenti merokok dan konsumsi alkohol berlebihan.
Penderita juga perlu mengontrol tekanan darahnya secara rutin (Dalimartha dkk.,
2008).
Dalam Islam, penanganan hipertensi juga telah disebutkan dalam Al-
Qur’an dan Al-Hadis, yaitu dalam memilih makanan dan memperhatikan
makanan yang dikonsumsi (baik, halal dan sesuai takaran) serta berolahraga
secara teratur. Dengan tubuh yang sehat maka dapat melaksanakan perintah Allah
SWT, seperti shalat dan puasa. Hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa
seluruh gerakan dalam shalat sangat erat kaitannya dengan kesehatan, seperti
gerakan sujud mengandung faedah untuk menyembuhkan hipertensi dan gerakan
rukuk untuk mengatur hipertensi atau tekanan darah tinggi. Pada penderita
hipertensi yang kegemukan ibadah puasa dapat dilakukan karena akan
memberikan kesempatan anggota tubuh untuk beristirahat dari kegiatan mengolah
dan mencerna makanan yang masuk ke dalam perut. Dengan demikian, ajaran
yang dibawa Al-Qur’an dan Al-Hadis di samping mengandung perintah ibadah
yang berdampak pada datangnya pahala di akhirat, juga akan mendatangkan
kesehatan dan penyembuhan penyakit. Dalam hubungan ini Allah SWT
berfirman:

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu


dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yunus (10):57)

5.3 Obesitas pada Pralansia Terkait Hipertensi Menurut Pandangan Islam


Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis, tidak
ditularkan dari orang ke orang dan mempunyai durasi yang panjang serta
umumnya berkembang lambat. Salah satu penyakit tidak menular adalah
hipertensi. Kecenderungan PTM di Indonesia menunjukkan peningkatan yang
signifikan seperti prevalensi hipertensi yang didiagnosis tenaga kesehatan yang
meningkat dari 7,6% (2007) menjadi 9,5% (2013). Hipertensi sebagai penyakit
tidak menular dapat terjadi akibat faktor risiko salah satunya adalah obesitas atau
kegemukan (Simbolon dkk., 2016).
Obesitas dapat dikaitkan dengan hipertensi. Obesitas atau kegemukan
awalnya disebabkan oleh pola makan yang berlebih-lebihan sehingga segala
macam penyakit akan mudah datang salah satunya hipertensi. Oleh karena itu,
melihat dampak buruk dari makan yang berlebih-lebihan, sudah seharusnya umat
Islam mengamalkan pola makan yang diajarkan oleh Rasulullah saw. dalam
kebiasaan makan sehari-hari agar tercipta kesehatan jasmani dan rohani. Hidup
dan mati memang sudah ditentukan oleh Allah swt, tetapi apabila hamba-Nya
selalu ikhtiar dengan melakukan perintah-Nya dalam hal pola makan dan minum,
niscaya berbagai penyakit yang mengancam tubuh akan bisa dihindari (Suwardi,
2009).

Orang yang kegemukan atau obesitas akan mudah diserang berbagai


penyakit di alat pencernaan, pernafasan, peredaran darah, jantung dan penyakit
kelenjar endokrin. Sehingga, tampak jelas bahwa perut merupakan tempat tinggal
penyakit. Dengan demikian, mengonsumsi makanan secara berlebih-lebihan jelas
bertentangan dengan ajaran Islam, sebagaimana ayat:

“Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepada kalian,
dan janganlah melampaui batas padanya” (QS.Thaha (20):81)

Pola makan sehat yang dianjurkan Nabi adalah tidak terlalu kenyang atau
terlalu dekat jaraknya. Menurut ilmu kesehatan, makan terlalu banyak yang
melebihi kebutuhan tubuh akan membahayakan, bahkan dapat menyebabkan
munculnya berbagai penyakit sebab tubuh akan merubah makanan yang
berlebihan itu ke dalam lemak. Badan yang berat akan membebani kerja jantung
sehingga menghalangi peredaran darah, akibatnya fungsi alat-alat tubuh menjadi
terganggu dan dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti ginjal, darah tinggi,
perdarahan di otak serta penyakit gula (Zuhroni, 2011).
Dalam Islam, obesitas dikaitkan dengan makan yang berlebih-lebihan
dimana hal-hal yang dilakukan berlebihan akan mengundang mudharat. Secara
khusus Al-Qur’an berpesan agar memperhatikan apa yang dimakannya (QS.
‘Abasa (80):24), dianjurkan makan yang halal dan thayyib, serta dengan kadar
yang proporsional, tidak berlebihan (QS. Al-Baqarah (2):168, al-Maidah (5):88,
al-Anfal (8):69, al-Nahl (16):114). Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bagaimana
cara makan dan minum yang baik sehingga seseorang dapat mengatur pola makan
dan tidak menjadi obesitas atau kegemukan. Dengan tidak obesitas, seseorang
dapat terhindar dari berbagai penyakit salah satunya hipertensi atau tekanan darah
tinggi.
Tinjauan Islam mengenai obesitas dengan kejadian hipertensi yaitu
seorang Muslim dapat mengikuti tatacara dan pola makan yang diajarkan Nabi
Muhammad SAW. sehingga makanan yang dimakan dapat bernilai ibadah dan
meraih pahala yang besar di sisi Allah SWT. serta tidak menimbulkan mudharat
bagi diri sendiri. Dengan makan yang cukup maka badan akan lebih terjaga
kesehatannya, lebih enerjik, lebih cerdas, dan tidak banyak tidur. Sehingga umat
Islam dapat mengatur pola hidup sederhana dan tidak berlebihan yang merupakan
letak rahasia kesehatan dan kebugaran.
Obesitas dapat dikaitkan dengan hipertensi. Penyakit yang disebabkan oleh
obesitas atau sikap berlebih-lebihan dalam makanan dapat lebih berbahaya jika
dibandingkan dengan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan makanan.
Penyakit yang disebabkan oleh obesitas akan mempengaruhi fungsi peredaran
darah sehingga dapat menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit
pembuluh otak yang mengakibatkan stroke, pembekuan darah dan lain
sebagainya. Karena obesitas banyak menimbulkan mudharat (membahayakan atau
menimbulkan kerugian bagi tubuh) salah satunya hipertensi maka seorang Muslim
harus menghindari obesitas yang menjadi pemicu dalam segala penyakit. Selain
itu, yang harus dijaga dalam makanan adalah pola makan yang benar sesuai
dengan sunnah Nabi Muhammad SAW dan Al-Qur’an (As-Sayyid, 2007).
Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan menurunan berat badan
untuk mengurangi tekanan darah pada penderita hipertensi. Penurunan berat
badan pada orang obesitas dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, yaitu
diet, aktivitas fisik, kombinasi latihan fisik dan diet serta terapi perilaku. Diet
yang dilakukan adalah diet rendah kalori dan diet rendah lemak. Diet rendah
kalori dapat dilakukan dengan mengurangi frekuensi makan di luar waktu makan
dan diet rendah lemak dengan memilih jenis makanan rendah lemak, mengganti
makanan tinggi serat seperti buah dan sayuran. Untuk aktivitas fisik dapat
melakukan olahraga aerobik. Kombinasi latihan fisik dan diet artinya latihan fisik
pada orang obesitas dilakukan bersamaan dengan diet rendah kalori karena latihan
fisik bertujuan untuk meningkatkan pembakaran lemak. Latihan fisik yang
dianjurkan adalah olahraga dengan intensitas sedang selama 30 menit dengan
frekuensi 3-5 kali per minggu. Karena obesitas adalah faktor risiko dari terjadinya
hipertensi maka pada orang obesitas yang hipertensi dilakukanlah upaya
penurunan berat badan untuk mengurangi tekanan darah tinggi (Cahyono, 2008).

Dalam Islam, penanganan yang juga dapat dilakukan adalah makan


makanan yang halal (diperbolehkan sesuai syariat) dan thayyib (baik gizi dan
kandungannya), tidak makan hingga terlalu kenyang serta tidak makan lagi
sesudah kenyang. Di dalam Al-Qur’an juga disebutkan tentang pola makan yang
seimbang sehingga dapat menurunkan berat badan dan akhirnya akan mengurangi
tekanan darah tinggi. Diet paling seimbang yang dimaksud terdiri dari daging,
ikan, susu, keju, dan buah segar. Semua diet atau pola makan tersebut harus sesuai
dan tidak berlebih-lebihan. Al-Qur’an tidak hanya memberikan daftar makanan
yang halal, tetapi juga hal yang secara umum baik bagi manusia. Spesifik
makanan yang disebutkan termasuk susu, kurma, anggur, madu, jagung, biji-bijian
yang bergizi, zaitun dan ternak. Selain menjaga pola makan, olahraga merupakan
cara yang efektif dalam Islam untuk mencegah penyumbatan arteri jantung
sehingga dapat mencegah hipertensi. Olahraga yang dianjurkan seperti berjalan
cepat, berlari, atau berenang. Pengobatan paling ideal bagi seseorang yang
obesitas adalah dengan mengikuti perintah Allah. Tidak bersikap boros dan
berlebihan dalam makan dan minum, serta mengikuti sunnah dan petunjuk Nabi
(Praja, 2014).
Obesitas merupakan keadaan nafsu makan yang berlebih-lebihan dan tidak
sesuai dengan pola makan yang benar sehingga menimbulkan suatu keadaan yang
buruk, yaitu hipertensi. Dalam hal ini, hukum sebab-akibat berpengaruh kuat
dimana obesitas adalah suatu perilaku yang menyebabkan timbulnya hipertensi
sebagai akibatnya. Ketika Allah menghendaki akibat yang ditimbulkan oleh suatu
sebab yang berkaitan, maka sesungguhnya Allah menghendaki untuk belajar
mengambil hikmah atas kejadian tersebut. Karena obesitas adalah sebab perilaku
yang buruk maka yang harus dilakukan adalah dengan mengatasi dan menghindari
obesitas tersebut sehingga dapat terhindar dari hipertensi. Terjadinya hipertensi
pada orang yang obesitas merupakan kesalahan dari penderitanya. Hal ini
disebabkan karena orang tersebut menjadikan tubuhnya obesitas yang harusnya
dapat dicegah sehingga terhindar dari berbagai penyakit. Orang yang obesitas
dapat menyebabkan tubuhnya terserang penyakit seperti diabetes, hipertensi,
penyakit jantung dan lain-lain. Sehingga hal ini dapat dikaitkan dengan setiap
keburukan yang terjadi atau dialami merupakan akibat dari kesalahan
penderitanya. Oleh karena itu, kesalahan tersebut harus dirubah dan dijauhi
dengan cara mengontrol berat badan serta melakukan aktivitas fisik sehingga
pemasukan kalori akan seimbang dengan pengeluaran kalori.
Yang harus dilakukan pada orang obesitas hipertensi adalah dengan
menangani obesitas dan menurunkan tekanan darahnya. Yang paling terpenting
adalah mengatasi obesitas tersebut dan mencegah terjadinya obesitas sehingga
akibat dari obesitas, yaitu hipertensi dapat diturunkan. Dalam ajaran Islam
kesehatan dipandang sebagai rahmat Tuhan yang sangat besar, banyak nash
agama menekankan agar manusia menjaga kesehatannya dan menghindari setiap
penyebab yang dapat menjadikannya sakit. Karena faktor sebab datangnya
penyakit hipertensi adalah obesitas maka sebab tersebut haruslah dihindari.
Sehingga penting menjaga kesehatan dalam kehidupan insani, bahkan sudah
menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tidak terkena penyakit adalah
lebih baik daripada mengobati.
Pada hasil penelitian ini, orang yang obesitas lebih banyak mengalami
hipertensi daripada orang yang tidak obesitas dan terdapat hubungan yang
bermakna antara obesitas pada pralansia dengan kejadian hipertensi. Hal ini dapat
dikaitkan dalam Islam, bahwa orang yang obesitas akan lebih banyak
menimbulkan mudharat atau kerugian bagi tubuh dan dapat dibuktikan melalui
penelitian ini bahwa orang yang obesitas mempunyai risiko mengalami hipertensi
2,92 kali dibandingkan dengan yang tidak obesitas. Di dalam Al-Qur’an telah
dijelaskan bahwa seseorang untuk makan tidak berlebihan, memperhatikan
makanannya dan tidak melampaui batas sehingga dapat terhindar dari obesitas
yang menjadi penyebab dari berbagai penyakit salah satunya hipertensi atau
tekanan darah tinggi. Makna dalam Al-Qur’an menjelaskan makan dan minum
yang baik adalah agar tubuh dapat seimbang kalorinya, tidak menjadi obesitas dan
menyebabkan penyakit dalam tubuh. Oleh karena itu, anjuran makan yang baik
dalam Al-Qur’an merupakan hal penting yang mempunyai manfaat sangat besar
bagi tubuh.

Anda mungkin juga menyukai