BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam mengkonsumsi makanan tidak lepas dari zat yang bernama
kolesterol. Koleterol tersebut di dalam tubuh dapat mengakibatkan berbagai
macam penyakit salah satunya adalah batu empedu. Batu emepdu tersebut dapat
menyebabkan kolesistitis.
Kolesistitis adalah Inflamasi kantung empedu akut atau kronis yang disebabkan
oleh batu empedu yang terjepit dalam saluran sistik dan disertai inflamasi di
balik obstruksi (Williams&Wilkins, 2011)
Kolesistitis adalah Inflamasi kandung empedu akut atau kronik (Ovedoff, 2002).
Dengan adanya penyakit kolesistitis kami mencoba membuat konsep tentang
gangguan medis system pencernaan kolesistitis.
BAB II
KAJIAN TEORI
adanya
obstruksi
duktus
sistikus
oleh
batu
empedu
militus
dan
infeksi
mual muntah dan tanda-tanda yang umum dijumpai pada inflamasi akut.
Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu baik secara akut ataupun kronis
(Barbara C. Long, 1996 : 154).
Kolesistitis adalah inflamasi kandung empedu (Suzanne C. smeltzer dan Brenda
G. bare. 2001 : 2004).
3) Leher kandung kemih, merupakan leher dari kantng empedu yaitu saluran
pertama masuknya getah empedu ke kantong empedu.
4) Duktus sistikus, panjangnya 3 cm berjalan dari leher kantung empedu dan
bersambung dengan duktus hepatikus , membetuk saluran empedu ke
duodenum.
5) Duktus hepatikus, saluran keluar dari leher.
6) Duktus keledokus, saluran yang membawa getah empedu ke duodenum.
Lapisan-lapisan kantong empedu adalah sebagai berikut:
a. Epitel, lembaran tipis dari sel-sel terdekat ke bagian dalam kantong
empedu.
b. Lamina propria, lapisan tipis jaringan ikat longgar (epitel ditambah
propria lamina bentuk mukosa).
c. Ini, muskularis lapisan jaringan otot halus yang membantu kontrak
kandung empedu, empedu menyemprotkan ke dalam saluran empedu.
d. Para perimuscular ("sekitar otot") jaringan fibrosa, lapisan lain dari
jaringan ikat.
e. Para serosa, yang meliputi luar dari kandung empedu yang berasal dari
peritoneum, yang merupakan lapisan rongga perut.
2.4 Angka Kejadian
Sejauh ini belum ada data epidemiologis penduduk,insidensi kolesistitis di
Negara kita relative lebih rendah di banding negara-negara barat. Sebuah
diperkirakan 10-20% orang Amerika memiliki batu empedu, dan sebanyak
sepertiga dari orang-orang mengembangkan kolesistitis akut.Kolesistektomi
baik untuk berulang kolik bilier kolesistitis akut atau merupakan prosedur
bedah umum utama sebagian besar dilakukan oleh dokter bedah umum, yang
mengakibatkan sekitar 500.000 operasi setiap tahunnya.
2.5 Penyebaran
Kebanyakan pasien dengan kolesistitis akut memiliki remisi lengkap dalam 14 hari.Namun, 25-30% dari pasien baik memerlukan operasi atau
suatu
reaksi kimia:
terjadi
vaskulernya
terganggu.
Sebagai
dalam
Kolisistitis kronik
Suatu keadaan dimana mukosa dan jaringan otot polos kandung empedu diganti
dengan jaringan ikat, sehingga kemampuan memekatkan empedu hilang.
Pada umumnya batu empedu dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu :
a. Tipe pigmen (batu pigmen) terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari
keempat anion ini : bilirubinat, karbonat, fosfat atau asam lemak rantai
panjang. Batu-batu ini cenderung berukuran kecil, multiple, berwarna hitam
kecoklatan,
b. Tipe kolesterol (batu kolesterol) biasanya berukuran besar, soliter,
berstruktur bulat atau oval, berwarna kuning pucat, dan sering mengandung
kalsium dan pigmen
c. Tipe campuran (batu kolesterol campuran), paling sering ditemukan. Batu
ini memiliki gambaran batu pigmen maupun batu kolesterol, majemuk dan
berwarna coklat tua.Batu empedu campuran sering dapat terlihat dengan
pemeriksaan radiografi, sedangkan batu komposisi murni tidak terlihat.
2.7 Manifestasi Klinis
Untuk kolisistitis akut, gejala klinisnya adalah
a. Gangguan pencernaan, mual muntah
b. Nyeri perut kanan atas atau kadang tidak enak diepigastrium
c. Nyeri menjalar kebahu atau scapula
d. Demam dan ikterus (bila terdapat batu diduktus koledokus sistikus)
e. Gejala nyeri perut bertambah bila makan banyak lemak
f. Diam karena menahan nyeri
g. Tanda Murphy
Untuk kolisistitis kronik, gejala klinisnya adalah :
a. Kolik bilier : nyeri parah, berkualitas menetap, biasanya dalam kuadran
kanan atas atau epigastrium dialihkan ke skapula kanan
b. Mual dan muntah
c. Nyeri biasanya pada malam hari
d. Kolik bilier timbul penekanan makanan berlemak
e. Dispepsia, salah cerna, kembung dan bersendawa.
2.8 Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko yang lain sebagai berikut:
adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya
Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
Usia lebih dari 40 tahun .
Kegemukan (obesitas).
Faktor keturunan
Aktivitas fisik
garam empedu)
2.9 WOC Kolesistitis
Batu Empedu
Obstruksi
Kandungempedu di
duktussistikus
Kolesistisis
(akut& kronis)
Obstruksi Kandung
empedu oleh batu
Post kolesistektomi
Insisi Jaringan
Spasme
Duktus
Ketidaktahuan akan
penatalaksanaan
Nyeri post
kolesistektomi
Mk
Gangguan
rasa nyeri
Dispepsia
Nutrisi
<dari
kebutuhan
Obstruksisalura
nempedu
dalamusus
Ansieta
s
Pola nafas
tak efektif
Me menurun
absorbsi vit.
K
Kadar
Protombin
menurun
Gangguan
proses
pembekuan
Kerusakan
Mobilitas
Fisik
2.10
Prognosis
Resti ke >an
volume cairan
ursodeoksikolat
(uradafalk)
dan
kerodeoksikolat
10
Dosis yang efektif bergantung pada berat pasien, cara terapi ini umumnya
dilakukan pada pasien yang menolak pembedahan atau yang dianggap
terlalu beresiko untuk menjalani pembedahan.
Obat-obatan tertentu lainnya seperti estrogen, kontrasepsi oral, klofibrat
dan kolesterol makanan dapat menimbulkan pengaruh merugikan terhadap
cara terapi ini.
c. Indiskopi
d. Penatalaksanaan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan Bedah
Extra Corpeal shock wave litotripsi
Kolesitosistoli totomi perkutan
Kolistatomi
Terapi awal dan pemberian
Antibiotik Untuk kolesistitis akut, terapi awal meliputi pengistirahatan usus
(bowel rest), hidrasi intravena, koreksi elektrolit, analgesia, dan antibiotik
intravena. Untuk kasus yang ringan, terapi antibiotik menggunakan satu jenis
antibiotik berspektrum luas sudah cukup memadai. Beberapa pilihan untuk jenis
terapi awal ini :
a. Sanford guide merekomendasikan piperacillin/tazobactam (Zosyn, 3,375
gram IV/6 jam atau 4,5 gram IV/8 jam), ampicilin/sulbactam (Unasyn, 3
gram IV/6 jam), atau meropenem (Merrem, 1 gram IV/8 jam). Pada kasus
berat
yang
mengancam
jiwa,
Sanford
guide
merekomendasikan
intavena,
menunjukkan
keefektifannyadalam
mencegah
11
12
Endoskopi memiliki kelebihan yakni sebagai alat bantu untuk mendiagnosis juga
dapat sebagai terapi. Beberapa prosedur endoskopik untuk kolesistitis :
a. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP). Terapi ini dapat
memvisualisasikan anatomi sekaligus dapat menyingkirkan batu empedu
pada duktus biliaris komunis.
b. Endoscopic ultrasound-guided
transmural
cholecystostomy.Penelitian
menunjukkan bahwa terapi ini aman sebagai terapi awal, interim maupun
definitif untuk pasien dengan kolesistitis akut berat yang berisiko tinggi
terhadap prosedur kolesistektomi.
c. Endoscopic gallbladder drainage. Mutignani dkk, menyimpulkan dalam
penelitiannya terhadap 35 orang pasien kolesistitis akut bahwa terapi ini
efektif untuk kolesistitis akut namun sifatnya hanya sementara saja.
2.12 Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KOLESISTITIS
3.1 Pengkajian
Data
14
pada umumnya timbul pada 1-2 jam paska makan, biasanya pada malam hari
dan hamper tak pernah pada pagi hari. Mual, muntah, kembung, berrsendawa.
Riwayat penyakit Dahulu :
Adanya riwayat DM, hiperkolesterol, obesitas, penyakit inflamasi usus.
3.2 Pemeriksaan Fisik :
B1 :Peningkatan frekuensi pernafasan, pernafasan tertekan ditandai nafas
B2
B3
B4
B5
Gelisah
:Urine gelap pekat
:Distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, feses warna
B6
15
kolesistitis akut.
MRI tanpa kontras berguna untuk melakukan pemeriksaan pada wanita hamil
dengan dugaan kolesistitis akut yang dengan USG tidak menghasilkan
c. Radiografi (X-Ray).
Batu empedu dapat divisualisasikan dengan peeriksaan radiografi meski tanpa
kontras pada 10-15% kasus. Penemuan ini hanya mengindikasikan kolelitiasis,
dengan atau tanpa kolesistitis. Udara bebas sub diafragmatika tidak mungkin
berasal dari saluran empedu. Udara yang terlokalisir di dinding kandung
empedu, biasanya menunjukkan adanya kolesistitis emfisematosa yang
dihasilkan bakteri penghasil gas seperti E. Coli , Clostridia dan bakteri
streptokokus anaerob. Kolesistitis Emfisematosa memiliki angka kematian yang
tinggi dan biasanya dijumpai pada pasien pria dengan diabetes dan kolesistitis
akalkulus (non batu). Kandung empedu yang terkalsifikasi difus, seringkali
merupakan suatu karsinoma meskipun 2 studi menunjukkan tidak ada hubungan
antara kalsifikasi parsial darikandung empedu dengan karisnoma. Penemuan lain
16
dari pemeriksaan radiografi dapat berupa batu ginjal, obstruksi intestinal dan
pneumonia.
d. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan dengan USG merupakan pemeriksaan dengan sensitivitas antara
90-95% dan spesifisitas 80-85% untuk kolesistitis. Bila disertai batu empedu
dengan diamater lebih dari 2 mm , maka sensitivitas dan spesifisitasUSG
menjadi lebih dari 95%. Hasil pemeriksaan USG yang menunjukkan
kemungkinan adanya kolesistitis antara lain : cairan di daerah perikolesistik,
penebalan dinding kandung empedu hingga lebih dari 4 mm dan tanda murphy
sonografi positif. Adanya batu juga menunjang diagnosis. Pemeriksaan USG
sebaiknya dilakukan setelah 8 jam puasa oleh karena batu empedu
divisualisasikan dengan baik pada kandung empedu yang terdistensi oleh cairan
empedu.
e. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan dengan USG merupakan pemeriksaan dengan sensitivitas antara
90-95% dan spesifisitas 80-85% untuk kolesistitis. Bila disertai batu empedu
dengan diamater lebih dari 2 mm , maka sensitivitas dan spesifisitasUSG
menjadi lebih dari 95%. Hasil pemeriksaan USG yang menunjukkan
kemungkinan adanya kolesistitis antara lain : cairan di daerah perikolesistik,
penebalan dinding kandung empedu hingga lebih dari 4 mm dan tanda murphy
sonografi positif. Adanya batu juga menunjang diagnosis. Pemeriksaan USG
sebaiknya dilakukan setelah 8 jam puasa oleh karena batu empedu
divisualisasikan dengan baik pada kandung empedu yang terdistensi oleh cairan
empedu.
f. CT Scan dan MRI
Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan CT Scan dan MRI untuk memprediksi
kolesistitis akut adalah lebih dari 95%. Kelebihan pemeriksaan ini dibandingkan
ERCP (endoscopic retrogade cholangiopancreatography) adalah sifatnya yang
non invasif, namun kelemahannya adalah tidak memiliki efek terapi serta tidak
cocok pada kasus kolesistitis tanpa batu empedu. Hasil pemeriksaan CT Scan
dan MRI yang menunjukkan adanya kolesistitis adalah : penebalan dinidng
17
kandung empedu (> 4 mm), cairan di perikolesistik, edema subserosa (bila tidak
ada ascites), gas intramural, dan pengelupasan mukosa. CT Scan dan MRI juga
bermanfaat untuk melihat struktur sekitar bila diagnosis tidak meyakinkan.
g. HBS (hepatobiliary scintigraphy)
Keakuratan HBS dalam mendeteksi kolesistitis akut mencapai 95%. Sementara
sensitivitasnya dalam rentang 90-100% dan spesifisitasnya 85 hingga 95%.
h. Endoskopi (ERCP = Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography)
Pemeriksaan ERCP sangat bermanfaat dalam memvisualisasikan anatomi
kandung dan saluran empedu pada pasien berisiko tinggi memiliki batu empedu
yang disertai gejala sumbatan saluran empedu positif. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Sahai dkk, ERCP lebih dianjurkan dibandingkan USG
Endoskopik dan Cholangiografi Intraoperatif pada pasien yang berisiko tinggi
memiliki batu empedu dan akan menjalani operasi kolesistektomi laparoskopik.
Kelemahan
ERCP
adalah
membutuhkan
tenaga
khusus
yang
ahli
18
.
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses infamasi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, muntah akibat
kolesistitis
3.
4.
5.
6.
INTERVENSI
NO
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri
berhubungan
NOC
NOC :
Paint Level
NIC
Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri secara
19
dengan proses
infamasi
Paint Control
Comfort level
Kriteria Hasil
Mampu mengontrol
nyeri pasien
Evaluasi pengalaman nyeri masa
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi
lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim
berkurang dengan
masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk
menggunakan manajemen
nyeri
Menyatakan rasa nyaman
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
NOC :
Nutritional Status : Food
20
berhubungan
dengan
anoreksia,
muntah akibat
kolesistitis
mencegah konstipasi
dengan tinggi badan
Mampu mengindentifikasika Berikan makanan yang terpilih
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
Menunjukkan peningkatan
fungsi pengecapan dari
menelan
Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti.
dibutuhkan
Kaji adanya alergi makanan
Monitor Nutrisi
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan Bb
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
Monitor makanan kesukaan
Monitor mual dan muntah
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor kalori dan intake nutrisi
Monitor pucat,kemerahan, dan
kekueringan jaringan
3
konjungtiva
NIC :
Berikan cairan IV pada suhu
Kekurangan
NOC :
volume cairan
Fluid balance
ruangan
Hydration
Nutritional Status : Food Pertahankan catatan intake dan
berhubungan
dengan
gangguan
21
proses
pembekuan
Kriteria Hasil :
Tekanan darah, nadi, suhu
dehidrasi(kelembapan
berlebihan
NOC :
Anxiety control
Coping
Impulse control
penambahan cairan
ortostatik(
Elastisitas turgor kulit baik, Monitor status nutrisi
membrane mucosa lembab, Kolaborasi dengan dokter
Monitor respon pasien terhadap
tidak ada easa haus yang
Ansietas
berhubungan
dengan
ketidatahuan
NIC :
Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Jelaska semua prosedur dan apa
Kriteria Hasil :
yang dirasakan selama prosedur
Vital sign dalam batas normal Temani pasien untuk memberikan
penatalaksanaan
Mengindentifikasi,mengunka
keamanan dan mengurangi takut
Berikan obat untuk mengurangi
pkan dan menunjukkan
akan
kecemasan
Instruksikan pasien menggunakan
tehnik relaksasi
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Pahami prespektif pasien terhadap
NOC :
Respiratory status :
situasi stres
NIC :
Posisikan pasien untuk
Ventilation
Respiratory status :
memaksimalkan ventilasi
Atur intake untuk
Aitway patency
Vital sign Status
mengoptimalkan keseimbangan
Monitor respirasi dan status O2
Auskultasi suara nafas, catat
Kriteria Hasil :
Menunjukkan pola nafas
yang paten(klien tidak
merasa tercekik, irama
Monitor
kualitas dari nadi
ada suara nafas abnormal)
22
Kerusakan
mobilitas fisik
berhubungan
nyeri post
kolesistektomi
dan bandingkan.
NOC :
NIC :
Exercise Therapy : ambulation
Joint Movement : Active
Konsultasikan
dengan terapi fisik
Kriteria Hasil :
Klien meningkat dalam
aktivitas fisik
Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas
mobilisasi
Memverbalisasikan perasaan Ajarkan pasien dalam merubah
dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan
berpindah
23
3.5 Implementasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam melakukan implementasi:
a.
b.
c.
d.
3.6 Evaluai
Berguna mengetahui ebutuhan pasien secara optimal dan mengukur dari proses
keperawatan
24
Langkah-langkah evaluasi :
a.
b.
c.
d.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kolesistitis adalah radang pada kandung empedu yang merupakan reaksi
inflamasi akut dinding kandung empedu disercal keluhan nyeri perut kanan
bawah, nyeri tekan dan panas badan.
Kolesistitis dapat disebabkan oleh statis cairan empedu infeksi kuman dan
iskemia dinding kandung empedu, penyebab lainnya sepertu kepekatan cairan
25
DAFTAR PUSTAKA
Nursing Interventions Classification (NIC)
Nursing Outcomes Classificatin (NOC)
http://bodong20.blogspot.com/2013/04/kolesistitis.html
Diakses tanggal 08 november 2013 jam 23.20
http://ppnikarangasem.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-pada-pasiendengan.html
Diakses tanggal 09 November jam 14.23
26
http://taufanarif1990.blogspot.com/2013/02/askep-kolesistitis.html
Diakses tanggal 09 November jam 15:29