Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MAKALAH

PIRAI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah


Farmakoterapi Profesi Apoteker Jurusan Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jenderal Achmad Yani

Disusun oleh :

Nuzly Rahmadhani Putra (3351101007)


Siti Hajar Fadila (3351101003)

Kelas A

PROGRAM PROFESI APOTEKER


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2010

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas semua rahmat yang telah

diberikan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah untuk memenuhi syarat mata

kuliah Farmakoterapi dan Terminologi Klinik dengan judul “PIRAI”. Makalah ini kami buat

sehubungan dengan tugas yang telah diberikan oleh Prof. Dr. Ellín Yulinah S, Apt dalam

rangka memenuhi nilai mata kuliah tersebut. Kami sangat menyadari masih banyak terdapat

kekurangan di dalam penyusunan makalah ini, namun kami berharap semoga makalah ini

dapat memberikan manfaat bagi yang membaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan

mohon maaf atas semua kekurangan - kekurangannya.

Cimahi, Desember 2010

penulis

BAB I
PENDAHULUAN

Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah

diatas normal. Secara biokomiawi akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di

serum yang melewati ambang batasnya. Batasan hiperurisemia secara ideal yaitu kadar asam

urat diatas 2 standar deviasi hasil laboratorium pada populasi normal.1,2 Namun secara

pragmatis dapat digunakan patokan kadar asam urat >7 mg% pada laki-laki, dan >6 mg%

pada perempuan, berdasarkan berbagai studi epidemologi selama ini. Keadaan hiperurisemia

akan beresiko timbulnya arthritis gout, nefropati gout, atau batu ginjal. Hiperurisemia dapat

terjadi bisa terjadi akibat peningkatan metabolisme asam urat (overproduction), penurunan

ekskresi asam urat urin (underexcretion), atau gabungan keduanya.1,3. Sedangkan gout

(pirai) adalah penyakit yang sering ditemukan, merupakan kelompok penyakit heterogen

sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan, akibat gangguan metabolism

berupa hiperurisemia. Manifestasi klinik deposisi urat meliputi arthritis gout, akumulasi

kristal di jaringan yang merusak tulang (tofus), batu urat, dan nefropati gout.

Dengan memakan makanan yang mengandung lemak jenuh yang akan berhubungan

dengan peningkatan kadar lemak darah dan selanjutnya meningkatkan risiko penyakit jantung

koroner dan stroke. Makanan yang tinggi kolesterol seperti daging babi, sapi juga termasuk

pada makanan yang tinggi purin, sehingga ada kecenderungan makanan yang dengan

kandung kolesterol yang tinggi juga diikuti pula dengan kandungan purin yang tinggi.

Konsumsi purin tinggi merupakan salah satu faktor penyebab dari hiperurisemia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Asam urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme purin

baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA ). Asam urat

sebagian besar dieksresi melalui ginjal dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna.

Ketika kadar asam urat meningkat, disebut hiperuresemia, penderita akan mengalami pirai

(gout). Penyebab hiperuresemia karena produksi yang berlebihan atau ekresi yang menurun

(seperti pada gagal ginjal). Produksi yang berlebihan didapatkan pada penderita dengan

keganasan, terjadi turnover purin dan DNA sangat tinggi. Penyebab lain hiperuresemia adalah

alkohol, leukemia, karsinoma metastatik, multiple myeloma, hiperlipoproteinemia, diabetes

mellitus, gagal ginjal, stress, keracunan timbal,dan dehidrasi akibat pemakaian diuretik.

Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian sehingga

menyebabkan rasa nyeri atau bengkak. Penyakit pirai merupakan penyakit bawaan metabolik,

proses sintesa dan ekskresi asam urat dalam urin tidak berjalan baik. Tiga kemungkinan

patogenesisnya ialah: produksi urat meningkat, ekskresi urat berkurang, atau kombinasi dari

dua keadaan tadi. Hal ini merupakan fenomen genetik.

Pirai adalah nama sekelompok gangguan pada metabolisme purin dan asam urat,

dimana kadar berlebih dalam plasma menimbulkan pengendapan kristal natrium urat disendi

dan cairan sinovialnya. Yang paling sering terdapat adalah encok sendi (arthritis urice).

Selain sendi, yang juga dihinggapi oleh gangguan ini terutama jaringan ikat kulit (tophi,

cellulites) dan ginjal (neuopathy, batu kalsium urat fosfat), seperti rematik encok berlangsung

bergelombang dan bila tidak segera diobati akhirnya terjadi ortrose, karena tulang rawan

berangsur-angsur dirusak. Pirai merupakan suatu penyakit inflamasi arthritis kronis yang
menyebabkan serangan rasa nyeri yang tiba-tiba, kemerahan pada kulit, suhu meningkat

disekitar inflamasi, dan kekakuan pada persendian.

Mekanisme Sintesis Purin Menjadi Asam Urat


2.2 Prevalensi

Berbagai studi menunjukkan kadar asam urat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,

tekanan darah, berat badan/pembebanan sendi berlebihan (overweight), asupan alkohol,

kadar keratin serum, dan kadar nitrogen urea darah. Prevalensi ini meningkat pada pria

dengan kisaran usia 40 tahunan, 10 kali lebih besar dari pada wanita pada usia yang sama.

Kebanyakan adalah pria usia antara 30-60 tahun, sedangkan resikonya meningkat pada

wanita yang telah mengalami menopause. Pirai dapat ditemukan diseluruh dunia, pada ras

semua manusia.

2.3 Faktor resiko

1. Genetik

Sekitar 18% penderita pirai mempunyai keluarga dengan sejarah pirai

2. Jenis kelamin dan usia

Pirai lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita, dan lebih sering terjadi pada

orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak.

3. Bobot badan berlebih

Orang dengan bobot berlebih memiliki lebih banyak jaringan yang tersedia untuk

pergantian dan pemecahan purin, sehingga menyebabkan peningkatan produksi asam

urat.

4. Alkohol

Metabolisme alkohol menghasilkan asam laktat yang berpengaruh pada pH darah

yang dapat meningkatkan pengendapan asam urat karena pH yang terlalu asam.

Akibatnya pengeluaran asam urat terhambat sehingga terjadi penurunan ekskresi asam

urat.

5. Makanan
Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung purin seperti jeroan, daging ham

(babi), kacang-kacangan, makanan laut.

6. Gangguan fungsi enzim yang mengatur metabolisme purin

Terjadinya peningkatan aktivitas enzim PRPP sintetase, serta kekurangan HGPRTase,

glukosa-6-fosfatase, dan fruktosa-1 fofat aldolose.

7. Pemaparan terhadap timbal

8. Pembedahan, stress, diet ketat, penyakit akut, kemoterapi luka pada sendi, tekanan

darah tinggi, dan latihan berlebihan.

2.4 Kadar Asam urat normal

Jenis pemeriksaan: darah dan urine

Nilai normal

Darah

 Dewasa : laki-laki: 4,0 – 8,5 mg/dl atau 0,24 - 0,52 mmol/L

wanita: 2,7 – 7,3 mg/dl atau 0,16 – 0,43 mmol/L

 Manula: sedikit lebih tinggi

 Anak-anak: 2,5 – 5,5 mg/dl atau 0,12 – 0,32 mmol/L

 Bayi: 2,62 mg/L

Urine

 250–750 mg/24 jam atau 1,48–4,43 mmol/hari (SI units)

Nilai kritis dalam darah : >12 mg/dl.

2.5 Penyebab Asam Urat

Hiperurisemia bisa menimbulkan pengendapan kristal monosodium urat (MSU) di

jaringan, yang bisa menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti : peradangan sendi akut

(arthritis gout), timbulnya tofi (benjol-benjol) akibat akumulasi kristal MSU (di persendian,

tulang rawan, atau jaringan lunak), terganggunya fungsi ginjal (netropati gout), dan
terbentuknya batu asam urat di ginjal. Beberapa penyebab terjadinya hiperurisemia antara

lain sebagai berikut:

1. Produksi asam urat di dalam tubuh meningkat, yang disebabkan oleh :

a) Adanya gangguan metabolisme purin bawaan (inborn error of purine

metabolism) akibat kekurangan enzim HGPRT (hipoxantin guanine

phosphoribosil transferase)

b) Adanya kelainan gen yang bisa menurun (herediter) lainnya yang mengakibatkan

terjadinya aktivitas berlebih enzim fosforibosil pirofosfat sintetase (PRPP-

sintetase)

c) Mengkonsumsi makanan yang berkadar purin tinggi, seperti : daging, jeroan,

kepiting, kerang, keju, kacang tanah, bayam, buncis, dan kembang kol

d) Penyakit seperti mudah pecahnya sel darah merah (hemolisis) dan leukemia

(kanker sel darah putih) serta pengobatan kanker (kemoterapi, radioterapi).

2. Pembuangan asam urat sangat berkurang akibat ketidakmampuan ginjal

untuk mengeluarkan asam urat yang berlebihan dari dalam tubuh, karena:

a) Minum obat tertentu seperti pirazinamide (obat TB paru), HCT (obat diuretik),

dan salisilat.

b) Dalam keadaan kelaparan (seperti puasa, diet terlalu ketat) dan ketosis.

Kekeurangan kalori tubuh akan dipengaruhi dengan membakar lemak tubuh.

Sebagai akibat pembakaran lemak akan terbentuk zat keton yang dapat

menghambat keluarnya asam urat melalui ginjal.

c) Mengalami keracunan kehamilan (toksemia gravidarum).

d) Olahraga yang terlalu berat.

e) Minum alkohol yang berlebihan


f) Kadar kalsium darah meningkat akibat penyakit hiperparatiroidism dan

sarkoidosis.

g) Hipertensi esensial

h) Gagal ginjal

i) Keracunan timah

3. Produksi asam urat berlebihan sedangkan pembuangannya terganggu, yang

disebabkan oleh gabungan produksi purin endogen yang meningkat dan asupan purin

yang tinggi disertai dengan sekresi asam urat melalui ginjal yang berkurang.

2.6 Faktor Yang Mempengaruhi

 Stress, menyebabkan kadar asam urat dalam serum meningkat.

 Kontras radiologi menyebabkan kadar asam urat dalam serum menurun dan kadar

dalam urine meningkat.

 Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam serum: alkhol, asam

askorbit, aspirin dosis rendah, kafein, cisplatin, diazoxide, diuretik, epinefrin,

ethambutol, levodopa, metal-dopa, asam nikotinat, fenotiazin, dan theofilin.

 Obat-obatan yang menurunkan kadar asam urat dalam serum: alopurinol, aspirin dosis

tinggi, azathioprin, clofibrat, kortikosteroid, estrogen, infuse glucose, guafenisin,

manitol, probenecid, dan warfarin

 Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam urine: asam askorbit,

calcitonin, citrate, dicumarol, estrogen, steroid, iodine, gliceril guaiacolat,

fenolsulfonftalin, probenecid, salisilat, dan tetrasiklin kadaluarsa.

2.7 Tanda-tanda klinis

Kadar asam urat darah yang tinggi dapat menyebabkan kesemutan, pegal-pegal, linu-linu,

persendian terasa kaku, nyeri sendi, rematik asam urat, sampai pada penyakit jantung dan

tekanan darah tinggi. Rasa ngilu itu biasanya ia rasakan di kaki kanan dan tangan kiri. Jika
sudah menyerang tangan kiri, rasa ngilu itu akan terus merambat ke bahu dan leher. Pada

setiap orang berbeda-beda. Ada yang bertahun-tahun sama sekali tidak muncul gejala, tetapi

ada yang muncul gejalanya di usia 20 tahun, 30 tahun, atau 40 tahun.

2.8 Tahapan Penyakit

 Stadium I: Tidak ada gejala yang jelas. Keluhan umum, sukar

berkonsentrasi. Pada pemeriksaan darah ternyata asam urat tinggi.

 Stadium II: Serangan-serangan arthritis pirai yang khas, arthritis yang

akut dan hebat, 90% lokalisasi di jari empu (podagra), tetapi semua

persendian dapat diserang, kadang-kadang lebih dari satu sendi yang

diserang (migratory polyarthritis). Sendi tersebut menjadi bengkak

dalam beberapa jam, menjadi panas, merah, sangat nyeri. Kemudian

pembengkakan ini biasanya menjalar ke sekitar sendi dan lebih

menyolok daripada artritis yang lain. Kadang-kadang terjadi efusi di

sendi-sendi besar. Tanpa terapi keluhan dapat berkurang sendiri setelah 4

sampai 10 hari. Pembengkakan dan nyeri berkurang, dan kulit mengupas

sampai normal kembali.

 Stadium III: Pada stadium ini di antara serangan-serangan artritis akut,

hanya terdapat waktu yang pendek, yang disebut fase interkritis.

 Stadium IV: Pada stadium ini penderita terus menderita artritis yang

kronis dan tophi sekitar sendi, juga pada tulang rawan dari telinga.

Akhirnya sendi-sendi dapat rusak, mengalami destruksi yang dapat

menyebabkan cacat sendi.


tahapan inflamasi yang terjadi pada gout

2.9 Diagnosa Pirai

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Asam Urat dalam Darah :

Laki-laki : 4 – 8,5 mg/dl

Perempuan : 2,7 – 7,3 mg/dl

2. Pemeriksaan cairan sendi

Diagnosa dengan cara ini bertujuan untuk mengetahui apakah yang terdapat dalam

sendi yang terkena pirai : kristal monosodium urat, leukosit polimorfonukleat, kristal

kalsium, atau bakteri. Diagnosa ini dilakukan dengan pengambilan cairan sinovial dari

sendi yang terkena pirai dengan menggunakan alat suntik. Cairan tersebut kemudian

diperiksa dibawah mikroskop.

Berikut adalah gambar kristal monosodium urat dilihat melalui mikroskop:


3. Pemeriksaan radiologis

Diagnosa dengan menggunakan X-ray berguna untuk melihat keparahan sendi yang

terkena pirai sehingga dapat ditentukan terapi apa yang harus diambil. Diagnosa ini

tidak terlalu dapat diandalkan untuk mendeteksi keadaan serangan awal pada pirai

akut, karena hasilnya tidak spesifik. Adanya ketidaknormalan pada persendian dapat

mengindikasikan terjadinya pirai kronis.


2.10 Penggolongan Pirai

Berdasarkan penyebabnya:

1. Gout Primer

Merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau

akibat penurunan ekskresi asam urat.

2. Gout Sekunder

Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam

urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obat

tertentu.

Berdasarkan Perjalanan Klinis penyakit Pirai

1. Hiperurisemia asimtomatik

Pasien tidak menunjukan gejala-gejala selain dari peningkatan asam urat serum
2. Atritis Pirai Akut

Terjadi pembengkakan mendadak dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi

ibu jari kaki.

3. Tahap interkritis

Pasien mengalami serangan pirai berulang dari beberapa bulan sampai setahun

4. Tahap Pirai kronik

Kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, kaku, pembesaran dan penonjolan

sendi yang bengkak.

2.11 Komplikasi dari penyakit pirai

1. Gangguan fungsi ginjal (nefropati gout)

Penyakit tersering yang ditimbulkan oleh hiperurisemia setelah arthritis gout adalah

gangguan fungsi ginjal. Pada jaringan ginjal bisa terbentuk mikrotofi akibat gout dan

hiperurisemia. Mikrotofi dapat menyumbat dan merusak saringan ginjal yang disebut

glomerulus. Ada dua tipe nefropati gout yaitu nefropati urat dan nefropati asam urat. Pada

nefropati urat terdapat endapan kristal monosodium urat di dalam jaringan ginjal.

Penderitanya bisa mengalami hipertensi, penurunan laju filtrasi glomerulus, penurunan

kemampuan pemekatan ginjal dan terdapatnya protein pada urin. Sedangkan nefropati asam

urat terjadi akibat peningkatan konsentrasi asam urat dalam urin. Keadaan ini akan meningkat

menjadi kristal asam urat dan terbentuknya batu asam urat. Selain batu juga terjadi nefropati

obstruktif akibat presipitasi kristal asam urat yang berlebihan di tubulus ginjal. Keadaan ini

bisa menyebabkan nefropati asam urat akut. Akibatnya timbul gagal ginjal akut.

2. Batu urat di ginjal

Batu urat di ginjal dapat ditemukan pada 10-25% penderita gout. Kelainan ini terjadi

akibat tingginya konsentrasi asam urat di dalam urin. Bila kadar asam urat darah >13 mg/dl,

atau ekskresi asam urat di urin >1100 mg/dl, timbulnya batu asam urat akan meningkat
menjadi 50% sehingga pasien perlu menghindari porsi protein dan garam yang tinggi dalam

makanan agar tidak meningkatkan pengeluaran kalsium di urin.

3. Jantung

Kristal asam urat dapat pula mengendap di jantung sehingga dapat mengakibatkan

gangguan funsi jantung.

4. Hipertensi

Dengan meningkatnya konsentrasi asam urat di dalam darah maka akan meningkatkan

kekentalan darah yang menyebabkan tekanan darah meningkat sehingga terjadi hipertensi.

Asam urat ternyata juga merangsang sistem renin angiotensin, sehingga memacu peninggian

tekanan darah. Kadar asam urat darah yang tinggi menyebabkan penebalan dinding arteri di

ginjal, khususnya pembuluh arteriol efferent, sehingga terjadi arteriosclerosis yang

selanjutnya menyebabkan hipertensi.

2.12 Terapi Pirai

Tujuan dari terapi gout pada penderita adalah untuk mengobati serangan sendi yang akut,

mencegah serangan gout susulan, mencegah terjadinya pengendapan kristal asam urat dan

mengobati topus dengan cara menurunkan kadar asam urat di dalam darah. Terapi yang

dilakukan dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu terapi non farmakologi dan terapi

farmakologi.

2.12.1 Terapi Non Farmakologi

Terap Terapi non farmakologi adalah pengobatan yang dilakukan tanpa menggunakan

obat-obatan, sedangkan terapi farmakologi adalah pengobatan yang dilakukan dengan

menggunakan obat-obatan. Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan cara:

1. Pengaturan pola makan yang baik

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gout adalah

dengan mengatur jumlah kalori yang masuk ketubuh dan jenis makan yang boleh
dimakan. Meski bukan satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap kadar asam

urat didalam darah, makanan mempunyai andil dalam produksi dan pembuangan

asam urat melalui ginjal. Beberapa zat nutrisi yang berpengaruh terhadap asam

urat antara lain karbohidrat, protein, lemak dan alkohol. Berdasarkan

komposisinya karbohidrat dapat dikelompokan menjadi dua jenis yaitu

karbohidrat sederhana dan karbohidrat komplek. Karbohidrat sederhana

(monosakarida dan disakarida) bila dikonsumsi segera meningkatkan kadar

glukosa darah dan dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat, untuk itu

dianjurkan jumlah konsumsinya hanya 5-10% dari total kalori, contoh karbohidrat

sederhana yaitu madu, sirup, gula pasir, permen, manisan buah dan lain-lain.

Untuk karbohidrat komplek (polisakarida) misalnya golongan padi-padian, umbi-

umbian, kacang-kacangan, dan sagu sangat baik dikonsumsi oleh penderita

hiperurisemia karena akan meningkatkan keluarnya asam urat melalui urin. Jenis

nutrisi yang kedua adalah protein yang merupakan sumber dari asam urat

sehingga kita harus membatasi mengkonsumsi makanan-makanan yang

mengandung protein tinggi agar kadar asam urat di tubuh tidak meningkat. Selain

karbohidrat dan protein kitapun harus bisa menjaga asupan lemak ke dalam tubuh

karena metabolisme lemak menjadi kalori di dalam tubuh akan menghasilkan

keton didalam darah (ketosis) yang bisa menyebabkan penurunan ekskresi asam

urat dari tubuh. Untuk minuman beralkohol meskipun bukan merupakan sumber

dari purin tetapi harus dihindari oleh penderita hiperurisemia karena alokohol

akan dimetabolisme menjadi asam laktat yang bisa menyebabkan penurunan pH

menjadi lebih asam sehingga pengeluaran asam urat terhambat.

Makanan yang sebaiknya dihindari adalah makanan yang banyak mengandung purin

tinggi. Penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin:


 Golongan A : Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100 gram makanan)

adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan, udang, remis, kerang, sardin,

herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), alkohol serta makanan dalam kaleng.

 Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100 gram makanan)

adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi, kerang-kerangan, kacang-

kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun

pepaya, kangkung.

 Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100 gram

makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.

Pengaturan diet sebaiknya segera dilakukan bila kadar asam urat melebihi 7 mg/dl dengan

tidak mengonsumsi bahan makanan golongan A dan membatasi diri untuk mengonsmsi bahan

makanan golongan B. Juga membatasi diri mengonsumsi lemak serta disarankan untuk

banyak minum air putih. Apabila dengan pengaturan diet masih terdapat gejala-gejala

peninggian asam urat darah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terdekat untuk

penanganan lebih lanjut.

2. Air putih

Konsumsi air putih yang banyak akan membantu pengeluaran asam urat melalui

ginjal, untuk itu dianjurkan untuk mengkonsumsi air putih 8-10 gelas per hari.

3. Olahraga

Olahraga yang teratur dapat memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi

dan sangat berguna untuk memperkecil terjadinya kerusakan sendi akibat radang

sendi. Selain itu olahraga memberi efek menghangatkan tubuh, mencegah


pengendapan asam urat pada ujung-ujung tubuh yang dingin karena kurang

mendapat pasokan darah. Juga dapat mengurangi berat badan yang membenani

sendi anda.

4. Stop alcohol

Alkohol tidak mengandung purin. Namun alkohol harus dihindari oleh penderita

hiperurisemia karena alkohol dimetabolisme menjadi asam laktat yang akan

menghambat pembuangan asam urat. Oleh karena itu penderita hiperurisemia

harus menghindari makanan dan minuman yang banyak mengandung alkohol

seperti tape, brem, tuak dan minuman alkohol lainnya.

2.12.2 Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi, adalah pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan obat-

obatan. Tujuan pengobatan dengan terapi farmakologi dapat dibagi menjadi dua yaitu

pengobatan untuk serangan akut yang bertujuan mengurangi peradangan dan pengobatan

jangka panjang yang bertujuan menurunkan kadar asam urat. Obat-obat yang digunakan

untuk pengobatan serangan akut yaitu, obat-obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) yang dapat

menghalangi sintesis prostaglandin, kolkisin yang menghambat migrasi granulosit dan

menurunkan aktivitas fagosit dari granulosit dan kortokosteroid yang mencegah produksi sel-

sel dan faktor dalam reaksi inflamasi. Sedangkan obat-obat yang digunakan untuk

pengobatan jangka panjang yaitu obat urikosurik yang dapat meningkatkan pengeluaran asam

urat (probenesid dan sulfinpirazon) dan obat urikostatik yang menghambat pembentukan

asam urat (allopurinol).

Mekanisme Kerja Pirai


Pirai Akut

Tujuan terapi serangan Arthritis gout akut adalah menghilangkan simtom. Penting

untuk menghindarkan fluktuasi konsentrasi urat dalam serum karena dapat memperpanjang

serangan atau memicu episoda lebih lanjut. Sebab itu hipourisemik seperti alopurinol tidak

diberikan sampai paling sedikit tiga minggu setelah serangan akut berhenti dan diteruskan

pada pasien yang mengalami serangan pada saat minum alopurinol. Sendi yang sakit harus

diistirahatkan dan terapi obat dilaksanakan secepat mungkin untuk menjamin respons yang

cepat dan sempurna. Ada tiga pilihan obat untuk Arthritis gout akut: NSAID, kolkhisin,

kortikosteroid. Setiap obat ini memiliki keuntungan dan kerugian. Pemilihan untuk pasien

tetentu tergantung pada beberapa faktor, termasuk waktu onset dari serangan yang

berhubungan dengan terapi awal, kontraindikasi terhadap obat karena adanya penyakit lain,

efikasi versus resiko potensial.NSAID biasanya lebih dapat ditolerir dibanding kolkhisin dan

lebih mempunyai efek yang dapat diprediksi.


NSAID tidak mempengaruhi kadar urat dalam serum. Ada beberapa NSAID yang

sering diperuntukan untuk Arthritis gout. Diklofenak, indometasin, ketoprofen, naproksen,

piroxikam, sulindak. Indometasin cenderung paling sering dipakai, walau tidak ada

perbedaan yang signifikan antara obat ini dengan obat NSAID lain. Pemakaian aspirin harus

dihindarkan sebab mengakibatkan retensi asam urat, kecuali kalau dipakai dalam dosis tinggi.

Tergantung pada keparahan serangan dan waktu antara onset dan permulaan terapi, dosis 50-

100mg indometasin oral akan menghilangkan nyeri dalam dua-empat jam. Dapat diikuti

menjadi 150-200mg sehari, dengan dosis dikurangi bertahap menjadi 25mg tiga kali sehari

untuk 5 sampai 7 hari, hingga nyeri hilang. Cara ini dapat mengurangi toksisitas

gastrointestinal. NSAID biasanya dibutuhkan antara 7 sampai 14 hari tergantung respons

pasien, walau pasien dengan kronik membutuhkan terapi NSAID lebih lama untuk

mengendalikan simtom. Pemanfaatan NSAID menjadi terbatas karena efek sampingnya, yang

menimbulkan masalah terutama pada manula dan pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pada

manula, atau mereka dengan riwayat PUD (Peptic Ulcer Disease), harus diikuti dengan H2

antagonis, misoprostol atau PPI (Proton Pump Inhibitor). Untuk Misoprostol, perlu kehati-

hatian dalam pemakaiannya, kontraindikasi untuk wanita hamil, dan penggunaannya masih

sangat terbatas di Indonesia. Untuk pasien dengan gangguan ginjal, NSAID harus

dihindarkan sedapat mungkin, atau diberikan dengan dosis sangat rendah, apabila keuntungan

masih lebih tinggi dibanding kerugian. Apabila demikian maka harus dilakukan pemantauan

creatinin clearance, urea, elektrolit secara reguler.

i. Kolkhisin

Kolkhisin dipakai untuk Arthritis gout akut, sebagian rematologis menganggap tidak

efektif, karena cenderung menyebabkan diare berat terutama bagi pasien dengan mobilitas

terbatas. Sebaiknya dipakai untuk pencegahan saja atau sebagai pilihan terakhir. Kolkhisin
telah dipakai sejak tahun 1920. Kolkhisin adalah antimitotik, menghambat pembelahan sel,

dan diekskresi melalui urin. Tidak menurunkan kadar urat dalam serum, dan kalau menjadi

pilihan maka harus diberikan secepat mungkin saat serangan terjadi agar efektif. Kolkhisin

dapat juga dipakai untuk mencegah serangan, dan direkomendasikan untuk diberikan dalam

dosis rendah sebelum memulai obat penurun urat, kemudian dilanjutkan sampai 1 tahun

setelah urat dalam serum menjadi normal. Bila diberikan secara oral maka diberikan dosis

awal 1 mg, diikuti dengan dosis 0,5 mg. Walau BNF menganjurkan diberikan setiap 2 jam

sampai timbul diare atau total pemberian 8 mg, kenyataan jarang diikuti. Kebanyakan pasien

merespons dalam waktu 18 jam dan inflamasi menghilang pada 75-80% pasien dalam 48 jam.

Reaksi yang tidak dikehendaki dari kolkhisin adalah gangguan gastrointestinal, disfungsi

sumsum tulang belakang, dan disfungsi neuromuskular. Hal ini lebih sering terjadi pada

pasien dengan gangguan ginjal atau hati dan manula. Kolkhisin sebagai vasokonstriktor dan

mempunyai efek stimulasi pada pusat vasomotor, sebab itu hatihati bagi pasien dengan gagal

jantung kronis.

ii. Kortikosteroid

Injeksi intra-artikular kortikosteroid sangat berguna bila NSAID atau kolkhisin

bermasalah, misalnya pada pasien dengan gagal jantung kronis atau gangguan ginjal atau

hati. Ini juga sangat berguna untuk Arthritis gout akut yang terbatas hanya sendi atau bursa

tunggal. Bagaimanapun harus dipastikan bahwa penyakit ini bukan Arthritis septik, sebelum

menyuntikkan steroid. Kortikosteroid dapat diberikan secara oral dalam dosis tinggi (30-

40mg) atau intramuskular, berangsur-angsur diturunkan selama 7-10 hari, terapi ini baik

untuk pasien yang tidak dapat mentolerir NSAID, kolkhisin ataupun gagal dengan terapi ini,

juga bagi mereka dengan serangan poliartikular. Hati-hati bagi pasien dengan gagal jantung.

Gout Kronis
Pengobatan gout kronis membutuhkan waktu jangka panjang untuk mereduksi serum

urat sampai dibawah normal. Harus dijaga agar tidak terjadi serangan gout akut, mengurangi

volume tofi, mencegah perusakan selanjutnya. Terapi penurunan urat hendaknya tidak

direkomendasikan saat terjadi serangan akut. Sebelum memberi pasien alopurinol, beberapa

hal harus dipertimbangkan apakah pasien adalah kandidat yang tepat untuk urikosurik.

Obat penurun urat diindikasikan untuk :

• Pasien dengan serangan lebih dari 2 kali setahun

• Gout tofi yang kronis

• Produksi berlebih asam urat (primary dan purin enzyme defect)

• Gout kronis yang berkaitan dengan kerusakan ginjal atau batu ginjal urat

• Tambahan terapi sitotoksik untuk hematological malignancy

Obat ini dibagi menjadi 3 kategori :

• Urikostatik (xantin oksidase inhibitor) misalnya alopurinol

• Urikosurik misalnya benzbromaron, sulfinperazon, probenesid

• Urikolitik misalnya urat oksidase

iii. Urikostatik (Xantin oxidase inhibitor)

Alopurinol adalah drug of choice untuk menurunkan urat dalam serum. Alopurinol

menghambat pembentukan asam urat. Risiko untuk menimbulkan serangan gout akut pada

awal pengobatan dapat dihindarkan dengan memakai dosis awal yang rendah (50-100mg),

dan ditingkatkan bila perlu. Kolkhisin atau NSAID ditambahkan sebagai pencegahan

terjadinya episode akut.Dosis 50-600mg sehari untuk mengurangi kadar urat. Normalisasi

kadar urat dalam serum biasanya terlihat dalam 4 minggu dan serangan gout akut berhenti

dalam 6 bulan dengan terapi yang kontinyu. Reduksi tofi memakan waktu tahunan. Kadang-

kadang dosis dibutuhkan sampai 900mg.

Peringatan :
• Banyak interaksi, terutama dengan antikoagulan oral, teofilin, azatioprin.

• Efek samping utama : ruam (2%)

• Reaksi hipersensitif: (0.4%), meningkat bila dimakan bersama ampisilin (20%),

tiazid.Reaksi hipersensitif dapat mengakibatkan mortalitas.

• Karena ekskresi hanya lewat ginjal, hati-hati bagi yang mengalami kerusakan ginjal, sebab

itu dosis harus disesuaikan dengan creatinin clearance.

iv. Urikosurik

Obat urikosurik meningkatkan ekskresi urat di ginjal dengan menghambat reabsorpsi

pada proksimal tubule. Karena mekanisme ini ada kemungkinan terjadi batu ginjal atau batu

di saluran kemih. Untuk mencegah risiko ini dosis awal harus rendah ditingkatkan perlahan-

lahan, dan hidrasi yang cukup. Tidak boleh dipakai pada kondisi overproduction atau

nefrolitiasis ginjal. Obat ini ternyata dapat dipakai untuk hiperurisemia yang disebabkan

diuretik. Probenesid dan sulfinpirazon sebaiknya tidak dipakai untuk pasien dengan

kerusakan ginjal Benzbromaron suatu alternatif dari alopurinol, untuk pasien normal dan

pasien dengan fungsi ginjal yang terganggu, hasilnya bagus. Telah dipakai pula untuk pasien

yang tidak mengalami kemajuan dengan pengobatan alopurinol, dan pada pasien transplan

ginjal dalam terapi siklosporin. Ada kekhawatiran tentang hepatoksisita, dan pemakaiannya

pada pasien yang alergi alopurinol dengan gangguan ginjal belum diteliti lebih lanjut. Dosis

25-150mg Losartan, suatu angiotensin II converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor)

dipakai untuk terapi hipertensi, menghambat reabsorpsi tubular ginjal sebab itu bekerja

sebagai urikosurik. Losartan juga menunjukkan penurunan urat dalam serum yang meningkat

akibat diuretik. Obat ini berguna sebagai terapi tambahan pada pasien dengan hipertensi dan

hiperurisemia.Saat ini Fenofibrat obat penurun lipid, ternyata mempunyai efek urikosurik

juga. Penurunan sebesar 20-35% terjadi. Akan berguna bagi pasien dengan hiperlipidemia

dan gout/hiperurisemia. Terapi kombinasi dari fenofibrat atau losartan dengan obat anti-
hiperurisemik, termasuk benzbromaron(50mg sekali sehari) atau alopurinol (200mg dua kali

sehari), secara signifikan mengurangi urat dalam serum sesuai dengan peningkatan ekskresi

asam urat. Kombinasi ini adalah pilihan yang baik untuk terapi pasien gout dengan

hipertrigliseridamia dan/atau hipertensi, walau efek tambahan hipourisemik sifatnya sedang.

Pirai Interkitikal

Pasien dengan pirai, pada saat ada periode bebas simtom di antara seranganserangan

disebut interkritikal pirai.. Hiperurisemia mungkin masih menetap dan kristal MSU mungkin

ada dalam cairan sinovial. Interkritikal gout adalah saat di mana pasien harus proaktif

mengendalikan kadar asam urat dan mengambil langkah lain untuk menurunkan risiko

serangan gout lain. Evaluasi kondisi pasien yang berkaitan dengan dasar penyebab disorder

(misalnya: peminum alkohol dengan gout, dll) identifikasi dan obati penyakit yang berkaitan

dengan gout bila ada: hipertensi, obesitas, peminum alkohol, pemakaian diuretik, hipotiroid,

hiperkoleterolemia, intoksikasi timbal.

Regimen Dosis

Drug Dose

Drugs for Treatment of Acute Gout


NSAIDsa

Fenoprofen 800 mg PO q 6 hour

Flurbiprofen 100 mg PO qid for 1 day, then 50 mg PO qid

Ibuprofen 600 to 800 mg PO qid

Indomethacin* 150–200 mg PO daily (in 3 divided doses) for

three days, then 100 mg PO daily (in 2 divided

doses) for 4 to 7 day

Indomethacin* 50 mg PO tid

Ketoprofen 50 mg PO qid or 75 mg PO tid

Meclofenamate 100 mg PO tid to qid

Naproxen* 1000 mg daily × 3 days, then 500 mg daily × 7

days or 750 mg PO initially, then 250 mg PO

q8h

Piroxicam 40 mg PO once daily

Sulindac* 200 mg bid × 7 to 10 days

Tolmetin 400 mg PO tid to qid

Celecoxib 200 mg PO bid

Meloxicam 7.5–15 mg PO once daily

Colchicine 0.6 mg PO every hour for up to 3 doses, then 0.6

mg 1–2 times daily if desired before

antihyperuricemic therapy is started; may

occasionally use in low doses For prophylaxis;

avoid the intravenous formulation

Local corticosteroids

Methylprednisolone 10–40 mg × 1 dose by intraarticular injection


Systemic corticosteroids

Prednisone (example) 40–60 mg PO once daily × 3 days, then

decrease by 10 mg every 3 days

Triamcinolone acetonide 60 mg × 1 dose by intramuscular injection

BAB III

KESIMPULAN
Penyakit pirai adalah penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar asam urat di

dalam darah. Penyakit ini banyak kita temukan di masyarakat, penyebabnya antara lain

karena gangguan metabolisme asam urat di dalam tubuh sehingga produksi asam urat dalam

tubuh meningkat, pembuangan asam urat yang berkurang karena gangguan ginjal atau karena

faktor lain seperti asupan purin yang terlalu banyak. Pirai dapat menyebabkan komplikasi

berbagai penyakit antara lain gangguan fungsi ginjal, gagal ginjal, jantung dan hipertensi.

Apabila seseorang telah di dapati hiperurisemia maka dianjurkan untur mengatur pola makan

agar kadar purin di dalam darah berkurang dan kembali normal. Tetapi untuk orang yang

mengalami pirai akut di anjurkan untuk mengkonsumsi obat-obat NSAID untuk mengurangi

nyeri kemudian dilanjutkan dengan penggunaan kolkisin sebagai profilaksis dan pereda nyeri.

Bila orang tersebut telah mengalami pirai kronik dianjurkan menggunakan obat-obat

urikosurik (probenesid dan sulfinpirazon) dan urikostatik (allopurinol). Adapun cara-cara

yang dapat di lakukan untuk mencegah terserang penyakit pirai adalah dengan mengatur pola

makan (purin, karbohidrat, lemak), tidak mengkonsumsi alkohol, banyak minum air putih dan

olah raga secukupnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Joseph,T., Dipiro,T.,Pharmacoterapy Handbook, edisi 5 dan 6, Internasional edition,

mc, Graw-hill Medical Publishing Division.

2. Bagian Farmakologi fakultas Kedokteran UI, Farmakologi dan Terapi, edisi 4, Gaya

Baru, Jakarta,1995.

3. Hoan Tjay, Tan., Rahardja, Kirana, Obat – Obat Penting, Penerbit PT Media

Komputindo, Jakarta,2002.

4. Richard, Harkness, Interaksi Obat, Penerbit ITB, Bandung, 1989.

5. Faisal, Yatim, Penyakit Tulang dan Persendian, edisi pertama, PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta, 2006.

6. Mansjoer, Arif, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid Kedua, Media

Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.

7. Sylvia, A., Price and Lorraine, M., Wilson, Patofisiologi Penyakit, edisi 4, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta, 1995.

8. Robert, K., Murray, Darly, K., Granner, Peter, A., Mayes, Biokimia Harper, edisi 24,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997.

Anda mungkin juga menyukai