Anda di halaman 1dari 32

ASKEP TERKINI

Gudang askep dan informasi keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DENGAN SINDROMA CUSHING

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. PENGERTIAN

Coushing sindrom merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan


oleh adanya kelainan hormonal karena produksi korteks adrenal yang berlebihan
sebagai akibat pemberian glukokortikoid jangka panjang atau akibat hyperplasia
kortek adrenal. Pada sindrom cushing hormone yang berpengaruh adalah hormone
glukokortikoid dan androgen. Tetapi mineralokortikoid juga memberi sedikit
pengaruh.

2. EPIDEMIOLOGI

Coushing syndrome sering terjadi pada usia 20 s/d 50 tahun. Tiap tahunnya
terjadi 10 s/d 15 kasus dari 1 juta orang.
3. PENYEBAB

a. Penggunaan hormone glukokortikoid (prednisone) dalam waktu yang lama seperti


pada pasien asma, rematoid arthritis,syndrome lupus dll.
b. Hyper sekresi costisol oleh korteks adrenal oleh karena tumor korteka adrenal,
hyperplasia korteks adrenal.
c. Hypersekresi ACTH karena odema pituitary

4. KLASIFIKASI

Syndrima cushing dibagi kedalam dua tipe;


a. Tipe dependen ACTH akibat hyper sektesi ACTH
b. Tipe Independen ACTH akibat hyper sekresi cortisol oleh korteks adrenal dan
penggunaan kortisol dalam jangka waktu yang lama.

5. GEJALA KLINIS

a. Adanya mobilisasi lemak tubuh bagian bawah dan penimbunan lemak pada thorak,
leher dan regio abdomen atas menyebabkan tubuh tampak seperti tubuh kerbau.
b. Wajah tampak bengkak(moon face) dan wajah berjerawat oleh karena sekresi steroid
yang berlebihan.
c. Produksi androgen yang berlebihan akan menimbulkan jerawat pada wajah dan
terjadinya virilisasi serta hirsutisme.
d. Kulit pecah-pecah, kering tipis, rapuh, timbul lebam sepontan dan susah menghilang,
strie pada perut, paha, bokong,dan payudara.
e. Kelelahan, kelemahan otot dan tulang, peningkatan tekanan darah, peningkatan
kadar gula darah, iritabilitas, anxietas dan depresi.
f. Kerentanan terhadap infeksi meningkat.
g. Produksi hormone korteks adrenal yang berlebihan mengakibatkan henti
pertumbuhan, obesitas, perubahan muskuloskletal dan terjadi intoleransi terhadap
glukosa.
h. Badan yang besar dan ekstrimitas relative lebih kurus.
i. Metabolisme protein yang berlebihan menimbulkan kelemahan otot, osteoporesis,
kifosis, nyeri pinggang serta fracture kompresif vertebra.
j. Terjadi retensi air dan Na yang menimbulkan hipertensi, oedema dan gagaljantung
kongestif.
k. Penyembuhan luka yang terhambat akibat peningkatan gula darah.
l. Pada wanita terjadi virilisasi, hirsutisme, atrofi payudara, menopause dini,
pembesaran klitoris akibat penimgkatan kadar hormone androgen.
n. jika sindrom cushing disebabkan oleh tumor hipofise, makan akan terjadi gangguan
pengelihatan akibat penekanan kiasma optikum oleh tumor.

6. PATHOFISIOLOGI
Syndroma cushing dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme. Tumor
kelenjar hipofise akan menghasilkan ACTH yang kemudian akan menstimuli kortek
adrenal untuk mensekresi hormone diantaranya kortisol. Tumor pada kortek adrenal
dan pemakaian obat-obat golongan kortikosteroid akan meningkatkan kadar
kortisol.
Hormon glukokortikoid berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak.
Hormon kortisol akan merangsang proses glukoneogenesis dengan
meningkatkan enzim-enzim yang digunakan untuk mengubah asam amino menjadi
glukosa dalam sel hati. Selain itu, kortisol berperan dalam pengangkutan asam
amino dari jaringan ektrahepatik, terutama dari otot.Kondisi ini meningkatkan
penyimpanan glikogen dalam hati. Efek kortisol juga akan menghambat penggunaan
glukosa oleh sel-sel tubuh sehingga konsentrasi glukosa meningkat dalam darah.
Kortisol akan mengurangi penyimpanan protein pada sel-sel exstra hepatic
tetapi meningkatkan penyimpanan protein dalam hati. Protein hati yang berlebihan
akan dilepaskan kedalam darah sehingga protein plasma meningkat. Penurunan
protein pada jaringan exstra hepatic akan menimbulkan kelemahan otot dan tulang
serta menurunkan fungsi jaringan limpoid sehingga produksi limfosit menurun.
Kortisol juga berpengaruh terhadap metabolisme asam lemak dengan cara
meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak. Dalam kenyataannya
pembentukan lemak berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan mobilisasi dan
oksidasinya sehingga tejadi penimbunan lemak pada daerah dada, leher dan wajah.
DOWNLOAD PATHWAY DISINI

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Diagnosa dapat ditegakan dengan melihat riwayat pengobatan pasien,
pemeriksaan laboratorium,X-ray, CT-scan, MRI.
a. Pemeriksaan kadar cortisol urine 24 jam
Pada syndrome cushing akan terjadi peningkatan cortisol >50-100 microgram /hari.
b. Dexamethasone suppression test
Untuk mengetahui peningkatan produksi ACTH
c. CRF stimulation test untuk membedakan tumor hipofise dengan tempat-tempat
ektopik produksi ACTH.
Pada pemeriksaan laboratorium darah ditujukan untuk mengetahui peningkatan
kadar natrium serta glukosa darah, penurunan kadar kalium serum, penurunan
jumlah sel-sel eosinofil dan menghilangnya jaringan limfoid, serta untuk uji uji
supresi deksametason.

8. PENGOBATAN
Pengobatan biasanya diarahkanpada kelainan pada kelenjar hipofise karena
mayoritas kasus disebabkan oleh tumor hipofise. Adapun pengobatan yang
dilakukan adalah:
a. Operasi pengangkatan tumor hipofise
b. Radiasi tumor hipofise
c. Pengobatan dengan metyrapan, ketokonasol, aminoglutethimile untuk mengurangi
hiperadrenalisme.
d. Adrenalektomy pada pasien dengan hypertrophy adrenal
e. Jika oleh karena pemberian kotrtikosteroid eksternal, maka dilakukan penurunan
dosis obat, dihentikan secara bertahap untuk mengobati penyakit yang
mendasarinya.

B.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian meliputi;
Identitas pasien
Riwayat kesehatan sekarang, masalalu dan riwayat kesehatan keluarga.
Aspek bio, psiko,social berupa:

a. Aktivitas Istirahat

Gejala: Kelelahan, kelemahan otot, penurunan toleransi aktifitas, gangguan tidur,


Tanda : Penurunan kekuatan, aktifitas berkurang,peningkatan denyut nadi pada
aktivitas minimal, gangguan konsentrasi

b. Sirkulasi

Tanda: Hipertensi, peningkatan kadar gula darah,dehidrasi, gagal jantung kongestif.

c. Integritas ego

Gejala: ketidak mampuan mengatasi stress


Tanda; ansietas, iritabilitas, depresi, emosi labil

d. Eliminasi

Gejala: perubahan frekuensi dan karakteristik urine


Tanda: poli uria

e. Makanan /cairan

Gejala: anoreksia, mual/muntah


Tanda: Turgor kulit jelek, kulit pecah-pecah dan kering

f. Neuro sensori
Gejala; Pusing, kelemahan otot dan tulang, penurunan toleransi terhadap stress
Tanda: kelelahan mental, iritabilitas, cemas, gangguan pengelihatan.

g. Nyeri/Kenyamanan

Gejala: Nyeri pada kepala, nyeri pada otot dan tulang.

h. Pernafasan

Gejala: Dispnea
Tanda; kecepatan nafas meningkat, takipnea

i. Keamanan

Gejala: Intoleransi terhadap panas


Tanda: Hyper pigmentasi, hypotermi, otot kurus, ketidak mampuan berjalan.

j. Sexualitas

Gejala: Pola menstruasi tak teratur sampai menopous dini, virilitas, penurunan
fertilitas dan libido.

k. Penyuluhan dan pembelajaran

Gejala: Riwayat penggunan glukokortikoid yang lama, adanya penyakit neoplasti.

Pemeriksaan fisik berupa:

a. Keadaan umum lemah


b. Kesadaran compos mentis
c. Tanda vital: suhu meningkat, tensi meningkat, dan nadi cepat dan lemah.
d. Pemeriksaan cepalo caudal:
Pada kepala akan ditemukan penipisan rambut, terjadi penurunan
pengelihatan bila terjadi tumor hipofise, bibir atas menonjol, penampilan moon face,
kulit yang berminyak dan berjerawat, hirsutisme.
Pada leher terjadi penumpukan lemak (buffalo hump) pada bagian posterior
dan klavikula.
Pada kulit terjadi penipisan, rapuh, kering, mudah trauma, ekimosis dan strie.
Pada dada terjadi atrofi payudara terutama pada wanita, adanya aritmia.
Pada genetalia wanita akan ditemukan pembesaran klitoris, siklus haid yang
memanjang dan terjadi menopous dini.
Pada ekstrimitas akan tampak lebih kurus dan terjadi kelemahan otot

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang sering muncul;

a. Resiko cedera dan infeksi berhubungan dengan kelemahan, perubahan


metabolisme protein, respon inflamasi dan osteoporesis.

b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisisk,


gangguan fungsi sexual dan penurunan tingkat aktivitas.

c. Gangguan proses fikir berhubungan dengan emosi yang labil, iritabilitas,


depresi.

d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan oleh karena mual dan
muntah

e. Resiko kerusakan integritas jaringan kulit oleh karena oedema, penurunan


protein kulit dan hiperglikemia.

f. Kelelahan berhubungan dengan perubahan kimia tubuh,

3. RENCANA TINDAKAN
a. Resiko cedera dan infeksi berhubungan dengan peningkatan katabolisme protein
dan depresi jaringan limfoid
Intervensi yang diberikan:

Beri perawatan dengan tehnik aseptikdan antiseptic

Rasional:Untuk mencegah terjadinya infeksi silang, peningkatan kadar glukosa


merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman
obserfasi jaringan yang mengalami kerusakan, catat bila adanya inflamasi.
Rasional: Untuk mengetahui gejala awal infeksi dan mencegah perluasan infeksi
Batasi pengunjung yang dapat menularkan infeksi.
Rasional: Mencegah terjadinya infeksi silang

Kolaborasi pemberian antibiotic profilaksis bila terjadi infeksi

Rasional: Untuk mencegah perluasan infeksi

Ciptakan lingkungan yang aman

Rasional: Untuk mencegah terjadinya kecelakaan seperti terjatuh, fracture, dan


cedera lain pada jaringan tulangserta jaringan lunak lain.

Bila pasien dalm kondisi sangat lemah, memerlukan bantuan dalam


mobilisasi.

Rasional: Untuk mencegah terjatuh maupun terbentur

Evaluasi/hasil yang diharapkan;

Terbebas dari fraktur dan cedera jaringan lunak

Tidak mengalami gejala inflamasi dan infeksi.

b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisisk,


gangguan fungsi sexual dan penurunan tingkat aktivitas.
Intervensi yang diberikan:

Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang kondisinya

Rasional; Membina hubungan dan meningkatkan keterbukaan dengan pasien,


Membantu mengevaluasi banyaknya masalah yang dapat diubah oleh pasien

Tunjukan perhatian dan tidak bersikap menghakimi

Rasional: Meningkatkan keterbukaan dengan pasien

Sarankan pasien untuk menggunakan keterampilan manajemen stres

Rasional:Meminimalkan perasaan stress, meningkatkan koping dan pengendalian


diri

dorong pasien untuk membuat pilihan dan berpartisipasi dalam


perawatan dirinya

Rasional: Untuk meningkatkan kepercayaan diri, memperbaiki harga diri,


menurunkan focus pikiran terhadap perubahan fisiknya.

Lakukan perbaikan terhadap masalah yang terjadi melalui pengobatan

Rasional: Untuk meningkatkan harga diri pasien

Perkenalkan pasien dengan pasien lain dengan kasus yang sama dan
telah mengalami perbaikan.

Rasional: Untuk meningkatkan keyakinan pasien akan keberhasilan pengobatan

Evaluasi/hasil yang diharapkan:

Pasien mengungkapkan penerimaan terhadap keadaan diri sendiri

Menunjukan kemampuan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi


dan bersosialisasi.
c. Gangguan proses pikir berhubungan dengan emosi yang labil, iritabilitas,
depresi.

Intervensi yang diberikan:

Bila memungkinkan awasi pasien secara penuh

Rasional: Untuk mengetahui secara dini adanya perubahan SSP dan meningkatkan
hubungan saling percaya.

Pantau vital sign dan setatus neurologist

Rasional: Memberikan patokan uantuk dasar pebandingan temuan abnormal

orientasikan pasien terhadap waktu tempat dan orang sesuai


kebutuhan

Rasional: Untuk menolong mempertahankan orientasi dan mengurangi kebingungan

Tetapkan jadwal rutin untuk memberi istirahat yang teratur

Rasional: Meningkatkan orientasi dan mencegah kelelahan yang berlebihan

lindungi pasien dari kemungkinan cedera.

Rasional:Untuk mencegah terjadinya trauma fisik

Evaluasi/hasil yang diharapkan:

Pasien mampu mempertahankan kesadaran mental

Tidak mengalami cedera


d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan oleh karena mual dan
muntah

Intervensi yang diberikan:

Pantau intake makanan dan timbang berat badan tiap hari

Rasional: Untuk mencegah terjadinya malnutrisi yang serius dan memantau adanya
retensi cairan

catat frekuensi dan karakteristik muntah

Rasional:Untuk mengetahui derajat kemampuan pencernaan atau absorbsi


makanan

Beri atau lakukan oral higine

Rasional:Mulut yang bersih mampu meningkatkan nafsu makan

ciptakan lingkungan yang nyaman untuk makan

Rasional; Dapat meningkatkan nafsu makan dan memperbaikiasupan makanan.

Berikan informasi tentang menu dan beri pasien untuk memilih menu.

Rasional; Perencanaan menu yang disukai pasien dapat menstimulasi nafsu makan
dan meningkatkan asupan makanan

Evaluasi /hasil yang diharapkan:

Tidak adanya mual dan muantah

Menunjukan berat badan yang setabil atau meningkat dengan nilai


laboratorium normal

e. Resiko kerusakan integritas jaringan kulit oleh karena oedema, kekeringan


Intervensi yang diberikan:

Diskusikan pentingnya perubahan posisi yang sering dan perlunya


beraktifitas

Rasional;Menurunkan tekanan pada kulit, meningkatkan sirkulasi perifer dan


menurunkan resiko kerusakan kulit

Observasi adanya kemerahan, pucat dan eksoriasi.

Rasional: Area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan


pengobatan yang lebih intensif

Pertahankan intake nutrisi yang adekuat

Rasional: Peningkatan nutrisi akan memperbaiki kondisi kulit

Dorong pasien untuk menjaga kebersihan kulitnya.

Rasional: Menjaga kebersihan kulit untuk mencegah terjadinya infeksi

Lakukan perawatan pada kulit terutama pada daerah khusus lipatan


kulit

Rasional: Eksoriasi meningkatkan pertumbuhan bakteri yang menimbulkan infeksi

Evaluasi /hasil yang diharapkan:

Mengidentifikasi dan menunjukan perilaku untuk mempertahankan


integritas kulit

f. Kelelahan berhubungan dengan perubahan kimia tubuh, ketidak seimbangan


cairan dan elektrolit.

Intervensi yang diberikan:


kaji dan diskusikan tingkat kelemahan pasien dan identifikasi aktifitas yang dapat
dilakukan
Rasional; Pasien biasanya mengalami penurunan tenaga da kelelahan semakin
meningkat
pantau vital sign sebelum dan sesudah melakukan aktifitas
Rasional: Kolaps sirkulasi dapat terjadi akibat stress aktifitas
diskusikan kebutuhan dan jadwal aktifitas bersama pasien dan identifikasi aktifitas
yang menimbulkan kelelahan
Rasional:Untuk meningkatkan kemampuan melakukan aktifitas dengan baik
diskusikan cara untuk menghemat tenaga dalm beraktifitas
Rasional:Pasien mampu melakukan lebih banyak kegiatan dengan mengurangi
pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan.
Berikan kesempatan pasien untuk berpartisipasi secara adekuat dalam beraktifitas
sehari-hari.
Rasional:Meningkatkan keyakinan pasien dan harga dirinya secara baik sesuai
dengan tingkat aktifitas yang dapat ditoleransi
Evaluasi /hasil yang diharapkan:
Menyatakan kemampuan uantuk beristirahat dan peningkatan tenaga.
Mampu menunjukan factor yang berpengaruh terhadap kelelahan.
Meningkatnya kemampuan dan partisipasi dalam beraktifitas.

ASKEP CUSHING SINDROM

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


CUSHING SINDROM

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KMB III

DISUSUN OLEH KELOMPOK V:

1. ISTY ARTANTI
2. ANITA H. SIMANUNGKALIT
3. MUHAMMAD MULYADI PRANATA
4. I WAYAN RASIANA
5. LEA WAYENI
6. ROSMINCE
7. CANDRA HIDAYAT
8. ERMA B. WAMBLOLO

POLITEKNIK KESEHATAN JAYAPURA

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN

TA 2012/2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sindrom Cushing disebabkan hormon kortisol dihasilkan secara berlebihan.
Hormon kortisol dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Secara biologinya, kelenjar
berbentuk seakan-akan topi ini terdiri daripada dua lapisan yang dikenali sebagai
korteks (lapisan luar) dan medula (lapisan dalam). Kelenjar adrenal
menghasilkan antara 30 hingga 50 sebatian steroid atau hormon. Tiga hormon
utama yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal ini ialah hormon kortisol, adolsteron
dan hormon androgen.

Sindrom Cushing pula selalunya terjadi pada kaum wanita. Pesakit biasanya
juga mempunyai masalah darah tinggi, peningkatan berat badan dengan rupa
bentuk cushingoid.

Punca utama penyakit sindrom Cushing adalah adenoma korteks adrenal,


hiperplasia menyeluruh, hiperplasia makronodul dan kanser kelenjar adrenal.
Rawatan penyakit sindrom Cushing ialah dengan merawat puncanya.
Feokromositoma adalah ketumbuhan yang jarang ditemui dan ia merembeskan
hormon katekolamin. Tanda penyakit adalah peningkatan tekanan darah, massa
abdomen dan serangan panik. Ketumbuhan boleh berpunca dari satu kelenjar
adrenal (74.2%), adrenal ekstra (16.1%) atau kedua-dua kelenjar (9.6%).

Karsinoma korteks adrenal jarang ditemui, bersifat agresif dan mempunyai


ketumbuhan yang telah merebak. Penyakit ini boleh sembuh jika dikesan lebih
awal dan menjalani pembedahan dengan segera.

Sindrom Cushing juga biasa terdapat pada anjing peliharaan atau kuda,
yang menunjukkan simptom yang sama seperti manusia, di mana ia kelihatan
bulu kerinting rapat yang tidak gugur dan kehilangan berat badan dan laminitis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme kerja dan regulasi hormone adrenokortikal
2. Bagaimanakah pathogenesis dan patofisiologi Cushing Sindrom
3. Apakah dasar kriteria diagnosis Cushing Sindrome
4. Bagaimanakah penatalaksanaan Cushing Syndrom
C. Tujuan Penulisan
1) Tujuan umum
1. Untuk mengetahui dan dapat memberikan asuhan keperawatan pada penderita
sindrome cushing.
2) Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada penderita sindrome cushing.
2. Mampu Merumuskan diagnosa keperawatan pada penderita sindrome cushing
Mampu membuat rencana keperawatan pada pasien gangguan sindrome
cushing.
3. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien gangguan sindrome
cushing.
4. Mampu Mengevaluasi pelaksanaan askep pada pasien gangguan sindrome
cushing.
D. Manfaat Penulisan
Dengan penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui dasar dan
teori endokrinologi dan aplikasinya dalam proses keperawatan.

E. Hipotesis

Pasien dalam kasus penderita Cushing Sindrome akibat konsekuensi berlebihnya


sekresi glukokortikoid yang mempengaruhi sebagian besar proses metabolisme,
sehingga laporan ini akan lebih focus membahas fisiologi kortisol sebagai
glukokortikoid utama.

F. Sistematika Penyajian
1. Konsep Dasar Penyakit
2. Konsep atau asuhan keperawatan sindrome cushing
3. Kesimpulan dan saran

BAB III

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR TEORI

1. Pengertian
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap.
Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis
farmakologik senyawa senyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price; Patofisiologi,
Hal. 1088).
2. Etiologi
Sindrom Cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang
berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hyperplasia korteks anal
ginjal berupa adenoma maupun carcinoma yang tidak tergantung ACTH juga
mengakibatkan sindrom Cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau
tumor lain yang mengeluarkan ACTH. Syndrome Cushing yang disebabkan tumor
hipofisis disebut penyakit Cushing. (buku ajar ilmu bedah, R. Syamsuhidayat, hal
945).
Sindrom Cushing dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka
panjang dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang
berlebihan pada gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada
sindrom cusing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat ransangan
belebihan oleh ACTH atau sebab patologi adrenal yang mengakibatkan produksi
kortisol abnormal. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1091)
3. Patofisiologi

Telah dibahas diatas bahwa penyebab sindrom cishing adalah peninggian kadar
glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih memahami manifestasi
klinik sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-akibat metabolik dari
kelebihan glikokorikoid.

Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis hormon:

a. Glukokortikoid. Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia


adalah kortisol.
b. Mineralokortikoid. Mineralokortikoid yang fisiologis yang diproduksi adalah
aldosteron.
c. Androgen.
d. Estrogen

Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah


ini:

1. Metabolisme protein dan karbohidrat.

Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein,


menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentk protein untuk
mensistesis protein, sebagai akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan
seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan tulang.

Secara klinis dapat ditemukan:

a. Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan lambat.
b. Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda regang pada
kulit berwarna ungu (striae).
c. Otot-otot mengalami atropi dan menjadi lemah.
d. Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong
vaskule menyebabkan mudah tibul luka memar.
e. Matriks protein tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga
dapat dengan mudah terjadi fraktur patologis.
f. Metabolisme karbohidrat dipengaruhi dengan meransang glukoneogenesis dan
menganggu kerja insulin pada sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita dapat
mengalami hiperglikemia.
g. Pada seseorang yang mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka
efek dari glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk
meningkatkan toleransi glukosa.
h. Sebaliknya penderita dengan kemampuan sekresi insulin yang menurun tidak
mampu untuk mengkompensasi keadaan tersebut, dan menimbulkan
manifestasi klinik DM.
2. Distribusi jaringan adiposa.
a. Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh.
b. Obesitas
c. Wajah bulan (moon face)
d. Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk bison).
e. Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawag yang kurus akibat atropi
otot memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.
3. Elektrolit

Efek minimal pada elektrolit serum.

a. Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu besar dapat menyebabkan retensi
natrium dan pembuangan kalium. Menyebabkan edema, hipokalemia dan
alkalosis metabolik.
4. Sistem kekebalan

Ada dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah pembentukan
antibody humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen
yang lainnya tergantung pada reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T
yang tersensitasi.

Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibody humoral dan menghabat


pusat-pusat germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap
anti gen.

Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini:

a. Proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag.


b. Induksi dan proleferasi limfosit imunokompeten.
c. Produksi anti bodi.
d. Reaksi peradangan.
e. Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.
5. Sekresi lambung
a. sekeresi asam lambubung dapat ditingkatkan.
b. sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat meningkat.
c. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat
mempermudah terjadinya tukak.
6. Fungsi otak

Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai


dengan oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi
singkat.

7. Eritropoesis
Involusi jaringan limfosit, ransangan pelepasan neutrofil dan peningkatan
eritropoiesis.

Namun secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid


adalah kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini
glukokortikoid:

- Dapat menghambat hiperemia, ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas
kapiler.
- Menghambat pelapasan kiniin yang bersifat pasoaktif dan menkan fagositosis.
- Efeknya pada sel mast; menghambat sintesis histamin dan menekan reaksi
anafilaktik akut yang berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi.
- Penekanan peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti
inflamasi yang merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak
mampu melindungi diri sebagai layaknya sementara menerima dosis
farmakologik. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1090-1091)
4. Jenis jenis Sindrom Cushing

Sindrom cushing dapat dibagi dalam 2 jenis:

1. Tergantung ACTH : Hiperfungsi korteks adrenal mungkin dapat disebabkan


oleh sekresi ACTH kelenjar hipofise yang abnormal berlebihan. Tipe ini mula-
mula dijelaskan oleh oleh Hervey Cushing pada tahun 1932, maka keadaan ini
disebut juga sebagai penyakit cushing.

2. Tak tergantung ACTH: Adanya adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH, selain
itu terdapat bukti-bukti histologi hiperplasia hipofisis kortikotrop, masih tidak
jelas apakah kikroadenoma maupum hiperplasia timbal balik akibat gangguan
pelepasan CRH (Cortikotropin Realising hormone) oleh neurohipotalamus.
(Sylvia A. Price; Patofisiologi. hal 1091)

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering ditemukan pada pasien dengan sindrom cushing
antaralain:
- Obesitas sentral
- Gundukan lemak pd punggung
- Muka bulat (moon face)
- Striae
- Berkurangnya massa otot & kelemahan umum.
Tanda lain yg ditemukan pd Syndrom cushing seperti:
- Atripi/ kelemahan otot sektermitas
- Hirsutisme (kelebihan bulu pada wanita)
- Ammenorrhoe
- Impotensi
- Osteoporosis
- Akne
- Edema
- Nyeri kepala, mudah memar dan gg penyembuhan luka.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT scan Untuk menunjukkan pembesaran adrenal pada kasus sindro cushing.
b. Photo scanning
c. Pemeriksaan adrenal mengharuskan pemberian kortisol radio aktif secara
intravena
d. Pemeriksaan elektro kardiografi Untuk menentukan adanya hipertensi
(endokrinologi edisi hal 437)
e. Uji supresi deksametason.
Mungkin diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis peyebab sindrom
cushing tersebut, apakah hipopisis atau adrenal.
f. Pengambilan sampele darah.
Untuk menentukan adanya varyasi diurnal yang normal pada kadar kortisol,
plasma.
g. Pengumpulan urine 24 jam.
Untuk memerikasa kadar 17 hiroksikotikorsteroid serta 17 ketostoroid yang
merupakan metabolik kortisol dan androgen dalam urine.
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan tergantung pada ACTH yg tidak seragam. Apakah sumber ACTH ad
hipofis atau ektopik.
b. a. Jika dijumpai tumor hipofisis. Sebaiknya diusahakan reseksi tumor
transfenoidal.
c. b. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan
maka sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada kelenjar hipofisis.
d. c. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dg adrenolektomi total dan
diikuti pemberian kortisol dosis fisiologik.
e. d. Bila kelebihan kortisol disebabkan o/ neoplasma disusul kemoterapi pada
penderita dengan karsinoma/ terapi pembedahan
f. e. Digunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemideo, p-ooo yang
bisa mensekresikan kortisol ( Patofisiologi Edisi 4 hal 1093 )
B. PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat . Gejala: Insomnia, sensitivitas, otot lemah, gg koordinasi,
kelelahan berat. Tandanya : atrofi otot.
2. Sirkulasi . Gejala: Palpitasi, nyeri dada (angina). Tandanya: Distritnia, irama
gallop, mur-mur, takikardia saat istirahat.
3. Eliminasi. Gejala: Urine dlm jumlah banyak, perubahan dlm feces: diare.
4. Itegritas ego
Gejala : Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik..
Tandanya : Emosi letal, depresi.
5. Makanan atau cairan
Gejala : Kehilangan berat badan yang mendadak, mual dan muntah.
6. Neorosensori
Gejala : Bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan prilaku seperti
binggung, disorientasi, gelisa, peka rangsangan, delirium.
7. Pernafasan
Tandanya : Frekuensi pernafasan meningkatan, takepnia dispnea.
8. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Nyeri orbital, fotobia.
9. Keamanan
Gejala : Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan tandanya suhu
meningkat diatas 37,40CC, retraksi, iritasi pada kunjungtiva dan berair.
10. Seksualitas
Tandanya : Penurunan libido, hipomenoria, amenoria dan impoten.
2. Komplikasi
1. Krisis addison
2. Efek yang merugikan pd aktivitas korteks adrenal
3. Patah tulang akibat osteoporosis
3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Resiko cedera dan infeksi b/d kelemahan dan perubahan metabolisme protein
serta respon inflamasi
2. Defisit perawatan diri; kelemahan perasaan mudah lelah, atropi otot dan
perubahan pola tidur
3. Gg integritas kulit b/d edema, gg kesembuhan dan kulit yg tipis serta rapuh
4. Gg citra tubuh b/d perubahan penampilan fisik, gg fungsi seksual dan
penurunan tingkat aktivitas.
5. Gg proses berpikir b/d fluktuasi emosi, iritabilitas dan depresi

( Susanne C. Smeltzer; Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,


hal. 1330).

C. Perencanaan & Implementasi


Tujuan : Tujuan utama mencakup penurunan resiko cedera dan infeksi,
peningkatan kemampuan untuk melaksanakan kemampuan perawatan mandiri ,
perbaikan fungsi mental dan tidak adanya komplikasi.
D. Intervensi Keperawatan :
- Pemantauan dan penata laksanaan komplikasi potensial
Krisiss addison. Pasien sindrom cushing yang gejalanya ditangani dengan
cara menghentikan pemberian pemeberian kortikoisteroid atau dengan
adrenelektomi atau pengangkatan tumor hipofisis akan beresiko mengalami
hipofungasi adrenal dan krisis addisonian. Jika fungsi hormon adrenal telah
tersupressi oleh kadara drenal yang tinggi dalam darah, maka atropi korteks
adrenal kemungkinan akan terjadi. Apabila kadar hormon tersebut menurun
dengan cepat akibat pembedahan atau penghentian terapi kortikosdteroid yang
tiba-tiba, manifestasi hipofungsi adrenal dan krisis addison dapat terjadi.

Disamping itu, penderita cushin sindrom yang mengalami kejadian yang


sangat menimbulkan strees seperti trauma atar operasi darurat beresiko
mengalami krisis addisonian karena terdapatnya supressi jangka panjang korteks
adrenal. Karena itu kondisi penderita harus dipantau dengan ketat untuk
mendeteksi hipotensi , denyut nadi yang lemah dan cepat, ppucat kelemahan
yang ekstrim. Pasien tersebut meungkin memerlukan pemberian infus cairan dan
elektrolit serta terapi kortikosteroid.

Pasien yang mengalami trauma atau memerlukan operasi darurat


memerlukan kadar kortikosteroid tambahan sebelum, selama dan setelah terapi
atau operasi. Jika terjadi krisis addisonian pasien harus mendapat pengobatan
untuk mengatasi kolaps sirkulasi dan syok. Identifikasi faktor-faltor yang dapat
menybebkan krisis tersebut harus diupayakan.
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Status cairan dan eletrolit dipantau dengan mengukut berat badan pasien
setip hari. Karena meningkatnya resikountuk mengalami intoleransi glukosa dan
hiperglikemia, maka pemantauan glukosa darah harus dinilai setiap kenaikan
kadar glukosa darah harus dimulai detiap kenaikan dilaporkan kepada dokter
sehingga terapi dapat diberikan jika diperlukan.

- Menurunkan risiko cedera dan infeksi

Lingkungan yang aman harus diciptakan untuk mencegah kecelakaan


seperti terjatuh, fraktur dan berbagai cedera lain pada tulang serta jaringan
lunak. Pasien yang sangat lemah mengkin memerlukan bantuan dan mobilisasi
untuk mencegah jatuh dan membentur pada tepi perabot yang tajam.
Pertemuan dengan pengunjung, staff atau pasie yang menderita infeksi
haarus dihindari. Penilaina kondisi pasien harus sering dilakukan untuk
mendeteksi tanda-tanda infeksi yang tidak jelas, mengingat efek anti inflamasi
dari kort ikosteroid dapat menyamarkan tanda-tanda umum infeksi dan
inflamasi. Makanan yang tinggi protein, kalsium dan vitamin D harus dianjurkan
untuk memperkecil kemungkinan pelisutan otot dan osteoporosis.
Rujukan kepada ahli diet dapat membantu pasien untuk memilih jenis-
jenis makanan dan lalori.
- Persiapan mengahadapi praoperatif

Pasien dipersiapkan untuk menjalani adrenalektomi, jika diperlukan, dan


untuk perawatan pasca operasi, jika sindrom cushing merupakan kosekuensi dari
tumor hipofisis, tindakan hipofisektomi transfenoidalis dapat dilakukan. Siabetes
mellitus dan ulkus peptikum umumnya terjadi pada pasien sindrom cushing,
dengan demikian pelaksanaannya harus mencakup pemantauan kadar glukosa
darah serta pemeriksaan darah dalam feses, serta intervensi yang tepat.

- Menganjurkan istirahat dan aktivitas

Kelemahan, perasaan mudah lelah dan pelisutan otot akan menyulitkan


penderita sindrom cushing dalam melaksanakan aktivitas yang normal, aktivitas
yang ringan harus dianjurkan untuk mencegah komplikasi akibat imobilisasi dan
meningkatkan rasa percaya diri. Insomnia sering turut menimbulkan rasa cepat
lelah yang dikeluhkan pasien. Waltu istirahat perlu direncanakan dan diatur
intervalnya sepanjang hari. Lingkungan yang tenang dan rileks untuk istirahat
tidur harus diupayakan.

- Meningkatkan perawatan kulit

Peningkatan perawatan kulit yang cermat untuk menghindari trauma pada


kulit pasien yang rapuh. Penggunaan plester perlu dihindari karena dapat
menimbulkan irirtasi kulit dan luka pad kulit yang rapuh ketika plaster itu dilepas.
Daerah tonjolan tulang dan kulitnya harus sering diperiksa dan pasien danjurkan
serta dibantu untuk mengubah posisi dehingga kerusakan kulit dapat dicegah.

- Memperbaiki citra tubuh

Jika penyebab sindrom cushing dapat ditangani dengan baik, perubahan


fisik lain yang penting juga akan menghilang pada saatnya. Meskipun demikian,
akan sangat memmbagtu apabila pasien diberi penjelasan tentang dampak yang
ditimbulkan oleh perubahan tersebut terhadap konsep diri dan hubungannya
dengan orang lain. Kenaikan berat badan dan edema yang terlihat pada sindrom
cushing dapat dimodifikasi dengan diet rendah karbohidrat rendah natrium.
Asupan protein yang tinggi dapat mengurangi sebagian gejala lain yang
mengganggu.

- Memperbaiki proses pikir

Penjelasan kepada pasien dan anggota keluarga mengenai penyabab


ketidak stabilan emosi amat penting dalam membantu mereka untuk mengatasi
fluktuasi emosi, irritabilitas serta depresi yang terjadi. Perilaku psikotik dapat
dapat dijumpai pada beberapa pasien dan harus dileporkan. Pasien dan anggota
keluarga perlu didorong utuk mengungkapkan perasaannya. (Susanne c.
smeltzer, buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner Suddart, Hal1331)

E. Evaluasi

Hasil yang diharapkan:

1. Menurunkan resiko cedera dan infeksi

a. Bebas fraktur atau cedera jaringan lunak.

b. Bebas daerah ekimosis.

c. Tidak mengalami kenaikan suhu, kemerahan, rasa nyeri ataupun tanda-tanda


lain infeksi serta inflamasi.

2. Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.

a. Merencanakan aktivitas perawatan dan latihan untuk memungkinkan periode


istirahat.

b. Melaporkan perbaikan perasaan sehat.

c. Bebas komplikasi mobilitas.

3. Mencapai/mempertahankan integritas kulit.

a. Memiliki kulit yang utuh tanpa ada bukti adanya luka atau infeksi.

b. Menunjukkan bukti berkurangnya edema pada ekstremitas dan badan.

c. Mengubah posisi dengan sering dan memeriksa bagian kukit yang menonjol
setiap hari.

4. Mencapai perbaikan citra tubuh.

a. Mengutarakan perasaan tentang perubahan penampilan, fungsi seksual dan


tingkat aktivitas.
b. Mengungkapkan kesadaran bahwa perubahan fisil merupakan akibat dari
pemberian kortikosteroid yang berlebihan.

5. Memperlihatkan perbaikan fungsi mental.

6. Tidak adanya komplikasi.

a. Memperlihatkan tanda-tanda vital serta berat badan yang normal serta bebas
dari gejala krisis sddisonian.

b. Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala hipofungsi korteks adrenal yang harus


dilaporkan dan menyatakan tindakan yang akan diambil pada keadaan salit serta
stress berat

c. Mengidentifikasi strategi untuk memperkecil komlikasi sindrom cusing.

d. Mematuhi anjuran untuk pemeriksaan tindakan lanjut.

(Susanne c. smeltzer, buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner Suddart,


Hal1331)

F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (RENPRA)

1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan muskuloskeletal,


integumen, dan seksual reproduksi

intervensi:

Pertahankan lingkungan kondusif untuk membicarakan proses perubahan citra


tubuh

Diskusikan perasaan yang berhubungan dengan perubahan yang dialami oleh


pasien

Kaji pasien dengan mengidentifikasi dan mengembangkan kekuatan personal serta


mekanisme koping untuk mengatasi masalah perubahan fisik

Berikan informasi tentang kemungkinan dapat pulihnya gejala pada perubahan


fisik.

Kaji cara berpakaian untuk meningkatkan higiene personal, tindakan pemotongan


bulu, rambut, pakaian yang menarik

Hargai keinginan pasien untuk privacy

Bersikap sensitif terhadap kebutuhan.

Buat waktu luang untuk setiap shift untuk mendengarkan secara aktif dan
dukungan emosi

Konsulkan kepada ahli keperawatan jiwa.


Hasil yang diharapkan/evaluasi

Membicarakan perasaan tentang perubahan dalam penampilan

Mengungkapkan pengetahuan bahwa gejala kekambuhan akan terjadi dengan


pengobatan

Melakukan higiene harian

Meningkatkan penampilan melalui penggunaan kosmetik yang bijaksana dan


pakaian yang sesuai.

2. Potensial terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan respon imun

intervensi:

Pantau suhu tubuh dan tanda dan atau gejala infeksi lainnya setiap 4 jam

Intruksikan pasien berbalik, batuk dan nafas dalamsetiap 2 jam sementara tirah
baring

Hindari proses invsif yang tidak diperlukan (pemasangan kateter urine)

Gunakan tekhinik sterilketika menangani semua lesi kulit, slang drain, atau sisi
pungsi intara vena

Lakukan pemeriksaan kultur pada luka atau sekresiyang mencurigakan

Pertahan kan status nutrisi yang adekuat

Hindari penempatan pasien dalam ruangan dengan orang lain yang secara
potensial dapat menulari pasien.

Hindari personil dengan ispa atau infeksi lain untuk memberikan perawartan pada
klien, pantau pengunjung terhadap tanda infeksi dan batasi sesuai kebutuhan ,
atau ajarkan cara mencucitangan dan menggunakan masker sebelum
berkunjung

Hasil yang diharapkan

Suhu tubuh dalam batas normal; tidak terdapat infeksi pada integumen,
pernafasan, dan sistem ginjal.

3. Potensial untuk terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan


mudah rusaksnya kapiler atau penipisan kulit

intervensi:

Kaji terhada kemerahan atau kerusakanan kulit setiap 8 jam, bila pasien
menjalanai tirah baring kaji setiap 4 jam

Berikatan perawatan kulit perawatan kulit pada titik tekanan setiap 4 jam sesuai
kebutuhan
Gunakakan minyak atau solluision untuk air mandi, bilas dan keringkan dengan
baik

Hindari penggunaan sabun yang keras dan handuk yang kasar

Baringkan pasien pada matras atau tempat anti decubitus

Bantu dan berikan dorongan pasien untuk mengubah posisi dengan sering,
ajarkan dan bantu pasien saaat melakukan rentang gerak, ambulasi sesering
mungkin, instruksikan klien untuk hindari duduk lebih dari 1 jam.

Hasil yang diharapkan / rasional:

Kulit tetap ututh tanpa bukti-bukti kemerahan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan muskuloskeletal karena


peningkatan katabolisme protein

intervensi :

Biarkan pasien sesuai keiinginannya, gunakan pagar tempat tidur dan trapez
diatas kepala

Selingi aktivitas dengan waktu istirahat untuk membantu peningkatan toleransi

Kaji dan berikan bantuan untuk ambulasi (alat bantu jalan, tulang) sesuai
kebutuhan

Antisipasi kebutuhan akan bantuan dengan aktivitas sehari-hari, berpakaian,


toileting, memberikan makanan,memebrikan barang-barang, yang dibutuhkan
dalam jangkauan yang mudah untuk diraihuntuk mengurangi penggunaan energi

Batasi aktivitas sampai tingkat toleransi pasien.

Hentikan aktivitas pada saat pertama kali terlihat tanda intoleran, Takikardi,
dyspnea, kelelahan.

Beilan dorongan untuk meningkatkan aktivitas sesuai toleransi, tetapi


mencaribantuan bila terjadi gejala intoleran.

Hasil yang diharapkan/evaluasi:

Meningkatkan keiikut sertaan dalam perawatan diri dan aktivitas sehari-hari.

Melaporkan berkurangnya perasaan kelemahan/ keletihan.

5. Perubahan proses berfikir berhubungan dengan kelebihan sekresi kortisol

intervensi:

evaluasi metode koping yang lalu dan saat ini.

Berikan dorongan untuk membicarakan tentang perasaan kehilangan kontrol.


Diskusikan reaksi yang melewati batas terhadap peristiwa dan metode untuk
koping selanjutnya.

Jelaskan bahwa lonjatan alam perasaan tersebut dapat diatasi dengan


pengobatan.

Ajarkan dan bantu dalam melakukan teknik relaksasi.

Beikan lingkungan yang tenang, stabil dan tanpa stress.

Konsisten dengan waktu dan saat melaukuan aktivitas dan prosedur.

Batasi pengunjung sesuai dengan kepentingan.

Cegah situasi yang dapat menyebabkan kemarahan emosisonal.

Rencanakan perawatan dengan pasien antisipasi kebutuhan.

Orientsikan pasien pada lingkungan sesuai kebutuhan.

Jelaskan prosedur dengan lambat dan jelas, ulangi bila perlu.

Hasil yang diharapkan/evaluasi:

Pasien sadar dan berorintasi

Membicarakan perasaan dengan mudah.

Mengenali respon yang tidak sesuai terhadap situasi dan mebicarakan rencana
untuk menagani respon tersebut.

6. Kelebihan volume cairan sehubungan dengan sekresi kortisol yang berlebihan


menyebakan retensi air dan natrium

intervemsi:

pantau terhadap nilai-nilai elektrolit setiap 4 jam sampai 8 jam dan laporkan
temuan abnormal pada dokter.

Pantau madukan dan haluaran setiap 4 jam

Timbang berat badan pasien setiap hari. Pada waktu yang sama, laporkan
prningkatan berat badan.

Hindari masukan cairan yang berlebihan bila pasien mengalami hipernatremia.

Pantau EKG terhadap abnormalitas yang berhubungan dengan ketidak seimbangan


elektrolit, biasanya hipernatremia dan hiper kalemia.

Pantau tekanan darah , nadi dan bunyi nafas setiap 4 jam laporkan perubahan
yang signifikan dari nilai dasar pasien.

Kaji area edema dependen.


Berikan perawatan kulituntuk erea yang mengalami edema, balikkan dan ubah
posisi setiap 2 jam.

Pertahankan diet tinggi protein, tinggi kalium, rendah natrium, mengurangi kalori.

Hasil yang diharapkan/evaluasi:

Tanda-tanda vital dan elektrolit dalam batas normal untuk pasien, masukan dan
haluaran seimbang, berat badan stabil dan dalam batas normal bagi pasien,
tidak ada bukti adanya edema.

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses


penyakit, pengobatan dan perawatan diri.

Intervensi:

Jelaskan konsep dasar tentang penyakit .

Diskusikan alasan terjadinya perubahan fisik dan emosional.

Diskusikan dan berikan informasi tertulis tentang diiet rendah natrium.

Jelaskan pentingnya mempertahankan lingkungan yang aman dan keseimbagan


aktivitas dan istirahat.

Ajarkan nama obat-obatan , dosis, waktu dan cara pemberian, tujuan, efek
samping dan efek toksik.

Jelaskan pelunya menghindari obat yang dijual bebas tanpa mengkonsultadikan


dengan dokter.

Tekankan pentingnya melakukan perawatan rawat jalan berkelanjutan.

Hasil yang diharapkan/evaluasi:

Pasien orang terdekat mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit,


perinsip perawatan dirumah dan perawatan tindak lanjut, dan rencanakan terapi
radiasi atau operasi

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hipotalamus mensekresi CRF, yang mengatur sekresi ACTH oleh hipofisis
anterior. ACTH kemudian akan merangsang korteks adrenal menghasilkan
hormone adrenokortikal. Adanya desakan massa tumor di hipofisis dalam sela
tursika mengakibatkan pasien merasa pusing. Wajah moon face diakibatkan
adanya penumpukan lemak khas gejala Cushing Sindrom. Striae dan lemah yang
dirasakan pasien terjadi akibat mobilisasi protein dari jaringan otot. Amenore dan
rambut yang tumbuh berlebih adalah konsekuensi dari berlebihnya sekresi
adrenal. Hiperpigmentasi terjadi karena meningkatnya sekresi ACTH yang juga
menentukan pembentukan melanin. Sifat retensi Na yang juga dimiliki oleh
kortisol menyebabkan terjadi hipertensi pada kasus hiperkortisisme.
Diagnosis Cushing Sindrom didasarkan pada gejala-gejala klinis, hasil
pemeriksaan CT Scan, dan dexamethason- test.
Penatalaksanaan primer Cushing Sindrom adalah dengan tindakan operasi tumor
hipofisis atau pengangkatan kelenjar adrenal. Sedangkan pilihan kedua adalah
dengan obat obatan.
B. SARAN
Sebaiknya pasien menjalani operasi pengangkatan tumor hipofisis dahulu,
kemudian mungkin juga dapat dikombinasikan dengan obat obatan
penghambat sintesis hormone adrenokortikal.

DAFTAR PUSTAKA

R. Syamsuhidayat Buku Ajar Ilmu Bedah; EGC; Jakarta; 1997.

Sylvia A. Price; Patofisiolgi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit ; EGC; Jakarta;


1994

Susanne C. Smeltzer; Buku Ajar Medikal Bedah Brunner-Suddart; EGC; Jakarta;


1999.

Susan Martin Tucker;Standar Perawatan Pasien; EGC; jakarta

Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Ed29. Jakarta: EGC

Gunawan et,all. 2007. Farmakologi dan terapi Edisi 5. Jakarta : FKUI

Guyton et,all. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta :
EGC

Soedoyo, et,all. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :


Pusat Penerbitan

Departemen
Diposkan oleh anita simanungkalit di 07.12

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan


ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Total Tayangan Laman

477,453

Arsip Blog

2013 (12)

2012 (9)

o Desember (9)

ASKEP PADA PASIEN KATARAK

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EPISTAKSIS

askep dispepsia

ASKEP APPENDISITIS

ASKEP PASIEN DENGAN SKABIES

ASKEP CUSHING SINDROM

askep hernia

Askep Pasien Dengan DM

Mengenai Saya

anita simanungkalit
Jayapura, Papua, Indonesia

I'm Anita hotmarito simanungkalit. berusaha membagikan apa yang saya


miliki untuk mereka yang membutuhkan. Berbagi itu indah :)

Lihat profil lengkapku

Pengikut

Translate
Diberdayakan oleh Terjemahan

Google+ Followers

Anda mungkin juga menyukai