Anda di halaman 1dari 12

MODUL 2

TERMINOLOGI

1. Diabetes mellitus tipe 2 : penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah
akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau gangguan fungsi insulin (resistensi
insulin).
2. Trias classis diabetes : gejala klasik yang dikeluhkan oleh penderita diabetes, dikenal dengan trio-P,
yaitu poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum), dan polipagio (banyak makan).
3. Gula darah puasa : kadar gula darah ketika tidak ada satupun makanan yang masuk ke dalam tubuh
dalam jangka waktu kurang lebih 8 jam.
4. Gula darah 2 jam post prandial : kadar gula darah pada saat 2 jam setelah makan.
5. HbA1c : HbA1c adalah zat yang terbentuk dari reaksi antara glukosa (gula) dengan hemoglobin yaitu
bagian dari sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh bagian tubuh. HbA1c
yang terbentuk akan tersimpan dan tetap bertahan di dalam sel darah merah selama kurang lebih 3
bulan, sesuai masa hidup sel darah merah. Jumlah HbA1c yang terbentuk tergantung kadar gula di
dalam darah sehingga hasil pemeriksaan HbA1c dapat menggambarkan rata-rata kadar gula darah
selama kurang lebih 3 bulan.
6. Profil lipid : Profil Lipid adalah suatu gambaran kadar lipid di dalam darah. Beberapa
gambaran yang diperiksa dalam pemeriksaan profil lipid adalah kolesterol total,
trigliserida, HDL (High Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein),
dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).
7. Metmorfin : obat antidiabetes yang dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes
tipe 2. Metmorfin menurunkan kadar glukosa darah melalui penghambatan produksi glukosa hati
dan menurunkan resistensi jaringan terhadap insulin.

IDENTIFIKASI MASALAH & HIPOTESIS

1. Mengapa Bu Betty sering BAK terutama malam hari, sering haus, dan sering lapar?
a. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel menyebabkan
hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel
berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat
dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan penurunan volume
intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan
sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi
energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah
seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu
mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan
terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.
e. Malaise atau kelemahan (Brunner & Suddart, 2002)
Mengapa Polifagi muncul?
Glukosa jika masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi glikogen dengan bantuan insulin dan
disimpan dalam hati sebagai cadangan energi. Pada penderita diabetes, glukosa tidak dapat masuk
ke dalam sel target dan berubah menjadi glikogen untuk disimpan di dalam hati sebagai cadangan
energi karena, insulin yang dihasilkan pancreas tidak dapat bekerja atau insulin dapat bekerja tetapi
bekerjanya lambat. Oleh karena itu, tidak ada intake glukosa yang masuk sehingga penderita DM
merasa cepat lapar dan lemas (Polifagi).

Mengapa Poliuri muncul?


Pada penderita DM, akibat insulin yang tidak mampu mengubah glukosa menjadi glikogen, kadar
glukosa dalam darah menjadi tinggi. Keadaan ini dapat menyebabkan hiperfiltrasi pada ginjal
sehingga kecepatan filtrasi ginjal juga meningkat. Akibatnya, glukosa dan Natrium yang diserap
ginjal menjadi berlebihan sehingga urine yang dihasilkan banyak dan membuat penderita menjadi
cepat pipis (Poliuri).

Mengapa Polidipsi muncul?


Proses filtrasi pada ginjal normal merupakan proses difusi yaitu filtrasi zat dari tekanan yang rendah
ke tekanan yang tinggi. Pada penderita DM, glukosa dalam darah yang tinggi menyebabkan
kepekatan glukosa dalam pembuluh darah sehingga proses filtrasi ginjal berubah menjadi osmosis
(filtrasi zat dari tekanan tinggi ke tekanan rendah). Akibatnya, air yang ada di pembuluh darah
terambil oleh ginjal sehingga pembuluh darah menjadi kekurangan air yang menyebabkan
penderita menjadi cepat haus (Polidipsi).

2. Mengapa Bu Betty sering kesemutan terutama malam hari?


Penyakit pembuluh darah perifer
Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang dinamakan Peripheral Vascular
Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan prosesnya lebih cepat pada penderita diabetes daripada
orang yang tidak mendertita diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah atau tidak
terasa sama sekali.

3. Adakah hubungan riwayat melahirkan bayi besar, jarang berolahraga, dan kebiasan makan 5-6
kali sehari dengan keluhan Bu Betty?
a. Bayi besar (makrosomia)
Diabetes melitus dengan kehamilan (diabetes melitus gestational/DMG) adalah kehamilan
normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan
euglycemia). Kondisi diabetes seperti ini biasa di alami sementara oleh ibu hamil selama masa
kehamilan. Diabetes melitus gestasional pada saat kehamilan terjadi karena perubahan
hormonal dan metabolik. Perubahan metabolik ini ditandai dengan peningkatan dari kadar
glukosa dalam darah akibat pemenuhan kebutuhan energi untuk ibu dan janin. Perubahan
hormonal ini ditandai dengan meningkatnya hormon esterogen dan hormon progestin.
Peningkatan hormon estrogen dan hormon progestin ini mengakibatkan keadaan jumlah atau
fungsi insulin ibu hamil tidak optimal sehingga terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Efek dari resistensi insulin ini mengakibatkan kadar gula
darah ibu hamil tinggi sehingga terjadilah diabetes gestasional. Keadaan ini dapat berdampak
pada janin, sebab kadar gula darah ibu akan mempengaruhi gula darah janin sehingga gula
darah janin juga meningkat dan pada gilirannya akan menimbulkan hiperglikemik dalam
lingkungan uterus sehingga dapat merubah pertumbuhan dan komposisi tubuh janin.
Dampaknya bayi yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes melitus gestasional ini berisiko
tinggi untuk terkena makrosomia.

b. Jarang berolahraga
Olahraga merupakan istilah umum untuk segala pergerakan tubuh karena aktivitas otot yang akan
meningkatkan penggunaan energi. Olahraga dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi
energi pada saat berolahraga. Olahraga mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula
dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam
tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi
untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul DM (Kemenkes, 2010).
Hal ini diperkuat dengan teori Ilyas (2009), pada DM Tipe II olahraga berperan utama dalam
pengaturan kadar glukosa darah. Pada saat berolahraga resistensi insulin berkurang, sebaliknya
sensitifitas insulin meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan insulin pada diabetisi tipe II akan
berkurang. Sensitifitas insulin pada saat berolahraga dapat meningkat karena pada saat berolahraga
terjadi peningkatan aliran darah, hal ini menyebabkan jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak
reseptor insulin yang tersedia dan aktif. Respon ini hanya pada saat berolahraga, tidak merupakan efek
yang menetap atau berlangsung lama, oleh karena itu olahraga harus dilakukan secara terus menerus
dan teratur

c. Pola makan
Waspadji (2004) menyatakan faktor makanan juga merupakan faktor utama yang bertanggung
jawab sebagai penyebab diabetes melitus tipe 2.Makan terlalu banyak karbohidrat, lemak dan
protein semua berbahaya bagi tubuh.Tubuh kita secara umum membutuhkan diet seimbang
untuk menghasilkan energi untuk melakukan fungsi-fungsi vital. Terlalu banyak makanan, akan
menghambat pankreas untuk menjalankan fungsi sekresi insulin, jika sekresi insulin terhambat
maka kadar gula dalam darah akan meningkat. Orang-orang yang terbiasa mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung karbohidrat seperti biskuit, coklat, es cream dan lain
sebagainya sangat berpotensi untuk terserang penyakit diabetes melitus tipe 2.

4. Mengapa Bu Betty didiagnosis DMT2?

5. Mengapa faktor riwayat keluarga dapat menyebabkan DM?


a. Usia
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Goldberg dan Coon (2001) yang
menyatakan proses menua yang berlangsung pada usia 45 tahun ke atas mengakibatkan
perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia, perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada
tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi fungsi
homeostasis. Komponen tubuh yang dapat mengalami perubahan adalah sel beta pankreas
yang menghasilkan hormon insulin, sel sel jaringan target yang menghasilkan glukosa, sistem
saraf, dan hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa.
Umur adalah salah satu faktor yang yang paling umum yang mempengaruhi individu untuk
diabetes. Faktor resiko meningkat secara signifikan setelah usia 45 tahun dan meningkat secara
dramatis setelah usia 65 tahun. Hal ini terjadi karena orang-orang pada usia ini kurang aktif,
berat badan akan bertambah dan massa otot akan berkurang sehingga menyebabkan disfungsi
pankreas. Disfungsi pankreas dapat menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah karena
tidak diproduksinya insulin (DAdamo, 2007).
b. Riwayat keluarga
Seorang yang menderita DM diduga mempunyai gen diabetes.
Michael dkk (2006) yang menyatakan prevalensi DM tipe 2 yang tinggi pada anak dari orang tua
yang menderita diabetes dan keterkaitan DM tipe 2 dengan banyak gen kandidat telah
teridentifikasi pada berbagai populasi, tetapi tidak ada gen yang terlihat sebagai gen utama di
dalam proses terjadinya kelainan tersebut. Munculnya diabetes yang biasa muncul ketika
dewasa merupakan bentuk monogenik DM tipe 2 dengan usia 45 tahun ke atas. Kelainan ini
diturunkan secara autosomal dominan dan mutasi disebutkan terjadi paling sedikit pada lima
gen. varian genetik lainnya adalah kehilangan pendengaran yang diwariskan secara maternal
pada diabetes mellitus (MIDDM, maternally inherited deafness in diabetes melitus) yang
merupakan ciri khas DM tipe 1 maupun tipe 2. Hanya anak perempuan yang dapat mewariskan
penyakit ini kepada keturunan, kendati kedua gander sama-sama dapat terkena.

6. Adakah hubungan antara DM dengan stroke?


Komplikasi jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh pembuluh kecil (mikroangiopati)
dan pembuluh pembuluh besar (makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang
menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetic), glomerulus ginjal (nefropati diabetic) dan saraf
saraf perifer (neuropati diabetic), otot otot serta kulit. Makroangiopati mempunyai gambaran
histopatologi berupa arterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh defisiensi
insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa
setelah makan karbohidrat. Sehingga terjadilah hiperglikemia berat dan apabila melebihi ambang batas
reabsorbsi oleh ginjal maka timbullah glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama
urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang (polifagia) mungkin
akan timbul dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan cairan elektrolit. Ketika tubuh kehilangan cairan
maka darah mengalami kepekatan yang membuat darah menggumpal atau dengan kata lain mengalami
trombosis. Trombosis adalah proses kompleks yang berhubungan dengan proses terjadinya aterosklerosis
yang selanjutnya dapat menghasilkan penyempitan pembuluh darah yang mengarah ke otak (Gambar 3.3)
(Price dan Wilson, 2006).
Penyebab diabetes melitus menjadi stroke iskemik salah satunya adalah adanya suatu proses
aterosklerosis. Kira-kira 30% pasien dengan aterosklerosis otak terbukti adalah penderita diabetes.
Terjadinya hiperglikemia menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah besar maupun pembuluh darah
perifer disamping itu juga akan meningkatkan agegrat platelet dimana kedua proses tersebut dapat
menyebabkan aterosklerosis. Hiperglikemia juga dapat meningkatkan viskositas darah yang kemudian akan
menyebabkan naiknya tekanan darah atau hipertensi dan berakibat terjadinya stroke iskemik. Proses
makroangiopati dianggap sangat relevan dengan stroke dan juga terdapat bukti adanya keterlibatan proses
makroangiopati yang ditandai terjadinya stroke lakunar pada penderita diabetes melitus(Gilroy, 2000; Hankey
dan Lees, 2001; Ryden et al 2007).

7. Mengapa dokter menanyakan keluhan nyeri dada, pandangan kabur, dan nyeri paha saat
berjalan?
Keluhan nyeri terutama pada ekstremitas merupakan keluhan umum pada penderita
diabetes mellitus, terutama pada penderita menahun apalagi dengan kendali glukosa yangtidak
baik. Penyebab keluhan ini dikenal sebagai neuropati perifer, komplikasi kronis diabetes yang sulit
diatasi dengan pengobatan ( 1 ).
Kelainan yang memberikan gejala nyeri ( neuropathic pain ) ini, akibat lesi ataupun disfungsi
primer yang seringkali terjadi pada system saraf perifer namun juga dapat bersifat sentral, misalnya
pada kelainan pasca stroke ( 2, 3 ).
Pada diabetes mellitus, kerusakan sel ( saraf ) merupakan dampak dari stres metabolik yang
menyebabkan anoksia. Keadaan anoksia bermula dari pengaruh gangguan pembentukan ATP didalam sel
yang terjadi akibat stress metabolik yang berkelanjutan, yang dipicu gangguan metabolisme glukosa ( 4 ).
Jalur metabolisme alternatif berupa glikolisis anaerob, berdampak menurunnya kadar glikogen serta
meningkatnya asam laktat. pada penderita diabetes. Pada mulanya timbul kelainan yang bersifat reversible
pada saraf, ditandai proses edema dan terhambatnya sintesis protein dalam sel. Bila stress berlanjut,
kelainan bersifat irreversible dimana terlihat kerusakan pada membranesel serta disintegrasi DNA.
Kerusakan saraf (Neuropati)
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang
belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta susunan saraf otonom yang
mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah glukosa darah
terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Apabila
glukosa darah berhasil diturunkan menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun
bila dalam jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan
melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga
terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik (diabetic neuropathy). Neuropati diabetik
dapat mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls
saraf, salah kirim atau terlambat kirim.

8. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan gula darah sewaktu Bu Betty?
- TD 150/90 mmHg : hipertensi
- Obese : risiko DM
- Gula darah sewaktu 275 mg/dl (>200 mg/dl) : DM
Gula darah sewaktu adalah hasil pemeriksaan sesaat pada satu waktu tanpa memperhatikan
waktu makan terakhir

9. Mengapa dokter menyarankan Bu Betty untuk melakukan pemeriksaan gula darah puasa, gula
darah 2 jam PP, HbA1c, profil lipid, dan konsultasi ke dokter mata?
a. Konsultasi ke dokter mata, karena penyakit diabetes dapat merusak mata penderita dan
menjadi penyebab utama kebutaan (komplikasi kronik jangka panjang).
Komplikasi vaskular jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh-pembuluh kecil
mikroangiopati dan pembuluh-pembuluh dsedang dan besar makroangiopati.
Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina
(retinopati diabetik), glomerolus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati
diabetik), otot-otot serta kulit. Lesi-lesi ini ditandai dengan peningkatan penimbunan
glikoprotein.
Ada 3 penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetes:
- Retinopati. Retina mendapatkan makanan dari banyak pembuluh darah kapiler yang sangat
kecil. Glukosa darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah.
- Katarak. Lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh sehingga
menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah yang
tinggi.
- Glaukoma. Terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata sehingga merusak saraf mata.
Untuk penegakan diagnosis DM tipe II yaitu dengan pemeriksaan glukosa darah dan pemeriksaan
glukosa peroral (TTGO). Sedangkan untuk membedakan DM tipe II dan DM tipe I dengan pemeriksaan C-
peptide.

Pemeriksaan glukosa darah

a) Glukosa Plasma Vena Sewaktu


Pemeriksaan gula darah vena sewaktu pada pasien DM tipe II dilakukan pada pasien DM tipe II
dengan gejala klasik seprti poliuria, polidipsia dan polifagia. Gula darah sewaktu diartikan kapanpun
tanpa memandang terakhir kali makan. Dengan pemeriksaan gula darah sewaktu sudah dapat
menegakan diagnosis DM tipe II. Apabila kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl (plasma vena)
maka penderita tersebut sudah dapat disebut DM. Pada penderita ini tidak perlu dilakukan
pemeriksaan tes toleransi glukosa.
b) Glukosa Plasma Vena Puasa
Pada pemeriksaan glukosa plasma vena puasa, penderita dipuasakan 8-12 jam sebelum tes
dengan menghentikan semua obat yang digunakan, bila ada obat yang harus diberikan perlu ditulis
dalam formulir.
Intepretasi pemeriksan gula darah puasa sebagai berikut :
kadar glukosa plasma puasa < 110 mg/dl dinyatakan normal, 126 mg/dl adalah diabetes melitus,
sedangkan antara 110- 126 mg/dl disebut glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
Pemeriksaan gula darah puasa lebih efektif dibandingkan dengan pemeriksaan tes toleransi
glukosa oral.
c) Glukosa 2 jam Post Prandial (GD2PP)
Tes dilakukan bila ada kecurigaan DM. Pasien makan makanan yang mengandung 100gr
karbohidrat sebelum puasa dan menghentikan merokok serta berolahraga. Glukosa 2 jam Post
Prandial menunjukkan DM bila kadar glukosa darah 200 mg/dl, sedangkan nilai normalnya 140.
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) apabila kadar glukosa > 140 mg/dl tetapi < 200 mg/dl.
d) Glukosa jam ke-2 pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Pemeriksan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dilakukan apabila pada pemeriksaan glukosa
sewaktu kadar gula darah berkisar 140-200 mg/dl untuk memastikan diabetes atau tidak. Sesuai
kesepakatan WHO tahun 2006,tatacara tes TTGO dengan cara melarutkan 75gram glukosa pada
dewasa, dan 1,25 mg pada anak-anak kemudian dilarutkan dalam air 250-300 ml dan dihabiskan
dalam waktu 5 menit.TTGO dilakukan minimal pasien telah berpuasa selama minimal 8 jam.
Penilaian adalah sebagai berikut;
1) Toleransi glukosa normal apabila 140 mg/dl;
2) Toleransi glukosa terganggu (TGT) apabila kadar glukosa > 140 mg/dl
tetapi < 200 mg/dl; dan
3) Toleransi glukosa 200 mg/dl disebut diabetes melitus.

Pemeriksaan HbA1c

HbA1c merupakan reaksi antara glukosa dengan hemoglobin, yang tersimpan dan bertahan dalam
sel darah merah selama 120 hari sesuai dengan umur eritrosit. Kadar HbA1c bergantung dengan kadar
glukosa dalam darah, sehingga HbA1c menggambarkan rata-rata kadar gula darah selama 3 bulan.
Sedangkan pemeriksaan gula darah hanya mencerminkan saat diperiksa, dan tidak menggambarkan
pengendalian jangka panjang. Pemeriksaan gula darah diperlukan untuk pengelolaaan diabetes
terutama untuk mengatasi komplikasi akibat perubahan kadar glukosa yang berubah mendadak.

Interpretasi:

- Nilai HbA1c < 6.5% berarti kendali diabetes/kontrol glikemik baik


- Nilai HbA1c 6.5 - 8% berarti kendali diabetes sedang
- Nilai HbA1c > 8% berarti kendali diabetes buruk

10. Mengapa Bu Betty diberikan metmorfin 3 kali sehari dan edukasi gaya hidup sehat?
PENATALAKSANAAN
Karena banyaknya komplikasi kronik yang dapat terjadi pada DM tipe-2, dan sebagian besar
mengenai organ vital yang dapat fatal, maka tatalaksana DM tipe-2 memerlukan terapi agresif
untuk mencapai kendali glikemik dan kendali faktor risiko kardiovaskular. Dalam Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia 2011, penatalaksanaan dan pengelolaan
DM dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan
jasmani dan intervensi farmakologis.1
A. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang memerlukan
partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien. Upaya edukasi dilakukan secara
komphrehensif dan berupaya meningkatkan motivasi pasien untuk memiliki perilaku sehat.
Tujuan dari edukasi diabetes adalah mendukung usaha pasien penyandang diabetes untuk
mengerti perjalanan alami penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan/
komplikasi yang mungkin timbul secara dini/ saat masih reversible, ketaatan perilaku
pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri, dan perubahan perilaku/kebiasaan
kesehatan yang diperlukan.
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki,
ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan aktifitas fisik, dan
mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.
B. Terapi Gizi Medis
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan yang seimbang, sesuai
dengan kebutuhan kalori masing-masing individu, dengan memperhatikan keteraturan
jadwal makan, jenis dan jumlah makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari
karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, Natrium kurang dari 3g, dan diet
cukup serat sekitar 25g/hari.1
C. Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing selama kurang lebih 30
menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik seperti berjalan santai, jogging,
bersepeda dan berenang. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitifitas insulin.1
D. Intervensi Farmakologis Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan
pengetahuan pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri
dari obat oral dan bentuk suntikan.
11. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi jika tidak mengontrol gula darah dengan baik?

12. Apa saja gejala jika gula darah sangat rendah?

13. Kapan seorang pasien DM dirujuk?


Menurut dr Yunir, sebagian besar kasus diabetes sebenarnya bisa ditangani di puskesmas,
misalnya cukup dengan pemberian satu atau dua obat kombinasi. Namun memang suatu saat
kadang pasien perlu dirujuk untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap.
Jika target pengobatan yang dibuat tidak tercapai, maka ada baiknya pasien diabetes
dirujuk. Misalnya jika target kendali gula darah tak berhasil, yakni ketika seorang pasien kadar gula
darahnya tetap buruk meskipun sudah diberikan obat secara maksimal (untuk tahap puskesmas
maksimal dua jenis obat).

"Lalu juga kalau sudah ada komplikasi-komplikasi yang muncul, termasuk komplikasi yang
kompleks. Atau bisa juga kalau pasien sering hipoglikemia (kadar gula darah rendah). Ini tidak bisa
dihindari, harus dirujuk ke rumah sakit," lanjut dr Yunir dalam jumpa pers yang diadakan di Shangri-
La Hotel, Jl Jend Sudirman, Jakarta, Jumat (19/12/2014).
Namun faktanya sebagian besar pasien diabetes yang masuk dalam fase perawatan sudah
disertai dengan komplikasi, kebanyakan komplikasi pada mata, saraf, ginjal dan kaki.

14. Mengapa dilakukan dan apa tindakan preventif sekunder terhadap penderita TM 2?
Pencegahan penyakit diabetes melitus dibagi menjadi empat bagian yaitu:
Pencegahan Premordial
Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko
lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan dengan multimitra. Pencegahan premodial pada penyakit
DM misalnya adalah menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa konsumsi
makan kebarat-baratan adalah suatu pola makan yang kurang baik, pola hidup santai atau kurang
aktivitas, dan obesitas adalah kurang baik bagi kesehatan.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orangorang yang termasuk kelompok
risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi berpotensi untuk menderita DM
diantaranya :
a. Kelompok usia tua (>45tahun)
b. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2))
c. Tekanan darah tinggi (>140i90mmHg)
d. Riwayat keiuarga DM
e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.
f. Disiipidemia (HvL<35mg/dl dan atau Trigliserida>250mg/dl).
g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)
Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Oleh karena sangat penting
dalam pencegahan ini. Sejak dini hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya
kegiatan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat menjaga badan agar tidak terlalu
gemuk:, dan risiko merokok bagi kesehatan.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan
tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit. Dalam pengelolaan pasien
DM, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya
penyulit menahun. Pilar utama pengelolaan DM meliputi:
a. penyuluhan
b. perencanaan makanan
c. latihan jasmani
d. obat berkhasiat hipoglikemik.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan merehabilitasi
pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Pelayanan kesehatan yang holistik
dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan, terutama dirumah sakit rujukan, misalnya
para ahli sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit jantung, mata, rehabilitasi medis, gizi dan lain-
lain.

15. Kapan diperlukan terapi insulin?


Indikasi Terapi dengan Insulin
1. Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh sel beta
tidak ada atau hampir tidak ada.
2. Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis
lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
3. Keadaan stres berat seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark
miokard akut atau stroke.
4. DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulin bila diet
saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
5. Ketoasidosis diabetic. Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan
metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis (keasaman darah meningkat) dan
ketosis (peningkatan kadar keton dalam darah), terutama disebabkan oleh defisiensi insulin
absolut atau relatif.
6. Hipoglikemik hiperosmolar non-ketotik.
7. Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan
suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap
memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal
selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
9. Kontraindikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi oral.

Anda mungkin juga menyukai