TERMINOLOGI
1. Diabetes mellitus tipe 2 : penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah
akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau gangguan fungsi insulin (resistensi
insulin).
2. Trias classis diabetes : gejala klasik yang dikeluhkan oleh penderita diabetes, dikenal dengan trio-P,
yaitu poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum), dan polipagio (banyak makan).
3. Gula darah puasa : kadar gula darah ketika tidak ada satupun makanan yang masuk ke dalam tubuh
dalam jangka waktu kurang lebih 8 jam.
4. Gula darah 2 jam post prandial : kadar gula darah pada saat 2 jam setelah makan.
5. HbA1c : HbA1c adalah zat yang terbentuk dari reaksi antara glukosa (gula) dengan hemoglobin yaitu
bagian dari sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh bagian tubuh. HbA1c
yang terbentuk akan tersimpan dan tetap bertahan di dalam sel darah merah selama kurang lebih 3
bulan, sesuai masa hidup sel darah merah. Jumlah HbA1c yang terbentuk tergantung kadar gula di
dalam darah sehingga hasil pemeriksaan HbA1c dapat menggambarkan rata-rata kadar gula darah
selama kurang lebih 3 bulan.
6. Profil lipid : Profil Lipid adalah suatu gambaran kadar lipid di dalam darah. Beberapa
gambaran yang diperiksa dalam pemeriksaan profil lipid adalah kolesterol total,
trigliserida, HDL (High Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein),
dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).
7. Metmorfin : obat antidiabetes yang dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes
tipe 2. Metmorfin menurunkan kadar glukosa darah melalui penghambatan produksi glukosa hati
dan menurunkan resistensi jaringan terhadap insulin.
1. Mengapa Bu Betty sering BAK terutama malam hari, sering haus, dan sering lapar?
a. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel menyebabkan
hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel
berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat
dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan penurunan volume
intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan
sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi
energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah
seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu
mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan
terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.
e. Malaise atau kelemahan (Brunner & Suddart, 2002)
Mengapa Polifagi muncul?
Glukosa jika masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi glikogen dengan bantuan insulin dan
disimpan dalam hati sebagai cadangan energi. Pada penderita diabetes, glukosa tidak dapat masuk
ke dalam sel target dan berubah menjadi glikogen untuk disimpan di dalam hati sebagai cadangan
energi karena, insulin yang dihasilkan pancreas tidak dapat bekerja atau insulin dapat bekerja tetapi
bekerjanya lambat. Oleh karena itu, tidak ada intake glukosa yang masuk sehingga penderita DM
merasa cepat lapar dan lemas (Polifagi).
3. Adakah hubungan riwayat melahirkan bayi besar, jarang berolahraga, dan kebiasan makan 5-6
kali sehari dengan keluhan Bu Betty?
a. Bayi besar (makrosomia)
Diabetes melitus dengan kehamilan (diabetes melitus gestational/DMG) adalah kehamilan
normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan
euglycemia). Kondisi diabetes seperti ini biasa di alami sementara oleh ibu hamil selama masa
kehamilan. Diabetes melitus gestasional pada saat kehamilan terjadi karena perubahan
hormonal dan metabolik. Perubahan metabolik ini ditandai dengan peningkatan dari kadar
glukosa dalam darah akibat pemenuhan kebutuhan energi untuk ibu dan janin. Perubahan
hormonal ini ditandai dengan meningkatnya hormon esterogen dan hormon progestin.
Peningkatan hormon estrogen dan hormon progestin ini mengakibatkan keadaan jumlah atau
fungsi insulin ibu hamil tidak optimal sehingga terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Efek dari resistensi insulin ini mengakibatkan kadar gula
darah ibu hamil tinggi sehingga terjadilah diabetes gestasional. Keadaan ini dapat berdampak
pada janin, sebab kadar gula darah ibu akan mempengaruhi gula darah janin sehingga gula
darah janin juga meningkat dan pada gilirannya akan menimbulkan hiperglikemik dalam
lingkungan uterus sehingga dapat merubah pertumbuhan dan komposisi tubuh janin.
Dampaknya bayi yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes melitus gestasional ini berisiko
tinggi untuk terkena makrosomia.
b. Jarang berolahraga
Olahraga merupakan istilah umum untuk segala pergerakan tubuh karena aktivitas otot yang akan
meningkatkan penggunaan energi. Olahraga dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi
energi pada saat berolahraga. Olahraga mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula
dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam
tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi
untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul DM (Kemenkes, 2010).
Hal ini diperkuat dengan teori Ilyas (2009), pada DM Tipe II olahraga berperan utama dalam
pengaturan kadar glukosa darah. Pada saat berolahraga resistensi insulin berkurang, sebaliknya
sensitifitas insulin meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan insulin pada diabetisi tipe II akan
berkurang. Sensitifitas insulin pada saat berolahraga dapat meningkat karena pada saat berolahraga
terjadi peningkatan aliran darah, hal ini menyebabkan jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak
reseptor insulin yang tersedia dan aktif. Respon ini hanya pada saat berolahraga, tidak merupakan efek
yang menetap atau berlangsung lama, oleh karena itu olahraga harus dilakukan secara terus menerus
dan teratur
c. Pola makan
Waspadji (2004) menyatakan faktor makanan juga merupakan faktor utama yang bertanggung
jawab sebagai penyebab diabetes melitus tipe 2.Makan terlalu banyak karbohidrat, lemak dan
protein semua berbahaya bagi tubuh.Tubuh kita secara umum membutuhkan diet seimbang
untuk menghasilkan energi untuk melakukan fungsi-fungsi vital. Terlalu banyak makanan, akan
menghambat pankreas untuk menjalankan fungsi sekresi insulin, jika sekresi insulin terhambat
maka kadar gula dalam darah akan meningkat. Orang-orang yang terbiasa mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung karbohidrat seperti biskuit, coklat, es cream dan lain
sebagainya sangat berpotensi untuk terserang penyakit diabetes melitus tipe 2.
7. Mengapa dokter menanyakan keluhan nyeri dada, pandangan kabur, dan nyeri paha saat
berjalan?
Keluhan nyeri terutama pada ekstremitas merupakan keluhan umum pada penderita
diabetes mellitus, terutama pada penderita menahun apalagi dengan kendali glukosa yangtidak
baik. Penyebab keluhan ini dikenal sebagai neuropati perifer, komplikasi kronis diabetes yang sulit
diatasi dengan pengobatan ( 1 ).
Kelainan yang memberikan gejala nyeri ( neuropathic pain ) ini, akibat lesi ataupun disfungsi
primer yang seringkali terjadi pada system saraf perifer namun juga dapat bersifat sentral, misalnya
pada kelainan pasca stroke ( 2, 3 ).
Pada diabetes mellitus, kerusakan sel ( saraf ) merupakan dampak dari stres metabolik yang
menyebabkan anoksia. Keadaan anoksia bermula dari pengaruh gangguan pembentukan ATP didalam sel
yang terjadi akibat stress metabolik yang berkelanjutan, yang dipicu gangguan metabolisme glukosa ( 4 ).
Jalur metabolisme alternatif berupa glikolisis anaerob, berdampak menurunnya kadar glikogen serta
meningkatnya asam laktat. pada penderita diabetes. Pada mulanya timbul kelainan yang bersifat reversible
pada saraf, ditandai proses edema dan terhambatnya sintesis protein dalam sel. Bila stress berlanjut,
kelainan bersifat irreversible dimana terlihat kerusakan pada membranesel serta disintegrasi DNA.
Kerusakan saraf (Neuropati)
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang
belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta susunan saraf otonom yang
mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah glukosa darah
terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Apabila
glukosa darah berhasil diturunkan menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun
bila dalam jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan
melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga
terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik (diabetic neuropathy). Neuropati diabetik
dapat mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls
saraf, salah kirim atau terlambat kirim.
8. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan gula darah sewaktu Bu Betty?
- TD 150/90 mmHg : hipertensi
- Obese : risiko DM
- Gula darah sewaktu 275 mg/dl (>200 mg/dl) : DM
Gula darah sewaktu adalah hasil pemeriksaan sesaat pada satu waktu tanpa memperhatikan
waktu makan terakhir
9. Mengapa dokter menyarankan Bu Betty untuk melakukan pemeriksaan gula darah puasa, gula
darah 2 jam PP, HbA1c, profil lipid, dan konsultasi ke dokter mata?
a. Konsultasi ke dokter mata, karena penyakit diabetes dapat merusak mata penderita dan
menjadi penyebab utama kebutaan (komplikasi kronik jangka panjang).
Komplikasi vaskular jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh-pembuluh kecil
mikroangiopati dan pembuluh-pembuluh dsedang dan besar makroangiopati.
Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina
(retinopati diabetik), glomerolus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati
diabetik), otot-otot serta kulit. Lesi-lesi ini ditandai dengan peningkatan penimbunan
glikoprotein.
Ada 3 penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetes:
- Retinopati. Retina mendapatkan makanan dari banyak pembuluh darah kapiler yang sangat
kecil. Glukosa darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah.
- Katarak. Lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh sehingga
menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah yang
tinggi.
- Glaukoma. Terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata sehingga merusak saraf mata.
Untuk penegakan diagnosis DM tipe II yaitu dengan pemeriksaan glukosa darah dan pemeriksaan
glukosa peroral (TTGO). Sedangkan untuk membedakan DM tipe II dan DM tipe I dengan pemeriksaan C-
peptide.
Pemeriksaan HbA1c
HbA1c merupakan reaksi antara glukosa dengan hemoglobin, yang tersimpan dan bertahan dalam
sel darah merah selama 120 hari sesuai dengan umur eritrosit. Kadar HbA1c bergantung dengan kadar
glukosa dalam darah, sehingga HbA1c menggambarkan rata-rata kadar gula darah selama 3 bulan.
Sedangkan pemeriksaan gula darah hanya mencerminkan saat diperiksa, dan tidak menggambarkan
pengendalian jangka panjang. Pemeriksaan gula darah diperlukan untuk pengelolaaan diabetes
terutama untuk mengatasi komplikasi akibat perubahan kadar glukosa yang berubah mendadak.
Interpretasi:
10. Mengapa Bu Betty diberikan metmorfin 3 kali sehari dan edukasi gaya hidup sehat?
PENATALAKSANAAN
Karena banyaknya komplikasi kronik yang dapat terjadi pada DM tipe-2, dan sebagian besar
mengenai organ vital yang dapat fatal, maka tatalaksana DM tipe-2 memerlukan terapi agresif
untuk mencapai kendali glikemik dan kendali faktor risiko kardiovaskular. Dalam Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia 2011, penatalaksanaan dan pengelolaan
DM dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan
jasmani dan intervensi farmakologis.1
A. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang memerlukan
partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien. Upaya edukasi dilakukan secara
komphrehensif dan berupaya meningkatkan motivasi pasien untuk memiliki perilaku sehat.
Tujuan dari edukasi diabetes adalah mendukung usaha pasien penyandang diabetes untuk
mengerti perjalanan alami penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan/
komplikasi yang mungkin timbul secara dini/ saat masih reversible, ketaatan perilaku
pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri, dan perubahan perilaku/kebiasaan
kesehatan yang diperlukan.
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki,
ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan aktifitas fisik, dan
mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.
B. Terapi Gizi Medis
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan yang seimbang, sesuai
dengan kebutuhan kalori masing-masing individu, dengan memperhatikan keteraturan
jadwal makan, jenis dan jumlah makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari
karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, Natrium kurang dari 3g, dan diet
cukup serat sekitar 25g/hari.1
C. Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing selama kurang lebih 30
menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik seperti berjalan santai, jogging,
bersepeda dan berenang. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitifitas insulin.1
D. Intervensi Farmakologis Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan
pengetahuan pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri
dari obat oral dan bentuk suntikan.
11. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi jika tidak mengontrol gula darah dengan baik?
"Lalu juga kalau sudah ada komplikasi-komplikasi yang muncul, termasuk komplikasi yang
kompleks. Atau bisa juga kalau pasien sering hipoglikemia (kadar gula darah rendah). Ini tidak bisa
dihindari, harus dirujuk ke rumah sakit," lanjut dr Yunir dalam jumpa pers yang diadakan di Shangri-
La Hotel, Jl Jend Sudirman, Jakarta, Jumat (19/12/2014).
Namun faktanya sebagian besar pasien diabetes yang masuk dalam fase perawatan sudah
disertai dengan komplikasi, kebanyakan komplikasi pada mata, saraf, ginjal dan kaki.
14. Mengapa dilakukan dan apa tindakan preventif sekunder terhadap penderita TM 2?
Pencegahan penyakit diabetes melitus dibagi menjadi empat bagian yaitu:
Pencegahan Premordial
Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko
lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan dengan multimitra. Pencegahan premodial pada penyakit
DM misalnya adalah menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa konsumsi
makan kebarat-baratan adalah suatu pola makan yang kurang baik, pola hidup santai atau kurang
aktivitas, dan obesitas adalah kurang baik bagi kesehatan.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orangorang yang termasuk kelompok
risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi berpotensi untuk menderita DM
diantaranya :
a. Kelompok usia tua (>45tahun)
b. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2))
c. Tekanan darah tinggi (>140i90mmHg)
d. Riwayat keiuarga DM
e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.
f. Disiipidemia (HvL<35mg/dl dan atau Trigliserida>250mg/dl).
g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)
Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Oleh karena sangat penting
dalam pencegahan ini. Sejak dini hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya
kegiatan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat menjaga badan agar tidak terlalu
gemuk:, dan risiko merokok bagi kesehatan.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan
tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit. Dalam pengelolaan pasien
DM, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya
penyulit menahun. Pilar utama pengelolaan DM meliputi:
a. penyuluhan
b. perencanaan makanan
c. latihan jasmani
d. obat berkhasiat hipoglikemik.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan merehabilitasi
pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Pelayanan kesehatan yang holistik
dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan, terutama dirumah sakit rujukan, misalnya
para ahli sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit jantung, mata, rehabilitasi medis, gizi dan lain-
lain.