KONSEP MEDIS
A. Pengkajian
Pengkajian merupakanpengumpulan informasi subjektif dan objektif
(mis: tanda-tanda vital, wawancara pasien/keluarga, pemeriksaan fisik
dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medic (NANDA,
2018).
I. Identitas Klien
Di identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama,
status perkawinan, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
B. Riwayat Kesehatan
KeluhanUtama
Pada pasien dengan diabetes melitus biasanya akan merasakan
badannya lemas dan mudah mengantuk terkadang juga muncul
keluhan berat badan turun dan mudah merasakan haus. Pada
pasien diabetes dengan ulkus diabetic biasanya muncul luka
yang tidak kunjung sembuh.
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya merasakan nyeri, merasakan paresthesia
ekstremitas bawah, luka yang susah untuk sembuh, turgor kulit
jelek, mata cekung, nyeri kepala, mual dan muntah, kelemahan
otot, letargi, mengalami kebingungan dan bisa terjadi koma
Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya hipertensi dan penyakit jantung. Gejala yang muncul
pada pasien DM tidak terdeteksi, pengobatan yang di jalani
berupa control rutin ke dokter maupun instansi kesehatan
terdekat.
Riwayat kesehatan keluarga
Muncul akibat adanya keturunan dari keluarga yang menderita
penyakit DM.
C. Pengkajian Pola Sehari-hari
Pola persepsi
Persepsi pasien ini biasanya akan mengarah pada pemikiran
negative
terhadap dirinya yang cenderung tidak patuh berobat dan
perawatan.
Pola nutrisi metabolic
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya kurang
insulin maka kadar gula darah tidak bisa dipertahankan
sehingga menyebabkan keluhan sering BAK, banyak makan,
banyak minum, BB menurun dan mudah lelah. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang mempengaruhi status kesehatan.
Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan
pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria). Pada eliminasi
alvi relatif tidak ada gangguan.
Pola aktivitas dan Latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan
istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan
aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka
gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah
menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami
kelelahan.
Pola tidur dan istirahan
Istirahat kurang efektif adanya poliuri, nyeri pada kaki diabetic,
sehingga klien mengalami kesulitan tidur.
Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati/mati
rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri.
Pengecapan mengalami penurunan, gangguan penglihatan .
Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran
diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self
esteem).
Peran hubungan
Luka gangren yang susah sembuh dan berbau menjadikan
penderitan kurang percaya diri dan menghindar dari keramaian.
Seksualitas
Menyebabkan gangguan kualitas ereksi, gangguan potensi seks,
adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun
dan terjadi impoten pada pria risiko lebih tinggi terkena kanker
prostat berhubungan dengan nefropati
Koping toleransi
Waktu peraatan yang lama, perjalanan penyakit kronik, tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis
yang negative seperti marah, cemas,mudah tersinggung, dapat
mengakibatkan penderita kurang mampu menggunakan
mekanisme koping yang
konstruktif/adaptif.
Nilai keprercayaan
Perubahan status kesehatan, turunnya fungsi tubuh dan luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melakukan
ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadahnya.
D. Pemeriksan Fisik
Status kesehatan umum : meliputi keadaan penderita yang
sering muncul adalah kelemahan fisik.
Tingkat kesadaran : normal, letargi, stupor, koma (tergantung
kadar gula yang dimiliki dan kondisi fisiologis untuk
melakukan kompensasi kelebihan kadar gula dalam darah)
Tanda-tanda vital
(1) Tekanan darah (TD) : biasanya mengalami hipertensi dan
juga ada yang mengalami hipotensi.
(2) Nadi (N) : biasanya pasien DM mengalami takikardi saat
beristirahat maupun beraktivitas.
(3) Pernapasan (RR) : biasanya pasien mengalami takipnea
(4) Suhu (S) : biasanya suhu tubuh pasien mengalami
peeningkatan jika terindikasi adanya infeksi.
(5) Berat badan : pasien DM biasanya akan mengalami
penuruan BB secara signifikan pada pasien yang tidak
mendapatkan terapi dan terjadi peningkatan BB jika
pengobatan pasien rutin serta pola makan yang terkontrol.
Kepala dan leher
(1) Wajah : kaji simetris dan ekspresi wajah, antara lain
paralisis wajah (pada klien dengan komplikasi stroke).
(2) Mata : kaji lapang pandang klien, biasanya pasien
mengalami retinopati atau katarak, penglihatan kabur, dan
penglihatan ganda (diplopia).
(3) Telinga : pengkajian adakah gangguan pendengaran,
apakah telinga kadang-kadang berdenging, dan tes
ketajaman pendengaran dengan garputala atau bisikan.
(4) Hidung : tidak ada pembesaran polip dan tidak ada
sumbatan, serta peningkatan pernapasan cuping hidung
(PCH).
(5) Mulut :
(a) Bibir : sianosis (apabila mengalami asidosis atau
penurunanperfusi jaringan pada stadium lanjut).
(b) Mukosa : kering, jika dalam kondisi dehidrasi akibat
diuresis osmosis.
(c) Pemeriksaan gusi mudah bengkak dan berdarah, gigi
mudah goyah.
(6) Leher : pada inspeksi jarak tampak distensi vena
jugularis, pembesaran kelenjar limfe dapat muncul
apabila ada infeksi sistemik
Thorax dan paru-paru
(1) Inspeksi : bentuk dada simetris atau asimetris, irama
pernapasan, nyeri dada, kaji kedalaman dan juga suara
nafas atau adanya kelainan suara nafas, tambahan atau
adanya penggunaan otot bantu pernapasan.
(2) Palpasi : lihat adnya nyeri tekan atau adanya massa.
(3) Perkusi : rasakan suara paru sonor atau hipersonor.
(4) Auskultasi : dengarkan suara paru vesikuler atau
bronkovesikuler.
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau
tanpa
sputum purulent (tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : frekuensi pernapasan meningkat dan batuk
Abdomen
(1) Inspeksi : amati bentuk abdomen simetris atau asimetris.
(2) Auskultasi : dengarkan apakah bising usus meningkat.
(3) Perkusi : dengarkan thympany atau hiperthympany.
(4) Palpasi : rasakan adanya massa atau adanya nyeri tekan
Integumen
(1) Kulit : biasanya kulit kering atau bersisik
(2) Warna : tampak warna kehitaman disekitar luka karena
adanya gangren, daerah yang sering terpapar yaitu
ekstremitas bagian bawah.
(3) Turgor : menurun karena adanya dehidrasi
(4) Kuku : sianosis, kuku biasanya berwarna pucat
(5) Rambut : sering terjadi kerontokan karena nutrisi yang
kurang
Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat hipertensi, klaudikasi, kebas, dan
kesemutan pada ektremitas, ulkus pada kaki dan penyembuhan
lama.
Tanda : adanya takikardia, perubahan tekanan darah postural,
hipertensi, disritmia.
i) Genetalia : adanya perubahan pada proses berkemih, atau
poliuria, nokturia, rasanyeri seperti terbakarpada bagian
organ genetalia, kesulitan berkemih (infeksi).
j) Neurosensori : terjadi pusing, pening, sakit kepala,
kesemutan, kebas pada otot.
Tanda : disorientasi; mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap
lanjut)
E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan volume cairan dan elektrolit b.d hiperglikemia
2. Ketidakstabilan kadar gula darah b.d gangguan toleransi glukosa
darah
3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan.
4. Gangguan pola tidur b.d kegelisahan kegelisahan dan sering
terbangun di malam hari
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
F. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Keperawatan
o
1. Gangguan volume cairan Setelah dilakukan asuhan a. Kaji status dehidrasi
dan elektrolit b.d keperawatan diharapkan kelembaban membran
hiperglikemia gangguan volume cairan mukosa nadi adekuat dan
dan elektrolit dapat teratasi turgor kulit
dengan kriteria hasil: b. Observasi ttv
Ttv dalam batas c. Kaji pemasukan dan
normal M pengeluaran cairan
Membran mukosa d. Anjurkan klien untuk
lembab makan sedikit tapi sering
Nafsu makan yang e. Kolaborasi dengan tim
baik medis dalam pemberian
Penglihatan normal. obat atau pemberian cairan
2. Ketidakstabilan kadar gula Setelah dilakukan asuhan a. Observasi kadar gula darah
darah b.d gangguan keperawatan diharapkan b. Observasi ttv
toleransi glukosa darah ketidakstabilan kadar gula c. Pantau tanda-tanda dan
darah dapat teratasi dengan gejala hiperglikemia
kriteria hasil : d. Anjurkan klien untuk
Level glukosa darah mengonsumsi minuman air
berkurang atau putih yang cukup
membaik b e. Konsultasi dengan medis
Lelah atau jika tanda dan gejala
penglihatan semakin memburuk
berkunang-kunang f. Kolaborasi dengan tim
menurun. medis pemberian obat atau
pemberian insulin
3. Intoleransi aktifitas b.d Setelah di lakukan asuhan a. Kaji tingkat kelemahan klien
kelemahan. keperawatan diharapkan b. Bantu klien memenuhi ADL
masalah intoleransi aktivitas
berangsur-angsur dapat c. Anjurkan klien melakukan
teratasi dengan kriteria aktivitas sesuai dengan
hasil: kemampuannya
Saat beraktivitas d. Selingi periode aktivitas
klien tidak dengan istrahat.
merasakan e. Kolaborasi dengan keluarga
lemas. untuk membantu ADL
Klien mulai berjalan klien.
dari tempat tidur.
Aktifitas klien tidak
di bantuoleh kelurga
4. Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan asuhan a. Identifikasi pola aktifitas
kegelisahan kegelisahan keperawatan pola tidur dan tidur.
dan sering terbangun di membaik dengan kriteria b. Identifikasi factor
malam hari. hasil: penggagangu tidur.
Keluhan sulit tidur c. Modifikasi lingkungan( mis.
menurun. Pencahayaan, kebisingan,
Keluhan sering dan tempat tidur)
terjaga d. Anjurkan menghirdari
menurun. makanan/minuman yang
Pola tidur yang mengganggu tidur.
cukup e. Kolaborasi pemberian obat
tidur.
5. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Identifikasi
dengan agen cedera keperawatan nyeri akut lokasi,karakteristik,durasi,
biologis berkurang dengan kriteria frekuensi, kualitas,insentitas
hasil: nyeri
Nyeri berkurang Obeservasi TTV
Klien rileks Atur posisi pasien yang
Ttv dalam batas nyaman
normal Ajarkan Teknik rileksasi
Kolaborasi dengan dengan
tim medis pemberian obat
analgetik
G. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu
pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah
kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam
rencana keperawatan (Nursallam, 2011).
H. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011, evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis
yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan
dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam
metode evaluasi ini menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Manurung, N. (2018). keperawatan medikal bedah (2nd ed.). jakarta timur: cv.
Trans info media.
Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Trans Info Media.
Tarwoto, Wartona, Taufiq, I., & Mulyati, L. (2016). Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Sistem Endokrin (Jusirman (Ed.)). Cv. Trans Info Media.
Tandra, H. (2017). Analisis Prilaku Pengendalian Diabetes Mellitus Tipe ll
Berdasarkan Komplikasi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa & Penelitian
Keperawatan 1 (2)
Aini Nur & Martha Ledy. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Sistem Endokrin
Dengan Pendekatan NANDA NIC NOC. Jakarta. Salemba Medika