TAHUN 2023
OLEH:
INDA OCTAVIANA
N.22.04.008
B. Etiologi
Menurut Siregar (2020) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa
cara antara lain:
1. Bakteri masuk kebawah kuit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang
tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Lebih lanjut Siregar (2014) menjelaskan peluang terbentuknya suatu abses akan
meningkat jika :
1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
2. Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3. Terdapat gangguan sisitem kekebalan.
Menurut Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, (2001), abses
mandibula sering disebabkan oleh infeksi didaerah rongga mulut atau gigi.
Peradangan ini menyebabkan adanya pembengkakan didaerah submandibula
yang pada perabaan sangat keras biasanya tidak teraba adanya fluktuasi. Sering
mendorong lidah keatas dan kebelakang dapat menyebabkan trismus. Hal ini
sering menyebabkan sumbatan jalan napas. Bila ada tanda-tanda sumbatan jalan
napas maka jalan napas hasur segera dilakukan trakceostomi yang dilanjutkan
dengan insisi digaris tengah dan eksplorasi dilakukan secara tumpul untuk
mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tanda- tanda sumbatan jalan napas dapat
segera dilakukan eksplorasi tidak ditemukan nanah, kelainan ini disebutkan
Angina ludoviva (Selulitis submandibula). Setelah dilakukan eksplorasi
diberikan antibiotika dsis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob.
C. Patofisiologi
Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan se-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri.sel darah putih akan mati,
sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisis rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses hal ini
merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut jika suatu abses
pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah
permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa :
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengakakan
5. Kemerahan
6. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagi
benjolan. Adapun lokasi abses antar lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah.
Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit
diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala
seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih mungkin
menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.
Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai
pembengkakan di bawah mandibula dan di bawah lidah, mungkin berfluktuasi.
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita abses mandibula adalah obstruksi jalan
nafas, osteomielitis mandibula, penyebaran infeksi ke ruang leher dalam di dekatnya,
mediastinitis serta sepsis.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Siregar (2004), abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali.
Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita abses, biasanya
pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk menetukan
ukuran dan lokasi abses dalam bisa dilkukan pemeriksaan rontgen,USG, CT, Scan, atau
MR.
G. Penatalaksanaan
Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob
harus diberikan secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal
untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses
dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi 0,5 tiroid,
tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda
infeksi reda.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah dengan
sendirinya dan mengeluarkan isinya,.kadang abses menghilang secara perlahan karena
tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi, abses pecah
dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk
dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah, sehingga pemberian
antibiotik biasanya sia-sia antibiotik biasanya diberikan setelah abses mengering dan hal
ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses
menyebarkan infeksi kebagian tubuh lainnya.
H. Pencegahan
Abses submandibula dapat dicegah dengan melakukan kebersihan mulut dan gigi,
mengurangi konsumsi gula, berhenti merokok, dan penanganan segera pada infeksi gigi
sehingga tidak menimbulkan komplikasi lebih lanjut, seperti terjadinya abses mandibula
akibat infeksi pada gigi (Sipahi, 2015).
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien :
Nama, TTL, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
pernikahan, suku, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, rencana operasi, no.medrec,
diagnosa medis, alamat.
b. Keluhan Utama
Menguraikan keluhan saat pertama kali dirasakan, biasanya benjolan,bernana yang
menekan abses mandibula pada leher sebelah kiri, terasa nyeri, kulit di sekitarnya
merah dan keras, disertai bengkak.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang
menekan leher seperti nana, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,
bengkak abses mandibula dan nyeri.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada riwayat abses mandibula sebelumnya, pernahkah sakit abses
mandibula hingga dilakukan penyinaran pada bagian mulut, riwayat abese mandibula
lain yang pernah atau sedang dialami yang bisa menjadi faktor pendukung terjadinya
abses dan mandibula seperti bernana, lalu identifikasi juga riwayat kesehatan
keluarga.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang memiliki riwayat abses atau mandibula, riwayat seperti
nyeri pada leher sebelah kiri lain yang pernah atau sedang dialami oleh keluarga yang
lain, ataupun orang tua klien yang memiliki penyakit yang sama.
f. Aktivitas sehari-hari
Kondisi fisik melemah, gangguan pada pola tidur dan sulit beristirahat.
g. Pemeriksaan fisik head to toe
1. Kepala : Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
2. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidakterlalu bermin.
3. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis,
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
4. Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda infeksi dan
tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
5. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
6. Mulut : mukosa bibir kering, ada gangguan pada abses mandibula.
7. Leher : biasanya terjadi pembesaran abses mandibula.
8. Dada : tidak adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi
atau tanda-tanda radang.
9. Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.
10. Ekstremitas : biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.
a. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
1. Persepsi dan Manajemen : Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan
yang terasa pada payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya
benjolan biasa.
2. Nutrisi – Metabolik : Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami
anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat
mengkonsumsi makanan mengandung MSG.
3. Eliminasi ; Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami
melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
4. Aktivitas dan Latihan : Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan
lathan klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
5. Kognitif dan Persepsi : Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah
sehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
6. Istirahat dan Tidur : Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
7. Persepsi dan Konsep Diri : Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan
atau kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan
kehilangan haknya sebagai wanita normal.
8. Peran dan Hubungan : Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami
gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.
9. Reproduksi dan Seksual : Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan
perubahan pada tingkat kepuasan.
10. Koping dan Toleransi Stres: Biasanya klien akan mengalami stress yang
berlebihan, denial dan keputus asaan.
11. Nilai dan Keyakinan : Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima
kondisinya dengan lapang dada.
B. Dignosa keperawatan
a. Nyeri Akut
b. Hipertermi
c. Ansietas
C. Rencana Intervensi Keperawatan
- saat disentuh tangan terasa perubahan warna 7. Berikan anti piretik
Brunner and Suddarth’s. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 volume
Jakarta : EGC.Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Edisi 13. jakarta : EGC. 2005.Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam
bahasa Inggris : kurt J. Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie.NANDA,
2015 NIC, 2005 NOC2005 Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati
Hartanta. Edisi 2. Jakarta:EGC,2005Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah Bruner and Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor
bahasa Indonesia :Monica Ester. Edisi 8 jakarta : EGC,2001.Wilkinson, Judith M. 2011. Buku
Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta:
EGC.
Pathway (PENYIMPANGAN KDM)
OLEH:
INDA OCTAVIANA
N.22.04.008