Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA ABSES MANDIBULA

PADA TN.R DI RUANGAN BAJI KAMASE

RSUD LABUANG BAJI

DI SUSUN OLEH:

NAMA : FASRIANTI

NIM : 142 2016 0003

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019
BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi
nanah. Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula. Abses
dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai
kelanjutan infeksi dari daerah leher.
B. KLASIFIKASI
Ada dua jenis abses, septik dan steril. Kebanyakan abses adalah septik, yang
berarti hasil dari infeksi. Septic abses dapat terjadi di mana saja di tubuh yang
terbentuk dari bakteri dan respon kekebalan tubuh. Sebagai tanggapan terhadap
bakteri, sel-sel darah putih berkumpul di lokasi yang terinfeksi dan mulai
memproduksi bahan kimia yang disebut enzim yang menyerang bakteri. Enzim ini
membunuh bakteri dan menghancurkan mereka menjadi potongan-potongan kecil
yang dapat melalui sistem peredaran darah sebelum dihilangkan dari tubuh.
Sayangnya, bahan kimia ini juga mencerna jaringan tubuh. Dalam kebanyakan
kasus, bakteri menghasilkan bahan kimia yang serupa. Hasilnya adalah terjadi
penebalan, cairan nanah kuning yang mengandung bakteri mati, jaringan yang ikut
mati, sel-sel darah putih, dan enzim.
Abses steril kadang terjadi dengan bentuk yang lebih ringan dari proses yang
bukan disebabkan oleh bakteri, tetapi oleh iritan non-hidup seperti obat-obatan.
Jika injeksi obat seperti penisilin tidak diserap, dapat menyebabkan iritasi yang
cukup untuk menghasilkan abses steril di lokasi injeksi. Disebut abses steril karena
tidak ada infeksi yang terlibat. Abses steril cukup cenderung berubah menjadi
keras, benjolan padat bekas luka, bukan kantong-kantong sisa nanah.
C. ETIOLOGI
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses
melalui beberapa cara antara lain:
1. Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang
tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Lebih lanjut Siregar (2004) menjelaskan peluang terbentuknya suatu abses
akan meningkat jika:
1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
2. Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3. Terdapat gangguan sistem kekebalan.
Menurut Negoro dan Utama (2001), abses mandibula sering disebabkan oleh
infeksi didaerah rongga mulut atau gigi. Peradangan ini menyebabkan adanya
pembengkakan didaerah submandibula yang pada perabaan sangat keras biasanya
tidak teraba adanya fluktuasi. Sering mendorong lidah keatas dan kebelakang dapat
menyebabkan trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan jalan napas. Bila ada
tanda-tanda sumbatan jalan napas maka jalan napas harus segera dilakukan
trakeostomi yang dilanjutkan dengan insisi digaris tengah dan eksplorasi dilakukan
secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tanda- tanda sumbatan
jalan napas dapat segera dilakukan eksplorasi tidak ditemukan nanah, kelainan ini
disebutkan Angina ludoviva (Selulitis submandibula). Setelah dilakukan eksplorasi
diberikan antibiotika dosis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob.
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut,
rektum, dan otot. Abses yang ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit
terutama jika timbul di wajah.
D. PATOFISIOLOGI
Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan
dan se-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalam melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan
bakteri.sel darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang membentuk
nanah yang mengisis rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka
jaringan disekitarnya akan terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling
abses dan menjadi dinding pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh
mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut jika suatu abses pecah di dalam tubuh
maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung kepada lokasi abses

E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada
lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengakakan
5. Kemerahan
6. Demam
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Siregar (2004), abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah
dikenali. Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita abses,
biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.
Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam bisa dilakukan pemeriksaan
rontgen, USG, CT, Scan, atau MRI.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan
anaerob harus diberikan secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam
anastesi lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam
narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling
berfluktuasi atau setinggi 0,5 tiroid, tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat
inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah dengan
sendirinya dan mengeluarkan isinya,.kadang abses menghilang secara perlahan
karena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi,
abses pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa
ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah, sehingga
pemberian antibiotik biasanya sia-sia antibiotik biasanya diberikan setelah abses
mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga
diberikan jika abses menyebarkan infeksi kebagian tubuh lainnya.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi/dampak yang mungkin terjadi akibat dari Abses mandibula
adalah:
1. Kehilangan gigi
2. Penyebaran infeksi pada jaringan lunak dapat mengakibatkan selulitis wajah
dan Ludwig’s angina
3. Penyebaran infeksi pada tulang rahang dapat mengakibatkan osteomyelitis
mandibula atau maksila
4. Penyebaran infeksi pada daerah tubuh yang lain, menghasilkan abses serebral,
endokarditis, pneumonia, atau gangguan lainnya.
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Data yang harus dikumpulkan dalam pengkajian yang dilakukan pada kasus abses
mandibula menurut Doenges, (2001) adalah sebagai berikut :
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera
(trauma).
2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif: Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : cemas, bingung, depresi.
4. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
5. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : nyeri pada rahang dan bengkak
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
6. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot
aksesoris.
B. DIGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Operatif
a. Nyeri Akut
b. Hipertermi
c. Ansietas
d. Gangguan Integritas Kulit
2. Intra Operatif
a. Resiko Infeksi
3. Post Operatif
a. Nyeri Akut
b. Hipotermi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre operatif
Daftar Diagnosa NOC NIC
Nyeri Akut - Pain Level, Pain Management
Kelas : - pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Domain : - comfort level komprehensif termasuk lokasi,
Definisi : setelah dilakukan karakteristik, durasi, frekuensi,
Sensori yang tidak tindakan keperawatan kualitas dan faktor presipitasi
menyenangkan dan selama 1x 24 jam 2. Observasi reaksi nonverbal dari
pengalaman emosional yang diharapkan nyeri ketidaknyamanan
muncul secara aktual atau berkurang dengan 3. Gunakan teknik komunikasi
potensial kerusakan jaringan Kriteria Hasil: terapeutik untuk mengetahui
atau menggambarkan adanya 1. Mampu mengontrol pengalaman nyeri pasien
kerusakan (Asosiasi Studi nyeri (tahu penyebab 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
Nyeri Internasional): serangan nyeri, mampu respon nyeri
mendadak atau pelan menggunakan tehnik 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
intensitasnya dari ringan nonfarmakologi lampau
sampai berat yang dapat untuk mengurangi 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
diantisipasi dengan akhir yang nyeri, mencari kesehatan lain tentang
dapat diprediksi dan dengan bantuan) ketidakefektifan kontrol nyeri
durasi kurang dari 6 bulan. 2. Melaporkan bahwa masa lampau
nyeri berkurang 7. Bantu pasien dan keluarga untuk
Batasan karakteristik : dengan menggunakan mencari dan menemukan
- Laporan secara verbal atau manajemen nyeri dukungan
non verbal 3. Mampu mengenali 8. Kontrol lingkungan yang dapat
- Fakta dari observasi nyeri (skala, mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Posisi antalgic untuk intensitas, frekuensi ruangan, pencahayaan dan
menghindari nyeri dan tanda nyeri) kebisingan
- Gerakan melindungi 4. Menyatakan rasa 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Tingkah laku berhati-hati nyaman setelah nyeri
- Muka topeng berkurang
- Gangguan tidur (mata sayu, 5. Tanda vital dalam 10. Pilih dan lakukan penanganan
tampak capek, sulit atau rentang normal nyeri (farmakologi, non
gerakan kacau, menyeringai farmakologi dan inter personal)
- Terfokus pada diri sendiri 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Fokus menyempit menentukan intervensi
(penurunan persepsi waktu, 12. Ajarkan tentang teknik non
kerusakan proses berpikir, farmakologi
penurunan interaksi dengan 13. Berikan analgetik untuk
orang dan lingkungan) mengurangi nyeri
- Tingkah laku distraksi, 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
contoh : jalan-jalan, menemui 15. Tingkatkan istirahat
orang lain dan/atau aktivitas, 16. Kolaborasikan dengan dokter jika
aktivitas berulang-ulang ada keluhan dan tindakan nyeri
- Respon autonom (seperti tidak berhasil
diaphoresis, perubahan 17. Monitor penerimaan pasien
tekanan darah, perubahan tentang manajemen nyeri
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Faktor yang berhubungan :


- Agen injuri (biologi, kimia,
fisik, psikologis)
hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu sesering mungkin
Kelas : tindakan keperawatan 2. Monitor warna dan suhu kulit
Domain : selama 1x24 jam 3. Monitor tekanan darah, nadi dan
Definisi : suhu tubuh naik diharapkan suhu tubuh RR
diatas rentang normal kembali normal dengan 4. Monitor penurunan tingkat
Kriteria Hasil : kesadaran
Batasan Karakteristik: 1. Suhu tubuh dalam 5. Monitor WBC, Hb, dan Hct
- kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal 6. Monitor intake dan output
rentang normal 2. Nadi dan RR dalam 7. Berikan anti piretik
- serangan atau konvulsi rentang normal 8. Berikan pengobatan untuk
(kejang) 3. Tidak ada mengatasi penyebab demam
- kulit kemeraha perubahan warna 9. Selimuti pasien
- pertambahan RR kulit dan 10. Berikan cairan intravena
- takikardi 4. tidak ada pusing 11. Kompres pasien pada lipat paha
- saat disentuh tangan terasa dan aksila
hangat 12. Tingkatkan sirkulasi udara
13. Berikan pengobatan untuk
Faktor faktor yang mencegah terjadinya menggigil
berhubungan :
- penyakit/ trauma
- peningkatan metabolisme
- aktivitas yang berlebih
- pengaruh medikasi/anastesi
- ketidakmampuan/penurunan
kemampuan untuk berkeringat
- terpapar dilingkungan panas
- dehidrasi
- pakaian yang tidak tepat
Ansietas - Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
Kelas : - Coping kecemasan)
Domain :
Definsi : Perasaan gelisah Setelah dilakukan - Gunakan pendekatan yang
yang tak jelas dari tindakan keperawatan menenangkan
ketidaknyamanan atau selama 1x24 jam - Nyatakan dengan jelas harapan
ketakutan yang disertai respon diharapkan kecemasan terhadap pelaku pasien
autonom (sumner tidak yang dirasakan klien - Jelaskan semua prosedur dan apa
spesifik atau tidak diketahui berkurang dengan yang dirasakan selama prosedur
oleh individu); perasaan Kriteria Hasil : - Temani pasien untuk memberikan
keprihatinan disebabkan dari 1. Klien mampu keamanan dan mengurangi takut
antisipasi terhadap bahaya. mengidentifikasi - Berikan informasi faktual
Sinyal ini merupakan dan mengenai diagnosis, tindakan
peringatan adanya ancaman mengungkapkan prognosis
yang akan datang dan gejala cemas - Dorong keluarga untuk menemani
memungkinkan individu 2. Mengidentifikasi, anak
untuk mengambil langkah mengungkapkan - Lakukan back / neck rub
untuk menyetujui terhadap dan menunjukkan - Dengarkan dengan penuh
tindakan tehnik untuk perhatian
mengontol cemas - Identifikasi tingkat kecemasan
Batasan karakteristik 3. Vital sign dalam - Bantu pasien mengenal situasi
- Gelisah batas normal yang menimbulkan kecemasan
- Insomnia 4. Postur tubuh, - Dorong pasien untuk
- Resah ekspresi wajah, mengungkapkan perasaan,
- Ketakutan bahasa tubuh dan ketakutan, persepsi
- Sedih tingkat aktivitas - Instruksikan pasien menggunakan
- Fokus pada diri menunjukkan teknik relaksasi
- Kekhawatiran berkurangnya - Barikan obat untuk mengurangi
- Cemas kecemasan kecemasan
Intra Operatif
Daftar diagnosa NOC NIC
Resiko Infeksi - Immune Status Infection Control (Kontrol
Kelas : - Knowledge : Infection infeksi)
Domain : control 1. Bersihkan lingkungan setelah
Definisi : Definisi : - Risk control dipakai pasien lain
Peningkatan resiko 2. Pertahankan teknik isolasi
masuknya organisme Setelah dilakukan 3. Gunakan sabun antimikrobia
patogen tindakan keperawatan untuk cuci tangan
dalam 1x24 jam 4. Cuci tangan setiap sebelum
Faktor-faktor resiko : diharapkan klien dan sesudah tindakan
- Prosedur Infasif terhindar dari resiko kperawtan
- Trauma infeksi dengan Kriteria 5. Gunakan baju, sarung tangan
- Kerusakan jaringan dan Hasil : sebagai alat pelindung
peningkatan paparan - Klien bebas dari tanda 6. Pertahankan lingkungan
lingkungan dan gejala infeksi aseptik selama pemasangan
- Agen farmasi - Jumlah leukosit dalam alat
(imunosupresan) batas normal 7. Ganti letak IV perifer dan line
- Peningkatan paparan central dan dressing sesuai
lingkungan patogen dengan petunjuk umum
- Ketidakadekuatan imum 8. Gunakan kateter intermiten
buatan untuk menurunkan infeksi
- Tidak adekuat kandung kencing
pertahanan sekunder 9. Tingktkan intake nutrisi
(penurunan Hb, 10. Berikan terapi antibiotik bila
Leukopenia, penekanan perlu
respon inflamasi)
- Tidak adekuat
pertahanan tubuh primer
(kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja
silia, cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik)

Post Operatif
Nyeri Akut - Pain Level, Pain Management
Kelas : - pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri
Domain : - comfort level secara komprehensif termasuk
Definisi : setelah dilakukan lokasi, karakteristik, durasi,
Sensori yang tidak tindakan keperawatan frekuensi, kualitas dan faktor
menyenangkan dan selama 1x 24 jam presipitasi
pengalaman emosional diharapkan nyeri 2. Observasi reaksi nonverbal dari
yang muncul secara aktual berkurang dengan ketidaknyamanan
atau potensial kerusakan Kriteria Hasil: 3. Gunakan teknik komunikasi
jaringan atau - Mampu mengontrol terapeutik untuk mengetahui
menggambarkan adanya nyeri (tahu penyebab pengalaman nyeri pasien
kerusakan (Asosiasi Studi nyeri, mampu 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
Nyeri Internasional): menggunakan tehnik respon nyeri
serangan mendadak atau nonfarmakologi untuk 5. Evaluasi pengalaman nyeri
pelan intensitasnya dari mengurangi nyeri, masa lampau
ringan sampai berat yang mencari bantuan) 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
dapat diantisipasi dengan - Melaporkan bahwa nyeri kesehatan lain tentang
akhir yang dapat diprediksi berkurang dengan ketidakefektifan kontrol nyeri
dan dengan durasi kurang menggunakan masa lampau
dari 6 bulan. manajemen nyeri 7. Bantu pasien dan keluarga untuk
- Mampu mengenali nyeri mencari dan menemukan
Batasan karakteristik : (skala, intensitas, dukungan
- Laporan secara verbal frekuensi dan tanda 8. Kontrol lingkungan yang dapat
atau non verbal nyeri) mempengaruhi nyeri seperti
- Fakta dari observasi - Menyatakan rasa suhu ruangan, pencahayaan dan
- Posisi antalgic untuk nyaman setelah nyeri kebisingan
menghindari nyeri berkurang 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Gerakan melindungi - Tanda vital dalam 10. Pilih dan lakukan penanganan
- Tingkah laku berhati-hati rentang normal nyeri (farmakologi, non
- Muka topeng farmakologi dan inter personal)
- Gangguan tidur (mata 11. Kaji tipe dan sumber nyeri
sayu, tampak capek, sulit untuk menentukan intervensi
atau gerakan kacau, 12. Ajarkan tentang teknik non
menyeringai farmakologi
- Terfokus pada diri 13. Berikan analgetik untuk
sendiri mengurangi nyeri
- Fokus menyempit 14. Evaluasi keefektifan kontrol
(penurunan persepsi nyeri
waktu, kerusakan proses 15. Tingkatkan istirahat
berpikir, penurunan 16. Kolaborasikan dengan dokter
interaksi dengan orang dan jika ada keluhan dan tindakan
lingkungan) nyeri tidak berhasil
- Tingkah laku distraksi, 17. Monitor penerimaan pasien
contoh : jalan-jalan, tentang manajemen nyeri
menemui orang lain Analgesic Administration
dan/atau aktivitas, aktivitas 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
berulang-ulang kualitas, dan derajat nyeri
- Respon autonom (seperti sebelum pemberian obat
diaphoresis, perubahan 2. Cek instruksi dokter tentang
tekanan darah, perubahan jenis obat, dosis, dan frekuensi
nafas, nadi dan dilatasi 3. Cek riwayat alergi
pupil)
- Perubahan autonomic 4. Pilih analgesik yang diperlukan
dalam tonus otot (mungkin atau kombinasi dari analgesik
dalam rentang dari lemah ketika pemberian lebih dari satu
ke kaku) 5. Tentukan pilihan analgesik
- Tingkah laku ekspresif tergantung tipe dan beratnya
(contoh : gelisah, merintih, nyeri
menangis, waspada, 6. Tentukan analgesik pilihan, rute
iritabel, nafas pemberian, dan dosis optimal
panjang/berkeluh kesah) 7. Pilih rute pemberian secara IV,
- Perubahan dalam nafsu IM untuk pengobatan nyeri
makan dan minum secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan
Faktor yang berhubungan : sesudah pemberian analgesik
- Agen injuri (biologi, pertama kali
kimia, fisik, psikologis) 9. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)
Hipotermi Termoregulasi Temperature regulation
Kelas : 1. Monitor suhu minimal tiap 2
Domain : Setelah dilakukan jam
Definisi : tindakan keperawatan 2. Rencanakan monitoring suhu
selama 1x24 jam secara kontinyu
diharapkan suhu tubuh 3. Monitor TD, nadi, dan RR
klien dalam batas normal 4. Monitor warna dan suhu kulit
dengan kriteria hasil : 5. Monitor tanda-tanda hipotermi
Kriteria Hasil : Nadi dan 6. Tingkatkan intake cairan dan
RR dalam rentang nutrisi
normal 7. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor sianosis perifer
4. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
5. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth’s. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2015. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai