OLEH :
KELOMPOK 4
1. I Putu Budi Atmika (18.321.2837)
2. I Wayan Roki Darma Hendra (18.321.2838)
3. Ni Made Maria Sari (18.321.2848)
4. Ni Putu Ary Manilawati (18.321.2853)
5. Ni Wayan Eka Subpremagni (18.321.2859)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul“Paliative Care pada AIDS” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai pedoman bagi
mahasiswa untuk mengetahui lebih dalam dan mampu menjelaskan tentang perawatan pada
pasien yang menderita AIDS serta dalam memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Maternitas.
Disamping itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sebuah
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di dalam
penulisan makalah ini. Demikian pula halnya, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah ini untuk selanjutnya dapat menjadi lebih
baik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Sebagai akhir kata, dengan selesainya makalah ini maka seluruh isi makalah ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kami dan seberapapun sederhana makalah ini, kami
harapkan mempunyai suatu manfaat bagi semua pihak.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................
4
1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................................
5
1.3 TUJUAN PENULISAN................................................................................................
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PALLIATIVE CARE.........................................................................
6
2.2 MASALAH PALLIATIVE CARE PADA AIDS........................................................
8
2.3 TINDAKAN KEPERAWATAN PALLIATIVE PADA AIDS...................................
9
2.4 ASUHAN KEPERAWATAN PALLIATIVE PADA AIDS........................................
10
3
3.2 SARAN ........................................................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
4
spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka
kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/
pengobatan gejala fisik,, namun juga pentingnya dukungan terhadap
kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan
interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif. (Doyle & Macdonald,
2003: 5)
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud paliatif care?
b. Apa masalahan paliativ care pada AIDS?
c. Apasaja tindakan keperawatan paliatif pada AIDS?
d. Bagaimana asuhan keperawatan paliatif pada AIDS?
1.3 Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui apa itu paliatif care
b. Mahasiswa mengetahui apa masalah paliatif care pada AIDS
c. Mahasiswa mengetahui tindakan keperawatan paliatif care pada AIDS
d. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan paliatif pada AIDS
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang
tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial
dan spiritual (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).
Menurut KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007 kualitas hidup
pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien
sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan
hidup, harapan, dan niatnya.
6
a. Berat badan menurun leih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demam/HIV ensefalopati
2. Gejala minor
a. Batuk menetap lebih dari satu bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpeszoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidas orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
h. Retinitis virus sitomegalo
Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat
dibagikan mengikut fasenya.
1. Fase akut
Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar 3-
6 minggu selepas infeksi primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul
adalah demam, faringitis, limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia, letargi,
malaise, anorexia, penurunan berat badan, mual, muntah, diare,
meningitis, ensefalitis, periferal neuropati, myelopathy, mucocutaneous
ulceration, dan erythematous maculopapular rash. Gejala-gejala ini
muncul bersama dengan ledakan plasma viremia. Tetapi demam, ruam
kulit, faringitis dan mialgia jarang terjadi jika seseorang itu diinfeksi
melalui jarum suntik narkoba daripada kontak seksual. Selepas beberapa
minggu gejala-gajala ini akan hilang akibat respon sistem imun terhadap
virus HIV. Sebanyak 70% dari penderita HIV akan mengalami
limfadenopati dalam fase ini yang akan sembuh sendiri.
2. Fase asimptomatik
7
Fase ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini
virus HIV akan bereplikasi secara aktif dan progresif. Tingkat
pengembangan penyakit secara langsung berkorelasi dengan tingkat
RNA virus HIV. Pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang tinggi
lebih cepat akan masuk ke fase simptomatik daripada pasien dengan
tingkat RNA virus HIV yang rendah.
3. Fase simptomatik
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau
lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi
tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
8
keluarga besar. PNPC ini pertama dikembangkan pada pasien kanker untuk
mengkaji masalah dan kebutuhan terhadap pelayanan perawatan paliatif.
Sehingga, untuk digunakan pada pasien dengan HIVAIDS, pertanyaan yang ada
domain psikologis yang berkaitan dengan perasaan takut terhadap metastase
dirubah men menjadi perasaan takut terhadap perkembangan penyakit. Selain itu,
peneliti juga menambahkan pertanyaan yang berhubungan dengan akses ter-
hadap pengobatan ARV.
9
Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima kenyataan
bahwa ia akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya yang belum terselesaikan.
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi
pada kondisi penyakit yang kronik.
4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien
dengan sakit kronik dan telah berjalan lama.
2.4 Pengkajian
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien
sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya
dapat meninggal dengan tenang dan damai. Doka (1993) menggambarkan
respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :
1. Fase prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau factor resiko
penyakit
2. Fase akut : berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian
keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis.
3. Fase kronis : klien bertempur dengan penyakit dan pengobatnnya, Pasti
terjadi. Klien dalam kondisi terminal akan mengalami masalah baik fisik,
psikologis maupun social-spiritual.
10
Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara lain :
1. Problem Oksigenisasi : Respirasi irregular, cepat atau lambat,
pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan
mental : Agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia,
akumulasi secret, dan nadi ireguler.
2. Problem Eliminasi : Konstipasi, medikasi atau imobilitas
memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan
jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh
karena pengobatan atau kondisi penyakit (mis Ca Colon), retensi urin,
inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi
penyakit misalnya : Trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring
penurunan intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal
3. Problem Nutrisi dan Cairan : Asupan makanan dan cairan menurun,
peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering
dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah,
cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
4. Problem suhu : Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus
memakai selimut.
5. Problem Sensori : Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip
hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada
kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi
menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun.
4. Problem nyeri : Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara
intra vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan.
5. Problem Kulit dan Mobilitas : Seringkali tirah baring lama menimbulkan
masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi
yang sering.
6. Masalah Psikologis : Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami
banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan.
Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain
11
ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam
hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi atau
barrier komunikasi.
7. Perubahan Sosial-Spiritual : Klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi
akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat
memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan.
Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan
kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
12
ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain
yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan,
kehilangan harga diri dan harapan. Perawat harus mengenali tahap-
tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal.
3. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi
terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah
tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang
kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering
membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda
klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan
social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu
menemani klien.
4. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses
kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya.
Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin
berontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat-saat
seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk
menemani disaat-saat terakhirnya.
5. Konsep dan prinsip etika, norma, budaya dalam pengkajian Pasien
Terminal
Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural atau
budaya yang mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang
budaya mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka
dan menghadapi kematian atau menjelang ajal. Perawat tidak boleh
menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika,
norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.
6. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi
dukungan. Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui
13
keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive terhadap
kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga
kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi.
14
4. Spiritual :
- distress spiritual b.d penyakit infeksi kronis
G. Intervensi Keperawatan
- Tidakadakejang caramencegahkelet
- Tidakadaperubahanwa ihanakibatpanas
1.9 Diskusikantentang
15
rnakulit pentingnyapengatu
- Glukosadarahstabil ransuhudan
- Pengendalianrisiko : kemungkinan efek
hipertermia negative
- Pengendalianrisiko: dankedinginan
hyporthermia 1.10 Beritahutentangind
- Pengendalianrisiko: ikasiterjadinyakele
paparansinarmatahari diperlukan
1.11 Ajarkanindikasidar
ihipotermidanpena
nganan yang
diperlukan
1.12 Berikan anti
piretikjikaperlu
16
tandamalnutrisi dibutuhkanpasien
- menunjukkanpenigkat
anfungsipengecapanda
nmenelan
- Tidakterjadipenurunan
beratbadan yang
berarti
17
kesejahteraan diri ansietas dapat teratasi yang menyenagkan
dengan Kriteria Hasil: 4.2 Nyatakan dengan jelas
- Klien mampu harapan terhadap
mengidentifikasi dan pelaku pasien
mengungkapkan ejala 4.3 Jelaskan semua
cemas prosedur dan apa yang
- Mengidentifikasi, dirasakan
mengungkapkan, dan 4.4 Pahami prespektif
menunjukkan teknik pasien terhadap situasi
mengontrol cemas stress
- Vital sign dalam batas 4.5 Temani pasien untuk
normal mengurangi takut
- Postur tubuh, ekspresi 4.6 Dengarkan dengan
18
fungsional penting perilaku yang positif
- Menunjukkan melalui
penilaian pribadi 5.4 Buat steatment positif
tentang harga diri terhadap pasien
- Mengungkapkan 5.5 Dukung pasien untuk
penerimaan diri menerima
- Komunikasi terbuka 5.6 Kaji alasan-alasan
19
individu dan 7. Stress level. keluarga, teman
dirasakan saat 8. Social support. dankomunitas.
didorong oleh 9. Post-trauma 6.2 Dukung hubungan
keberadaan orang syndrome. dengan orang lain
lain dan sebagai KriteriaHasil : yang mempunyai
pernyataan - Iklm social keluarga minat dan tujuan yang
negative atau :lingkungan yang sama.
mencengkam. mendukung yang 6.3 Dorong pasien
bercirikanhubunganda melakukan kegiatan
Batasankarakteristi ntujuananggotakeluarg social dan komunitas.
k: a. 6.4 Berikan uji
Objektif : - Partisipasiwaktu pembatasan
1. Tidakadadu luang:menggunakan interpersonal.
kungan aktivitas yang 6.5 Berikanumpanbalikten
orang yang menarik, tangpeningkatandalam
dianggappe menyenangkan, perawatandanpenampil
nting danmenenangkanuntuk andiriatauaktivitas
2. Perilaku meningkatkankesejaht lain.
yang eraan. 6.6 Hadapkanpasienpadah
tidaksesuai - Keseimbanganpada ambatanpenilaian,
denganperk perasaan:mampumeny jikamemungkinkan.
embangan esuaikanemosisebagair 6.7 Dukungpasienuntukme
3. Afektumpu esponterhadapkeadaan ngubahlingkungansepe
l tertentu. rtijalan-jalan
4. Buktikecac - Keparahan 6.8 Fasilitasipasien yang
atan kesepian:mengendalik mempunyaipenurunan
(mis:fisik, ankeparahanresponem sensory
mental) osi, social sepertipenggunaankac
5. Ada ataueksistensiterhadapi amatadanalatpendenga
didalam solasi. ran.
subcultural - Penyesuaian yang 6.9 Fasilitasipasienpasienu
20
6. Sakit, tepatterhadaptekanane ntukberpartisipasidala
tindakantid mosisebagairesponterh mdiskusidengan group
akberarti adapkeadaantertentu. kecil.
7. Tidakadako - Tingkat 6.10 Membantupasienm
ntakmata persepsipositiftentang engembangkanataume
8. Dipenuhide status kesehatandan ningkatkanketerampila
nganpikira status hidupindividu. n social interpersonal.
nsendiri - Partisipasidalamberma 6.11 Kurangi stigma
9. Menunjukk in, isolasidenganmenghor
an penggunaanaktivitasol matimartabatpasien.
permusuha ehanakusia 1-11 6.12 Galikekuatandanke
n tahununtukmeningkatk lamahanpasiendalamb
10. Tindakanbe ankesenangan, erinteraksi social.
rulang hiburan,
11. Afeksedih, danperkembangan.
inginsendir - Meningkatkanhubunga
ian n yang
12. Menunjuka efektifdalamperilakupr
nperilaku ibadi, interaksi social
yang dengan orang,
tidakdapatd kelompokatauorganisa
iterimaoleh si.
kelompokk - Ketersediaandanpenin
ultural gkatanpemberian
yang actual bantuan yang
dominan andaldari orang lain.
13. Tidak - Menungkapkanpenuru
komunkati, nanperasaanataupengal
menarikdiri amandiasingkan.
Subjektif :
1. Minat yang
21
tidaksesuai
dengan
perkemban
gan
2. Mengalami
perasaanbe
rbedadari
orang lain
3. Tidakperca
yadirisaatb
erhadapand
engan
public
4. Mengungk
apkanperas
aankesendi
rianyang
didorongol
eh orang
lain.
5. Mengungk
apkanperas
aanpenolak
an.
6. Mengungk
apkannilai
yang
tidakdapatd
iterimakelo
mpok
cultural
22
dominan.
Factor yang
berhubungan :
1. Perubahan
status
mental
2. Gangguanp
enampilanf
isik
7 Tidak efektifnya Setelah dilakukan Coping Enhancement
ekanisme koping tindakan keperawatan 1 x 7.1 Kaji koping keluarga
keluarga b.d 24 jam diharapakan terhadap sakit pasein
kemampuan Keluarga dapat dan perawatanny
dalam mempertahankan suport 7.2 Biarkan keluarga
mengaktualisasi sistem dan adaptasi mengung -kapkan
diri terhadap perubahan akan perasaan secara verbal
kebutuhannya dengan 7.3 Ajarkan kepada
criteria hasil : keluaraga tentang
- pasien dan keluarga penyakit dan
berinteraksi dengan transmisinya.
cara yang konstruktif
- - keluarga bisa
menerima keadaan
klien
8 distress spiritual Setelah dilakukan 1.1 bina hubungan saling
b.d penyakit tindakan keperawatan 3 x percaya dengan
infeksi kronis 24 jam diharapkan masalh pasien
distress spiritual dengan 1.2 kaji factor penyebab
criteria hasil : gangguan spiritual
- -mampu membina pada pasien
23
hubungan saling 1.3 bantu pasien
percaya dengan mengung -kapkan
perawat perasaan terhadap
- -mampu spiritual yang di
mengungkapkan yakini
penyebab gangguan 1.4 bantu klien mengem
spiritual -bangkan skill untuk
- -mengungkapkan mengatasi perubahan
perasaan dan pikiran spiritual dalam
tentang spiritual yang kehidupan
diyakininya 1.5 fasilitasi pasien
- aktif melakukan dengan alat-alat
kegiatan spiritual atau ibadah sesuai
keagamaan keyakinan atau
- - ikut serta dalam agama yang di anut
D. EvaluasiKeperawatan
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwan gejala fisik, masalah
piskologis, dan sosial merupakan permasalah pasien HIV/AIDS yang
membutuhkan prioritas penangan dengan perawatan paliatif. Secara detail,
kebutuhan akan perawatan gangguan tidur, pengendalian nyeri, dukungan
keuangan, dukungan psikologis, dankebutuhan untuk dukungan sosial
merupakan pri-oritas kebutuhan untuk perawatan paliatif pada pasien dengan
HIV/AIDS di Indonesia. Mengkon-sumsi obat ARV, jumlah CD4, tinggal di
daerah perkotaan, status pernikahan dan pendapatan per bulan berpengaruh
terhadap kebutuhan perawatan paliatif pada pasien HIV/AIDS.
3.2 Saran
Diharapkan tenaga kesehatan dapat mengem-bangkan perawatan paliatif
yang sesuai dengan kebuthan pasien dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
pasien dengan HIV/AIDS. Perawa-tan paliatif yang berfokus pada manajemen
gangguan tidur, dukungan psikologis dan sosial merupakan hal yang sangat
penting. Selain itu, mempertimbangkan bahwa konsumsi obat ARV sangat
berpengarh terhadap kebutuhan pasien, se-hingga peningkatan pelayanan terhadap
ARV yang sesuai dengan yang direkomendasikan oleh WHO
25
Daftar Pustaka
Allavena, C., Guimard, T., Billaud, E., de la Tullaye, S., Reliquet, V., Pineau, S.,
Michau, C. (2014). Prevalence and risk factors of sleep disturbances in a large HIV-
infected adult population. Journal of the
International AIDS Society, 17(4Suppl 3).
Chu, C., & Selwyn, P. A. (2011). An epidemic in evolution: the need for new
models of HIV care in the chronic disease era. J Urban Health, 88(3), 556-566. doi:
10.1007/s11524 -011-9552-y
https;//academia.edu/document/375895052/Askep-Paliatif-HIV-AIDS
26