Anda di halaman 1dari 26

Paliative Care Pada AIDS

OLEH :
KELOMPOK 4
1. I Putu Budi Atmika (18.321.2837)
2. I Wayan Roki Darma Hendra (18.321.2838)
3. Ni Made Maria Sari (18.321.2848)
4. Ni Putu Ary Manilawati (18.321.2853)
5. Ni Wayan Eka Subpremagni (18.321.2859)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul“Paliative Care pada AIDS” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai pedoman bagi
mahasiswa untuk mengetahui lebih dalam dan mampu menjelaskan tentang perawatan pada
pasien yang menderita AIDS serta dalam memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Maternitas.
Disamping itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sebuah
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di dalam
penulisan makalah ini. Demikian pula halnya, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah ini untuk selanjutnya dapat menjadi lebih
baik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Sebagai akhir kata, dengan selesainya makalah ini maka seluruh isi makalah ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kami dan seberapapun sederhana makalah ini, kami
harapkan mempunyai suatu manfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 7 Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................
i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................
4
1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................................
5
1.3 TUJUAN PENULISAN................................................................................................
5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PALLIATIVE CARE.........................................................................
6
2.2 MASALAH PALLIATIVE CARE PADA AIDS........................................................
8
2.3 TINDAKAN KEPERAWATAN PALLIATIVE PADA AIDS...................................
9
2.4 ASUHAN KEPERAWATAN PALLIATIVE PADA AIDS........................................
10

BAB III PENUTUP  


3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................
25

3
3.2 SARAN ........................................................................................................................
25

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan paliatif adalah bentuk perawatan medis dan kenyamanan
pasien yang mengontrol intensitas penyakit atau memperlambat kemajuannya,
apakah ada atau tidak ada harapan untuk sembuh. Perawatan paliatif tidak
bertujuan untuk menyediakan obat dan juga tidak sebaliknya perkembangan
penyakit. Perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam perawatan
pasien yang terminal yang dapat dilakuakan secara sederhana sering kali
prioritas utama adalah kulitas hidup dan bukan kesembuhan dari penyakit
pasien. Namun saat ini, pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh
kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama
pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada
penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang
terbaik bagi pasien dan keluarganya.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya
mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat
badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan

4
spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka
kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/
pengobatan gejala fisik,, namun juga pentingnya dukungan terhadap
kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan
interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif. (Doyle & Macdonald,
2003: 5)
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud paliatif care?
b. Apa masalahan paliativ care pada AIDS?
c. Apasaja tindakan keperawatan paliatif pada AIDS?
d. Bagaimana asuhan keperawatan paliatif pada AIDS?

1.3 Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui apa itu paliatif care
b. Mahasiswa mengetahui apa masalah paliatif care pada AIDS
c. Mahasiswa mengetahui tindakan keperawatan paliatif care pada AIDS
d. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan paliatif pada AIDS

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang
tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial
dan spiritual (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).
Menurut KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007 kualitas hidup
pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien
sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan
hidup, harapan, dan niatnya.

2.2.1 Tanda dan Gejala


Menurut komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2
gejala yaoitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum
terjadi) :
1. Gejala mayor

6
a. Berat badan menurun leih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demam/HIV ensefalopati
2. Gejala minor
a. Batuk menetap lebih dari satu bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpeszoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidas orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
h. Retinitis virus sitomegalo

Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat
dibagikan mengikut fasenya.
1. Fase akut
Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar 3-
6 minggu selepas infeksi primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul
adalah demam, faringitis, limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia, letargi,
malaise, anorexia, penurunan berat badan, mual, muntah, diare,
meningitis, ensefalitis, periferal neuropati, myelopathy, mucocutaneous
ulceration, dan erythematous maculopapular rash. Gejala-gejala ini
muncul bersama dengan ledakan plasma viremia. Tetapi demam, ruam
kulit, faringitis dan mialgia jarang terjadi jika seseorang itu diinfeksi
melalui jarum suntik narkoba daripada kontak seksual. Selepas beberapa
minggu gejala-gajala ini akan hilang akibat respon sistem imun terhadap
virus HIV. Sebanyak 70% dari penderita HIV akan mengalami
limfadenopati dalam fase ini yang akan sembuh sendiri.
2. Fase asimptomatik

7
Fase ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini
virus HIV akan bereplikasi secara aktif dan progresif. Tingkat
pengembangan penyakit secara langsung berkorelasi dengan tingkat
RNA virus HIV. Pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang tinggi
lebih cepat akan masuk ke fase simptomatik daripada pasien dengan
tingkat RNA virus HIV yang rendah.
3. Fase simptomatik
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau
lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi
tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

2.2 Problems and Needs of Palliative Care (PNPC)


PNPC merupakan self-assessment untuk mengindentifikasi masalah dan
kebutuhan pasien HIV. Instrumen ini sudah dikembangkan oleh Bart H.P. Osse,
dkk (2005). Terdapat tujuh domain kajian yang terdiri atas aktivitas sehari-hari,
gejala fisik, autonomi, isu social, isu psikologis, isu spiritual dan isu keuangan
(Osse et al., 2007). Domain dalam PNPC ini memiliki kesamaan domain dengan
kualiatas hidup pasien. PNPC-sv terdiri dari 33 item pertanyaan yang
berhubungan dengan masalah dan kebutuhan terhadap perawa-tan paliatif. Setiap
item akan ditanyakan mengenai masalah dan dari masalah yang dirasa-kan itu
apakah mereka membutuhkan bantuan dari tenaga kesetahan dengan pilihan
jawabanya adalah (ya, banyak/tidak). PNPC memiliki ko-relasi yang signifikan
dengan dimensi kualitas hidup yang dikembangkan oleh EORTC QLQ-C30
(European Organization for Research andTreatment of Cancer Quality of Life
Question-naire-Core 30).
PNPC sudah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia oleh Ibu Effendy
dengan metode for-ward-backwards translation. PNPC dalam Bahasa Indonesia
juga sudah dimodifikasi terhadap sesuai dengan konteks budaya di Indonesia.
Mod-ifikasi terhadap domain autonomi, kesulitan dalam mengatasi perintah dari
orang lain itu tidak termasuk dalam domain autonomi apalagi pada konteks

8
keluarga besar. PNPC ini pertama dikembangkan pada pasien kanker untuk
mengkaji masalah dan kebutuhan terhadap pelayanan perawatan paliatif.
Sehingga, untuk digunakan pada pasien dengan HIVAIDS, pertanyaan yang ada
domain psikologis yang berkaitan dengan perasaan takut terhadap metastase
dirubah men menjadi perasaan takut terhadap perkembangan penyakit. Selain itu,
peneliti juga menambahkan pertanyaan yang berhubungan dengan akses ter-
hadap pengobatan ARV.

2.2.2 Tahap Berduka


Dr.Elisabeth Kublerr-Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka yang
dapat terjadi pada pasien dengan penyakit terminal :
1. Denial ( pengingkaran )
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak
dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin
mengingkarinya.
2. Anger ( Marah )
Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia
akan meninggal.
3. Bergaining ( tawar-menawar )
Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien mencoba menawar
waktu untuk hidup.
4. Depetion ( depresi )
Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan
segera mati.ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama
lagi bersama keluarga dan teman-teman.
5. Acceptance ( penerimaan)

9
Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima kenyataan
bahwa ia akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya yang belum terselesaikan.

2.3 Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian

Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu:

1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya


perubahan yang cepat dari fase akut ke kronik.

2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi
pada kondisi penyakit yang kronik.

3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya


terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.

4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien
dengan sakit kronik dan telah berjalan lama.

2.4 Pengkajian
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien
sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya
dapat meninggal dengan tenang dan damai. Doka (1993) menggambarkan
respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :
1. Fase prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau factor resiko
penyakit
2. Fase akut : berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian
keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis.
3. Fase kronis : klien bertempur dengan penyakit dan pengobatnnya, Pasti
terjadi. Klien dalam kondisi terminal akan mengalami masalah baik fisik,
psikologis maupun social-spiritual.

10
Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara lain :
1. Problem Oksigenisasi : Respirasi irregular, cepat atau lambat,
pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan
mental : Agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia,
akumulasi secret, dan nadi ireguler.
2. Problem Eliminasi : Konstipasi, medikasi atau imobilitas
memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan
jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh
karena pengobatan atau kondisi penyakit (mis Ca Colon), retensi urin,
inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi
penyakit misalnya : Trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring
penurunan intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal
3. Problem Nutrisi dan Cairan : Asupan makanan dan cairan menurun,
peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering
dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah,
cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
4. Problem suhu : Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus
memakai selimut.
5.   Problem Sensori : Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip
hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada
kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi
menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun.
4. Problem nyeri : Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara
intra vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan.
5. Problem Kulit dan Mobilitas : Seringkali tirah baring lama menimbulkan
masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi
yang sering.
6. Masalah Psikologis : Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami
banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan.
Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain

11
ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam
hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi atau
barrier komunikasi.
7. Perubahan Sosial-Spiritual : Klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi
akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat
memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan.
Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan
kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Faktor-faktor yang perlu dikaji :


1. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada
berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain
perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi,
kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada
klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-
bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus respek terhadap
perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut
menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien
dalam pemeliharaan diri.
2. Faktor Psikologis

Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi


terminal. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi
pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang

12
ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain
yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan,
kehilangan harga diri dan harapan. Perawat harus mengenali tahap-
tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal.
3. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi
terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah
tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang
kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering
membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda
klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan
social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu
menemani klien.

4. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses
kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya.
Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin
berontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat-saat
seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk
menemani disaat-saat terakhirnya.
5. Konsep dan prinsip etika, norma, budaya dalam pengkajian Pasien
Terminal
Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural atau
budaya yang mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang
budaya mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka
dan menghadapi kematian atau menjelang ajal. Perawat tidak boleh
menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika,
norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.
6. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi
dukungan. Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui

13
keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive terhadap
kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga
kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi.

Semakin sederhana paduan obat ARV semakin tinggi angka kepatuhan


minum obat.Kepatuhan sangat diperlukan untuk keberhasilan pengobatan, akan
tetapi kepatuhan tidak boleh menjadi hambatan untuk akses pengobatan ARV
sehingga petugas kesehatan mempunyai kewajiban untuk menjalin hubungan
yang baik dan membantu pasien untuk mencapai kondisi kepatuhan yang baik
Perlu diingat bahwa pasien yang tidak dapat mengambil obat TIDAK selalu
berarti tidak patuh minum obat.
Kepatuhan dapat dinilai dari laporan pasien sendiri, dengan menghitung sisa
obat yang ada dan laporan dari keluarga atau pendamping yang membantu
pengobatan. Konseling kepatuhan dilakukan pada setiap kunjungan dan dilakukan
secara terus menerus dan berulang kali dan perlu dilakukan tanpa membuat pasien
merasa bosan.
F. DiagnosaKeperawatan
1. Biologi :
- ketidakefektifan termogulasi b.d penurunan imunitas Tubuh
- katidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan
asupan oral
- intoleransi aktivitas b.d keadaan mudah letih, kelemahan,
malnutrisi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Psikologi :
- ansietas b.d ancaman nyata terhadap kesejahteraan diri
- harga diri rendah b.d penyakit kronis, krisis stuasional
3. Social :
- isolasi soaial b.d stigma, ketakutan orang lain terhadap
penyebaran infeksi
- Tidak efektifnya mekanisme koping keluarga b.d kemampuan
dalam mengaktualisasi diri

14
4. Spiritual :
- distress spiritual b.d penyakit infeksi kronis
G. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan dan criteria hasil Intervensi


keperawatan
1 Ketidakefektifan NOC : NIC :
termoregulasi 1. Hidration Temperature regulation
2. Adherence (pengaturansuhu)
Behavior 1.1 Monitor suhutubuh
3. Immune status minimal tiap 2 jam
4. Risk control 1.2 Rencanakan
5. Risk detection monitor
suhusecara
Kriteria Hasil : continue
- Keseimbanganantarapr 1.3 Monitor TD, nadi,
oduksipanas, panas RR
yang diterima, 1.4 Monitor
dankehilanganpanas. warnadansuhukulit
- Seimbangantaraproduk 1.5 Monitor tanda-
sipanas, panas yang tandahipotermidan
diterima, hipertermi
dankehilanganpanas 1.6 Tingkatkan intake
selama 28 cairandannutrisi
haripertamakehidupan. 1.7 Selimutipasienuntu
- Keseimbanganasamba kmencegahhilangn
sabayibarulahir yakehangatantubu
- Temperature stabil : h

36,5-37 C 1.8 Ajarkanpadapasien

- Tidakadakejang caramencegahkelet

- Tidakadaperubahanwa ihanakibatpanas
1.9 Diskusikantentang

15
rnakulit pentingnyapengatu
- Glukosadarahstabil ransuhudan
- Pengendalianrisiko : kemungkinan efek
hipertermia negative
- Pengendalianrisiko: dankedinginan
hyporthermia 1.10 Beritahutentangind

- Pengendalianrisiko: ikasiterjadinyakele

Proses menular tihandanpenangana

- Pengendianrisiko: n emergency yang

paparansinarmatahari diperlukan
1.11 Ajarkanindikasidar
ihipotermidanpena
nganan yang
diperlukan
1.12 Berikan anti
piretikjikaperlu

2 Ketidakseimban Setelahdilakukantindakan 2.1 Kaji adanya alergi


gannutrisikurang keperawatan selama 3x24 makanan
darikebutuhanb.d jam 2.2 Monitor adanya
penurunanasupa diharapkannutrisikurangte penurunan berat badan
n oral ratasi dengan kriteria 2.3 Yakinkan diet yang
hasil: dimakan mengandung
- - tinggi serat untuk
Adanyapeningkatanber mencegah konstipasi
atbadansesuaidengantu 2.4 Berikaninformasitenta
juan ngkebutuhaninformasi
- -Beratbadan ideal 2.5 Kolaborasidenganahli
sesuaidengantinggibad giziuntukmenentukanj
an umlahkaloridannutrisi
- Tidakadatanda- yang

16
tandamalnutrisi dibutuhkanpasien
- menunjukkanpenigkat
anfungsipengecapanda
nmenelan
- Tidakterjadipenurunan
beratbadan yang
berarti

3 Intoleransi Setelah dilakukan 3.1 Bantu klien untuk


aktivitas b.d tindakan keperawatan mengidentifikasi
keadaan mudah selama 3x24 jam aktivitas yang mampu
letih, kelemahan, diharapkan Pasien dilakukan
malnutrisi bertoleransi terhadap 3.2 Bantu klien untuk
dangan aktivtas dengan kriteria membuat jadwal
gangguan hasil: latihan diwaktu luang.
keseimbangan - Berpartisipasi dalam 3.3 Sediakan penguatan
cairan dan aktivitas fisik tanpa yang positif bagi yang
elektroit disertai peningkatan aktif beraktivitas
tekanan darah, nadi 3.4 Monitor responfisik,
dan RR emosional, social dan
- -Mampu melakukan spiritual.
aktivtas sehari-hari 3.5 Kolaborasi dengan
(ADLs) secara Tenaga Rehabilitasi
mandiri Medik dalam
- Keseimbangan merencanakan
aktivitas dan istirahat program terapi yang
tepat.

4 Ansietas b.d Setelah dilakukan Anxiety Reduction


ancaman nyata tindakan keperawatan 3 x ( peneurunan kecemasan)
terhadap 24 jam diharapkan 4.1 Gunakan pendekatan

17
kesejahteraan diri ansietas dapat teratasi yang menyenagkan
dengan Kriteria Hasil: 4.2 Nyatakan dengan jelas
- Klien mampu harapan terhadap
mengidentifikasi dan pelaku pasien
mengungkapkan ejala 4.3 Jelaskan semua
cemas prosedur dan apa yang
- Mengidentifikasi, dirasakan
mengungkapkan, dan 4.4 Pahami prespektif
menunjukkan teknik pasien terhadap situasi
mengontrol cemas stress
- Vital sign dalam batas 4.5 Temani pasien untuk
normal mengurangi takut
- Postur tubuh, ekspresi 4.6 Dengarkan dengan

wajah, bahasa tubuh penuh perhatian

dan tingkat aktivitas 4.7 Instruksikan pasien

menunjukkan menggunakan teknik

kurangnya kecemasan relaksasi


4.8 Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan

5 harga diri rendah Setelah dilakukan Self extem enhancement


b.d penyakit tindakan keperawatan 3 x 5.1 Tunjukkan rasa
kronis, krisis 24 jam diharapakan percaya diri terhadap
stuasional masalah ahrga diri rendah kemampuan pasien
teratasi dengan Kriteria untuk mengatasi
Hasil : situasi
- Adaptasi terhadap 5.2 Dorong pasien
ketidakdayaan fisik : mengidentifikasikan
respon adaptif klien kekuatan dirinya
terhadap tantangan 5.3 Ajarkan keterampilan

18
fungsional penting perilaku yang positif
- Menunjukkan melalui
penilaian pribadi 5.4 Buat steatment positif
tentang harga diri terhadap pasien
- Mengungkapkan 5.5 Dukung pasien untuk
penerimaan diri menerima
- Komunikasi terbuka 5.6 Kaji alasan-alasan

- Menggunakan strategi untuk mengkritik atau

koping efektif menyalahkan diri


sendiri
5.7 Kolaborasi dengan
sumber-sumber lain
( petugas dinas sosial,
perawat specialis
klinis, dan layanan
keagamaan )
Body image enhancement
counseling
5.8 Mengguakan proses
pertolongan interaktif
yang berfokus pada
kebutuhan, masalah
atau perasaan pasien
dan orang terdekat
untuk meningkatkan
atau mendukung
koping pemecahan
masalah
6 IsolasiSosial NOC : Socialization enhacement
Definisi : kesepian 6. Social interactive 6.1 Fasilitasi dukungan
yang dialami skills. kepada pasien oleh

19
individu dan 7. Stress level. keluarga, teman
dirasakan saat 8. Social support. dankomunitas.
didorong oleh 9. Post-trauma 6.2 Dukung hubungan
keberadaan orang syndrome. dengan orang lain
lain dan sebagai KriteriaHasil : yang mempunyai
pernyataan - Iklm social keluarga minat dan tujuan yang
negative atau :lingkungan yang sama.
mencengkam. mendukung yang 6.3 Dorong pasien
bercirikanhubunganda melakukan kegiatan
Batasankarakteristi ntujuananggotakeluarg social dan komunitas.
k: a. 6.4 Berikan uji
Objektif : - Partisipasiwaktu pembatasan
1. Tidakadadu luang:menggunakan interpersonal.
kungan aktivitas yang 6.5 Berikanumpanbalikten
orang yang menarik, tangpeningkatandalam
dianggappe menyenangkan, perawatandanpenampil
nting danmenenangkanuntuk andiriatauaktivitas
2. Perilaku meningkatkankesejaht lain.
yang eraan. 6.6 Hadapkanpasienpadah
tidaksesuai - Keseimbanganpada ambatanpenilaian,
denganperk perasaan:mampumeny jikamemungkinkan.
embangan esuaikanemosisebagair 6.7 Dukungpasienuntukme
3. Afektumpu esponterhadapkeadaan ngubahlingkungansepe
l tertentu. rtijalan-jalan
4. Buktikecac - Keparahan 6.8 Fasilitasipasien yang
atan kesepian:mengendalik mempunyaipenurunan
(mis:fisik, ankeparahanresponem sensory
mental) osi, social sepertipenggunaankac
5. Ada ataueksistensiterhadapi amatadanalatpendenga
didalam solasi. ran.
subcultural - Penyesuaian yang 6.9 Fasilitasipasienpasienu

20
6. Sakit, tepatterhadaptekanane ntukberpartisipasidala
tindakantid mosisebagairesponterh mdiskusidengan group
akberarti adapkeadaantertentu. kecil.
7. Tidakadako - Tingkat 6.10 Membantupasienm
ntakmata persepsipositiftentang engembangkanataume
8. Dipenuhide status kesehatandan ningkatkanketerampila
nganpikira status hidupindividu. n social interpersonal.
nsendiri - Partisipasidalamberma 6.11 Kurangi stigma
9. Menunjukk in, isolasidenganmenghor
an penggunaanaktivitasol matimartabatpasien.
permusuha ehanakusia 1-11 6.12 Galikekuatandanke
n tahununtukmeningkatk lamahanpasiendalamb
10. Tindakanbe ankesenangan, erinteraksi social.
rulang hiburan,
11. Afeksedih, danperkembangan.
inginsendir - Meningkatkanhubunga
ian n yang
12. Menunjuka efektifdalamperilakupr
nperilaku ibadi, interaksi social
yang dengan orang,
tidakdapatd kelompokatauorganisa
iterimaoleh si.
kelompokk - Ketersediaandanpenin
ultural gkatanpemberian
yang actual bantuan yang
dominan andaldari orang lain.
13. Tidak - Menungkapkanpenuru
komunkati, nanperasaanataupengal
menarikdiri amandiasingkan.
Subjektif :
1. Minat yang

21
tidaksesuai
dengan
perkemban
gan
2. Mengalami
perasaanbe
rbedadari
orang lain
3. Tidakperca
yadirisaatb
erhadapand
engan
public
4. Mengungk
apkanperas
aankesendi
rianyang
didorongol
eh orang
lain.
5. Mengungk
apkanperas
aanpenolak
an.
6. Mengungk
apkannilai
yang
tidakdapatd
iterimakelo
mpok
cultural

22
dominan.

Factor yang
berhubungan :
1. Perubahan
status
mental
2. Gangguanp
enampilanf
isik
7 Tidak efektifnya Setelah dilakukan Coping Enhancement
ekanisme koping tindakan keperawatan 1 x 7.1 Kaji koping keluarga
keluarga b.d 24 jam diharapakan terhadap sakit pasein
kemampuan Keluarga dapat dan perawatanny
dalam mempertahankan suport 7.2 Biarkan keluarga
mengaktualisasi sistem dan adaptasi mengung -kapkan
diri terhadap perubahan akan perasaan secara verbal
kebutuhannya dengan 7.3 Ajarkan kepada
criteria hasil : keluaraga tentang
- pasien dan keluarga penyakit dan
berinteraksi dengan transmisinya.
cara yang konstruktif
- - keluarga bisa
menerima keadaan
klien
8 distress spiritual Setelah dilakukan 1.1 bina hubungan saling
b.d penyakit tindakan keperawatan 3 x percaya dengan
infeksi kronis 24 jam diharapkan masalh pasien
distress spiritual dengan 1.2 kaji factor penyebab
criteria hasil : gangguan spiritual
- -mampu membina pada pasien

23
hubungan saling 1.3 bantu pasien
percaya dengan mengung -kapkan
perawat perasaan terhadap
- -mampu spiritual yang di
mengungkapkan yakini
penyebab gangguan 1.4 bantu klien mengem
spiritual -bangkan skill untuk
- -mengungkapkan mengatasi perubahan
perasaan dan pikiran spiritual dalam
tentang spiritual yang kehidupan
diyakininya 1.5 fasilitasi pasien
- aktif melakukan dengan alat-alat
kegiatan spiritual atau ibadah sesuai
keagamaan keyakinan atau
- - ikut serta dalam agama yang di anut

keadaan keagamaan oleh pasien


1.6 bantu pasien untuk
ikut serta dalam
kegiatan keagamaan
1.7 bantu pasien
mengevaluasi
perasaan setelah
melakukan kegiatan
ibadah atau kegiatan
spiritual lainnya.

D. EvaluasiKeperawatan

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwan gejala fisik, masalah
piskologis, dan sosial merupakan permasalah pasien HIV/AIDS yang
membutuhkan prioritas penangan dengan perawatan paliatif. Secara detail,
kebutuhan akan perawatan gangguan tidur, pengendalian nyeri, dukungan
keuangan, dukungan psikologis, dankebutuhan untuk dukungan sosial
merupakan pri-oritas kebutuhan untuk perawatan paliatif pada pasien dengan
HIV/AIDS di Indonesia. Mengkon-sumsi obat ARV, jumlah CD4, tinggal di
daerah perkotaan, status pernikahan dan pendapatan per bulan berpengaruh
terhadap kebutuhan perawatan paliatif pada pasien HIV/AIDS.

3.2 Saran
Diharapkan tenaga kesehatan dapat mengem-bangkan perawatan paliatif
yang sesuai dengan kebuthan pasien dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
pasien dengan HIV/AIDS. Perawa-tan paliatif yang berfokus pada manajemen
gangguan tidur, dukungan psikologis dan sosial merupakan hal yang sangat
penting. Selain itu, mempertimbangkan bahwa konsumsi obat ARV sangat
berpengarh terhadap kebutuhan pasien, se-hingga peningkatan pelayanan terhadap
ARV yang sesuai dengan yang direkomendasikan oleh WHO

25
Daftar Pustaka

Rahayu, Dedeh Sri, & Ochoa, Marcos. (2015). Cervical Cancer


Awareness: An Information Dissemination Campaign In Indonesia. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, 3(1).

Allavena, C., Guimard, T., Billaud, E., de la Tullaye, S., Reliquet, V., Pineau, S.,
Michau, C. (2014). Prevalence and risk factors of sleep disturbances in a large HIV-
infected adult population. Journal of the
International AIDS Society, 17(4Suppl 3).

Chu, C., & Selwyn, P. A. (2011). An epidemic in evolution: the need for new
models of HIV care in the chronic disease era. J Urban Health, 88(3), 556-566. doi:
10.1007/s11524 -011-9552-y

https;//academia.edu/document/375895052/Askep-Paliatif-HIV-AIDS

26

Anda mungkin juga menyukai