Anda di halaman 1dari 92

MAKALAH

MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT DALAM


KOMUNITAS DENGAN MASALAH KESEHATAN POPULASI PENYAKIT INFEKSI
COVID 19 DAN TBC

Dosen Pengampu : Ns. Tri Wahyuni, M.Kep

Di Susun Oleh :
Kelompok 9

Agung Pratama Putra SR19213101


Atika Rizki Kurniasari SR19213099
Cicy Alvionita SR19213103
Istijah Rahayu Ningsih SR19213007
Larasfika Qori Amalia SR19213019
Ratna Sari SR19213102

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji syukur kami persembahkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Shalawat dan salam
tak lupa kami junjungkan kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya
yang telah membawa zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.
Makalah ini kami buat agar dapat membantu teman-teman dalam belajar. Harapan dari kami adalah
semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat untuk teman-teman semuanya. Kami sangat
mengharapkan tegur sapa dari pembaca sebagai bekal kami untuk memperbaiki isi makalah ini,
semoga kritik dan sarannya dapat membantu. Karena mungkin masih banyak kekurangan di
dalamnya.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.
Wassalammualaikum wr.wb.

Pontianak, 25 Maret 2022

Kelompok 9

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................
BAB I...............................................................................................................................................................
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................
A.Latar belakang............................................................................................................................................4
B.Etiologi COVID-19.....................................................................................................................................4
C. Klastifikasi.................................................................................................................................................4
D. MANIFESTASI KLINIS..........................................................................................................................5
E. Komplikasi.................................................................................................................................................5
F. Mekanisme penularan...............................................................................................................................6
G. Pencegahan................................................................................................................................................6
BAB II..............................................................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................................
A.Konsep Pneumonia.....................................................................................................................................8
B.Konsep COVID-19....................................................................................................................................21
C.Konsep Sesak Nafas..................................................................................................................................31
ANALISA DATA.......................................................................................................................................37
Hasil Pemeriksaan Laboratorium..............................................................................................................57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................................84
ASUHAN KEPERAWATAN COVID-19................................................................................................97
TBC..........................................................................................................................................................102
Klasifikasi penyakit tuberkulosis paru..................................................................................................105
Diagnosis penyakit Tuberkulosis............................................................................................................105
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................112

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengertian COVID-19 Corona virus merupakan keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan
penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut / Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara orang-
orang melalui tetesan pernapasan dari batuk dan bersin. Virus ini dapat tetap bertahan
hingga tiga hari dengan plastik dan stainless steel SARS CoV-2 dapat bertahan hingga
tiga hari,atau dalam aerosol selama tiga jam4. Virus ini juga telah ditemukan di feses,
tetapi hingga Maret 2020 tidak diketahui apakah penularan melalui feses mungkin, dan
risikonyadiperkirakan rendah (Doremalen et al, 2020)
Coronavirus (COVID-19) adalah penyakit berjangkit yang berpuncak daripada virus
corona yang baru ditemui. Kasus pertama yang dilaporkan adalah pada Disember 2019
di Wuhan, China. Corona virus merupakan virus RNA berukuran 120-160 nm. Pada
manusia biasa nya menyebabkan penyakit saluran pernafasan mulai dari flu biasa
hingga penyakit serius.
Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
coronavirus yang menyebar terutama melalui tetesan air liur atau keluar dari hidung
yang akan menyebabkan penyakit pernapasan ringan hingga sedang namun akan
menjadi serius jika orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki masalah medis
mendasar seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan
kanker (medscape, 2020: WHO, 2020)
B. Etiologi COVID-19
Etiologi COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah virus dengan nama spesies
severe acute respiratory syndrome virus corona 2, yang disingkat SARS-CoV-2.
Transmisi virus antar manusia melalui droplet yang disebarkan baik secara langsung
maupun tidak langsung dari permukaan benda yang terkontaminasiSARS-CoV-2
merupakan virus yang mengandung genom single-stranded RNA yang positif.
Morfologi virus corona mempunyai proyeksi permukaan (spikes) glikoprotein yang
menunjukkan gambaran seperti menggunakan mahkota dan berukuran 80-160 nM
dengan polaritas positif 27-32 kb. Struktur protein utama SARS-CoV-2 adalah protein
nukleokapsid (N), protein matriks (M), glikoprotein spike (S), protein envelope (E)
selubung, dan protein aksesoris lainnya. Protein M berperan dalam mengenalkan virus
pada tubuh dan membentuk envelope. Protein E berperan dalam proliferasi,
pembentukan envelope, dan penyebaran virus. Protein N memiliki peran dalam
peningkatan transkripsi dan pembentukan virus. Protein S adalah bagian yang berperan
dalam pengikatan virus pada sel inang dan merupakan bagian terpenting dalam proses
infeksi. Oleh sebab itu, target terapi pada pasien COVID-19 adalah pada protein S.
SARS-CoV-2 termasuk dalam kategori betaCoV dan 96,2% sekuens genom SARS-
CoV-2 identikal dengan bat CoV RaTG13. Oleh sebab itu, kelelawar dicurigai
merupakan inang asal dari virus SARS-CoV-2. Virus ini memiliki diameter sebesar 60‒
140 nm dan dapat secara efektif diinaktivasi dengan larutan lipid, seperti ether (75%),
ethanol, desinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan kloroform.
SARS-CoV-2 juga ditemukan dapat hidup pada aerosol selama 3 jam. Pada permukaan
solid, SARS-CoV-2 ditemukan lebih stabil dan dapat hidup pada plastik dan besi
stainless selama 72 jam, pada tembaga selama 48 jam, dan pada karton selama 24 jam
C. Klastifikasi
1. Dibagi menjadi OTG, PDP dan kasus Terkonfirmasi:
Orang Tanpa Gejala/OTG
4
a. Tidak ada gejala
b. Memiliki resiko tertular
c. Kontak erat dengan kasus positif
Orang dalam pemantauan/ ODP
a. Demam, Batuk, Pilek, Sakit Tenggorokan
b. Riwayat perjalanan dalam/luar negeri dengan transmisi lokal dan riwayat kontak
penderita
Pasien dalam Pengawasan/ PDP
a. Demam, Batuk, Pilek, sakit tenggorokan sesak nafas, pneumonia atau radang paru
paru
b. Riwayat perjalanan dalam/luar negeri dengan transmisi lokal dan riwayat kontak
penderita
2. Kontak erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam
ruangan atau berkunjung dalam radius 1 meter dengan kasus PDP atau konfirmasi
dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul
gejala.
3. Kasus terkonfirmasi adalah pasien terinfeksi COVID 19 dengan hasil tes positif
melalui pemeriksaan PCR
Berdasarkan beratnya kasus covid 19 terbagi menjadi 5
1. Tanpa gejala: kondisi teringan dan tidak ditemukan gejala
2. Ringan: Infeksi saluran nafas tidak berkomplikasi
3. Sedang: Pneumonia tetapi tidak membutuhkan suplementasi oksigen
4. Berat: pneumonia disertai RR> 30x/menit ,distress nafas berat ,SpO2 <93 persen
atau PaO2/ FiO2<300
5. Kritis : Gagal nafas, acute respiratory distress syndrome/ ARDS, syok sepsis dan
atau multiple organ failure
D. MANIFESTASI KLINIS
Infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek,
batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan
sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami
demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-
gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona (Lancet, 2020;
WHO, 2020). Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang
terinfeksi virus Corona, yaitu:
a. Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)
b. Batuk kering
c. Sesak napas
Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi virus Corona meskipun
lebih jarang, yaitu:
a. Diare
b. Sakit kepala
c. Konjungtivitis
d. Hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau
e. Ruam di kulit
Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu
setelah penderita terpapar virus Corona.
E. Komplikasi
Ada kasus yang parah, infeksi virus Corona bias menyebabkan beberapa komplikasi
berikut ini (medscape, 2020; WHO, 2020a)
1) Pneumonia (infeksi paru-paru)
2) Infeksi sekunder pada organ lain
3) Gagal ginjal
4) Acutecardiacinjury
5
5) Acuterespiratorydistresssyndrome
6) Kematian
F. Mekanisme penularan
COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol penderita dan melalui
kontak langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan ketika memiliki kontak
langsung dengan penderita dalam jangka waktu yang terlalu lama. Konsentrasi aerosol
di ruang yang relatif tertutup akaan semakin tinggi sehingga penularan akan semakin
mudah (Safrizal dkk 2020).
G. Pencegahan
Menurut Kemenkes RI dalam Health Line (2020) pencegahan penularan COVID-19
meliputi :
a. Sering-Sering Mencuci Tangan
Sekitar 98 persen penyebaran penyakit bersumber dari tangan. Mencuci tangan hingga
bersih menggunakan sabun dan air mengalir efektif membunuh kuman, bakteri, dan
virus, termasuk virus Corona. Pentingnya menjaga kebersihan tangan membuat
memiliki risiko rendah terjangkit berbagai penyakit.
b. Hindari Menyentuh Area Wajah
Virus Corona dapat menyerang tubuh melalui area segitiga wajah,seperti mata, mulut,
dan hidung. Area segitiga wajah rentan tersentuh oleh tangan, sadar atau tanpa disadari.
Sangat penting menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan
benda atau bersalaman dengan orang lain.
c. Hindari Berjabat Tangan dan Berpelukan
Menghindari kontak kulit seperti berjabat tangan mampu mencegah penyebaran virus
Corona. Untuk saat ini menghindari kontak adalah cara terbaik. Tangan dan wajah bisa
menjadi media penyebaran virus Corona.
d. Jangan Berbagi Barang Pribadi
Virus Corona mampu bertahan di permukaan hingga tiga hari. Penting untuk tidak
berbagi peralatan makan, sedotan, handphone, dan sisir. Gunakan peralatan sendiri demi
kesehatan dan mencegah terinfeksi virus Corona.
e. Etika ketika Bersin dan Batuk
Satu di antara penyebaran virus Corona bisa melalui udara. Ketika bersin dan batuk,
tutup mulut dan hidung agar orang yang ada di sekitar tidak terpapar percikan kelenjar
liur. Lebih baik gunakan tisu ketika menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk.
Cuci tangan hingga bersih menggunakan sabun agar tidak ada kuman, bakteri, dan virus
yang tertinggal di tangan.
f. Bersihkan Perabotan di Rumah
Tidak hanya menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan tempat tinggal juga
penting. Gunakan disinfektan untuk membersih perabotan yang ada di rumah.
Bersihkan permukaan perabotan rumah yang rentan tersentuh, seperti gagang pintu,
meja, furnitur, laptop, handphone, apa pun, secara teratur. Bisa membuat cairan
disinfektan buatan sendiri di rumah menggunakan cairan pemutih dan air. Bersihkan
perabotan rumah cukup dua kali sehari.
g. Jaga Jarak Sosial
Satu di antara pencegahan penyebaran virus Corona yang efektif adalah jaga jarak
sosial. Pemerintah telah melakukan kampanye jaga jarak fisik atau physical distancing.
Dengan menerapkan physical distancing ketika beraktivitas di luar ruangan atau tempat
umum,sudah melakukan satu langkah mencegah terinfeksi virus Corona. Jaga jarak
dengan orang lain sekitar satu meter. Jaga jarak fisik tidak hanya berlaku di tempat
umum, di rumah pun juga bisa diterapkan.
h. Hindari Berkumpul dalam Jumlah banyak
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia telah
membuat peraturan untuk tidak melakukan aktivitas keramaian selama pandemik virus
Corona. Tidak hanya tempat umum, seperti tempat makan, gedung olah raga, tetapi
6
tempat ibadah saat ini harus mengalami dampak tersebut. Tindakan tersebut adalah
upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona. Virus Corona dapat ditularkan melalui
makanan, peralatan, hingga udara. Untuk saat ini, dianjurkan lebih baik melakukan
aktivitas di rumah agar pandemic virus Corona cepat berlalu.
i. Mencuci Bahan Makanan
Selain mencuci tangan, mencuci bahan makanan juga penting dilakukan. Rendam bahan
makanan, seperti buah-buah dan sayursayuran menggunakan larutan hidrogen peroksida
atau cuka putih yang aman untuk makanan. Simpan di kulkas atau lemari es agar bahan
makanan tetap segar ketika ingin dikonsumsi. Selain untuk membersihkan, larutan yang
digunakan sebagai mencuci memiliki sifat antibakteri yang mampu mengatasi bakteri
yang ada di bahan makanan.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pneumonia

Definisi
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh

mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, parasite. pneumonia juga

disebabkan oleh bahan kimia dan paparan fisik seperti suhu atau radiasi.

(Djojodibroto, 2014).

Pneumonia merupakan infeksi pada paru yang bersifat akut.

Penyebabnya adalah bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau kerusakan

fisik dari paru-paru, dan bisa juga disebabkan pengaruh dari penyakit

lainnya. Pneumonia disebabkan oleh Bakteri Streptococcus dan

Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia

yaitu Adenoviruses, Rhinovirus, Influenza virus, Respiratory syncytial

virus (RSV) dan para influenza (Athena & Ika, 2014).

Etiologi

Menurut Padila (2013), etiologi pneumonia:

a. Bakteri

Pneumonia bakteri didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram

positif seperti: Streptococcus pneumonia, S. aerous, dan

streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negative seperti Haemophilus

influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa

8
b. Virus

Disebabkan virus influenza yang menyebar melalui droplet.Penyebab

utama pneumonia virus ini yaitu Cytomegalovirus.

c. Jamur

Disebabkan oleh jamur hitoplasma yang menyebar melalui udara yang

mengandung spora dan ditemukan pada kotoran burung, tanahserta

kompos.

d. Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).

Biasanya pada pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves,

2013). Penyebaran infeksi melalui droplet dan disebabkan oleh

streptococcus pneumonia, melalui selang infus yaitu stapilococcus

aureus dan pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan enterobacter.

Dan bisa terjadi karena kekebalan tubuh dan juga mempunyai riwayat

penyakit kronis.

Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia yaitu dari Non

mikroorganisme:

a. Bahan kimia.

b. Paparan fisik seperti suhu dan radiasi (Djojodibroto, 2014).

c. Merokok.

d. Debu, bau-bauan, dan polusi lingkungan (Ikawati, 2016).

14
Klasifikasi

Menurut pendapat Amin & Hardi (2015)

e. Berdasarkan anatomi :

1) Pneumonia lobaris yaitu terjadi pada seluruh atau sebagian besar

dari lobus paru. Di sebut pneumonia bilateral atau ganda apabila

kedua paru terkena.

2) Pneumonia lobularis, terjadi pada ujung bronkhiolus, yang

tersumbat oleh eksudat mukopurulen dan membentuk bercak

konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.

3) Pneumonia interstitial, proses inflamasi yang terjadi didalam

dinding alveolar dan interlobular.

f. Berdasarkan inang dan lingkungan

1) Pneumonia komunitas

Terjadi pada pasien perokok, dan mempunyai penyakit penyerta

kardiopulmonal.

2) Pneumonia aspirasi

Disebabkan oleh bahan kimia yaitu aspirasi bahan toksik, dan

akibat aspirasi cairan dari cairan makanan atau lambung.

3) Pneumonia pada gangguan imun

Terjadi akibat proses penyakit dan terapi. Disebabkan oleh kuman

pathogen atau mikroorganisme seperti bakteri, protozoa, parasite,

virus, jamur dan cacing.

15
Patofisologi
Menurut pendapat Sujono & Sukarmin (2009), kuman masuk kedalam

jaringan paru-paru melalui saluran nafas bagian atas menuju ke

bronkhiolus dan alveolus. Setelah Bakteri masuk dapat menimbulkan

reaksi peradangan dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein.

Kuman pneumokokusus dapat meluas dari alveoli ke seluruh segmen

atau lobus. Eritrosit dan leukosit mengalami peningkatan, sehingga

Alveoli penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit, fibrin dan

leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar, paru menjadi tidak

berisi udara. Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun sehingga

alveoli penuh dengan leukosit dan eritrosit menjadi sedikit.

Setelah itu paru tampak berwarna abu-abu kekuningan. Perlahan sel

darah merah yang akan masuk ke alveoli menjadi mati dan terdapat

eksudat pada alveolus Sehingga membran dari alveolus akan mengalami

kerusakan yang dapat mengakibatkan gangguan proses difusi osmosis

oksigen dan berdampak pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa

oleh darah. Secara klinis penderita mengalami pucat sampai sianosis.

Terdapatnya cairan purulent pada alveolus menyebabkan peningkatan

tekanan pada paru, dan dapat menurunan kemampuan mengambil

oksigen dari luar serta mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru.

Sehingga penderita akan menggunakan otot bantu pernafasan yang dapat

menimbulkan retraksi dada.

16
Secara hematogen maupun lewat penyebaran sel, mikroorganisme

yang ada di paru akan menyebar ke bronkus sehingga terjadi fase

peradangan lumen bronkus. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkan

produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia sehingga timbul reflek

batuk.

Manifestasi Klinis
Gambaran klinis beragam, tergantung pada organisme penyebab dan

penyakit pasien Brunner & Suddarth (2011).

g. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5


o
C sampai 40,5 o C).

h. Nyeri dada pleuritik yang semakin ketika bernapas dan batuk.

i. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea (25 sampai 45 kali

pernapasan/menit) dan dyspnea, prtopnea ketika disangga.

j. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu

derajat peningkatan suhu tubuh (Celcius).

k. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus,

infeksi mikroplasma, atau infeksi organisme Legionella.

l. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat

rendah, nyeri pleuritik, myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari,

sputum mucoid atau mukopurulen dikeluarkan.

m. Pneumonia : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan

sianosis sentral.

n. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau

hijau, bergantung pada agen penyebab.

17
o. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah

lelah.

p. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi

utama pasien (misal, yang menjalani terapi imunosupresan, yang

menurunkan resistensi terhadap infeksi.

Komplikasi

Komplikasi pneumonia meliputi hipoksemia, gagal respiratorik, effusi

pleura, empyema, abses paru, dan bacteremia, disertai penyebaran

infeksike bagian tubuh lain yang menyebabkan meningitis, endocarditis,

dan pericarditis (Paramita, 2011).

Pencegahan

Pencegahan pneumonia yaitu menghindari dan mengurangi faktor

resiko, meningkatkan pendidikan kesehatan, perbaikan gizi, pelatihan

petugas kesehatan dalam diagnosis dan penatalaksanaan pneumonia yang

benar dan efektif (Said, 2010).

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia menurut

Manurung (2009) adalah :

q. Pemberian antibiotik seperti : penicillin, cephalosporin pneumonia

r. Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator

s. Pemberian oksigen

t. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.

Sedangkan untuk penyebab pneumonia bervariasi

18
sehingga penanganannya pun akan disesuaikan dengan penyebab

tersebut. Selain itu, pengobatan pneumonia tergantung dari tingkat

keparahangejala yang timbul. (Shaleh, 2013)

a. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri

Dengan pemberian antibiotik yang tepat. Pengobatan harus komplit

sampai benar-benar tidak lagi muncul gejala pada penderita. Selain

itu, hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum tidak tampak adanya bakteri

pneumonia (Shaleh, 2013).

1) Untuk bakteri Streptococcus pneumonia

2) Dengan pemberian vaksin dan antibotik. Ada dua vaksin yaitu

pneumococcal conjugate vaccine yaitu vaksin imunisasi bayi dan

untuk anak dibawah usia 2 tahun dan pneumococcal

polysaccharide vaccine direkomendasikan bagi orang dewasa.

Antibiotik yang digunakan dalam perawatan tipe pneumonia ini

yaitu penicillin, amoxicillin, dan clavulanic acid, serta macrolide

antibiotics (Shaleh,2013).

3) Untuk bakteri Hemophilus influenza

4) Antibiotik cephalosporius kedua dan ketiga, amoxillin dan

clavulanic acid, fluoroquinolones, maxifloxacin oral, gatifloxacin

oral, serta sulfamethoxazole dan trimethoprim. (Shaleh, 2013).

5) Untuk bakteri Mycoplasma

Dengan antibiotik macrolides, antibiotic ini diresepkan untuk

mycoplasma pneumonia, (Shaleh, 2013).

19
b. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus

Pengobatannya sama dengan pengobatan pada penderita flu. Yaitu

banyak beristirahat dan pemberian nutrisi yang baik untuk membantu

daya tahan tubuh. Sebab bagaimana pun juga virus akan dikalahkan

juka daya tahan yubuh sangat baik, (Shaleh, 2013).

c. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur

Cara pengobatannya akan sama dengan cara mengobati penyakit

jamur lainnya. Hal yang paling penting adalah pemberian obat

antijamur agar bisa mengatasi pneumonia (Shaleh, 2013).

Pemeriksaan Penunjang

Menurut Misnadiarly (2008) pemeriksaan diagnostik yang dapat

dilakukan adalah:

u. Sinar X

Mengidentifikasi distribusi (missal: lobar, bronchial), luas absesatau

infiltrate, empyema (stapilococcus), dan penyebaran infiltrate.

v. GDA

Jika terdapat penyakit paru biasanya GDA Tidak normal tergantung

pada luas paru yang sakit.

w. JDL leukositosis

Sel darah putih rendah karena terjadi infeksi virus, dan kondisi imun.

x. LED meningkat

Terjadi karena hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas

meningkat.

20
B. Konsep COVID-19

Definisi

Pengertian COVID-19 Corona virus merupakan keluarga besar virus

yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia

biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu

biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory

Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut / Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara

orang- orang melalui tetesan pernapasan dari batuk dan bersin. Virus ini

dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan stainless steel

SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam aerosol selama

tiga jam4. Virus ini juga telah ditemukan di feses, tetapi hingga Maret

2020 tidak diketahui apakah penularan melalui feses mungkin, dan

risikonya diperkirakan rendah (Doremalen et al, 2020).

Corona virus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian

luar biasa muncul di Wuhan China, pada Desember 2019, kemudian

diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-

COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-

19). COVID-19 termasuk dalam genus dengan flor elliptic dan sering

berbentuk pleomorfik, dan berdiameter 60- 140 nm. Virus ini secara

genetic sangat berbeda dari virus SARS-CoV dan MERS-CoV. Homologi

antara COVID- 19 dan memiliki karakteristik DNA coronavirus pada

kelelawar-SARS

21
yaitu dengan memiripan lebih dari 85%. Ketika dikultur pada vitro,

COVID-19 dapat ditemukan dalam sel epitel pernapasan manusia setelah

96 jam. Sementara itu untuk mengisolasi dan mengkultur vero E6 dan

Huh- 7 garis sel dibutuhkan waktu sekitar 6 hari. Paru-paru adalah organ

yang paling terpengaruh oleh COVID-19, karena virus mengakses sel

inang melalui enzim ACE2, yang paling melimpah di sel alveolar tipe II

paru- paru. Virus ini menggunakan glikoprotein permukaan khusus, yang

disebut “spike”, untuk terhubung ke ACE2 dan memasuki sel inang

(Letko et al, 2020).

Sub-family virus corona dikategorikan ke dalam empat genus; α, β, γ,

d an δ. Selain virus baru ini (COVID 19), ada tujuh virus corona yang

telah diketahui menginfeksi manusia. Kebanyakan virus corona

menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), tetapi Middle East

Respiratory Syndrome Coronavirus (MERSr CoV), severe acute

respiratory syndrome associated coronavirus (SARSr CoV) dan novel

coronavirus 2019 (COVID-19) dapat menyebabkan pneumonia ringan

dan bahkan , serta penularan yang dapat terjadi antar manusia. Virus

corona sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas, dan dapat di

nonaktifkan (secara efektif dengan hampir semua disinfektan kecuali

klorheksidin). Oleh karena itu, cairan pembersih tangan yang

mengandung klorheksidin tidak direkomendasikan untuk digunakan

dalam wabah ini (Safrizal dkk, 2020)

Etiologi

Dalam diagnosis awal dari Rencana Perawatan Penyakit Virus Corona

22
2019 (yang disusun Pemerintah China), deskripsi etiologi COVID-19

didasarkan pada pemahaman sifat fisikokimia dari penemuan virus

corona sebelumnya. Dari penelitian lanjutan, edisi kedua pedoman

tersebut menambahkan “coronavirus tidak dapat dinonaktifkan secara

efektif oleh chlorhexidine”, juga kemudian definisi baru ditambahkan

dalam ed isi keempat, “nCov-19 adalah genus b, dengan envelope, bentuk

bulat dan sering berbentuk pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm.

Karakteristik genetiknya jelas berbeda dari SARSr- CoV dan MERSr-

CoV. Homologi antara nCoV2019 dan bat-SL-CoVZC45 lebih dari 85%.

Ketika dikultur in vitro, nCoV-2019 dapat ditemukan dalam sel epitel

pernapasan manusia setelah 96 jam, sementara itu membutuhkan sekitar 6

hari untuk mengisolasi dan membiakkan VeroE6 dan jaringan sel Huh-7“,

serta ”corona virus sensitif terhadap sinar ultraviolet” (Safrizal dkk,

2020). CoV adalah virus RNA positif dengan penampilan seperti mahkota

di bawah mikroskop elektron (corona adalah istilah latin untuk mahkota)

karena adanya lonjakan glikoprotein pada amplop. Subfamili

Orthocoronavirinae dari keluarga Coronaviridae (orde Nidovirales)

digolongkan ke dalam empat gen CoV: Alphacoronavirus (alphaCoV),

Betacoronavirus (betaCoV), Deltacoronavirus (deltaCoV), dan

Gammacoronavirus (deltaCoV). Selanjutnya, genus betaCoV membelah

menjadi lima sub- genera atau garis keturunan10.

Karakterisasi genom telah menunjukkan bahwa mungkin kelelawar

dan tikus adalah sumber gen alphaCoVs dan betaCoVs. Sebaliknya,

spesies

23
burung tampaknya mewakili sumber gen deltaCoVs dan gammaCoVs.

Anggota keluarga besar virus ini dapat menyebabkan penyakit

pernapasan, enterik, hati, dan neurologis pada berbagai spesies hewan,

termasuk unta, sapi, kucing, dan kelelawar (Safrizal dkk, 2020). Sampai

saat ini, tujuh CoV manusia (HCV) yang mampu menginfeksi manusia

telah diidentifikasi. Beberapa HCoV diidentifikasi pada pertengahan

1960-an, sementara yang lain hanya terdeteksi pada milenium baru.

Dalam istilah genetik, Chan et al. telah membuktikan bahwa genom

HCoV baru, yang diisolasi dari pasien kluster dengan pneumonia atipikal.

Setelah mengunjungi Wuhan diketahui memiliki 89% identitas nukleotida

dengan kelelawar SARS seperti-CoVZXC21 dan 82% dengan gen manusia

SARS- CoV11. Untuk alasan ini, virus baru itu bernama SARS-CoV-2.

Genom RNA untai tunggal-nya mengandung 29891 nukleotida, yang

mengkode 9860 asam amino. Meskipun asalnya tidak sepenuhnya

dipahami, analisis genom ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 mungkin

berevolusi dari strain yang ditemukan pada kelelawar.

Namun, potensi mamalia yang memperkuat, perantara antara

kelelawar dan manusia, belum diketahui. Karena mutasi pada strain asli

bisa secara langsung memicu virulensi terhadap manusia, maka tidak

dipastikan bahwa perantara ini ada (Safrizal dkk, 2020).

Karakteristik Epidemiologi

Menurut Safrizal dkk, (2020) karakteristik epidemiologi meliputi:

a. Orang dalam pemantauan

24
Seseorang yang mengalami gejala demam (≥38°C) atau memiliki

riwayat demam atau ISPA tanpa pneumonia. Selain itu seseorang yang

memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit pada 14 hari

terakhir sebelum timbul gejala juga dikategorikan sebagai dalam

pemantauan.

b. Pasien dalam pengawasan

1) Seseorang yang mengalami memiliki riwayat perjalanan ke negara

yang terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala-gejala

COVID-19 dan seseorang yang mengalami gejala- gejala, antara

lain: demam (>38°C); batuk, pilek, dan radang tenggorokan,

pneumonia ringan hingga berdasarkan gejala klinis dan/atau

gambaran radiologis; serta pasien dengan gangguan sistem

kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala dan tanda

menjadi tidak jelas.

2) Seseorang dengan demam >38°C atau ada riwayat demam atau

ISPA ringan sampai dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul

gejala, memiliki salah satu dari paparan berikut: Riwayat kontak

dengan kasus konfirmasi COVID-19, bekerja atau mengunjungi

fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien konfirmasi

COVID-19, memiliki riwayat perjalanan ke wilayah endemik,

memiliki sejarah kontak dengan orang yang memiliki riwayat

perjalanan pada 14 hari terakhir ke wilayah endemik.

25
Mekanisme Penularan
COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol penderita

dan melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan

ketika orang memiliki kontak langsung dengan penderita dalam jangka

waktu yang terlalu lama. Konsentrasi aerosol di ruang yang relatif

tertutup akan semakin tinggi sehingga penularan akan semakin mudah

(Safrizal dkk, 2020).

Karakteristik Klinis

Menurut Safrizal dkk, (2020) berdasarkan penyelidikan epidemiologi

saat ini, masa inkubasi COVID-19 berkisar antara 1 hingga 14 hari, dan

umumnya akan terjadi dalam 3 hingga 7 hari. Demam, kelelahan dan

batuk kering dianggap sebagai manifestasi klinis utama. Gejala seperti

hidung tersumbat, pilek, pharyngalgia, mialgia dan diare relative jarang

terjadi pada kasus yang parah, dispnea dan / atau hipoksemia biasanya

terjadi setelah satu minggu setelah onset penyakit, dan yang lebih buruk

dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan

akut, syok septik, asidosis metabolik sulit untuk dikoreksi dan disfungsi

perdarahan dan batuk serta kegagalan banyak organ, dll.

Pasien dengan penyakit parah atau kritis mungkin mengalami demam

sedang hingga rendah, atau tidak ada demam sama sekali. Kasus ringan

hanya hadir dengan sedikit demam, kelelahan ringan dan sebagainya

tanpa manifestasi pneumonia Dari kasus yang ditangani saat ini, sebagian

besar pasien memiliki prognosis yang baik. Orang tua dan orang-orang

dengan penyakit kronis yang mendasari biasanya memiliki prognosis

buruk

26
sedangkan kasus dengan gejala yang relatif ringan sering terjadi pada

anak-anak. Beberapa gejala yang mungkin terjadi, antara lain :

c. Penyakit Sederhana (ringan)

Pasien-pasien ini biasanya hadir dengan gejala infeksi virus saluran

pernapasan bagian atas, termasuk demam ringan, batuk (kering), sakit

tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot, atau

malaise. Tanda dan gejala penyakit yang lebih serius, seperti dispnea,

tidak ada. Dibandingkan dengan infeksi HCoV sebelumnya, gejala

non-pernapasan seperti diare sulit ditemukan.

d. Pneumonia Sedang

Gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas (atau takipnea pada

anak-anak) hadir tanpa tanda-tanda pneumonia .

e. Pneumonia Parah

Demam berhubungan dengan dispnea , gangguan pernapasan,

takipnea (> 30 napas / menit), dan hipoksia (SpO2<90%) pada udara

kamar). Namun, gejala demam harus ditafsirkan dengan hatihati

karena bahkan dalam bentuk penyakit yang parah, bisa sedang atau

bahkan tidak ada. Sianosis dapat terjadi pada anak-anak. Dalam

definisi ini, diagnosis adalah klinis, dan pencitraan radiologis

digunakan untuk mengecualikan komplikasi.

f. Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (ARDS)

Diagnosis memerlukan kriteria klinis dan ventilasi. Sindrom ini

menunjukkan kegagalan pernapasan baru-awal yang serius atau

27
memburuknya gambaran pernapasan yang sudah diidentifikasi.

Berbagai bentuk ARDS dibedakan berdasarkan derajat hipoksia.

Pencegahan

Menurut Kemenkes RI dalam Health Line (2020) pencegahan

penularan COVID-19 meliputi :

g. Sering-Sering Mencuci Tangan

Sekitar 98 persen penyebaran penyakit bersumber dari tangan.

Mencuci tangan hingga bersih menggunakan sabun dan air mengalir

efektif membunuh kuman, bakteri, dan virus, termasuk virus

Corona. Pentingnya menjaga kebersihan tangan membuat memiliki

risiko rendah terjangkit berbagai penyakit.

h. Hindari Menyentuh Area Wajah

Virus Corona dapat menyerang tubuh melalui area segitiga wajah,

seperti mata, mulut, dan hidung. Area segitiga wajah rentan

tersentuh oleh tangan, sadar atau tanpa disadari. Sangat penting

menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah bersentuhan

dengan benda atau bersalaman dengan orang lain.

i. Hindari Berjabat Tangan dan Berpelukan

Menghindari kontak kulit seperti berjabat tangan mampu mencegah

penyebaran virus Corona. Untuk saat ini menghindari kontak adalah

cara terbaik. Tangan dan wajah bisa menjadi media penyebaran

virus Corona.

j. Jangan Berbagi Barang Pribadi

28
Virus Corona mampu bertahan di permukaan hingga tiga hari.

Penting untuk tidak berbagi peralatan makan, sedotan, handphone,

dan sisir. Gunakan peralatan sendiri demi kesehatan dan mencegah

terinfeksi virus Corona.

k. Etika ketika Bersin dan Batuk

Satu di antara penyebaran virus Corona bisa melalui udara. Ketika

bersin dan batuk, tutup mulut dan hidung agar orang yang ada di

sekitar tidak terpapar percikan kelenjar liur. Lebih baik gunakan tisu

ketika menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk. Cuci

tangan hingga bersih menggunakan sabun agar tidak ada kuman,

bakteri, dan virus yang tertinggal di tangan.

l. Bersihkan Perabotan di Rumah

Tidak hanya menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan

tempat tinggal juga penting. Gunakan disinfektan untuk membersih

perabotan yang ada di rumah. Bersihkan permukaan perabotan

rumah yang rentan tersentuh, seperti gagang pintu, meja, furnitur,

laptop, handphone, apa pun, secara teratur. Bisa membuat cairan

disinfektan buatan sendiri di rumah menggunakan cairan pemutih

dan air. Bersihkan perabotan rumah cukup dua kali sehari.

m. Jaga Jarak Sosial

Satu di antara pencegahan penyebaran virus Corona yang efektif

adalah jaga jarak sosial. Pemerintah telah melakukan kampanye

jaga

29
jarak fisik atau physical distancing. Dengan menerapkan physical

distancing ketika beraktivitas di luar ruangan atau tempat umum,

sudah melakukan satu langkah mencegah terinfeksi virus Corona.

Jaga jarak dengan orang lain sekitar satu meter. Jaga jarak fisik

tidak hanya berlaku di tempat umum, di rumah pun juga bisa

diterapkan.

n. Hindari Berkumpul dalam Jumlah banyak

Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kepolisian Republik

Indonesia telah membuat peraturan untuk tidak melakukan aktivitas

keramaian selama pandemik virus Corona. Tidak hanya tempat

umum, seperti tempat makan, gedung olah raga, tetapi tempat

ibadah saat ini harus mengalami dampak tersebut. Tindakan

tersebut adalah upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Virus Corona dapat ditularkan melalui makanan, peralatan, hingga

udara. Untuk saat ini, dianjurkan lebih baik melakukan aktivitas di

rumah agar pandemik virus Corona cepat berlalu.

o. Mencuci Bahan Makanan

Selain mencuci tangan, mencuci bahan makanan juga penting

dilakukan. Rendam bahan makanan, seperti buah-buah dan

sayursayuran menggunakan larutan hidrogen peroksida atau cuka

putih yang aman untuk makanan. Simpan di kulkas atau lemari es

agar bahan makanan tetap segar ketika ingin dikonsumsi. Selain

untuk membersihkan, larutan yang digunakan sebagai mencuci

memiliki sifat antibakteri yang mampu mengatasi bakteri yang ada

di

30
bahan makanan.

C. Konsep Sesak Nafas

Definisi

Sesak nafas merupakan subjek seseorang dan pasien sering merasa

tercekik, nafas pendek, atau didada. Menurut Hidayat (2008), sesak

nafas merupakan perasaan sesak dan pada saat bernafas. Sesak nafas

dapat disebabkan karena perubahan kadar gas dalam darah atau

jaringan, kerja , atau berlebih, serta faktor psikologis (Hidayat, 2008),

Cara mengukur sesak nafas

a. Skala sesak Modifieted Medical Reserch Coucil ( Mrct )

b. Modifieted Borg Scale (MBS)

c. Base Line Index (BDI)

d. Visual Analouge Scale for Dypsnea (VAS)

e. Saturasi Oksigen

D. Konsep Deep breathing

Definisi

Penggunaan istilah latihan nafas (breathing exercise) berkaitan

dengan pola nafas (menahan nafas, sesak nafas, bernafas panjang),

Saturasi Oksigen, nafas dalam (volume), tempat bernafas (dada,

diafragma), koordinasi nafas, tahapan dan keseimbangan (berhubungan

dengan aspek gelombang nafas), resistensi nafas (hidung dan mulut)

dan aktivitas otot kolateral untuk regulasi bernafas (White 2007).

31
Deep breathing exercise merupakan latihan pernapasan dengan tehnik bernapas

secara perlahan dan dalam, menggunakan otot diafragma, sehingga memungkinkan

abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh (Smeltzer, et al. 2008). Nafas

dalam (deep breathing) adalah suatu teknik bernafas yang berhubungan dengan

perubahan fisiologis yang bisa memberikan respon relaksasi. Nafas dalam adalah suatu

keterampilan, nafas dalam adalah tipe bernafas yang kita lakukan secara alami saat

masih bayi atau saat tidur dan bernyanyi. Nafas dalam adalah sebuah keterampilan

dimana membutuhkan waktu dan komitmen untuk dipraktekkan (Reyes & Wall 2004).

Tujuan dan Manfaat Deep breathing

Tujuan deep breathing yaitu :

a. Untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta mengurangi kerja

pernapasan.

b. Memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru.

c. Meningkatkan inflasi alveolar maksimal, relaksasi otot dan menghilangkan ansietas.

d. Mencegah pola aktifitas otot pernapasan yang tidak berguna, melambatkan

frekuensi pernapasan, mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja

bernafas.

e. Mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas

nyeri dan menurunkan kecemasan (Smeltzer, et al. 2008).

32
Latihan pernapasan dengan tehnik deep breathing membantu

meningkatkan compliance paru untuk melatih kembali otot

pernapasan berfungsi dengan baik serta mencegah distress

pernapasan (Ignatavicius & Workman 2006). Deep breathing dapat

mencegah atelektasis dan meningkatkan fungsi ventilasi paru pada

klien post ekstubasi. Pemulihan kemampuan otot pernapasan akan

meningkatkan compliance paru sehingga membantu ventilasi lebih

adequat sehingga menunjang oksigenasi jaringan (Westerdahl, et al,

2005).

Teknik Latihan Deep breathing

Deep breathing exercise merupakan salah satu latihan pernafasan

yang banyak dikembangkan dalam kajian keperawatan. Latihan ini

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan otot-otot pernafasan yang

berguna untuk meningkatkan compliance paru untuk meningkatkan

fungsi ventilasi dan memperbaiki oksigenasi.

Teknik nafas dalam dilakukan dengan banyak cara. Dalam tinjauan

ini akan menyajikan 2 teknik nafas dalam :

f. Teknik deep breathing exercise menurut Smeltzer, et al. (2008)

meliputi:

1) Mengatur posisi klien dengan semi fowler/fowler di tempat

tidur/kursi.

2) Meletakkan satu tangan klien di atas abdomen (tepat di bawah

iga) dan tangan lainnya pada tengah dada untuk merasakan

gerakan dada dan abdomen saat bernafas.

33
3) Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai

dada dan abdomen terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap

tertutup selama inspirasi, tahan nafas selama 2 detik.

4) Menghembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan dan sedikit

terbuka sambil mengencangkan (kontraksi) otot-otot abdomen

dalam 4 detik.

5) Melakukan pengulangan selama 1 menit dengan jeda 2 detik

setiap pengulangan, mengikuti dengan periode istirahat 2 menit.

6) Melakukan latihan dalam lima siklus selama 15 menit.

g. Teknik deep breathing exercise dalam Sauer (2003) dilakukan

dengan langkah sebagai berikut :

1) Pasien berada dalam posisi fowler atau duduk.

2) Kedua tangan klien diletakkan diatas perut.

3) Anjurkan klien untuk menarik nafas secara berlahan melalui

hidung, rasakan jari tengah terpisah. Tahan nafas selama 2

sampai 3 detik.

4) Anjurkan klien untuk mengeluarkan nafas secara berlahan

melalui perut.

5) Lakukan latihan selama 15 menit dengan frekuensi 3 kali sehari.


E. Konsep Humming

Definisi

Humming atau humming bee breath (bernapas ala lebah) berarti

34
bergumam atau bersenandung. Masyarakat di india menyebut

humming bee breath (bernapas ala lebah) yaitu Bhramari

Pranayama. Bhramari Pranayama berasal dari arti nama lebah India

yang berwarna hitam yang disebut Bhramari (Shankar R, 2020).

Manfaat

Humming merupakan salah satu latihan untuk menghilangkan

kegelisahan, frustasi, dan kecemasan. Humming bekerja menenangkan

saraf di otak. Getaran yang dihasilkan saat bersenandung memiliki

efek menenangkan yang alami. (Shankar R, 2020).

Langkah-langkah Pelaksanaa Humming

a. Duduk tegak, pastikan badan rileks. Kemudian tutup kedua mata

dan pastikan otot-otot wajah rileks.

b. Pastikan mata tetap tertutup untuk beberapa saat. Dan rasakan

sensai tubuh menjadi lebih tenang

c. Letakkan jari telunjuk di telinga kanan dan kiri. Letakkan jari di

tulang rawan kecil (tragus cartilage) diantara tulang pipi dan

telinga

d. Kemudian Tarik nafas dalam. Saat menghembuskan nafas tekan

tulang rawan dengan lembut atau menekan kedalam keluar dengan

jari. Kemudian dengan bibir terkatup, keluarkan suara senandung

atau begumam seperrti lebah.

e. Keluarkan suara bersenandung dengan nada rendah atau lebih baik

membuat nada suara yang tinggi.

f. Tarik nafas dan ulangi gerakan sebanyak 3-4 kali selama 5- 1 meni

35
Pelaksanaan

Humming dapat dilakukan dengan posisi berbaring. Apabila

dilakukan dengan posisi berbaring pastikan tubuh menghadap ke

kanan. Kemudian keluarkan suara dengan bersenandung, dan tidak

perlu jati telunjuk memegang telinga. Humming dapat dilakukan 3-4

kali dalam sehari.

Manfaat

g. Memberikan menenangkan pikiran dan menghilangkan stress

h. Menghilangkan sakit kepala

i. Menurunkan tekanan darah

j. Meningkatkan konsentrasi dan daya ingat

k. Meningkatkan rasa kepercayaan diri

Hal yang perlu diperhatikan

l. Jari tidak boleh dimasukan kedalam telinga, pastikan jari berada di

tulang rawan

m. Jangan menekan tulang rawan terlalu keras

n. Jangan menekan wajah

o. Pengulangan pelaksanaan tidak boleh lebih dari 4 kali

p. Pastikan perut dalam keadaan kosong

36
ANALISA DATA

Pengkajian dilakukan tanggal 11 februari 2021 pada pasien Pneumonia et causa post

COVID-19 yang dirawat diruang Instalasi Care Unit (ICU). Pengkajian penelitian

dilakukan pada 1 pasien yaitu Tn. R, dengan diagnosa Pneumonia et causa post

COVID-19 menggunakan metode wawancara, observasi, serta catatan rekam medis.

Berikut adalah Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan

Evaluasi yang didapatkan dari klien yang akan dibahas, di bawah ini :

Pengkajian

a. Biodata Pasien

1) Identitas Klien

Nama : Tn.R
Jenis kelamin : Laki- Laki
Umur : 30 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Mangkurawang

Tanggal masuk RS : 08 Februari 2021

Tanggal Pengkajian : 11 Februari 2021

No Register : 08.11.90.XX

Diagnosa Medis : Pneumonia et causa post covid-19

37
2) Keluhan Utama

Pasien mengatakan sesak napas

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan sesak napas dan lemas. Pasien mulai merasa tidak enak badan

sejak seminggu yang lalu sebelum masuk RS. Pasien merasa dadanya terasa sesak,

kepala pusing, dan tidak bisa mencium aroma.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan memiliki riwayat positive covid-19.

Pada bulan desember 2021.

5) Riwayat keperwatan berdasarkan pola kesehatan fungsional

(a) Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat

Pasien mengatakan biasanya sakit batuk pilek, dan sembuh setelah minum obat.

(b) Pola metabolik nutrisi

Pasien mengatakan tidak nafsu makan. Kadang merasa mual. Makan 3x setengah

porsi dan minum 1 botol air (600 cc) dalam sehari . Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein.

54
(c) Pola eliminasi

Pasien mengatakan BAK spontan 5-6 x/hari. Berwarna kuning. Bau khas

amonia. BAB 1x/hari. Konsistensi lunak.

(d) Pola tidur-istirahat

Pasien mengatakan sulit tidur karena sesak nafas dan pusing. Tidur

dalam sehari 8 jam. Dan sering terbangun.

(e) Pola aktivitas-latihan

Pasien mengatakan badannya lemas. Mudah lelah saat beraktivitas dan

nafasnya terasa sesak.

(f) Pola kognitif-persepsi

Pasien tidak ada masalah pada ingatannya.

(g) Pola persepsi diri-konsep diri

Pasien kooperatif. Kadang tampak murung.

(h) Pola peran hubungan

Pasien mengatakan ingin betemu dan kembali berkumpul dengan

anak dan istrinya. Pasien sangat menyayangi keluarganya.

(i) Pola toleransi stress-koping

Pasien mengatakan menghadapi rasa stress dengan berdoa.

(j) Pola nilai-kepercayaan

Pasien mengatakan penyakitnya terjadi karena cobaan dari Allah

SWT. Pasien sering beribadah selama dirawat dirumah sakit

4) Pemeriksaan Fisik

e)Inspeksi

Keadaan pasien composmentis. GCS (E4V6M5). Wajah terlihat

pucat, gelisah, lemas, sesak nafas. Pernafasan cuping hidung, bentuk

dada simetri, irama nafas terarur, pola nafas dipsnea, terdapat otot

bantu pernafasan. Terpasang IVFD dan oksigen NRM (10 lt/menit)

55
f)Palpasi

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 140/110 mmHg, RR : 40

x/menit, N : 115 x/menit, T : 37.8◦C, SPO2 : 86 %. Denyut nadi teraba

kuat dan cepat, turgor kulit baik.

g)Perkusi
Tidak ada pembesaran hepar, lien, dan ginjal. Batas Jantung
: Batas atas : ICS ke 3 linea parasternal kanan sampai ICS ke 3 linea

parasternal kiri, bawah : ICS ke 5 linea parasternal kanan sampai ICS

ke 5 lineaaxilaris anterior kiri, kanan : ICS 3 sampai 5, kiri : ICS Ke 3

sampai ICS Ke 5 anterior kiri

h)Auslkutasi
Suara nafas ronchi basah. BJ1 dan BJ2 normal (lup dup).
4)Pemeriksaan Penunjang

(a)Pemeriksaan laboratorium

56
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

HASIL PEMERIKSAAN
JENIS
NO PEMERIKSAAN TGL ... TGL … TGL … TGL .. TGL … NILAI NORMAL
08/01/21

1 Leukosit 16.80 5.0-10.3 10^3 dl

2 Eritrosit 4.93 4.5-5.6 g/dl

3 Hemoglobin 13.6 14-16.9 g/dl

4 Hemotokrit 40.2 45-55%

5 Trombosit 490 150-450 10^3 µl

6 PC02 43,5 35-45 mmol

7 P02 125 80-100 mmol

8 pH 7.4 7.37-7.45

(a) Pemeriksaan Foto Thorax

Hasil : Tgl. 08/01/21

Kesan : Pneumonia sinistra lobussuperior segment apical

posterior.

57
2. Analisa Data

Tabel 4.2
Analisa Data

Masalah
Data Fokus Etiologi
Keperawatan
Data Subjektif : Virus Covid-19
Tn. R mengatakan sesak nafas Bersihan Jalan Nafas
Terpapar orang/benda Tidak Efektif
Data objektif : yang positif Covid-19
- Pasien tampak gelisah (D.0001)
Masuk melalui udara
- Pernafasan cepat dangkal
- Suara nafas ronchi basah ke saluran nafas
- Batuk tidak efektif
Masuk ke dalam paru-
- RR : 24 x/menit
paru

Bronkus/bronkeolud
dan alveolus

Menggangu kerja
makrofag

Infeksi

Peradangan

Produksi sekret
meningkat

Akumulasi sekret

Obstruksi saluran
nafas

Bersihan Jalan Nafas


Tidak Efektif

Data Subjektif : Virus Covid-19 Gangguan Pertukaran


Tn. R mengatakan sesak nafas Gas
dan pusing Terpapar orang/benda
yang positif Covid-19 (D.0003)
Data objektif :
- Pasien tampak gelisah Masuk melalui udara
- Suara nafas Ronchi basah ke saluran nafas

58
- Pernafasan cuping hidung
- Irama nafas cepat dangkal Masuk ke dalam paru-
- Nadi : 96 x/menit, paru
- RR : 24 x/menit,
- PC02 : 43,5 mg/dl Bronkus/bronkeolud
- P02 : 125 m/dl dan alveolus
- SPO2 : 87%
Menggangu kerja
makrofag

Infeksi

Peradangan

Produksi sekret
meningkat

Difusi gas O2 dan


CO2 terganggu

Kapasitas tranportasi
O2 menurun

Gangguan
Pertukaran Gas

Data Subjektif : Virus Covid-19 Intoleransi Aktivitas


Tn. R mengatakan mudah
lelah, badan terasa lemas dan Terpapar orang/benda (D.0056)
apabila beraktivitas nafasnya yang positif Covid-19
terasa sesak
Masuk melalui udara
ke saluran nafas
Data objektif :
- TD meningkat saat Masuk ke dalam paru-
beraktivitas paru
- TD : 130/80 mmHg
(sebelum) 140/90 mmHg Bronkus/bronkeolud
(sesudah) dan alveolus
- Nadi : 96 x/menit,
(sebelum) 100 x/menit, Menggangu kerja
(sesudah) makrofag
- RR : 24 x/menit, (sebelum)
26 x/menit (sesudah) Peradangan

59
Peningkatan
prostagladin

Peningkatan
penggunaan energi

Keletihan/kelelahan

Intoleransi Aktivitas

2. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.3
Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001)

Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)


2.

Intoleransi aktivitas (D.0056)


3.

60
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.4
Intervensi Keperawatan

Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Bersihan Jalan Nafas (D.0001) Tujuan: Manajemen Jalan Nafas (I.01011)

Di buktikan dengan : Setelah dilakukan Observasi


intervensi keperawatan  Monitor pola nafas
Gejala dan Tanda Mayor selama................bersihan  Monitor bunyi nafas
jalan nafas meningkat  Monitor sputum
Subjektif: dengan kriteria hasil :
1. Produksi sputum Terapeutik
Mengeluh sesak nafas menurun  Pertahankan kepatenan jalan nafas
2. Mengi menurun dengan headtill chin lift
Objektif: 3. Whezing menurun  Posisikan semifowler atau fowler
4. Dipsnea menurun  Berikan minum hangat
- Batuk tidak efektifatau mampu 5. Saturasi Oksigen  Lakukan fisioterapi dada
batuk membaik  Lakukan penghisapan lendir kurang
- Sputum berlebih/obstruksi jalan 6. Pola nafas membaik dari 15 detik
nafas  Berikan oksigen, jika perlu
- Mengi, Wheezing, atau ronchi
kering Edukasi
 Anjurkan asupan 2000 ml/hari
 Ajarkan batuk efektif
Gejala dan Tanda Minor Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
Subjektif: bronkodilator
Tidak tersedia

Objektif:

- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi nafas menurun
- Saturasi Oksigen berubah
- Pola nafas berubah
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
IdentifikasiHasil

2. Gangguan pertukaran gas (D.0003) Tujuan: Pemantauan respirasi (I.1014)

Observasi:

61
Dibuktikan dengan : Setelah dilakukan  Monitor frekuensi, irama,
intervensi keperawatan  kedalamam, dan upaya nafas
Gejala dan Tanda Mayor selama........................maka  Monitor kemampuan baruk
gangguan pertukaran gas Efektif
Subjektif:
meningkat dengan kriteria  Monitor pola nafas
Dipsnea hasil :  Monitor adanya sputum
1. Dipsnea menurun  Monitor adanya sumbatan jalan
2. Bunyi nafas nafas
Objektif :
tambahan menurun  Auskultasi suara nafas
- Pco2 meningkat/menurun 3. Pusing menurun  Monitor saturasi oksigen
- Po2 menurun 4. Pengelihatan kabur  Monitor AGD
- Takikardi menurun
- bunyi nafas tambahan
Terapeutik:
Gejala dan Tanda Minor
 Atur interval pemantauan dan
prosedur pemantauan
Subjektif:
 Dokumentasi hasil pemantauan

- Pusing Edukasi
- Pengelihatan kabur  Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Objektif :  Informasikan hasil pemantauan
- sianosis
- gelisah
- nafas cuping hidung
- pola nafas abnormal
- kesadaran menurun

Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

3 Intoleransi aktivitas (D.0056) Tujuan: Manajemen Energi (I.05178)

Dibuktikan dengan : Setelah dilakukan Observasi:


intervensi keperawatan
Gejala dan Tanda Mayor selama........................maka  Identifikasi gangguan fungsi tubuh
toleransi aktivitas yang mengakibatkan kelelahan
Subjektif:  Monitor pola dan jam tidur
meningkat dengan kriteria
hasil :  Monitor kelelahan fisik dan
Mengeluh lelah emosional
1. Kemudahan dalam
melakukan aktivitas
Objektif : Edukasi
sehari-hari Meningkat
- Frekunsi jantung meningkat 2. Kekuatan tubuh bagian
atas dan  Anjurkan tirah baring
Gejala dan Tanda Minor bawahMeningka  Anjurkan melakukan aktivitas
3. Keluhan lelah menurun secara bertahap
Subjektif: 4. Dispnea saat aktivitas
menurun Terapeutik:
- Dipsnea saat aktivitas
- Merasa lemas

62
Objektif : - Sediakan lingkungan nyaman dan
- Tekanan darah berubah (>20%) rendah stimulus
darikondisi istirahat - Lakukan latihan rentang gerak pasif
- Gambaran EKG dan/atau aktif
- Sianosis - Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang


cara meningkatkan asupan makanan

Terapi Relaksasi (I.09326)


Observasi
 Identifikasi perubahan tingkat
energi
 Periksa nadi, TD, dan Suhu
sebelum dan sesudah latihan
 Monitor respon terhadap relaksasi

Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
 Gunakan nada suara yang lembut
dengan irama lambat dan berirama

Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, dan jenis
relaksasi yg tersedia (nafas dalam
dan humming)
 Jelaskan secara rinci intervensi yg
dipilih
 Anjurkan mengambil posisi yg
nyaman
 Anjurkan rileks
 Anjurkan sering mengulangi teknik
 Demontrasikan dan latih teknik
relaksasi

63
4. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 4.5
Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa
No Tanggal Tujuan Implementasi Evaluasi
Keperawatan

1. 11-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan nafasnya masih
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau sesak
keperawatan selama fowler O:
(D.0001) 5 x 15 menit - SPO2 : 87%
diharapkan bersihan - RR: 40 x/mnt
jalan nafas - Irama nafas cepat dangkal
meningkat dengan - Suara nafas ronchi basah
kriteria hasil : A : Masalah bersihan jalan nafas
1. Produksi sputum belum teratasi
menurun P : Lanjutkan intervensi
2. Mengi menurun - Atur posisi pasien semifowler
3. Whezing atau fowler
menurun
4. Dipsnea menurun

64
5. Saturasi Oksigen
membaik
6. Pola nafas
membaik

2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan masih agak
Pertukaran Gas intervensi  Melakukan monitoring frekuensi, irama, pusing
keperawatan selama kedalamam, dan upaya nafas O:
(D.0003) 5 x 15 menit  Melakukan monitoring saturasi oksigen - SPO2 : 87%
diharapkan gangguan  Melakukan monitoring AGD - RR: 40 x/mnt
pertukaran gas - PCO2 : 43,5 mg/dl
meningkat dengan - PO2 : 125 m/dl
kriteria hasil : - Irama nafas cepat dangkal
1. Dipsnea A : Masalah Gangguan Pertukaran Gas
menurun belum teratasi
2. Bunyi nafas P : Lanjutkan intervensi
tambahan - Melakukan monitoring
menurun frekuensi, irama, kedalamam,
3. Pusing menurun dan upaya nafas

65
4. Pengelihatan - Melakukan monitoring
kabur menurun saturasi oksigen
3. Intoleransi aktivitas Manajemen Energi (I.05178)
(D.0056) Setelah dilakukan Terapi Relaksasi (I.09326) S:
intervensi - Memberikan aktivitas distraksi yang - Pasien mengatakan sudah
keperawatan selama menenangkan (kombinasi deep breathing dan paham terapi kombinasi deep
5 x 15 menit humming) breathing dan humming.
diharapkan - Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang - Pasien mengatakan tubuhnya
Intoleransi aktivitas mengakibatkan kelelahan mudah lelah saat beraktivitas
meningkat dengan - Monitoring kelelahan fisik dan emosional dan mudah sesak nafas
kriteria hasil : - Menganjurkan tirah baring O:
1. Kemudahan - Menganjurkan melakukan aktivitas secara - Pasien tampak lemas
dalam melakukan bertahap - Irama nafas cepat dangkal
aktivitas sehari- - Menjelaskan tujuan, manfaat, terapi A : Masalah Intoleransi aktivitas belum
hari Meningkat kombinasi deep breathing dan humming teratasi
2. Kekuatan tubuh - Menjelaskan langkah-langkah terapi P : Lanjutkan intervensi
bagian atas dan kombinasi deep breathing dan humming - Monitoring kelelahan fisik
bawahMeningkat - Menganjurkan pasien mengambil posisi yg dan emosional
3. Keluhan lelah nyaman - Menganjurkan tirah baring
menurun - Menganjurkan klien rileks

66
4. Dispnea saat - Menganjurkan klien sering mengulangi - Menganjurkan melakukan
aktivitas menurun teknik aktivitas secara bertahap
- Mendemontrasikan dan latih teknik relaksasi - Menganjurkan klien rileks
- Menganjurkan klien sering
mengulangi teknik

1. 12-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan nafasnya masih
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau sesak
keperawatan selama fowler O:
(D.0001) 5 x 15 menit - SPO2 : 91%
diharapkan bersihan - RR: 37 x/mnt
jalan nafas - Irama nafas cepat dangkal
meningkat dengan - Suara nafas ronchi basah
kriteria hasil : A : Masalah bersihan jalan nafas
1. Produksi sputum belum teratasi
menurun P : Lanjutkan intervensi
2. Mengi menurun - Atur posisi pasien semifowler
3. Whezing atau fowler
menurun
4. Dipsnea menurun

67
5. Saturasi Oksigen
membaik
6. Pola nafas
membaik

2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan masih agak
Pertukaran Gas intervensi  Melakukan monitoring frekuensi, irama, pusing
keperawatan selama kedalamam, dan upaya nafas O:
(D.0003) 5 x 15 menit  Melakukan monitoring saturasi oksigen - SPO2 : 91%
diharapkan gangguan  Melakukan monitoring AGD - RR: 37 x/mnt
pertukaran gas - Irama nafas cepat dangkal
meningkat dengan A : Masalah Gangguan Pertukaran Gas
kriteria hasil : belum teratasi
1. Dipsnea P : Lanjutkan intervensi
menurun - Melakukan monitoring
2. Bunyi nafas frekuensi, irama,
tambahan - kedalamam, dan upaya nafas
menurun - Melakukan monitoring
3. Pusing menurun saturasi oksigen

68
4. Pengelihatan
kabur menurun

3. Intoleransi aktivitas Manajemen Energi (I.05178) S: Pasien mengatakan tubuhnya mudah


(D.0056) Setelah dilakukan Terapi Relaksasi (I.09326) lelah saat beraktivitas
intervensi - Monitoring kelelahan fisik dan emosional O:
keperawatan selama - Menganjurkan melakukan aktivitas secara - Pasien tampak lemas
5 x 15 menit bertahap - Irama nafas cepat dangkal
diharapkan - Menganjurkan tirah baring A : Masalah Intoleransi aktivitas belum
Intoleransi aktivitas - Menganjurkan klien rileks teratasi
meningkat dengan - Menganjurkan klien sering mengulangi P : Lanjutkan intervensi
kriteria hasil : teknik - Monitoring kelelahan fisik dan
1. Kemudahan emosional
dalam melakukan - Menganjurkan tirah baring
aktivitas sehari- - Menganjurkan melakukan
hari Meningkat aktivitas secara bertahap
2. Kekuatan tubuh - Menganjurkan klien rileks
bagian atas dan - Menganjurkan klien sering
bawahMeningkat mengulangi teknik

69
3. Keluhan lelah
menurun
4. Dispnea saat
aktivitas menurun

1. 15-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan masih agak sesak
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau nafas
keperawatan selama fowler O:
(D.0001) 5 x 15 menit - SPO2 : 93%
diharapkan bersihan - RR: 32 x/mnt
jalan nafas - Irama nafas cepat dangkal
meningkat dengan - Suara nafas ronchi basah
kriteria hasil : A : Masalah bersihan jalan nafas
1. Produksi sputum belum teratasi
menurun P : Lanjutkan intervensi
2. Mengi menurun - Atur posisi pasien semifowler
3. Whezing atau fowler
menurun
4. Dipsnea menurun

70
5. Saturasi Oksigen
membaik
2. Gangguan 6. Pola nafas Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan pusingnya
Pertukaran Gas membaik  Melakukan monitoring frekuensi, irama, berkurang
kedalamam, dan upaya nafas O:
(D.0003)  Melakukan monitoring saturasi oksigen - SPO2 : 93%
Setelah dilakukan  Melakukan monitoring AGD - RR: 32 x/mnt
intervensi - Irama nafas cepat dangkal
keperawatan selama A : Masalah Gangguan Pertukaran Gas
5 x 15 menit belum teratasi
diharapkan gangguan P : Lanjutkan intervensi
pertukaran gas - Melakukan monitoring
meningkat dengan frekuensi, irama,
kriteria hasil : - kedalamam, dan upaya nafas
1. Dipsnea - Melakukan monitoring
menurun saturasi oksigen
2. Bunyi nafas
tambahan
menurun
3. Pusing menurun

71
4. Pengelihatan
kabur menurun
3. Intoleransi aktivitas Manajemen Energi (I.05178) S: Pasien mengatakan tubuhnya mudah
(D.0056) Setelah dilakukan Terapi Relaksasi (I.09326) lelah saat beraktivitas
intervensi - Monitoring kelelahan fisik dan emosional O:
keperawatan selama - Menganjurkan melakukan aktivitas secara - Pasien tampak lemas
5 x 15 menit bertahap - Irama nafas cepat dangkal
diharapkan - Menganjurkan tirah baring A : Masalah Intoleransi aktivitas belum
Intoleransi aktivitas - Menganjurkan klien rileks teratasi
meningkat dengan - Menganjurkan klien sering mengulangi P : Lanjutkan intervensi
kriteria hasil : teknik - Monitoring kelelahan fisik
1. Kemudahan dan emosional
dalam melakukan - Menganjurkan melakukan
aktivitas sehari- aktivitas secara bertahap
hari Meningkat - Menganjurkan tirah baring
2. Kekuatan tubuh - Menganjurkan klien rileks
bagian atas dan - Menganjurkan klien sering
bawahMeningkat mengulangi teknik
3. Keluhan lelah
Menurun

72
4. Dispnea saat
aktivitas menurun

73
1. 16-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan masih agak sesak
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau nafas
keperawatan selama fowler O:
(D.0001) 5 x 15 menit - SPO2 : 95%
diharapkan bersihan - RR: 29 x/mnt
jalan nafas - PCO2 : 43,5 mg/dl
meningkat dengan - PO2 : 125 m/dl
kriteria hasil : - Irama nafas cepat dangkal
1. Produksi sputum - Suara nafas ronchi basah
menurun A : Masalah bersihan jalan nafas
2. Mengi menurun belum teratasi
3. Whezing P : Lanjutkan intervensi
menurun - Atur posisi pasien semifowler
4. Dipsnea menurun atau fowler
5. Saturasi Oksigen
membaik
6. Pola nafas
membaik

74
2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan pusingnya
Pertukaran Gas intervensi  Melakukan monitoring frekuensi, irama, berkurang
keperawatan selama kedalamam, dan upaya nafas O:
(D.0003) 5 x 15 menit  Melakukan monitoring saturasi oksigen - SPO2 : 95%
diharapkan gangguan  Melakukan monitoring AGD - RR: 29 x/mnt
pertukaran gas - Irama nafas cepat dangkal
meningkat dengan A : Masalah Gangguan Pertukaran Gas
kriteria hasil : belum teratasi
1. Dipsnea P : Lanjutkan intervensi
menurun - Melakukan monitoring
2. Bunyi nafas frekuensi, irama,
tambahan - kedalamam, dan upaya nafas
menurun - Melakukan monitoring
3. Pusing menurun saturasi oksigen
4. Pengelihatan
kabur menurun

75
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178) S: Pasien mengatakan tubuhnya sudah
(D.0056) intervensi Terapi Relaksasi (I.09326) mulai membaik, perasaan mudah
keperawatan selama - Monitoring kelelahan fisik dan emosional lelah berkurang
5 x 15 menit - Menganjurkan melakukan aktivitas secara O:
diharapkan bertahap - Pasien dapat beraktivitas
Intoleransi aktivitas - Menganjurkan tirah baring - Irama nafas cepat dangkal
meningkat dengan - Menganjurkan klien rileks berkurang
kriteria hasil : - Menganjurkan klien sering mengulangi A : Masalah Intoleransi aktivitas belum
1. Kemudahan teknik teratasi
dalam melakukan P : Lanjutkan intervensi
aktivitas sehari- - Monitoring kelelahan fisik
hari Meningkat dan emosional
2. Kekuatan tubuh - Menganjurkan melakukan
bagian atas dan aktivitas secara bertahap
bawahMeningkat - Menganjurkan tirah baring
3. Keluhan lelah - Menganjurkan klien rileks
menurun - Menganjurkan klien sering
4. Dispnea saat mengulangi teknik
aktivitas menurun

76
1. 17-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan masih agak sesak
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau nafas
keperawatan selama fowler O:
(D.0001) 5 x 15 menit - SPO2 : 96%
diharapkan bersihan - RR: 28 x/mnt
jalan nafas - PCO2 : 43,5 mg/dl
meningkat dengan - PO2 : 125 m/dl
kriteria hasil : - Irama nafas cepat dangkal
1. Produksi sputum berkurang
menurun - Suara nafas ronchi basah
2. Mengi menurun berkurang
3. Whezing A : Masalah bersihan jalan nafas
menurun teratasi sebagian
4. Dipsnea menurun P : Pertahankan intervensi
5. Saturasi Oksigen - Atur posisi pasien semifowler
membaik atau fowler
6. Pola nafas
membaik

77
2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan pusingnya sudah
Pertukaran Gas intervensi  Melakukan monitoring frekuensi, irama, berkurang
keperawatan selama kedalamam, dan upaya nafas O:
(D.0003) 5 x 15 menit  Melakukan monitoring saturasi oksigen - SPO2 : 96%
diharapkan gangguan  Melakukan monitoring AGD - RR: 28 x/mnt
pertukaran gas - Irama nafas cepat dangkal
meningkat dengan berkurang
kriteria hasil : A : Masalah Gangguan Pertukaran Gas
1. Dipsnea teratasi sebagian
menurun P : Pertahankan intervensi
2. Bunyi nafas - Melakukan monitoring
tambahan frekuensi, irama,
menurun - kedalamam, dan upaya nafas
3. Pusing menurun - Melakukan monitoring
4. Pengelihatan saturasi oksigen
kabur menurun

78
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178) S: Pasien mengatakan perasaan mudah
(D.0056) intervensi Terapi Relaksasi (I.09326) lelah berkurang
keperawatan selama - Monitoring kelelahan fisik dan emosional O:
5 x 15 menit - Menganjurkan melakukan aktivitas secara - Pasien dapat beraktivitas
diharapkan bertahap - Irama nafas cepat dangkal
Intoleransi aktivitas - Menganjurkan tirah baring berkurang
meningkat dengan - Menganjurkan klien rileks A : Masalah Intoleransi aktivitas
kriteria hasil : - Menganjurkan klien sering mengulangi teratasi sebagian
1. Kemudahan teknik P : Pertahankan intervensi
dalam melakukan - Monitoring kelelahan fisik dan
aktivitas sehari- emosional
hari Meningkat - Menganjurkan melakukan
2. Kekuatan tubuh aktivitas secara bertahap
bagian atas dan - Menganjurkan tirah baring
bawahMeningkat - Menganjurkan klien rileks
3. Keluhan lelah - Menganjurkan klien sering
menurun mengulangi teknik
4. Dispnea saat
aktivitas menurun

79
80

B. Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Setelah dilakukan Implementasi selama 5 hari pada Tn. R diperoleh

data bahwa klien seluruhya berjenis kelamin laki laki. Hasil ini sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh para ahli sebelumnya. Penelitian sebelumnya

mengatakan laki-laki lebih banyak mengalami penyaki paru-paru dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantara nya dari paparannya apakah pernah kontak

dengan tetangga atau teman kerja yang terpapar COVID-19 atau pernah ke

zona merah atau daerah yang wilayah COVID-19. Selain itu dapat

dipengaruhi oleh pekerjaan dari lingkungan berdebu dan kondisi suhu yang

berubah – ubah di area kerja. (Tika, 2020).

Sebelum peneliti menerapkan intervensi, peneliti mengukur

pernafasan pasien dengan saturasi oksigen. Adapun hasil pengukuran

penurunan sesak nafas pada pasien sebagai berikut:

Tabel 4.6
Evaluasi Saturasi Oksigen Sebelum dan Sesudah Pemberian Kombinasi
Deep Breathing dan Humming
Pasien Saturasi Oksigen Saturasi Oksigen

Pre Test Post Test


( Hari ke-1 ) ( Hari ke-5 )
Tn. R 87% 96%

Berdasarkan tabel 4.4. Hasil yang didapat saturasi oksigen pasien

dibawah normal yaitu 87% dan pasien mengeluh sesak. Setelah diberikan

terapi kombinasi Deep Breathing dan humming selama5 hari saturasi oksigen

pasien mengalami peningkatan menjadi 96% dan pasien mengatakan sesak

80
81

nafasnya berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi kombinasi Deep

Breathing dan humming dapat mengurangi sesak nafas pada pasien

pneumonia et causa post COVID-19.

Dibuktikan dengan hasil penelitian Mertha et al., (2018) menunjukkan

bahwa nilai saturasi oksigen sebelum dilakukan intervensi deep breathing rata-

rata sebesar 89,80% dan setelah dilakukan intervensi deep breathing rata-rata

sebesar 92.20% dengan selisih setela intervensi rata-rata sebesar 0,5%.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Anita (2019) dengan

judul Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen dengan

hasil penelitian terdapat Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi

Oksigen dan Saturasi Oksigen dengan nilai P value 0,001 (Argi V, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian Syela, (2018) dengan judul Pengaruh

Deep Breathing Akut Terhadap Saturasi Oksigen dan Frekuensi Pernapasan

dengan hasil penelitian Deep breathing akut berpengaruh terhadap saturasi

oksigen namun tidak berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan.

Berdasarkan penelitian M.K. Taneja (2020) dengan judul Modified

Bhramari Pranayama in Covid 19 Infection dengan hasil penelitian

pelaksanaan terapi humming atau disebut Bhramari Pranayama, dapat

meningkatkan nitric oxide, dan pH dalam tubuh. Selain itu dapat menurunkan

hormon kortisol yang hasilnya akan meningkatkan imun dalam tubuh. Terapi

Humming dapat membuat tubuh menjadi nyaman dan membantu mengatasi

masalah pernafasan.

81
82

Berdasarkan penelitian Chalwadi (2020) Bhramari Pranayama (Bee

Breath atau humming) adalah latihan pernapasan, itu juga dikenal sebagai

suara lebah bersenandung. Bhramari Pranayama adalah salah satu jenis terapi

yang bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Latihan yang dilakukan

secara teratur Pranayama (teknik pernapasan) akan menghasilkan ketenangan

tubuh dan pikiran, dengan membuat mereka bebas stres dan bahagia. Selain

itu dapat mengurangi kegelisahan, sesak nafas, kecemasan, dan amarah.

Latihan pernafasan akan menyebabkan peningkatan peredaran darah

ke otot-otot pernafasan. Lancarnya aliran darah akan membawa nutrisi

(termasuk kalsium dan kalium) dan oksigen yang lebih banyak ke otot-otot

pernafasan. Kekuatan otot pernafasan yang terlatih ini akan meningkatkan

compliance paru dan mencegah alveoli menjadi kolaps (ateletaksis) (Guyton,

2007). Pernafasan diafragma yang dilakukan berulang kali secara teratur dan

rutin dapat membantu seseorang menggunakan diafragmanya secara benar

maka ketika dia bernafas akan terjadi peningkatan volume tidal, penurunan

kapasitas residu fungsional, dan peningkatan pengambilan oksigen yang

optimal (Smith, 2004).

Keberhasilan dalam penelitian ini tidak terlepas dari pelaksanaannya

yang selalu dikawal oleh peneliti sesuai SOP, pelaksanaanya dilakukan

sendiri oleh peneliti tanpa enumerator, perhitungan waktu yang tepat dalam

pelaksanaannya dan pengukurannya serta tidak terlepas dari sikap kooperatif

dari pasien sehingga memberikan hasil yang optimal.Adapun kekurangannya

adalah jumah pasien yang terdapat terkait kondisi Pandemi Covid 19 sehingga

hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan secara maksimal.

82
83

Menurut asumsi peneliti, intervensi kombinasi Deep Breathing dan

Humming sangat baik di berikan pada pasien yang mengalami sesak nafas hal

ini disebabkan Deep Breathing dan Humming dapat mengurangi sesak nafas,

serta penggunaan Humming dapat meningkatkan produksi nitric oxide, dan

pH dalam tubuh. Selain itu dapat menurunkan hormon kortisol yang dapat

membuat tubuh menjadi rileks.

C. Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan

Masalah keperawatan yang muncul pada kasus kelolaan dapat diatasi

bila terjadi kolaborasi yang baik antara klien dan pemberi layanan kesehatan.

Klien memiliki peran penting untuk melakukan perawatan mandiri (self care)

dalam perbaikan kesehatan dan mencegah rawat ulang di Rumah Sakit

(Barnason, Zimmerman & Young, 2011). Perilaku yang diharapkan dari self

care adalah kepatuhan dalam medikasi maupun instruksi dokter sehingga

penyembuhan cepat terjadi.

83
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada bab ini, peneliti akan mengemukakan kesimpulan dari hasil

pembahasan serta memberikan saran kepada beberapa pihak agar dapat

dijadikan acuan untuk perkembangan keilmuan khususnya dibidang

keperawatan.

1. Hasil analisa didapatkan 1 pasien kasus kelolaan yaitu Tn.S dengan

diagnosa medis pneumonia. Masalah keperawatan yang ditemukan pada

ke 1 pasien kelolaan yaitu Bersihan jalan nafas, gangguan pertukaran gas,

dan Intoleransi Aktivitas

2. Intervensi inovasi yang diberikan berupa pemberian kombinasi deep

breathing dan humming yang mampu menurunkan sesak nafas pada

pasien Pneumonia et causa post COVID-19. Hasil intervensi yang

dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan Saturasi Oksigen

sebelum dan sesudah dilakukan pemberian intervensi kombinasi deep

breathing dan humming, sehingga intervensi ini terbukti memiliki

pengaruh dalam menurunkan sesak nafas yang dirasakan oleh pasien

pneumonia.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan dapat

menjadi bahan masukkan atau sumber informasi serta dasar pengetahuan

84
84

85
bagipara mahasiswa khususnya dibidang keperawatan tentang kombinasi

deep breathing dan humming.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan menjadi

landasan yang kuat untuk penelitian-penelitian yang selanjutnya. Saran

untuk peneliti selanjutnya agar meneliti terkait pelaksanaan kombinasi

deep breathing dan humming.

3. Bagi Rumah Sakit

Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan dapat

meningkatkan kualitas pelayanan klien dengan Pneumonia di Rumah

Sakit.

4. Bagi Profesi Perawat

Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan dapat

meningkatkan Asuhan Keperawatan klien dengan pneumonia secara

komperhensif.

85
DAFTAR PUSTAKA

Amin, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda Nic- Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogakarta: MediactionPublishing.

Anita Y. (2019). Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen
dan Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma. Jurnal Keperawatan Raflesia :
Poltekkes Kemenkes Bengkulu. ISSN: 2656-6222.

Anwar, Athena, & Ika, Damayanti. (2014). Pneumonia pada anak balita di
Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 8(8), 359-365.

Athena, Dharmayanti, Ika. (2014). Pneumonia Pada Anak Balita di Indonesia.


Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 8(8).

Barnason, S., Zimmerman, L., & Young, L. (2011). An integrative review of


interventions promoting self-care of patients with heart failure, 448–475.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2702.2011.03907.x

Bangun Virgona Argi & Nuraeni Susi. (2013). Pengaruh Aromaterapi Lavender
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi di Rumah Sakit
Dustira Cimahi. Jurnal Keperawatan Soedirman.Volume 8 No2.

Bintang P. (2019). Urgency Praktik Pranayama di Era Milenial. Jurnal Yoga dan
Kesehatan : Brahma Widya IHDN. ISSN : 2621-0185.

Brunner dan Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal Bedah Edisi8 Volume4.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Chalwadi Shila. (2020). Critical Study Of Bhramari Pranayama A Review


Article.International Journal of Applied Ayurved Research : College
Kharghar. ISSN: 2347- 6362

Dian K. (2019). Latihan Napas Dalam terhadap Peningkatan Arus Puncak


Ekspirasi (Ape) Pasien Asma Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Kota
Pekalongan. MOTORIK Journal Kesehatan : Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Klate. ISSN : 1907-218X.

Dinas Perhubungan. (2021). Pantauan Data dan Peta Sebaran Corona diWilayah
Kutai Kartanegara. Alamat : https://dishub.kukarkab.go.id/

Djojodibroto, Darmanto (2014). Respirologi. Jakarta : EGC, hal. 151.

Guyton A.C. and J.E. Hall (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.

86
Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. (2019). Clinical features of
patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet.
2020;395(10223):497-506.

Ikawati, Z. (2016). Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernapasan.


Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Ignatavicius, D. D., & Workman, m. L. (2010). Medical - Surgical Nursing: Clients


– Centered Collaborative Care. Sixth Edition, 1 & 2 . Missouri: Saunders
Elsevier.

Ihsaniah, H. I. (2019). Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Meniup Balon terhadap


Intensitas Nyeri Anak Usia Prasekolah Pasca Bedah Di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019. Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang

Iryanita E, Afifah IA. (2015). Efektivitas slow deep breathing terhadap


perubahan saturasi oksigen perifer pasien tuberkulosis paru di rumah sakit
kabupaten pekalongan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pekajangan
Pekalongan

Jennings LK, White MM. Platelet Aggregation.(2007). In: Michelson AD (ed.).


Platelets, 2nd edition. New York. Elsevier Inc.

Kemenkes RI. (2020). Situasi Terkini Perkembangan Novel Coronavirus


(COVID- 19).Jakarta : Drektoral pencegahan dan pengendalian penyakit.

Letko, M, Marzi A, Munster V. (2020). Functional assessment of cell entry and


receptor usage for SARS-CoV-2 and other lineage B betacoronaviruses.
Nature Microbiology: 1–8. doi:10.1038/s41564-020-0688-y.

Manurung,Santa.(2011). Keperawatan Profesional.Jakarta: Tim.

Mertha, I. M., Putri’, P. J. Y., & Suardana, I. (2018). Pengaruh Pemberian Deep
Breathing Exercise terhadap Saturasi Oksigen Pada PPOK. Journal of
Nursing, 1– 9

Misnadiarly, (2008), Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumoni pada Anak

Orang Dewasa, Usia Lanjut Edisi 1.Jakarta: Pustaka Obor Populer.

M.K Taneja. (2020). Modified Bhramari Pranayama in Covid 19 Infection.Indian


J Otolaryngol Head Neck Surg. doi.org/10.1128/JVI.79.3.1966-1969.2005.

Muttaqin A (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan


sistem pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

87
Paramita. (2011). Nursing, Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: PT
Indeks.

Prabawati S W N. (2018). Penyembuhan Baby Blues Syndrome Dan Post-Partum


Depression Melalui Chandra Namaskara Dan Brahmari Pranayama. Yoga
dan Kesehatan Fakultas Acarrya IHDN Denpasar. Volume 1, No.1, Maret
2018.

Reyes, R.M., & Wall, A. (2004). Deep breathing.Address :www.psychs

diego.org/ Riyadi, Sujono & Sukarmin, (2009), Asuhan Keperawatan Pada Anak,

Edisi
1,.Yogyakarta : Graha Ilmu.

RSUD A. M Parikesit. (2019). 10 Besar Penyakit di RSUD A. M Parikesit. Alamat


: http://rsamp.kukarkab.go.id/

Said, M. (2010). Pengendalian Pneumonia Anak-Balita dalan Rangka


Pencapaian MDG4. Kemenkes RI: Buletin Jendela Epidemiologi Volume 3,
September 2010. ISSN 2087-1546 Pneumonia Balita.

Shaleh, A. (2013). Jadi Dokter Untuk Anak Sendiri. Yogyakarta: Katahati.

Shankar S R. (2020). Bhramari Pranaya (Bee Breath). Address :


https://www.artofliving.org/

Smeltzer & Bare. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth/ editor, Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare; alih bahasa, Agung
Waluyo, dkk. Jakarta: EGC.

Smith, J F. (2004). Chest Phisical Therapi. Wausau: The Thompson Corporation


(http://www.chclibrary.org/microed/0004 2330.html)

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto,
R.,Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur
Terkini. Jurnal Penyakit.

Syafrizal, dkk. (2020). Pedoman Umum menghadapi Pandemi COVID-19 Bagi


Pemerintah Daerah, Pencegahan, Pengendalian, Diagnosis dan
Manajemen. (Online) Tersedia : https://www.kemendagri.go.id/.

Syela N H. (2018). Pengaruh Deep breathing Akut Terhadap Saturasi Oksigen


Dan Frekuensi Pernapasan Anak Obesitas Usia 7-12 Tahun. Jurnal
Kedokteran Diponegoro : Univesitas Diponegoro. ISSN : 2540-8844.

Tika S D. (2020). Pengaruh Latihan Slowdeep Breathing Terhadap Respiration


Rate Pada Pasien Ispa. Jurnal Darul Azhar Vol 9, No.1 Februari 2020 – Juli
2020 : 70 – 76.

88
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

WHO.(2020). WHO Director-General’s opening remarks at the media briefing


on COVID-19 - 11 March 2020.

Van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A,


Williamson BN, dkk. (2020).Aerosol dan Stabilitas Permukaan SARS-CoV-
2 dibandingkan dengan SARS-CoV-1. N Engl J Med. DOI: 10.1056 /
NEJMc2004973.

89
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada: Bapak/Ibu/Saudara/i Calon Responden Di Ruang ICU RSUD A.M

Parikesit Tenggarong.

Dengan hormat, kami kelompok 1 adalah mahasiswa Keperawatan Program

Studi Pendidikan Profesi Ners 2020 Poltekkes Kemenkes Kaltim, akan melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia et

causa Post COVID-19 Dengan Intervensi Kombinasi Deep breathing dan

Humming terhadap Penurunan Sesak Nafas Di Ruang ICU RSUD A.M Parikesit

Tenggarong. “

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi

Bapak/Ibu/Sdr/i sebagai responden. Semua informasi akan dijaga kerahasiaannya

dan dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Jika Bapak/Ibu/Sdr/i tidak

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, maka tidak ada ancaman bagi

Bapak/Ibu/Sdr/i. Jika Bapak/Ibu/Sdr/i menyetujui, maka saya mohon

kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan saya dan menjawab

pertanyaan- pertanyaan yang saya sertakan. Atas perhatian dan kesediaannya

sebagai responden saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

90
Lampiran 2

LEMBAR KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ...............................................................................…

Jenis Kelamin : L / P *

Umur : ..................................................................................

Alamat : ..................................................................................

Menyatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan dengan rinci dan jelas


tentang penelitian yang akan dilakukan dan bersedia berpartisipasi dalam
penelitian sebagai responden dalam penelitian yang berjudul “Analisis asuhan
Keperawatan Pada Pasien Pneumonia Et Causa Post COVID-19 Dengan
Intervensi kombinasi Deep breathing dan Humming terhadap Sesak Nafas Pasien
Pneumonia Di Ruang ICU RSUD A.M Parikesit

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan tanpa paksaan dari
siapapun. Saya memahami bahwa penelitian ini akan bermanfaat dan tidak akan
merugikan ataupun berakibat buruk bagi saya.

Peneliti/Asisten

........................, .................. 2021

Peneliti** ........................................

* : Lingkari yang dipilih

** : Diisi oleh peneliti atau asisten peneliti

91
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI INTERVENSI KOMBINASI DEEP


BREATHING DAN HUMMING TERHADAP PENURUNAN SESAK
NAFAS PADA PASIEN PNEUMONIA
Samarinda, Februari 2021

Jenis Saturasi Oksigen


No Hari/Tanggal/Jam Inisial Usia
Kelamin
Pre Test Post Test

Peneliti

92
Lampiran 4

SOP KOMBINASI DEEP BREATHING dan HUMMING

Standar Operasional Prosedur Deep breathing

- Deep breathing exercise merupakan latihan pernapasan


dengan tehnik bernapas secara perlahan dan dalam,
menggunakan otot diafragma, sehingga memungkinkan
Pengertian abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang
penuh.
- Humming atau humming bee breath (bernapas ala lebah)
berarti bergumam atau bersenandung.
- Deep Breathing bermanfaat mencegah pola aktifitas
otot pernapasan yang tidak berguna, melambatkan
frekuensi pernapasan, mengurangi udara yang
Manfaat terperangkap serta mengurangi kerja bernafas
- Humming bermanfaat menenangkan saraf di otak.
Getaran yang dihasilkan saat bersenandung memiliki
efek menenangkan yang alami.

Indikasi Deep breathing dan humming dapat diberikan kepada siapa


saja dengan status pasien yang hemodinamik stabil

Kontra Indikasi Klien mengalami perubahan kondisi nyeri , sesak nafas dan
emergency
a. Berikan salam, perkenalkan diri, dan identifikasi
responden dengan memeriksa identitas responden

Persiapan Paien b. Menanyakan keluhan responden atau perasaan responden


c. Jelaskan tujuan, prosedur yang akan dilakukan dan
lamanya tindakan
d. Beri kesempatan klien untuk bertanya

Persiapan Perawat a. Lakukan pengkajian pada pasien, Identifikasi masalah


kesehatan klien

93
b. Buat perencanaan tindakan
c. Kaji kebutuhan perawat, minta bantuan perawat lain jika
perlu
d. Siapkan alat
Persiapan alat : Bantal sesuai kebutuhan dan kenyamanan
Persiapan Alat klien, Tempat tidur dengan pengaturan sesuai, kenyamanan
klien, Tissue, Bengkok
a. Beri salam terapeutik kepada klien dan keluarga
b. Perkenalkan diri sebaik mungkin
c. Tanyakan keluhan dan perasaan klien saat ini
d. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan
e. Jaga privasi klien
f. Lakukan pengukuran Saturasi Oksigen
g. Mencuci tangan sesuai dengan prosedur.
h. Mengidentifikasi status pasien yang hemodinamik stabil,
i. Melakukan pemeriksaan terhadap status pernapasan.
j. Mengidentifikasi klien tidak dalam kondisi nyeri, sesak

Cara Kerja nafas dan emergency.


k. Memastikan klien dalam kondisi sadar dan dapat
mengikuti perintah dengan baik.
l. Mengatur posisi klien berbaring di atas tempat tidur
kepala lebih tinggi, bila memungkinkan dengan posisi
semi fowler atau fowler/duduk.
m. Mengatur posisi sesuai kebutuhan untuk kenyamanan
klien.
n. Apabila terdapat akumulasi sekret. Mengajarkan batuk
efektif (dengan menarik nafas dalam dan secara perlahan
melalui hidung dan mulut, tahan 1-5 hitungan, kemudian
mulai batuk dengan hentakan lembut, tampung dahak pada

94
bengkok). Bila perlu suction sesuai indikasi untuk
membantu mengeluarkan sekret dari jalan nafas bawah.
o. Pastikan mata tetap tertutup untuk beberapa saat. Dan
rasakan sensai tubuh menjadi lebih tenang
p. Letakkan jari telunjuk di telinga kanan dan kiri. Letakkan
jari di tulang rawan kecil (tragus cartilage) diantara
tulang pipi dan telinga
q. Mengajarkan klien menghirup nafas secara perlahan dan
dalam melalui mulut dan hidung, sampai perut terdorong
maksimal/mengembang. Menahan nafas 1-6 hitungan.
Saat menghembuskan nafas tekan tulang rawan dengan
lembut atau menekan kedalam keluar dengan jari.
Kemudian dengan bibir terkatup, keluarkan suara
senandung atau begumam seperrti lebah.
r. Keluarkan suara bersenandung dengan nada rendah atau
lebih baik membuat nada suara yang tinggi.
s. Meminta klien untuk melakukan latihan 3-4 kali secara
mandiri selama 5-10 menit
t. Setelah terapi diberikan dan selesai bersihkan alat dan
atur posisi nyaman untuk klien
u. Lakukan pengukuran saturasi oksigen nafas
v. Isi lembar observasi
a. Evaluasi hasil yang dicapai
b. Beri reinforcement positif pada pasien

Evaluasi c. Kontrak pertemuan selanjutnya


d. Mengakhiri pertemuan dengan baik
e. Bereskan peraltan
f. cuci tangan

95
CONTOH KASUS
Sampai pada tanggal 9 Agustus 2020, kasus positif COVID-19 di Indonesia bertambah
lagi yang terdiri dari TERKOMFIRMASI (128,776 kasus) ,DIRAWAT (39,242 dari
30.473% terkonfirmasi),MENINGGAL (5,824 dari 4.523% yang terkonfirmasi) dan
yang SEMBUH (83,710 dari 65.004% yang terkonfirmasih)
Tujuh pasien dari pasar makanan laut local di wuhan telah didiagnosis menderita
penyakit mirip SARS dengan keluhan pasien terkena Demam, Gangguan Pernapasan,
Batuk, saat itu pasien langsung dibolehkan untuk rawat jalan atau kembali ke rumah.
Namun, sakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh dan dikarantina di rumah sakit
dokter Li Wenliang
Li adalah seorang dokter berusia 34 tahun yang bekerja di Wuhan, kota yang menjadi
pusat penyebaran virus corona di China hari tanggal 31 Desember 2019. Tanggal 3
Januari 2020, Li dipanggil ke kantor polisi setempat dan ditegur karena menyebarkan
desas-desus yang sangat mengganggu ketertiban sosial atas pesan yang dia kirimkan.
Pada akhir Januari, keterlambatan penanganan wabah oleh pemerintah Wuhan mulai
dipahami di China. Banyak warga memikirkan peringatan dini yang disebarkan dari
dokter Li, Hingga Korban akibat virus tersebut sudah mencapai 493 orang meninggal
dunia dan terbanyak dari kota Hubei yakni 479 orang meninggal dunia di China yakni
24.338 orang.
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan wabah virus
Corona sebagai pandemi global, Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus
mengatakan, istilah itu digunakan sekarang karena kekhawatiran mendalam atas
Covid-19
istilah pandemi digunakan untuk penyakit menular yang menyebar dari orang ke orang
secara signifikan dan berkelanjutan di banyak negara.
• Pandemi terakhir kali terjadi pada 2009, yaitu flu babi.
• Kala itu, flu babi telah membunuh ratusan ribu orang.
• Pandemi lebih mungkin terjadi jika virus yang menjangkit adalah virus baru.
• Wabah dapat disebut pandemi jika virus dapat menulari orang dengan mudah.
• Selain itu, virus dapat menyebar dari orang ke orang dengan cara yang efisien dan
berkelanjutan.
• Virus Corona telah memenuhi semua kriteria itu.
• Tanpa vaksin atau perawatan yang dapat mencegahnya, penyebarannya akan menjadi
krusial.
Kini, ada 213 negara terkena wabah COVID-19. "Beberapa negara berjuang dengan
kekurangan kapasitas. Ada yang berjuang dengan kekurangan sumber daya. Beberapa
negara lainnya berjuang dengan kurangnya tekad," kata Tedros.
WHO meminta semua negara untuk melakukan tindakan penanganan sebagai berikut.
• Mengaktifkan dan meningkatkan mekanisme tanggap darurat
• Berkomunikasi dengan masyarakat tentang risiko dan bagaimana masyarakat dapat
melindungi diri mereka sendiri
• Menemukan, mengisolasi, menguji, dan mengobati setiap kasus Covid-19 dan
melacak setiap kontak

96
ASUHAN KEPERAWATAN COVID-19

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pasien yang diduga COVID-19 harus mencakup:
1) Sejarah perjalanan. Penyedia layanan kesehatan harus mendapatkan riwayat
perjalanan yang terperinci untuk pasien yang dievaluasi dengan demam dan penyakit
pernapasan akut.
2) Pemeriksaan fisik. Pasien yang mengalami demam, batuk, dan sesak napas
dan yang telah melakukan perjalanan ke Wuhan, Cina baru-baru ini harus ditempatkan
di bawah isolasi segera.
B. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data penilaian, diagnosis keperawatan utama untuk pasien dengan
COVID-19 adalah:
1) Infeksi yang berhubungan dengan kegagalan untuk menghindari patogen
akibat paparan COVID-19.
2) Pengetahuan yang kurang terkait dengan ketidaktahuan dengan informasi
penularan penyakit.
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
2. Gangguan pola pernapasan terkait dengan sesak napas.
3. Kecemasan terkait dengan etiologi penyakit yang tidak diketahui.
C. Perencanaan dan Tujuan Perawatan
Berikut ini adalah tujuan perencanaan perawatan utama untuk COVID-19:
1. Cegah penyebaran infeksi.
2. Pelajari lebih lanjut tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
3. Tingkatkan suhu tubuh adekuat
4. Kembalikan pola pernapasannya kembali normal.
5. Kurangi kecemasan.
D. Implementasi Keperawatan
Di bawah ini adalah intervensi keperawatan untuk pasien yang didiagnosis dengan
COVID-19:
1) Pantau tanda-tanda vital. Pantau suhu pasien; infeksi biasanya dimulai
dengan suhu tinggi; pantau juga laju pernapasan pasien karena sesak napas adalah
gejala umum lainnya.
2) Pantau saturasi O2. Pantau saturasi O2 pasien karena gangguan pernapasan
dapat menyebabkan hipoksia.
3) Pertahankan isolasi pernafasan. Simpan tisu di samping tempat tidur pasien;
buang sekresi dengan benar; mengintruksikan pasien untuk menutup mulut saat batuk
atau bersin; menggunakan masker, dan menyarankan mereka yang memasuki ruangan
untuk memakai masker juga; letakkan stiker pernapasan pada bagan, linen, dan
sebagainya.
4) Terapkan kebersihan tangan yang ketat. Ajari pasien dan orang-orang untuk
mencuci tangan setelah batuk untuk mengurangi atau mencegah penularan virus.
5) Kelola hipertermia. Gunakan terapi yang tepat untuk suhu tinggi untuk
mempertahankan normotermia dan mengurangi kebutuhan metabolisme.
6) Berikan penkes pada pasien dan keluarga. Berikan informasi tentang
penularan penyakit, pengujian diagnostik, proses penyakit, komplikasi, dan

97
perlindungan dari virus.
E. Evaluasi
Tujuan keperawatan terpenuhi sebagaimana dibuktikan oleh:
1) Pasien dapat mencegah penyebaran infeksi yang dibuktikan dengan PHBS
dan isolasi pernafasan adekuat.
2) Pasien dapat belajar lebih banyak tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
3) Pasien mampu meningkatkan level suhu tubuh yang adekuat.
4) Pasien mampu mengembalikan pola pernapasannya kembali normal.
5) Pasien tidak terlihat cemas.
F. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi untuk pasien dengan COVID-19 meliputi:
1) Temuan individu, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi, interaksi, sifat
pertukaran sosial, spesifik perilaku individu.
2) Keyakinan budaya dan agama, dan harapan.
3) Paket perawatan.
4) Rencana pengajaran.
5) Tanggapan terhadap intervensi, pengajaran, dan tindakan yang dilakukan.
6) Pencapaian atau kemajuan menuju hasil yang diinginkan.

98
Pengertian tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular yang

disebabkan oleh kuman tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosa), meskipun

dapat mengenai organ apapun di dalam tubuh.Penyakit ini masih menjadi

masalah kesehatan global. Diperkirakan sepertiga dari populasi dunia sudah

tertular TB paru, dimana sebagian besar penderita TB paru adalah usia

produktif (15-50 tahun). Tahun 2019 terdapat 9 juta kasus baru dan 1,5 juta

kematian akibat penyakit TB paru (WHO, 2020).

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak

termasuk pleura (selaput paru) (Depkes RI, 2019)

Etimologi tuberkulosis paru

Menurut WHO 2014. Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit

menular yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis (Mycobacterium

tuberculosa). Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan global

(Husnaniyah, 2017).

Cara penularan

TB paru-paru ditularkan dengan menghirup tetesan cairan yang

dikeluarkan langsung dari paru-paru penderita yang mengandung bakteri TB

saat mereka batuk sambil bersin, tertawa, dan berbicara. Orang-orang yang

tinggal bersama penderita dengan TB aktif memiliki risiko tertular tertinggi

karena biasanya penularan membutuhkan waktu yang lama. Anak-anak yang

masih sangat kecil (di bawah umur 5 tahun) dan orang yang memiliki sistem

kekebalan tubuh yang lemah memiliki risiko tertinggi untuk menderita TB aktif

setelah tertular.
99
TB tidak ditularkan dengan menyentuh benda, jadi pemakaian benda

rumah tangga secara terpisah (seperti sendok-garpu, gelas, atau lap makan)

tidak diperlukan. Setelah dilakukan pengobatan yang tepat selama 2 hingga 3

minggu, biasanya pasien tidak dapat lagi menularkan TB. Saat itu kegiatan

sehari-hari dapat dilanjutkan kembali sementara terus melakukan

pengobatan. Tim yang menangani akan selalu memberikan saran jika masa

menular sudah berakhir. Jika TB tidak menyerang paru-paru, maka penularan

kepada orang lain bukanlah risiko yang signifikan.

Adapun Edukasi dan penerapan etika batuk yang dapat di lakukan oleh

pasien penderita Tuberkulosis, yang dimana pasien yang batuk diharuskan

untuk memalingkan kepala dan menutup mulut / hidung dengan tisu, kalau

tidak memiliki tisu maka mulut dan hidung di tutup dengan pangkal tangan.

Sesudah batuk, tangan dibersihkan, dan tisu dibuang pada tempat sampah yang

khusus disediakan untuk ini (kantong kuning/infeksius).

100
Tersangka Penderita TB
(Suspek TB)

Periksa Dahak Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS)

Hasil BTA Hasil BTA


Hasil BTA
+ -- - - -
+ ++
+ +-

Periksa Rontgen Dada


Beri Antibiotik Spektrum Luas

Ada
Hasil Hasil Tidak Mendukung TB Tidak Ada Perbaikan
Mendukun g TB Perbaikan

Penderita TB BTA Positif


Hasil BTA
+ ++
+ +-
+ --

Periksa Rontgen Dada

Hasil Mendukung TB

Hasil Rontgen Neg.

TB BTA Neg. Bukan TB. Penyakit


Rontgen Pos. Lain.

Gambar 1

Ulangi Periksa Dahak SPS

Tidak Ada Perbaikan

101
Bagan Alur Diagnosis Tuberkulosis Paru Pada Orang Dewasa (Depkes RI,

2019).

Suatu uji tuberkulosis positif hanya menunjukan bahwa yang bersangkutan

pernah terpapar dengan Mycobactorium Tuberculosis. Dilain pihak, hasil uji

tuberkulin dapat negatif meskipun orang tersebut menderita tuberkulosis,

misalnya pada penderita HIV/AIDS, malnutrisi berat, TB millier dan morbili

(Depkes RI, 2019).

Diperkirakan sepertiga dari populasi dunia sudah tertular TB paru, dimana

sebagian besar penderita TB paru adalah usia produktif (15-50 tahun). Tahun

2013 terdapat 9 juta kasus baru dan 1,5 juta kematian akibat penyakit TB paru

(Husnaniyah, 2017).

Alur Deteksi Dini dan Rujukan TBC Anak

Berikut merupakan hal-hal yang mencurigakan TBC menurut Bagan

Konsensus Nasional TBC Anak-IDAI (Depkes RI, 2003) :

1. Mempunyai sejarah kontak erat dengan penderita TBC yang BTA positif.

2. Terdapat reaksi kemerahan lebih cepat (dala 3-7 hari) setelah imunisasi

dengan BCG.

3. Berat badan turun tanpa sebab jetas atau tidak naik dalam 1 bulan meskipun

sudah dengan penanganan sizi yang baik (failure to thrive).

4. Sakit dan demam lama atau berulang, tanpa sebab yang jelas.

5. Batuk-batuk lebih dari 3 minggu.

6. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang spesifik.

102
7. Skrofuloderma.

8. Konjungtivitis filiktenularis.

9. Tes tuberkulin yang positif (> 10 mm).

10. Gambaran foto rontgen sugestif TBC.

Bila ≥ 3 positif maka dianggap TBC lalu di berikan OAT Observasi 2 bulan.

1. Membaik  TBC  OAT diteruskan

2. Memburuk/Tetap  Bukan TBC  Rujuk Ke Rumas Sakit TBC Kebal Obat (MDR) 
Rujuk Ke Rumas Sakit

A. Risiko Penularan

Risiko penularan setiap tahun (Annual Risk of tuberkulosis infection =

ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3%. Pada

daerah dengan ARTI sebesar 1% berti setiap tahun di antara 1000 penduduk

terdapat 10 (sepuluh) orang akan terifeksi. Sebagian besar orang yang

terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya sekitar 10% dari yang

terinfeksi yang akan menjadi penderita TB.

Keterangan di atas dapat diperkirakan pada daerah dengan ARTI 1% maka

di antara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus) penderita

Tuberkulosis setiap tahun, di mana 50 penderita adalah BTA positif

(Kemenkes RI, 2012).

103
Klasifikasi penyakit tuberkulosis paru

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, Tuberkulosis paru dibagi dalam :

a. Tuberkulosis Paru BTA Positif

1) sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rotgen dada

menunjukan gambaran tuberkulosis aktif.

b. Tuberkulosis Paru BTA Negatif

Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rotgen

dada menunjukan gambaran tuberkulosis aktif.

TB paru BTA Negatif Rotgen Positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan

penyakit, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto

rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya

proses ”fat advanced” atau millier), dan/atau keadaan umum penderita buruk

(Depkes RI, 2003).

Diagnosis penyakit Tuberkulosis

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan

dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh

uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa

dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) :

104
a. S (sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang

berkunjung pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien

membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.

b. P (pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah

bangun tidur. Pot dibawah dan diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes.

c. S (sewaktu): dahak dtampung di fasyankes pada hari kedua, saat

menyerahkan dahak pagi (Kemenkes RI, 2014).

B. Lingkungan Fisik Rumah

Pada pertengahan abad ke 15 para ahli kedokteran telah menyebutkan

bahwa tingkat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya lingkungan merupakan faktor yang sangat penting terhadap timbulnya

berbagai penyakit tertentu , sehingga untuk memberantas penyakit menular

diperlukan upaya perbaikan lingkungan (Widia, 2013)

Faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan kesembuhan/ ketidak

sembuhan orang yang sedang berobat TB Paru adalah merokok, penghasilan,

pengetahuan tentang TBC, sikap, perilaku, keadaan gizi dan keadaan rumah

dipandang dari segi kesehatan ( Djannah, 2009).

Faktor lingkungan seseorang yang keadaan fisik atau daya tahannya

rendah terhadap penyakit maka akan mudah terserang penyakit. Penykit

penyakit tersebut seperti diare, kholera, campak, demam berdarah dengue,

Hepatitis dan lain-lain. Faktor lingkunan ini diantaranya: lingkungan fisik,

lingkungan biologis dan lingkungan sosial budaya (Widia, 2013).

105
Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan

merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit dan tempat

berkembangbiaknya vektor penyakit. Menurut Riza Adnani ( 2011 ) unsur –

unsur rumah yang perlu diperhatikan untuk menmenuhi syarat rumah sehat

adalah:

1. Bahan bangunan

Langit langit rumah hendaknya harus mudah dibersihkan, tidak rawan

kecelakaan, terang, dan batas tinggi langit - langit dari latai 2,75 meter.

Dinding rumah berfungsi untuk menahan angin dan debu, dibuat tidak tembus

pandang terbuat dari bahan batu bata, batako bambu, kayu , dinding dilengkapi

dengan ventilasi untuk pengaturan sikulasi udara. Lantai rumah harus kedap

air, rata dan tidak licin serta mudah dibersikan.

2. Ventilasi

Jendela rumah berfungsi sebagai lubang angin , jalan udara segar dan sinar

matahari serta sirkulasi . Letak lubang angin yang baik adalah searah dengan

tiupan angin. Disamping itu fungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran

udara di dalam rumah tersebut tetap segar dan untuk membebaskan udara

ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen. Luas ventilasi kurang

lebih 10% - 20% dari luas lantai rumah.

Menurut Permenkes RI Nomor 1077 Tahun 2011 yang dimana luas

ventilasi 10% dari luas lantai.

3. Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, kurangnya cahaya

yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping

kurang

106
nyaman, juga merupakan media atau tempat baik untuk hidup dan

berkembangnya bibit penyakit. Penerangan yang cukup baik siang maupun

malam adalah 100-200 lux.

Menurut Permenkes RI Nomor 1077 Tahun 2011 yang dimana pencahayaan

minimal 60 lux.

4. Luas bangunan rumah

Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 x 3 m2

untuk tiap orang. Jika luas bangunan tidak sebanding dengan jumlah penghuni

maka menyebabkan kurangnya konsumsi O2, sehingga jika salah satu penghuni

menderita penyakit infeksi maka akan mempermudah penularan kepada anggota

keluarga lain.

Menurut Kepmenkes RI No. 829 tahun 1999 memenuhi syarat jika luas

lantai kamar tidur dengan jumlah penghuni menghasilkan > 8 m 2 luas

lantai/orang.

5. Suhu dan kelembaban

Untuk pengukuran suhu dan kelembapan digunakan alat thermohygrometer.

Thermohygrometer diletakkan di lantai selama 5-10 menit atau sampai dengan

angka menunjukkan nilai yang stabil. kelembaban pada suhu kamar Menurut

Permenkes RI Nomor 1077 Tahun 2011 minimal 18ºC - 30ºC. Untuk

kelembaban minimal 40% - 60%.

6. Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat

Rumah yang sehat harus memiliki fasilitas seperti penyediaan air bersih

yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan sampah, pembuangan air limbah,

fasilitas dapur, ruang berkumpul keluarga, gudang, dan kandang ternak. (Widia,

2013).

107
A. Asuhan keperawatan

1. Diagnosa keperawatan
a.bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan secret

b.peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan

c.perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

d.kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

2. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan proses perawatan dengan mel’aksanakan berbagai


stratetegi keperawatan yang teah direncanakan dalam intervensi keperawatan. Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan
perinungan pada kien, teknik komunikasi, kemampuan daa prosedur tinakan,
pemahaman tentang hak-hak paien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Dalam peaksanaa tindakan keperawatan terdapat dua jenis tindakan yaitu tinakan
keperawatan maniri dan kolaborasi. Sebagai profesi perawat mempunyai wewenang
dan tanggung jawab dalam menentukan asuhan keperawatan ( A. Aziz Alimul Hidayat.
2009)

3. Perencaan Keperawatan

No Tujuan dan kriteria hasil Rencana Rasional

1. Setelah dilakukan tindakan a. Kaji fungsi pernapasan a. Ronkhi, mengi


keperawatan, diharapkan (bunyi napas, kecepatan, menunjukkan akumulasi
bersihan jalan napas dengan irama, kedalaman, dan sekret/ ketidakmampun
kriteria hasil : Pasien dapat untuk membersihkan jalan
penggunaan otot bantu
mengeluarkan sekret tanpa napas
bantuan, Pasien aksesori) b. Pengeluaran sulit bila
berpartisipasi dalam b. b. Catat kemampuan sekret sangat tebal, sputum
program pengobatan pasien mengeluarkan berdarah kental/ darah
dahak, catat karakter, cerah (misal infeksi, atau
jumlah dahak, adanya tidak kuatnya hidrasi)
hemoptisis c. Posisi membantu
memaksimalkan ekspansi
c. c. Ajarkan pasien posisi
paru dan menurunkan upaya
semi fowler tinggi dan pernapasan
latihan napas dalam d. Pemasukan tinggi cairan
d. Anjurkan pasien untuk untuk mengencerkan sekret,
banyak minum air membantu agar dahak
sedikitnya 2500ml mudah dikeluarkan
perhari. e. Antibiotik spectrum luas,
membunuh kuman TBC
e. Kolaborasi : Pemberian
terapi OAT 3 tablet/hari
108
dan injeksi cefotaxim 1gr

2 Setelah dilakukan tindakan a. Pantau suhu tubuh a. Sebagai indikator untuk


keperawatan diharapkan b. Anjurkan untuk banyak minum mengetahui status hipetermi
suhu tubuh kembali normal air putih untuk mencegah b. Dalam kondisi demam
dengan kriteria hasil : suhu dehidrasi terjadi peningkatan
tubuh dalam rentang (36oC c. Anjurkan istri pasien agar evaporasi yang memicu
– 37oC) memberikan kompres hangat timbulnya dehidrasi
pada lipatan ketiak dan femur c. Mengurangi suhu tubuh
d. Anjurkan pasien untuk dan memberikan
memakai pakaian yang menyerap kenyamanan pada pasien
keringat dengan faktor konduksi
e. Kolaborasi : Pemberian d. Untuk meningkatkan
paracetamol 500mg pengeluaran panas melalui
radiasi
e. Mengurangi panas dengan
farmakologis
3 Setelah dilakukan tindakan a. Catat status nutrisi pasien dari a. Berguna dalam
keperawatan diharapkan turgor kulit dan berat badan mendefinisikan
kebutuhan nutrisi pasien b. Kaji adanya anoreksia, mual, derajat/luasnya masalah dan
terpenuhi dengan criteria muntah, dan catat kemungkinan pilihan intervensi yng tepat
hasil : Menunjukkan hubungan dengan obat b. Dapat mempengaruhi
peningkatan berat badan c. Motivasi pasien untuk makan pilihan diet dan
dan melakukan perubahan sedikit tapi sering mengidentifikasi area
pola makan d. Dorong pasien untuk sering pemecahan masalah untuk
beristirahat meningkatkan pemasukan
e. Kolaborasi : Pemberian injeksi c. Menurunkan iritasi gaster
ranitidine 50mg, antacid 500mg dan meningkatkan status
dan curcuma 50mg nutrisi
d. Membantu menghemat
energy
e. Membantu mengurangi
mual dan membantu nafsu
makan secara farmakologis
4 Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kemampuan pasien untuk a. Belajar tergantung kepada
keperawatan diharapkan belajar mengetahui masalah, emosi dan kesiapan fisik
pasien mengetahui kelemahan, lingkungan, media b. Dapat menunjukkan
informasi tentang yang terbaik bagi pasien kemajuan atau pengaktifan
penyakitnya, dengan b. Identifikasi gejala yang harus ulang penyakit atau efek
criteriahasil : Pesien dilaporkan keperawatan, contoh obat yang memerlukan
memperlihatkan hemoptisis, nyeri dada, demam, evaluasi berlanjut
peningkatan pengetahuan kesulitan bernapas c. Meningkatkan kerja sama
mengenai perawatan diri c. Jelaskan dosis obat, frekuensi dalam program pengobatan
pemberian, kerja obat yang dan mencegah penghentian
diharapkan dan alasan obat sesuai perbaikan
pengobatan lama, kaji potensial kondisi pasien d. Mencegah
interaksi dengan obat lain dan menurunkan
d. Kaji potensial efek samping ketidaknyamana n
pengobatan dan pemecahan sehubungan dengan terapi
masalah dan meningkatkan
e.Dorong pasien atau orang kerjasama dalam program
terdekat untuk menyatakan takut e. Memberikan kesempatan
atau masalah, jawab pertanyaan untuk memperbaiki
secra nyata kesalahan

109
f. Berikan instruksi dan informasi f. Informasi
tertulis khusus pada pasien untuk tertulismenurunkan
rujukan. Contohnya jadwal oba hambatan pasien untuk
mengingat sejumlah besar
informasi.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan
pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada
pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana
yang sudah dibuat di atas.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan dalam kriteria hasil.

110
DAFTAR PUSTAKA
Amin, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic- Noc
Edisi Revisi Jilid 3. Jogakarta: MediactionPublishing.

Anita Y. (2019). Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nafas
Pada Pasien Asma. Jurnal Keperawatan Raflesia : Poltekkes Kemenkes Bengkulu. ISSN: 2656-6222.

Anwar, Athena, & Ika, Damayanti. (2014). Pneumonia pada anak balita di Indonesia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional. 8(8), 359-365.

Athena, Dharmayanti, Ika. (2014). Pneumonia Pada Anak Balita di Indonesia.


Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 8(8).

Barnason, S., Zimmerman, L., & Young, L. (2011). An integrative review of interventions promoting
self-care of patients with heart failure, 448–475. https://doi.org/10.1111/j.1365-2702.2011.03907.x

Bangun Virgona Argi & Nuraeni Susi. (2013). Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas
Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Keperawatan
Soedirman.Volume 8 No2.

Bintang P. (2019). Urgency Praktik Pranayama di Era Milenial. Jurnal Yoga dan Kesehatan : Brahma
Widya IHDN. ISSN : 2621-0185.

Brunner dan Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal Bedah Edisi8 Volume4.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Chalwadi Shila. (2020). Critical Study Of Bhramari Pranayama A Review Article.International


Journal of Applied Ayurved Research : College Kharghar. ISSN: 2347- 6362

Dian K. (2019). Latihan Napas Dalam terhadap Peningkatan Arus Puncak Ekspirasi (Ape) Pasien
Asma Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Kota Pekalongan. MOTORIK Journal Kesehatan :
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klate. ISSN : 1907-218X.

Dinas Perhubungan. (2021). Pantauan Data dan Peta Sebaran Corona diWilayah Kutai Kartanegara.
Alamat : https://dishub.kukarkab.go.id/

Djojodibroto, Darmanto (2014). Respirologi. Jakarta : EGC, hal. 151.

Guyton A.C. and J.E. Hall (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. 74,76, 80-
81, 244, 248, 606,636,1070,1340.

Brunner&Suddarth.(1996).Bukuajarkeperawatanmedikalbedah.Edisi6.
Jakarta:EGC.

Manurung, Santa, DKK. 2008. Asuhan Keperawatan Gangguan


SistemPernafasan Akibat Infeksi. Jakarta : CV. Trans Info Media.
111
MarylinE.Doengoes.(2000).#encanaasuhankeperawatan.Edisi3.Jakarta:
EGC.

Soedarsono(2000).TuberkulosisParu-AspekKlinis&DiagnosisdanTerapi&Lab

IlmuPenyakitParu(K)nai#asional.Surabaya:RSUDDr.Soetomo.Soemantri,I.
(2012).AsuhanKeperawatanPadaPasienDenganGangguanSistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

Soeparman&Waspadji (1990).IlmuPenyakitDalam.Jakarta:BPFKUI

112

Anda mungkin juga menyukai