Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AIK III

”ETIKA PENGEMBANGAN & PENERAPAN IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM“

Dosen Pengampu : Amelyadi, S.Ag., M.Si

Nama Kelompok 4 :

Hafizah Fitriani oktantia (SR19213003)

Kholifah Nur Adila (SR19213006)

Melin (SR19213092)

Putri Rahayu Amandya (SR19213089)

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrohimi

Asslamu’alaikum warahmatulaahi wabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena hanya
dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bias menyelesaikan makalah AIK III ini yang berjudul
“ETIKA PENGEMBANGAN & PENERAPAN IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM”
ini dengan baik tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terimakasih kepada dosen pembimbing Bapak
Amelyadi, S.Ag., M.Si yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang
bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini. Rasa terimakasih juga hendak kami ucapkan
kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga makalah ini bias selesai pada waktu yang telah ditentukan.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan


karya makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini
masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih baik lagi, kami berharap
agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat dan bisa menambah wawasan. Akhir kata,
billahi fii sabililhaq fastabiqul khairat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pontianak, 22 September 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................................5
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................6
C. Tujuan dan Manfaat Makalah..............................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................................7
A. Etik perawat........................................................................................................................................7
B. Etika Perawat Islami............................................................................................................................8
C. Etika Perempuan di Ruang Publik Perspektif Al-Quran dan Hadist....................................................10
D. (Institusi) Islam dan Spiritualitas serta Perannya dalam Konseling dan Keperawatan......................12
E. Pengaruh IPTEK dalam perspektif perkembangan kesehatan............................................................13
BAB III..................................................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................................................15
Kesimpulan............................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan IPTEK sekarang ini semakin pesat. Saking psatnya setiap minggu
ada saja perkembangan teknologi yang dipamrkan dan dipublikasikan. Saat ini rakyat
Indonesia sebagian besar hanya sebagai konsumen dari teknologi-teknologi yang
dihasilkan, bukan menjadi produsen yang dapat membantu perkembangan IPTEK dan
perekonomian di Indonesia. Perkembangan IPTEK yang pesat ini membuat kita sebagai
rakyat Indonesia harus blajar dengan segera dan tidak boleh terus tertinggal dalam
perkembangan IPTEK ini.
Perkembangan IPTEK yang pesat pada saat ini tidak diseimbangkan dengan
perkembangan nilai-nilai etika dan agama yang harusnya menjadi pondasi bagi IPTEK.
Tidak dipungkiri hal inipun terjadi pada saat ini, dimana nilai-nilai etika dan agama tidak
lagi dipandang sebagai hal yang harus dipelajari dan dipahami. Sehingga penyimpangan
yang ada bukanlah hal yang harus disalahi. Alasan utamanya adalah IPTEK dengan etika
dan agama tidak ada sangkut pautnya.
Di zaman resainanance, orang-orang Atheis menganggap agama sebagai
penghalang dalam perkembangan IPTEK. Oleh karena itu, agama bukanlah hal yang
penting untuk dipelajari karena tidak membuat IPTEK semakin maju. Memang dizaman
inipun ada yang tidak setuju dengan pendapat ini. Tetapi tetap saja hingga saat ini kedua
hal ini belum dapat terintegrasi satu sama lain. Selain agama, etikapun menjadi hal yang
penting untuk diperhatikan dan dijalankan. Etika dan agama sebenarnya menjadi atu-
kesatuan. Karena didalam agama juga dipelajari etika. Namun dibeberapa negara ataupun
wilayah, etika dan agama merupakan hal yang terpisah karena etika bukanlah dari agama
tetapi dari pandangan dan tanggapan masyarakat terhadap tingkah laku sosial masyarakat.
Sehingga bisa saja etika di setiap wilayah di dunia ini dapat berbeda-beda, karena adat di
setiap wilayah berbeda.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kelompok kami merumuskan makalah dalam bentuk pertanyaan “
bagaimana Etika Pengembangan dan Penerapan Ipteks Dalam Pandangan Islam”

C. Ruang lingkup makalah


Dalam makalah ini kelompok kami membatasi masalah penulisan dengan pengertian
yang berkaitan dengan etik keperawatan, pengertian etika perawat islami, etika
perempuan di ruang public perspektif al-qur’an dan hadist, (institusi) islam dan
spiritualitas serta perannya dalam konseling dan keperawatan, serta pengaruh iptek
dalam perspektif perkembangan kesehatan.

D. Tujuan dan Manfaat Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian etik perawat!
2. Untuk mengetahui etika perawat islami!
3. Untuk mengetahui etika perempuan di ruang public perpektif Al-Qur’an dan hadits!
4. Untuk mengetahui (institusi) islami dan spiritualitas serta perannya dalam konseling
dan keperawatan!
5. Untuk mengetahui pengaruh IPTEK dalam perspektif perkembangan kesehatan!
BAB II

PEMBAHASAN
A. Etik perawat
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan etik keperawatan:

1.Etik
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia,
baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya
( Pasturscalia,1971).
2.EtikKeperawatan
Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam
bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu
pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Prilaku etik akan dibentuk oleh nilai-
nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan sekitar yang dapat
dibentuk.
3.KodeEtikKeperawatan
Kode etik adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip imum yang telah diterima
oleh suatu profesi. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif
dari profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek
keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman
sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain, yang berfungsi untuk Memberikan dasar
dalam mengatur hubungan antara perawat, pasien, tenaga kesehatan lain, masyarakat
dan profesi keperawatan, Memberikan dasar dalam menilai tindakan
keperawatan,Membantu masyarakat untuk mengetahui pedoman dalam melaksanakan
praktek keperawatan,Menjadi dasar dalam membuat kurikulum pendidikan keperawatan
( Kozier &Erb,1989).
4.DilemaEtik
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu
kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik
ini sukar untuk menentukan yang benara atau salah dan dapat menimbulkan stress pada
perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk
melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau
lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil
keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu
masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana
alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak
ada yang benar atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat
tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
B. Etika Perawat Islami
Etika perawat yang Islami adalah karakter atau sifat perawat terhadap orang lain
termasuk klien/pasien di rumah sakit, dimana seseorang perawat bertindak seperti halnya
perawat yang professional dengan berlandaskan sifat/sikap yang Islami.
Perawatan dapat dideskripsikan sebagai suatu tindakan, kebajikan pengaruh, suatu
prinsip etis atau suatu cara hidup di dunia. Perawatan sebagai etik tidak hanya dipandang
sebagai suatu revolusi dilemma etik, tetapi juga sebagai cara bagaimana seseorang saling
bertingkah laku. Etik perawat dihubungkan dengan hubungan antar masyarakat dan
dengan karakter serta sikap perawat terhadap orang lain, dan tidak kalah pentingnya
adalah perlakuan perawat yang harus bisa berlandaskan dengan ajaran dan syariat islam.
Seorang perawat professional akan memiliki perasaan empati pada orang lain.
Perawat harus bias memahami situasi yang dialami orang lain dan mencoba sebanyak
mungkin memahami kehidupan dan pengalaman orang lain. Pemberi perawatan
professional akan mampu melakukan perubahan pada diri sendiri dan terutama pada
orang lain apalagi bila semua tindakan perawatan berlandaskan pada kode etik dan ajaran
islam.
Masalah yang timbul dalam dunia kesehatan terutama pada perawat yang
melakukan tindakan medis dalam merawat orang lain adalah karena tidak memiliki
landasan akhlak yang diajarkan. Sehingga menimbulkan kesalan besar pada persepsi
mayarakat tentangnya. Tanpa kode etik dan dasar moral, perawatan dapat dengan mudah
terkikis di lingkungan yang menekankan penyembuhan tehnis dan tidak melihat
seseorang dalam konteks nilai dan kehidupan tertentu.
Terdapat beberapa kode untuk perawat professional yang semuanya merefleksikan
autonomi (penentuan nasib diri oleh klien), kemurahan hati dengan bertindak baik,
nonmaleficiency (penghindaran dari bahaya), keadilan dimaksudkan dengan
memperlakukan semua secara adil, serta prinsip sekunder dari kejujuran dengan berbicara
sejujurnya berdasarkan kebenaran yang ada, dan kesetiaan memegang janji dan tidak
menyebarluaskan kerahasiaan klien sebagai penghormatan pada klien. Semua ini pun
berkaitan erat dengan ajaran islam yang selalu memerintahkan setiap manusia untuk
hidup saling menghargai dan menolong dengan yang lainnya dalam keadaan
membutuhkan pertolongan. “ tolong – menolonglah kamu dalam kebajikan, janganlah
kamu tolong menolongdalamkejahatan”
Dan ayat yang menyebutkan: “Barang siapa menyelamatkan satu nyawa, maka seolah-
olah ia telah menyelamatkan umat manusia seluruhnya “ QS Al-Maidah,5:32 ,
Sistem pelayanan kesehatan yang Islami dapat tercipta bila faktor-faktor dibawah ini
mendukung:
1. Petugas kesehatan: (baik dokter, perawat, paramedic, petugas-petugas maupun bagian
administrasi)
a. berakhlak dan berprilaku islami
b. ramah ( senyum sebagian dari iman)
c. memiliki sifat yang memenuhi 4 konsep akhlak dalam islam : yaitu farirnest (adil),
accountabilitas/amanah (bertanggung jawab), transparency ( jujur), concistent
(istiqamah)}
d. dapat menahan hawa nafsunya
e. menolong berdasarkan atas habluminannas dan habluminnAllah.
f. Sebisa mungkin/ diusahakan agar dokter atau perawat memeriksa dan merawat
pasien yang sudah baligh sesama jenis ( laki-laki dengan laki-laki, perempuan
dengan perempuan, kecuali anak-anak yang belum mengerti)
2. Berdasarkan yang tertera dalam Al-Quran Surat An-nur ayat 30:
Ayat 30: “katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman”hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adlah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.””
Ayat ke 31:“Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘ hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan
perhiasannya, kecuali yang biasa tampak darinya. Dan hendaklah mereka meutupkan kain
kudung ke dadanya, dan janganlah menampakan perhiasannya, kecuali kepada suami
mereka, atau putra2 mereka, atau putra2 suami mereka, atau sudara laki2 mereka, atau
putra2 saudara laki2 mereka, atau putra2 saudara perempuan mereka, atau wanita2 islam,
atau budak2 yang mereka miliki, atau pelayan2 laki2 yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak2 yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah
mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orant yang beriman supaya kamu
beruntung.”

C. Etika Perempuan di Ruang Publik Perspektif Al-Quran dan Hadist


Pada dasarnya keberadaan perempuan di ruang publik terutama di Rumah Sakit
merupakan suatu hal yang dibolehkan dalam Islam. Namun demikian, bukan berarti
melupakan batasan-batasan syariat yang berlaku dalam pertemuan antara laki-laki dan
perempuan, apalagi untuk profesi petugas kesehatan terutama perawat yang lebih banyak
berkomunikasi dengan berbagai pasien wanita maupun pria. Untuk itu, perlu dicermati
hal-hal apa saja yang mesti dilakukan perempuan ketika berada di ruang publik yang
sesuai dengan nash al-Quran dan Hadis. Berikut ini penulis uraikan etika perempuan yang
beraktivitas di ruang publik. Di antaranya:

a. Menjaga pandangan Mata

b. Tuntunan agar perempuan menjaga pandangan matanya, terdapat di dalam surat


an-

Nur ayat : 31 yang artinya :

c. "Katakanlah kepada wanita yang beriman hendaklah mereka menahan


pandangannya dan menjaga kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya kecuali yang biasa tampak. Hebdaklah mereka menutupkan kain
kerudung kedadanya"

Pada ayat di atas terdapat tuntunan agar perempuan menahan pandangannya dari
hal-hal yang haram dilihat. Maksud dari menjaga pandangan adalah mengalihkan arah
pandang dan tidak memantapkan pandangan dalam waktu yang lama kepada hal yang
terlarang atau kurang baik. Dalam pernyataan Abu al-A’la al-Maududi maksud dari
menjaga pandangan adalah tidak memandang dengan leluasa kepada sesuatu yang tidak
halal dan menundukkan pandangan ke bawah atau memalingkannya kearah lain. Al-
Qardhawi mengatakan menahan pandangan maksudnya adalah tidak memandang sesuatu
yang diikuti dengan syahwat, tidak memandang aurat lawan jenis, dan tidak berlama-
lama memandang tanpa adanya keperluan. Di sebuah riwayat diceritakan bahwa
Rasulullah Saw dan Aisyah Ummu al-Mukminin menyaksikan orang-orang Habsyah
sedang memainkan atraksi dengan tombak mereka pada hari raya di dalam masjid.
Sedangkan Aisyah Ummu al-Mukminin menyaksikan pertunjukan mereka tersebut dari
balik tubuh Rasulullah Saw, kemudian Rasulullah Saw menutupinya dari pandangan
mereka hingga Aisyah bosan, lalu pulang. Abdul Aziz al-Ghazuli, dalam bukunya Ghadd
al-Bashar mengatakan bahwa ada tiga jenis pandangan. pertama, pandangan yang
diharamkan, kedua, pandangan yang disunnahkan, ketiga, pandangan yang dibolehkan.
Bagi perempuan yang melakukan aktivitas publik tentu berinteraksi dengan banyak
orang, untuk itu harus menjaga pandangannya.

d. Menjaga sikap dalam hal berbicara, berjalan, dan gerak-geriknya

Perempuan hendaknya tidak berbicara dengan gaya yang diperkirakan menarik


hati laki-laki dengan pembicaraannya itu. Allah Subhanallahu wa ta'ala berfirman, “Hai
isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti perempuan yang lain, jika kamu
bertakwa janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang
ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik. ( al-Ahzab ayat 32)

Suara yang dilarang pada ayat di atas adalah suara manja yang membangkitkan
hasrat laki-laki. Ayat ini tidak menunjukkan larangan berbicara kepada laki-laki, sesuai
dengan firmannya “dan ucapkanlah perkataan yang baik” Hal ini menunjukkan bahwa
Islam sangat menjaga perempuan, larangan untuk berbicara dengan cara al-khudu’ yaitu
nada bicara yang dapat menimbulkan hasrat bagi laki-laki yang mendengarnya,
merupakan tindakan yang mencegah agar tidak terjadi hal –hal buruk menimpa
perempuan. Untuk itu, perempuan harus berbicara dengan cara yang sopan tanpa harus
khudu’ merendahkan suara kepada laki-laki lain. Etika yang mesti diperhatikan
perempuan ketika berjalan adalah hendaknya perempuan menunjukkan sikap tawadhu,
tidak berlenggak-lenggok yang berlebihan sebagaimana yang disifatkan Rasulullah dalam
hadisnya, perempuan-perempuan yang berjalan berlanggak-lenggok, mengutamakan
kesopanan dan tidak berjalan dengan gaya yang bisa mendorong pria untuk
menggodanya. Selain itu, perempuan hendaknya menghindari memakai sesuatu yang
menimbulkan suara ketika berjalan yang dapat menarik perhatian orang yang
mendengarnya, seperti memakai gelang kaki atau sepatu yang bisa menimbulkan suara
dan sebagainya. Sebagaimana yang dikatakan di dalam Al-Qur’an Surat an-Nur ayat 31
yang artinya :

Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan, dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung (an-Nur 31)

e. Menghindari Bersentuhan dengan Laki-Lakiyang Bukan muhrim

Tetapi untuk kita tenaga kesehatan apalagi perawat kita tidak bisa memilih atau
menseleksi siapa yang akan menjadi pasie kita. Untuk menghindari ini kita usahakan
selalu meminimalisir kejadian atau keadaan yang mengharuskan kita bersentuhan.

Sebagaimana riwayat dari Ma’qil bin Yasar; Rasulullah sallallahu‘alaihi wasallam


bersabda yang artinya : “Sekiranya ditusukkan kepala salah seorang dari kalian dengan
jarum besi, maka itu lebih baik baginya daripada menyentuh perempuan yang tidak halal
baginya”. Hadis di atas menjelaskan agar sedapat mungkin, menghindari persentuan
antara laki- laki dan perempuan yang bukan muhrim. Namun yang menjadi persoalan saat
ini bagaimana dengan persoalan berjabat tangan? Sebagaimana dalam pergaulan sehari-
hari di ruang publik, berjabat tangan merupakan salah satu bentuk sapaan yang lazim dan
juga bentuk penghormatan kepada seseorang.

f. Menghindari Duduk Berduaan dengan Laki-Laki yang Bukan Muhrim.

Hal ini dimaksudkan agar mencegah hal- hal yang buruk dan menghindari
terjadinya fitnah, serta menjaga martabat dan harga diri perempuan tersebut.

D. (Institusi) Islam dan Spiritualitas serta Perannya dalam Konseling dan


Keperawatan
Institusi Islam bertanggung jawab atas keperawatan dan pembinaan berbasis spiritual
Islam yang efektif. Di masa lalu, institusi Islam merupakan bagian integral dari sistem
perawatan kesehatan. Komunitas Muslim memiliki beberapa organisasi besar, termasuk
Kongres Islam Kanada, Masyarakat Islam Amerika Utara, Asosiasi Muslim Kanada,
Dewan Wanita Muslim Kanada, Dewan Kanada tentang Hubungan Amerika-Islam
(CAIR-CAN), North American Muslim Foundation (NAMF), Kongres Muslim Kanada,
Persatuan Muslim Kanada, Lingkar Islam Amerika Utara, dan seterusnya, yang kini
menjadi organisasi advokasi dan kebebasan sipil terkemuka. Namun, banyak organisasi
etno-budaya juga berfungsi sebagai lembaga spiritual dan agama bagi umat Islam di
Kanada. Organisasi-organisasi ini bervariasi terlihat dari apa mereka tawarkan dalam hal
pembinaan spiritual dan religius, tidak seperti layanan yang ditemukan di masjid, yang
didalamnya terdapat komponen kepemimpinan, keanggotaan, elemen etnis, kehadiran di
sholat Jum 'ah (ibadah ibadah mingguan utama); sekolah-masjid (ngaji) (kehadiran
mingguan, semua usia); gaji (termasuk tunjangan); dan zakat (Nazila, 2011)
Etika pengasuhan spiritual Islam adalah sama dengan prinsip-prinsip hak asasi
manusia - kasih sayang, keadilan sosial, kesetaraan dan perlakuan yang setara – dalam hal
ini mereka membimbing interaksi antara perawat dengan pasien (Nazila, 2011).
Aspek iman ini menjadi kunci dalam hubungannya antara manusia dengan Tuhan,
ataupun dengan sesama manusia. Hubungan sesama manusia ini tak jauh dari berbagai
permasalahan, sehingga perlu adanya konseling atau keperawatan. Konteks keperawatan
disini adalah bisa menjadi sikap serta etika dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Sehingga dengan motivasi spiritual, diharapkan para pasien konseling ataupun
keperawatan dapat optimis dalam proses peyembuhannya serta bersamaan meningkatnya
tingkat spiritualitas. Selain itu pendekatan berbasis multi-kulturah menjadi solusi
bagaimana memecahkan permasalahan tanpa membedakan strata sosial, ras, agama, dan
lain-lain. Akibat dari perilaku rasial adalah kecenderungan inferioritas bagi liyan dan
merasa superior bagi subjek. Maka ajaran Islam tentang kesetaraan dan cinta kasih dapat
menjadi solusi bagi para konselor atau perawat dalam pekerjaan mereka sehari-hari.
(Zakiyah Isnawati,2018)

E. Pengaruh IPTEK dalam perspektif perkembangan kesehatan


a) Pengaruh positif

1. Ditemukannya mikroskop, sinar X, antibiotik, obat-obat bius,transplantasi vaksinasi


bidang kedokteran dan pengobatan dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat telah maju
dengan pesat. Penemuan dalam bidang-bidang tersebut telah membebaskan manusia dari bahaya
maut akibat penyebaran wabah penyakit yang mengerikan seperti malaria,TBC,tumor,kanker dan
lain-lain.

2. Ditemukannya alat-alat pengganti organ tubuh manusia yang telah rusak. Misalnya mata
(baik mata buatan maupun donor mata, ginjal dan jantung.

3. Ditemukannya keahlian dalam bidang operasi plastik

b) Pengaruh negatif

1. Efek radiasi yang berpotensi menghasilkan penyakit baru

2. Kerahasian seseorang tidak terjamin

3. Terganggunya syaraf dan organ vital pada manusia.


BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Etika berarti moral sedangkan etiket berrati sopan santun. Dalam Bahasa Inggris
dikenal sebagai ethics dan etiquate. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang
filsafat yang berbicara tentag praxis (tindakan) manusia.
Perkembangan secara ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung sangat cepat.
Dengan perkembangan tersebut diharapkan akan dapat mempertahankan dan
meningkatkan taraf hidup manusia, untuk menjadi manusia secara utuh, maka tidak
cukup dengan mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia juga harus
menghayati secara mendalam kode etik ilmu, teknologi dan kehidupan.
IPTEK, etika dan islam menjadi ketiga hal yang dipandang perlu untuk
disinergikan. Melihat ketiga hal ini belum sinergi dan terintegrasi hingga sekarang.
Sebenarnya jika kita bisa mengambil pelajaran pada zaman kejayaan islam, dimana
IPTEK merupakan bidang yang dikuasi oleh umat islam, ketiga hal tersebut tersinergikan
dengan baik.
Dari sudut pandang agama, Islam tidak pernah namanya melarang untuk
mengembangkan IPTEK. Jika kita melihat surat yang pertama diturunkan Al-Qur’an,
yaitu surat Al-alaq, ayat pertama menyuruh kita untuk membaca.
DAFTAR PUSTAKA

Farnsworth, Jacob K., Kristi A. Mannon, Kenneth W. Sewell, Melissa L. Connally and Amy R.
Murrell, (2016), Exploration of Caregiver Behavior on Fear of Emotion, Spirituality, and Self
Compassion, Journal of Contextual Behavioral Science,
http://dx.doi.org/10.1016/j.jcbs.2016.07.004

Isgandarova, Nazila, (2011), "Effective Islamic Spiritual Care: Foundations and Practices of
Imams and Other Muslim Spiritual Caregivers" , Teses and Dissertations (Comprehensive),
1117.htp://scholars.wlu.ca/etd/1117

Anda mungkin juga menyukai