Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENANGANAN MASALAH ETIKA MELALUI MAJELIS ETIKA


BIDAN (MPEB DAN MPA)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Hukum Kesehatan

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

Anita Sari
Intan Yuniarti Buadiarto
Lida Lidyawat
Nadia Ilfa Yuniar
Nunik Sulastri
Putri Rindang PS
Rini Rosmayanti
Rinilda Angriani Putri
Sri Yuniarti
Suraya Fina Arifin
Tumiar Sitanggang
Widya Nurazizah

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK BHAKTI ASIH
PURWAKARTA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena dengan rahmat, hidayah dan

inayah-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu

sebagai salah satu tugas Etika dan Hukum Kesehatan. Makalah ini yang

berjudul “Penanganan Masalah Etika Melalui Majelis Etika Bidan (MPEB

dan MPA)”.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari sempurna,

mengingat keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan waktu yang kami

miliki. Untuk itu segala pendapat, kritik dan saran yang bersifat konstruktif

diharapkan dapat membantu sempurnanya makalah ini. Semoga apa yang

tersirat ini dapat menjadi manfaat bagi pembaca dalam menambah ilmu

pengetahuannya serta mendapat keridhoan Allah SWT.

Bogor, 24 November 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1

1.3 Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3

2.1 Peran dan Fungsi...................................................................................3

2.2 Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Kode Etik.............................5

2.3 Tugas dan Wewenang MP2EPM Wilayah Pusat.................................9

2.4 Tugas dan Kewenangan MP2EPM Wilayah Provinsi........................10

2.5 Majelis Etika Profesi Bidan................................................................11

BAB III PENUTUP....................................................................................16

3.1 Kesimpulan.........................................................................................16

3.2 Saran...................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

2. Isu adalah masalah


pokok yang
berkembang di
masyarakat atau suatu
lingkungan
3. yang belum tentu
benar, serta
membutuhkan
pembuktian. Issue etik
dalam pelayanan
4. kebidanan
merupakan topik yang
penting yang

1
berkembang di
masyarakat tentang
nilai
5. manusia dalam
menghargai suatu
tindakan yang
berhubungan dengan
segala aspek
6. kebidanan yang
menyangkut baik dan
buruknya. Isu moral
adalah topik yang
penting
7. berhubungan
dengan benar dan
salah dalam kehidupan
2
sehari-hari. Dilema
yaitu suatu
8. yang dihadapkan
kepada beberapa
pilihan sehingga
membuat orang tidak
tahu harus
9. menentukan yang
bagaimana. Issue etik
dalam pelayanan
kebidanan penting
dibicarakan
10. untuk menghindari
kesalah pahaman
antara bidan dengan

3
teman sejawat, bidan
dengan
11. tim kesehatan
lainnya, dan bidan
dengan organisasi
profesinya. Konflik
moral, dilemma
12. moral juga kerap
terjadi di dunia
kebidanan maka dari
itu isu etik kebidanan
harus
13. dibicarakan dengan
secara terbuka dan
jelas. Isu isu tersebut

4
muncul karena
perbedaan
14. nilai sudut pandang
yang berbeda.
15. Isu adalah masalah
pokok yang
berkembang di
masyarakat atau suatu
lingkungan
16. yang belum tentu
benar, serta
membutuhkan
pembuktian. Issue etik
dalam pelayanan
17. kebidanan
merupakan topik yang
5
penting yang
berkembang di
masyarakat tentang
nilai
18. manusia dalam
menghargai suatu
tindakan yang
berhubungan dengan
segala aspek
19. kebidanan yang
menyangkut baik dan
buruknya. Isu moral
adalah topik yang
penting
20. berhubungan
dengan benar dan
6
salah dalam kehidupan
sehari-hari. Dilema
yaitu suatu
21. yang dihadapkan
kepada beberapa
pilihan sehingga
membuat orang tidak
tahu harus
22. menentukan yang
bagaimana. Issue etik
dalam pelayanan
kebidanan penting
dibicarakan
23. untuk menghindari
kesalah pahaman
antara bidan dengan
7
teman sejawat, bidan
dengan
24. tim kesehatan
lainnya, dan bidan
dengan organisasi
profesinya. Konflik
moral, dilemma
25. moral juga kerap
terjadi di dunia
kebidanan maka dari
itu isu etik kebidanan
harus
26. dibicarakan dengan
secara terbuka dan
jelas. Isu isu tersebut

8
muncul karena
perbedaan
27. nilai sudut pandang
yang berbeda.
Setiap profesi memiliki kode etik. Namun, kode etik saja tidak

cukup untuk menuaungi sebuah profesi. Maka munculah Majelis

Pertimbangan Etik Profesi yangmerupakan badan perlindungan hukum

terhadap suatu profesi.Begitu pun dengan profesi bidan yang memiliki

Majelis Etika Profesi dalam bentuk Majelis Pertimbangan Etika Bidan

(MPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA).Untuk pembahasan

selanjutnya akan dibahas peran dan fungsi dari MajelisPertimbangan

Etik Profesi dalam menangani permasalahan kode etik bidan juga

akandibahas mengenai Majelis Pertimbangan dan Pengawasan Etika

Pelayanan Medis yangmengawasi dan membina pelaksana seluruh kode

etik profesi kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian peran dan fungsi ?

2. Apa saja peran dan fungsi majelis pertimbangan kode etik ?

3. Apa saja tugas dan wewenang MP2EPM wilayah pusat ?

4. Apa saja tugas dan kewenangan MP2EPM wilayah provinsi ?

5. Apa itu majelis etika Profesi Bidan ?

9
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui peran dan fungsi

2. Untuk mengetahui peran dan fungsi majelis pertimbangan kode etik

3. Untuk mengetahui tugas dan wewenang MP2EPM wilayah pusat

4. Untuk mengetahui tugas dan kewenangan MP2EPM wilayah

provinsi

5. Untuk mengetahui majelis etika Profesi Bidan

10
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran dan Fungsi

Setiap profesi yang dijalankan pasti memiliki peran dan

fungsi sebagai bentuk tindakan nyata dalam melaksanakan profesi

tersebut. Berdasarkan pemaparan yang diberikan oleh Tajmiati dkk.

(2016), bidan memiliki berbagai peranan dan fungsi penting dalam

menjaga kesehatan masyarakat, terutama ibu dan anak. Peran dan

fungsi tersebut dibagi ke dalam empat bentuk, yaitu pelaksana,

pengelola, pendidik, dan peneliti.

Bidan sebagai pelaksana dibagi ke dalam tiga kategori tugas,

yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan

(merujuk).

1. Tugas Mandiri

Seorang bidan ditugaskan untuk memberikan pelayanan

kepada kepada pasien, terutama kepada pasangan baru yang akan

merencanakan kehamilan, ibu hamil, ibu yang sedang melahirkan,

ibu yang sudah melahirkan. Dalam tugas ini, seorang bidan juga

ditugaskan untuk memberikan pemahaman dasar pranikah kepada

anak remaja. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah kekerasan

yang mungkin dapat terjadi dalam membangun rumah tangga.

11
2. Tugas Kolaborasi

Pada tugas kolaborasi, pada dasarnya hampir sama dengan

tugas mandiri, namun memungkinkan terjadinya risiko yang

tinggi dalam menangani pasien tersebut sehingga dibutuhkan

tenaga kerja lebih untuk memberikan asuhan kebidanan yang

sesuai.

3. Tugas Ketergantungan

Pada tugas ketergantungan, risiko yang dapat muncul sangat

tinggi sehingga dapat menimbulkan kegawatdaruratan. Dalam hal

ini, bidan harus melakukan konsultasi dan rujukan ke rumah sakit

dengan melibatkan keluarga. Berikutnya adalah profesi bidan

sebagai pengelola yang dibagi menjadi dua kategori tugas, yaitu

tugas pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas

partisipasi dalam tim. Pada tugas pengembangan pelayanan dasar,

bidan ditugaskan untuk mengembangkan pelayanan dasar

kesehatan pada wilayah kerjanya, sedangkan pada tugas

partisipasi dalam tim, bidan ditugaskan untuk melaksanakan

program kesehatan dengan sektor lain, seperti dukun bayi, kader

kesehatan, serta tenaga kesehatan yang lain pada wilayah

kerjanya. Seorang bidan juga berkesempatan untuk menjalankan

tugasnya sebagai seorang pendidik kesehatan. Pada peran ini,

seorang bidan ditugaskan untuk memberikan pendidikan serta

penyuluhan kesehatan pada klien dan melatih serta membimbing

12
para kader agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Terakhir, profesi bidan dapat bertugas sebagai peneliti atau

investigator. Dalam hal ini, seorang bidan ditugaskan untuk

melakukan penelitian serta investigasi terkait dengan pelayanan

kesehatan yang diberikan kepada masyarakat sehingga dari hasil

investigasi tersebut dapat dilakukan evaluasi untuk meningkatkan

serta mengembangkan program kerja dan mutu pelayanan

kesehatan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, bidan mempunyai haknya untuk mendapatkan

pendapatan dan penghasilan sebagai bentuk penghargaan atas

bentuk usaha yang telah dilakukan oleh seorang bidan.

Pendapatan tersebut juga bermanfaat untuk menyediakan berbagai

persediaan yang dibutuhkan dalam menjalankan tugasnya sebagai

pelayan kesehatan masyarakat dan dapat meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.

2.2 Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Kode Etik

1. Majelis Pertimbangan Etika Profesi

A. Majelis Pertimbangan dan Pengawasan Etika Pelayanan Medis

Dalam buku Heny Puji Wahyuningsih dituliskan :

Majelis Pertimbangan Etika Profesi di Indonesia adalah

Majelis Pembinaan dan Pengawasan Etik Pelayanan Medis

sesuai :

a) Kepmenkes RI No. 554/Menkes/Per/XII/1982, tentang

memberikan pertimbangan, pembinaan dan melaksanakan

13
pengawasan terhadap semua profesi tenaga kesehatan dan

sarana pelayanan medis.

b) Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1988 Bab V Pasal 11,

tentang pembinaan dan pengawasan terhadap dokter, dokter

gigi dan tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya

dilakukan oleh Menteri Kesehatan atau pejabat yang

ditunjuk.

c) Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.

640/Menkes/Per/X/1991, tentang Pembentukan MP2EPM

(Majelis Pertimbangan dan Pengawasan Etika Pelayanan

Medis).

2. Pelaksanaan Majelis Pertimbangan Etika bidan

Dalam pelaksanaannya di lapangan sekarang ini bahwa

organisasi profesi bidan IBI, telah melantik Majelis Pertimbangan

Etika Bidan dan Majelis Pembelaan Anggota ( Heny Puji

Wahyuningsih). Menurut peraturan menteri kesehatan RI No.

640/Menkes/Per/X/1991 tentang majelis Pembinaan dan

Pengawasan Etika Pelayanan Medis dalam buku Sholeh Soeaidy,

S.H, dicantumkan.

A. Pasal 20

MP2EPM Propinsi dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia

Wilayah, Persatuan Dokter Gigi Indonesia Wilayah, Persatuan

Perawat nasional Indonesia Wilayah, Ikatan Bidan Indonesia

14
Wilayah, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia Wilayah,

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia Wilayah, dan

Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia Wilayah beserta

cabang-cabangnya.

B. Pasal 21

Biaya MP2EPM Propinsi dibebankan kepada anggaran

belanja Departemen Kesehatan c.q kantor Wilayah Departemen

Kesehatan Propinsi.

C. Pasal 22

1) MP2EPM Propinsi, berdasarkan hasil pemeriksaan,

mengusulkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen

Kesehatan Propinsi untuk mengambil tindakan yang

diperlukan terhadap tenaga kesehatan yang bersangkutan.

2) Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi dapat

mengambil tindakan berupa peringatan atau tindakan

administrative terhadap tenaga kesehatan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Keputusan kepala Kantor Wilayah yang dimaksud dalam ayat

2 (dua) disampaikan kepada tenaga kesehatan yang

bersangkutan dengan tembusan kepada Menteri Kesehatan,

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, MP2EPM Pusat dan

MP2EPM Propinsi.

4) Dalam hal tenaga kesehatan yang melakukan pelanggaran

berstatu pegawai negeri sipil yang diperbantukan kepada

15
daerah dan kepada yang bersangkutan akan diambil tindakan

administrative, maka sebelumnya perlu dikonsultasikan denga

Gubernur/kepala daerah Tingkat I.

D. Pasal 23

1) Apabila tenaga kesehatan bersangkutan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 22 berkeberatan terhadap keputusan bersalah yang

dinyatakan oleh pihak yang berwenang maka yang

bersangkutan dpat mengajukan banding dalam waktu 20 (dua

puluh) hari ke MP2EPM Pusat.

2) Pernyataan banding dalam ayat (1) disampaikan ke MP2EPM

Pusat melalui MP2EPM Propinsi.

3) MP2EPM Propinsi meneruskan banding tersebut dalam ayat

(2) dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung

sejak tanggal diterimanya banding.

4) Apabila tenaga kesehatan dalam waktu 20 (dua puluh) hari

tidak mengajukan banding, maka tenaga kesehatan yang

bersangkutan dianggap telah menerima keputusan yang

dimaksud dalam pasal 22.

5) Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi belum

diperkenankan menjalankan keputusan yang dimaksu dalam

pasal 22 apabila yang bersangkutan mengajukan banding.

16
E. Pasal 24

1) MP2EPM Pusat setelah menerima berkas banding segera

memeriksa dan mengambil keputusan banding.

2) MP2EPM Pusat menyampaikan keputusannya kepada Menteri

untuk mengambil tindakan yang diperlukan terhadap tenaga

kesehatan yang bersangkutan.

3) Keputusan Menteri baik berupa peringatan atau tindakan

administrative disampaikan kepada yang bersangkutan dengan

tembusan kepada instansi yang bersangkutan dan Perhimpunan

profesi tenaga kesehatan yang terkait.

2.3 Tugas dan Wewenang MP2EPM Wilayah Pusat

1. Memberi pertimbangan tentang etik dan standar profesi tenaga

kesehatan kepada Menteri.

2. Membina, mengembangkan dan mengawasi secara aktif pelaksanaan

Kode Etik Kedokteran Indonesia, Kode Etik Kedokteran Gigi

Indonesia, Kode Etik Perawat Indonesia, Kode Etik Bidan Indonesia,

Kode Etik sarjana Farmasi Indonesia dan Kode Etik Rumah Sakit

Indonesia.

3. Memberi pertimbangan dan usul kepada pejabat yang berwenang di

bidang kesehatan dan hukm yang menyangkut kesehatan dan

kedokteran.

4. Menyelesaikan persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh

MP2EPM Propinsi.

17
5. Menerima rujukan dalam menangani permasalahan pelanggaran etik

profesi tenaga kesehatan.

6. Mengadakan konsultasi dengan instansi penegak hokum dan instansi

lain yang berkaitan.

2.4 Tugas dan Kewenangan MP2EPM Wilayah Provinsi

Tugas dan wewenang MP2EPM wilayah Provinsi menurut

Peraturan Menkes RI No. 640/Menkes/Per/X/1991 dalam buku

Sholeh Soeaidy, S.H yang berjudul Himpunan Peraturan Kesehatan.

a) Menerima dan memberi pertimbangan tentang persoalan

dalam bidang etik profesi tenaga kesehatan di wilayahnya

kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan

Provinsi.

b) Mengawasi pelaksanaan Kode etik profesi tenaga kesehatan

dalam wilayahnya.

c) Mengadakan konsultasi dengan instansi penegak hokum dan

instansi lain yang berkaitan pada tingkat provinsi.

d) Memberi nasehat kepada para anggota profesi tenaga

kesehatan

e) Membina, mengembangkan dan mengawasi secara aktif

Kode Etik profesi tenaga kesehatan dalam wilayahnya

bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia, Persatuan

Dokter Gigi Indonesia, Persatuan Perawat nasional Indonesia,

Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia,

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia.

18
f) Memberi pertimbangan dan saran kepada pejabat yang

berwenang di bidang kesehatan dalam wilayah provinsi.

g) MP2EPM Provinsi atas nama Kepala Kantor Wilayah

Departemen Kesehtan Provinsi berwenang memanggil

mereka yang bersangkutan dalam suatu persoalan etik profesi

tenaga kesehatan untu diminta keterangannya dengan

pemberitahuan pada Kepala Kantor Wilayah Departemen

Kesehatan Propinsi dan kepala Dinas Kesehatan Propinsi.

2.5 Majelis Etika Profesi Bidan

A. Pengertian

Majelis Etika Profesi merupakan badan perlindungan hokum

terhadap para bidab sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien

akibat pelayanan yang diberikan dan tidak melakukan indikasi

pemyimpangan hokum. Realisasi majelis etika profesi bidab adalah

dalam bentuk MPEB (Majelis Pertimbangan Etika Bidan) dan MPA

(Majelis Pembelaan Anggota).

Dalam buku Heny puji Wahyuningih dituliskan:

Merupakan badan perlindungan hukum terhadap para bidan

sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan

yang diberikan dan tidak melakukan indikasi penyimpangan hokum.

Majelis Etika Profesi Bidan, Salah satu keputusan Kongres Nasional

IBI ke XII di Propinsi Bali tanggal 24 September 1998 adalah

19
kesepakatan agar dalam lingkungan kepengurusan organisasi IBI

perlu dibentuk :

1. Majelis Peradilan profesi ( MPA)

2. Majelis petimbangan Etika Bidan (MPEB).

Tugas Majelis Etika Kebidanan adalah meneliti dan menentukan

ada dan tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan

standar profesi yang dilakukan oleh bidan.

Hal yang menyangkut tugas Majelis Etika Kebidanan, yaitu :

a) Penilaian didasarkan atas permintaan pejabat, pasien, dan

keluarga yang dirugikan oleh pelayanan kebidanan.

b) Permohonan secara tertulis dan disertai data-data.

c) Keputusan tingkat propinsi bersifat final dan bias konsul ke

Majelis Etika kebidanan pada tingkat pusat.

d) Sidang Majelis Etika kebidanan paling lambat tujuh hari,

setelah diterima pengaduan. Pelaksanaan siding menghadirkan

dan minta keterangan dari bidan dan saksi-saksi.

e) Keputusan paling lambat 60 hari dan kemudian disampaikan

secara tertulis kepada pejabat yang berwenang.

f) Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan pusat IBI atau

pimpinan daerah IBI di tingkat propinsi.

20
B. Tujuan

Tujuan dibentiknya Majelis Etika Bidan adalah untuk

memberikan perlindungan yang seimbang dan objektif kepada bidan

dan penerima pelayanan. Dengan kata lain, untuk memberikan

keadilan pada bidan bila terjadi kesalahpahaman dengan pasien atas

pelayanan yang tidak memuaskan yang bisa menimbulkan tuntutan

dari pihak pasien. Dengan catatan, bidan sudah melakukan tugasnya

sesuai dengan standar kompetensi bidan dan sesuai dengan standar

praktek bidan.

C. Lingkup Majelis Etika Kebidanan Meliputi :

1. Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan sesuai standart

profesi pelayanan bidan (kepmenkes

No.900/Menkes/SK/VII/Tahun 2002

2. Melakukan supervise lapangan, termasuk tentang teknis dan

pelaksanaan praktik, termasuk penyimpangan yang terjadi.

Apakah pelaksanaan praktik bidan sesuai denagan Standart

Praktik Bidan, Standart Profesi dan Standart Pelayanan

Kebidanan, juga batas-batas kewenangan bidan.

3. Membuat pertimbangan bila terjadi kasus-kasus dalam praktik

kebidanan.

4. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang um kesehatan,

khususnya yang berkaitan atau melandasi praktik biadan.

21
D. Tugas Majelis Etik Kebidanan adalah sebagai berikut :

1. Meneliti dan menentukan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian

dalam menerapkan standart profesi yang dilakukan oleh bidan.

2. Penilaian didasarkan atas prmintaan pejabat, pasien, dan keluarga

yang dirugikan oleh pelayanan kebidanan.

3. Permohonan secara tertulis dan disertai data-data

4. Keputusan tingakt propinsi bersifat final dan bias konsul ke

majelis etik kebidanan pada tingkat pusat.

5. Siding majelis etik kebidanan paling lambat tujuh hari, stelah

diterima pengaduan. Pelaksanaan siding menghadirkan dan

meminta keterangan dari bidan dan saksi-saksi

6. Keputusan paling lambat 60 hari,dan kemudian disampaikan

secara tertulis kepada pejabat yang berwewenang

7. Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan pusat IBI atau

pimpinan daerah IBI ditingkat profensi

8. Dalam pelaksanaanya dilapangan sekarangan ini bahwa

organisasi profesi bidan IBI,telah melantik MPEB (Pertimbangan

Etika Bidan) dan MPA (Majelis Pembelaan Anggota),namun

dalam pelaksanaanya belum terealisasi dengan baik.

E. Peran

Majelis Pertimbangan Etika Bidan ( MPEB ) dan Majelis

Pembelaan anggota ( MPA ) secara internal berperan memberikan

saran, pendapat dan buah pikiran tentang masalah pelik yang sedang

22
dihadapi khususnya yang menyangkut pelaksanaan kode etik bidan

dan pembelaan anggota.

F. Keanggotaan

Keanggotaan MPEB dan MPA terdiri dari :

1. Ketua

2. Sekretaris

3. Bendahara

4. Anggota

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Majelis etika profesi merupakan badan perlindungan hukum

terhadap para bidan sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien

akibat pelayanan yang diberikan dan tidak melakukan indikasi

penyimpangan hukum.

Majelis pertimbangan etik profesi ada 2 yaitu MP2EPM

wilayah pusat dan MP2EPM wilayah propinsi. dalam suatu majelis

pertimbangan terdapat suatu badan konsil kebidanan yaitu badan

yang dibentuk dalam rangka melindungi masyarakat penerima jasa

pelayanan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, dan badan

pertimbangan kesehatan merupakan badan independen, yang

memiliki tugas, fungsi dan wewenang di bidang kesehatan, dan

berkedudukan di pusat dan daerah.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan

dapat dijadikan ilmu yang dapat diterapkan dalam profesi kita

nantinya.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/170663015/Tugas-Etikolegal-Kel-1

http://inatiganna/2021/03/peran-dan-fungsi-majelis-pertimbangan.html

http://eprints.pknstan.ac.id/1727/5/06.%20Bab%20Il_Shareef%20Abdul
%20Faqih_1302191675.pdf

http://dindanyabos.blogspot.com/2015/11/makalah-peran-dan-fungsi-
majelis.html

Anda mungkin juga menyukai