Anda di halaman 1dari 58

MAKALAH

ANALISIS MASALAH DALAM ASUHAN KEBIDANAN DI


KOMUNITAS

DOSEN PENGAMPU:

Ruwaydah, SST, M.Kes

DISUSUN OLEH: Kelompok 1

1. Ade Irma Suciati


2. Anisa Nurmaita
3. Dea Clara Br. Tarigan
4. Dhea Oktamianda Alam
5. Febrianti Br. Sihombing
6. Helda Novriyanti
7. Intan Lian Sari
8. Melania Natalega
9. Mitra Oktavia
10. Rita Safitri
11. Rosa Amalia
12. Sari Novriyanti
13. Shelly Kurnia N.
14. Taslima
15. Widya Cahyarani Fabillah
16. Yulanda

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PROGRAM STUDI DIV JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-NYA kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Analisis masalah dalam asuhan kebidanan di komunitas” sebagai
tugas mata kuliah Pemberdayaan masyarakat di komunitas.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami telah banyak mendapatkan dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan
terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan dorongan dan motivasi terhadap
penulis selama pembuatan makalah ini dan Ibu Ruwaydah, SST, M.Kes selaku dosen yang
telah memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam pembuatan makalah ini.

Saya selaku penulis masih menerima kritik dan saran dari pihak yang peduli
terhadap makalah ini supaya makalah ini menjadi lebih baik lagi. Demikianlah, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita.

Jambi, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
1.3 Tujuan Makalah .............................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Analisis masalah dalam asuhan kebidanan di komunitas...............


2.2 Masalah kebidanan di komunitas....................................................
2.2.1 Kematian ibu dan bayi.................................................................
2.2.2 Kehamilan remaja .....................................................................
2.2.3 Unsafe abortion..............................................................................
2.2.4 BBLR.............................................................................................
2.2.5 Tingkat kesuburan..........................................................................
2.2.6 Pertolongan oleh tenaga non medis...............................................
2.2.7 PMS.....................................................................................
2.2.8 Perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh dalam kebidanan komunitas

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bidan di Komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di
wilayah tertentu. Bidan yang bekerja di komunitas harus mengenal kondisi kesehatan di
masyarakat yangg selalu mengalami perubahan, sehingga bidan harus tanggap terhadap
perubahan tersebut. Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari sudut pandang
yang berbeda. WHO mendefinisikan komunitas sebagai kelompok social yang ditentukan
oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling
mengenal dan berinteraksi Antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bidan yang melayani keluarga
dan masyarakat di luar rumah sakit. Di dalam konsep tersebut tercakup berbagai unsur.
Unsur-unsur tersebut adalah bidan sebagai pelaksana pelayanan, pelayanan kebidanan, dan
komunitas sebagai sarana pelayanan, ilmu dan teknologi kebidanan, serta factor yang
mempengaruhi seperti lingkungan, masing-masing usnur memiliki karekteristik. Pendekatan
baru mengenai kualitas pelayanan menuntut pergeseran titik tekan pelayanan kesehatan
terutama kebidanan dari yang berorientasi target peencapaian menjadi berorientasi penjagaan
mutu pelayanan. Pendekatan semacam ini mengharuskan pihak pengelola program untuk
mengoordinasi semua kegiatan yang berbasis klinik seperti rumah sakit, puskesmas, klinik,
swasta atau yang 2 berbasis pada masyarakat seperti posyandu, polindes, bidan di desa,
petugas penyalur kontrasepsi (CBD), dan lainnya.

Hasil estimasi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2017 sebesar 261.890.872 jiwa,
yang terdiri atas 131.579.184 jiwa penduduk laki-laki dan 130.311.688 jiwa penduduk
perempuan. Angka tersebut merupakan hasil perhitungan yang dilakukan oleh Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan dengan bimbingan dari Badan Pusat
Statistik(BPS)dengan menggunakan metode geometrik. Metode ini menggunakan prinsip
bahwa parameter dasar demografi yaitu parameter fertilitas, mortalitas, dan migrasi per
tahun tumbuh konstan. Tahun 2013-2014 pertumbuhan penduduk meningkat sebesar 1,5%
dari 3,65juta per tahun menjadi 3,70 juta per tahun. Sedangkan pertumbuhan penduduk
di Indonesia mulai mengalami penurunan dari tahun 2014 hingga tahun 2017.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis masalah dalam asuhan kebidanan di komunitas?
2. Apa saja masalah kebidanan di komunitas?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui analisis masalah dalam asuhan kebidanan di komunitas
2. Untuk mengetahui masalah kebidanan di komunitas

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis masalah dalam asuhan kebidanan di komunitas

A. Pengertian

Analisis masalah adalah langkah selanjutnya dari analisis situasi yang telah dipelajari.
Analisis masalah merupakan proses sistematis untuk melihat suatu keadaan atau masalah
sosial secara obyektif dengan menempatkannya dalam konteks sosial yang lebih luas.
Analisis masalah membantu untuk memahami dan mengidentifikasi permasalahan kunci
dalam suatu masyarakat, kaitan antar berbagai faktor sosial, potensi yang ada, dan siapa yang
memiliki akses terhadap sumber daya.

Analisis masalah dilakukan dengan mengidentifikasi masalah utama dan mengembangkan


pohon masalah melalui analisis sebab-akibat. Cara analisis pohon masalah akan mengurai
penyebab-penyebab masalah utama hingga kita mengetahui akar penyebabnya. Sementara
kerangka determinan kesehatan dari Hendrik L. Blum digunakan dalam analisis masalah
untuk mengidentifikasi faktor penyebab langsung dan tidak langsung dari masalah kesehatan
reproduksi.

Masalah adalah kondisi atau situasi di luar gagasan dan harapan. Di sini perlu dibedakan
antara masalah individual (personal problems) dan masalah social (social problems). Masalah
social adalah suatu kondisi social yang diluar harapan masyarakat, meresahkan masyarakat,
dan jika tidak diatasi akan berkonsekuensi negative lebih luas dan mengganggu kepentingan
public. Masalah social muncul karena adanya perbedaan antara yang ideal dengan yang
actual, misalnya hak atas pelayanan kesehatan yang dijamin UU bagi setiap orang dan
diskriminasi dalam pelayanan kesehatan terhadap orang miskin.

3
B. Melakukan Analisis Masalah Kesehatan Reproduksi

Dalam melakukan analisis masalah kesehatan reproduksi maka dapat digunakan teknik pohon
masalah dengan beberapa langkah sebagai berikut:

Langkah I :
Carilah atau tentukan INTI MASALAH yang akan diatasi. Identifikasi inti masalah diperoleh
dari analisis situasi kesehatan yang telah dilakukan lebih dahulu. Misalnya inti masalah
kesehatan adalah banyaknya kasus berat bayi lahir rendah (BBLR) di suatu daerah.

Langkah II:

Carilah PENYEBAB LANGSUNG dari kasus BBLR tersebut. Gunakan kerangka Blum
tentang determinan kesehatan untuk mengidentifikasi penyebab langsung. Misalnya
kekurangan gizi saat hamil (perilaku kesehatan), kehamilan usia dini (kependudukan) atau
riwayat melahirkan lebih dari 4 kali (perilaku kesehatan).

Langkah III:
Carilah PENYEBAB TIDAK LANGSUNG dari kasus BBLR tersebut.

Langkah IV:
Carilah AKIBAT dari inti masalah kesehatan.

4
2.2 Masalah kebidanan di komunitas

2.2.1. Kematian Ibu dan Bayi


Kematian Ibu dan Bayi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Namun, masalah kematian
ibu dan bayi di Indonesia masih merupakan masalah besar. Dengan demikian,
pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia.

A. Kematian Ibu.
Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan
atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi
kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh
kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incid. AKI adalah
jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang
disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi
bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000
kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan tolak ukur keberhasilan
kesehatan ibu, yang manjadi indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan
obstetri dan ginekologi di suatu wilayah. Menurut SDKI tahun 2017, AKI di
Indonesia tahun 2017 sebesar 305/100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan
AKI menurut SDKI tahun 2012 sebesar 359/100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut
sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target MDGS 2015 yaitu sebesar
102/100.000 kelahiran hidup. Sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua
komponen untuk mencapai target tersebut. Bidan sebagai tenaga kesehatan dalam
tatanan pelayanan kebidanan komunitas terdepan, mempunyai peranan penting dalam
penurunan AKI yang dinilai masih tinggi.

5
B. Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat 1 tahun. Menurut SDKI tahun 2017, AKB sebesar 24/1000
kelahiran hidup yang artinya 1 dari 42 anak meninggal sebelum ulang tahun
pertamanya. Hasil SDKI 2017 menunjukkan penurunan AKB yang lebih banyak (31
persen) dibanding AKN yaitu dari 35/1000 kelahiran hidup hasil SDKI 2002-03
menjadi 24/1000 kelahiran hidup pada SDKI 2017.

C. Upaya menurunkan AKI dan AKB:


1. Melaksanakan kelas ibu hamil berkualitas
2. Pelaksanaan P4K yang berkualitas
3. Membangun kemitraan bidan dan dukun
4. Implementasi pertolongan persalinan empat tangan di fasilitas kesehatan
5. Implementasi penempatan bidan di desa dan berdomisili di desa
6. Peningkatan fungsi PONED
7. Optimalisasi desa siaga

D. Peran bidan
1. Melakukan pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi penyebab kematian ibu
dan bayi dengan melibatkan peran serta masyarakat.
2. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi
pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan,
mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu dapat mengadakan
bungan ibu bersalin pada ibu hamil sebagai persiapan untuk biaya persalinannya

6
nanti, melakukan pengorganisasian donor darah berjalan serta mencari calon
pendonor bagi ibu bersalin nanti sebagai antisipasi jika dalam persalinan ibu terjadi
perdarahan sehingga tidak sampai terjadi kematian ibu.
3. Melakukan pelaksanaan pertemuan rutin GSI (gerakan sayang ibu) dalam promosi
"suami, bidan dan desa SIAGA"

2.2.2. Kehamilan Remaja


A. pengertian
Di Indonesia rata – rata kehamilan terjadi pada usia 14-19 tahun. Hal ini didapatkan
dari hasil survey knowledged, atittude, practice. Kehamilan remaja adalah kehamilan
yang terjadi pada wanita usia 14 – 19 tahun baik melalui proses pra-nikah atau ikah.
Hal masa depanpun menjadi masalah, misalnya malu terhadap teman , lingkungan dan
juga merasa remaja sudah musnah. Setelah itu ketidakstabilan emosi dan ekonomi
juga sangat mempengaruhi apalagi jika hal ini terjadi pada keluarga yang kurang
mampu. Maka akan terjadi penolakan terhaddap anak yang nanti akan dilahirkan.

a. Hal yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja antara lain :


1. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga
Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap perkembangan mental
dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan ketentraman didalam keluarganya
akan cenderung mencari ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada kalanya
mereka melakukan hal – hal yang banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal
– hal negatif sebagai bentuk kekesalan mereka terhadap orang tua .

2. Perkembangan IPTEK yang tidak disadari dengan perkembangan mental yang


kuat

Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatkan
informasi – informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan
perkembangan mental yang kuat maka daoat membuat para remaja terjerumus ke arah
pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah perbuatan – perbuatan yang tidak
sesuai dengan norma dan agama yang berlaku.

7
3. Kurangnya pendidikan seks dari orang tua dan keluarga terhadap remaja
Didapatkan informasi bahwa sekitar 65% informasi tentang seks didapat dari kawan
35% dari film porno dan hanya 5% yang mendapatkan informasi tentang seks dari
orang tua.

b. Masalah timbul akibat kehamilan remaja


1. Masalah kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian
terutama dikalangan remaja, remaja yang kelak akan menikah dan menjadi orang
tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima sehingga dapat
menunrunkan generasi sehat, dikalangan remaja telah terjadi semacam revolusi
hubungan seksualyang menjerumus kearah diberalisasi yang dapat berakibat
timbulnya berbagai penyakit hubungan seks yang merugikan lat reproduksi. Bila
pada saatnya diperlukan untuk hamil normal, besar kemungkinan kesehatan
reproduksi seudah tidak optimal dan dapat menimbulkan berbagai akibat samping
kehamilan dengan demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
kesehatannya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk hamil dalam keadaan
optimal.

2. Masalah psikolog pada kehamilan remaja


Remaja yang hamil diluar nikah menghadapu berbagai masalah psikologis yaitu
rasa takut , kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya sehingga
terjadi usaha untuk menghilangkan dengan jalan gugur kandungan. Gugur
kandungan mempunyai kerugian yang paling kecil bila dibadingkan dengan
melanjutkan kehamilan. Keadaan akan makin rumit bila pemuda atau laki laki
yang menghamiliin malah tidak bertanggung jawab sehingga derita hanya
dutanggung sendiri dengan keluarga. Keluarga. Keluargapun menghadapi masalah
yang sulit ditengah masyarakat seolah olah tidak mampu memberikan pendidikaan
moral pada anak gadisnya.

3. Masalah sosial dan ekonomi keluarga


Perkawinan yang dianggap dapat menyelesaikan masalah kehamilan remaja tidak
lepas dari kemelut seperti :

8
 Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat
menimbulkan berbagai masalah kebidanan
 Putus sekolah sehingga pendidikan jadi terlantar
 Putus kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya masalah
sosial ekonomi
 Ketergantungan sosial ekonomi pada keluaraga meninulkan stres ( tekanan
batin )
 Nilai gizi yang relatif rendah dapat menimbulkan berbagai masalah
kebidanan bila remaja memilih untuk mengasuh anaknya sendiri,
masyarakat belum siiap menerima kelahiran tanpa pernikahan berbeda
halnya dengan negara maju seperti Amerika, masyarakatnya sudah dapat
menerima kehamilan sebagai hasil hidup bersama.

4. Dampak kebidanan kehamilan remaja


1. Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidaka disengaja. Misalnya :
karena terkejut cemas, stress. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja
dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat
efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat
produksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan
2. Persalinan prematur, berat badan lahir rendan (BBLR) dan kelainan bawaan
prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat produksi terutama rahim
yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah
( BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang
belum menginjak umur 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya
pemgetahuan ibu tentang kahamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah,
pemeriksaan kehamilan ( ANC ) kurang, keadaan pasikologi ibu kurang stabil.
Selain itu cacat bawaan juga disebabkan karena kuturunan ( genetik ) proses
penguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat obatan ( gineskotic
sytotec ) atau dengan loncat loncat dan memijat dengan perut sendiri.
3. Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan
terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

9
4. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi
Penyebab anemia pada saat hamil diusia muda disebabkan kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi saat hamil diusia muda. Karena pada saat
hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. Tambah zat besi dalam tubuh
fungsinya untuk meningkatnya sel darah merah, membentuk sel darah merah
janin plasenta. Lama lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah
akan menjadi anemis.
5. Keracunan kehamilan
Kombinasi alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklamsia atau
eklamsia. Preeklamsia dan eklamsia memerlukan perhatian serius karena dapat
menyebabkan kematian.
6. Kematian ibu yang tinggi
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan
infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugup kandung juga cukup
tinggi. Yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional ( Dukun ).
a. Mencegahan kehamilan remaja
1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2. Kegiatan positif
3. Hindari perbuatan yang memberi dorongan negati misalnya perilaku
seks.
4. Jangan terjebak pada rayuan gombal
5. Hindari pergi dengan orang yang tidak dikenal
6. Mendekatkan diri pada tuhan
7. Menyuluhkan meliputi kesehatan reproduksi remaja, keluarga
berencana (alat kontrasepsi, kegagalan dan solusinya), kegiatan
rohanai dengan tokoh agama.
8. Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang
tingkat kegagalannya rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR, dan
suntik.
b. Peran bidan
1. Bersikap bersahabat jangan mencibir
2. Konseling pada remaja dan keluarga meliputi kehamilan dan
persalinan

10
3. Membantu mencari penyelesaian yaitu dengan menyelesaikan dengan
cara kekeluargaan, segera menikah
4. Periksa kehamilan sesuai standar
5. Gangguan jiwa atau resiko tiggi segera tunjuk keesp.og’
6. Bila ingin abortus maka berikan konseling resiko abortus.

11
12
13
2.2.3 Unsafe Abortion

1. Definisi Unsafe Abortion

Adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak
mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan
keselamatan jiwa pasien.

2. Penyebab

Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersediannya pelayanan kesehatan
yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti :

1. Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil

2. Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak lagi

3. Kehamilan di luar nikah

4. Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi

5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan

6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan

7. Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi

14
3. Ciri-ciri

1. Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis

2. Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana

3. Kurangnya fasilitas dan sarana

4. Status illegal

4. Dampak

1. Dampak sosial
Biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

2. Dampak Kesehatan
Bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi

3. Dampak Psikologis
Trauma

5. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi akibat tindakan-tindakan yang tidak aman terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan misalnya dengan melakukan abortus provokatus oleh
dukun, dengan meminum jamu-jamuan, ramuan.

Akibat dari tindakan yang tidak aman tersebut akan memberikan resiko infeksi,
perdarahan, sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam rahim dan perforasi yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan pertolongan yang segera.

15
6. Hukum

Menurut KUHP orang yang dapat dihukum adalah orang yang menggugurkan kandungan
seorang wanita, juga wanita yang digugurkan kandungannya. Sedangkan dalam praktek yang
tidak dihukum adalah dokter yang melakukan aborsi dengan indikasi medis, yaitu dengan
tujuan untuk menyelamatkan jiwa atau menjaga kesehatan wanita yang bersangkutan.

Undang- Undang Hukum Pidana ( KUHP ) kita yang merupakan peninggalan masa
kolonialisasi Belanda melarang keras dilakukannya aborsi dengan alasan apapun
sebagaimana diatur dalam pasal 283, 299 serta pasal 346-349. Bahkan pasal 299 intinya
mengancam hukuman pidana penjara maksimal 4 tahun kepada siapa saja yang member
harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat digugurkan.

7. Peran Bidan

1. Sex education

2. Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan keagamaan

3. Peningkatan sumber daya manusia

4. Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya

8. Resiko yang terjadi jika melakukan unsafe abortion khususnya remaja

 Kematian karena terlalu banyak perdarahan


 Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
 sobeknya rahim ( uterine perforation )
 kerusakan leher rahim yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
 Kanker leher rahim (Cervical cancer)
 Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

9. Penyebab wanita remaja melakukan aborsi karena :

1. Faktor pendidikan : takut putus sekolah atau mengganggu studinya.


2. Faktor ekonomi : takut tidak memiliki kemampuan keuangan untuk mendukung
dirinya dan anaknya

16
3. Hukuman sosial : takut apa yang orang tuanya atau oranglain mungkin berpikir atau
mengatakan, keinginan untuk menghindari membawa malu dan kutkan atau
menyalahkan dirinya sendiri dan keluarganya.
4. Tidak memiliki hubungan yang stabil : ini lebih sering terjadi pada remaja
dibandingkan pada orang dewasa
5. Keadaan hubungan seksual : aborsi juga dapat dicari dimana kehamilan merupakan
konsekuensi dari seks yang dipaksakan, termasuk pemerkosaan dan inses

10. Faktor yang menyebabkan Unsafe Abortion

1. Kehamilan yang terjadi akibat pemerkosaan


2. Masalah ekonomi
3. Alasan karir atau masih sekolah
4. Kehamilan karena incest ( perkawinan sedarah )
5. Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi
6. Hamil di luar nikah
7. masalah sosial
8. Tenaga kesehatan yang kurang kompeten
9. Aborsi dengan non tenaga kesehatan

11. Pencegahan

Menurut FIGO ( The International Federation ofGynecology andObstetrics )

1. Memperkenalkan / meningkatkan penddikan dalam perilaku seksual yang


bertanggung jawab
2. Memperkenalkan / meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang ramah remaja
3. Memfasiitasi proses adopsi
4. Membuat ayanan aborsi yang memadai tersedia untuk mempromosikan akses ke
aborsi yang aman
5. Perawatan pasca- aborsi ( termasuk kontrasepsi pasca aborsi )

17
12. Upaya promotif dan preventif dengan

 Memberi pendidikan seks yang sehat, termasuk meghindari kehamilan


 Menyediakan metode KB khusus
 Member penjelasan tentang KB darurat, dan
 Menyediakan sarana terminasi kehamilan.
Penyediaan sarana terminasi kehamilan dianggap menjujung hak asasi manusia
karena penentuan nasib kandungan merupakan hak asasi manusia.

18
2.2.4 BBLR

Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan
nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih
utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi
makananpun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena
aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka dengan
status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan jarak kelahiran, kadar
hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan ante natal. BBLR termasuk faktor utama dalam
peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. BBLR
adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.

BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah
pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan
(aspirasimekonium,asfiksianeonatorum), gangguan pada sistem pencernaan
(lambungkecil), gangguan sistem perkemihan (ginjalbelumsempurna), gangguan sistem
persyarafan(respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan
tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas
generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak,
serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan. Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah
(BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang
membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas.

19
Bayi berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan batasan berat badan dapat dibagi 3, yaitu :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1500 gram
sampai dengan 2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir antara
1000 gram sampai kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 1000 gram.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan maturitas yaitu:
1. Prematuritas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasinya itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan-sesuai
untuk masa kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK)
Untuk merawat bayi baru lahir digunakanlah Kurva lubchenco. Kurva Lubchenco
adalah kurva pertumbuhan yang disajikan dalam bentuk tabel. Definisi tentang bayi
premature adalah setiap bayi baru lahir dengan berat lahir < 2500 g. Definisi ini
direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics dan World Health
Assembly. Dokter ahli pediatrics dihadapkan pada masalah hubungan antara usia
kehamilan dan pertumbuhan janin. Dengan Kurva Lubchenco diharapkan dapat
menunjukkan hubungan pertumbuhan janin dan usia kehamilan. Dari kurva
Lubchenco dimungkinkan definisi yang lebih tepat lahir prematur dan adopsi luas
dari istilah kecil untuk usia kehamilan, besar untuk usia kehamilan, kelambatan
pertumbuhan intrauterin dan janin dysmaturity. Hal ini juga membentuk dasar untuk
memeriksa bayi dengan berat badan lahir lebih besar dari nilai persentil lebih 90%
atau berat badan lahir kurang dari persentil 10%, sehingga dapat diprediksi masalah
medis.
Setiap bayi baru lahir (prematur, matur, postmatur) mungkin saja mempunyai berat
yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Istilah lain yang dipergunakan untuk
menunjukkan KMK adalah IUGR (intrauterine growth retardation = retardasi
pertumbuhan intrauterin).

20
Untuk menentukan apakah bayi itu lahir prematur SMK (Sesuai Masa Kehamilan),
matur normal, KMK atau BMK (Besar untuk Masa Kehamilan) dapat dengan
membandingkan berat badan bayi dalam gram dengan usia kehamilan dalam minggu
yang kemudian diplot di kurva pertumbuhan dan perkembangan intrauterin dari
Battaglia dan Lubchenco (1967). Dari kurva ini didapat :
1. Pertumbuhan janin normal / berat bayi matur normal dan bayi prematur (SMK)
terletak di antara persentil ke-10 dan persentil ke-90
2. Bayi KMK beratnya di bawah persentil ke-10
3. Bayi BMK beratnya di atas persentil ke-90

Etiologi BBLR
1. Faktor Ibu
a. Toksemia gravidarum (pre-eklampsia dan eklampsia)
Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin
dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-
eklampsia / Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah
placenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari placenta,
dengan adanya perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan oksigen yang
masuk ke janin berkurang.
b. Riwayat kelahiran premature sebelumnya, perdarahan antepartum dan malnutrisi,
anemia sel sabit.
c. Kelainan bentuk uterus (misal : uterus bikurnis, inkompeten serviks).
d. Tumor (misal : mioma uteri, eistoma).

21
e. Ibu yang menderita penyakit antara lain :
1) Akut dengan gejala panas tinggi (misal : tifus abdominalis dan malaria).
2) Kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal
(glomerulonefritis akut).
f. Trauma pada masa kehamilan antara lain jatuh
g. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol)
h. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
i. Paritas ibu
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat
persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
2. Faktor Janin
a. Kehamilan ganda.
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda antara
50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada placenta untuk kedua janin
tidak sama. Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan ganda salah satu
faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR. Pada kehamilan ganda distensi uterus
berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematus.
Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan ganda bertambah yang
dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain, sehingga sering lahir
bayi yang kecil. Kematian perinatal anak kembar lebih tinggi daripada anak
dengan kehamilan tunggal dan prematuritas merupakan penyebab utama.
b. Hidramnion.
Hidramnion yang kadang-kadang disebut polihidramnion merupakan keadaan
cairan amnion yang berlebihan. Hidromnion dapat menimbulkan persalinan
sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur
dan dapat meningkatkan kejadian BBLR
c. Ketuban pecah dini.
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban
biasanya pecah atau di pecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban

22
pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu .
d. Cacat bawaan, kelainan kromosom.
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah
dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal
dalam minggu pertama kehidupannya .
e. Infeksi (misal : rubella, sifilis, toksoplasmosis).
f. Insufensi plasenta.
Plasenta secara anatomi dan fisiologi tidak mampu memberi nutrisi dan oksigen
kepada janin
g. Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B, dan O)
3. Faktor Plasenta
a.Plasenta privea.
b. Solusi plasenta.
4. Faktor lingkungan
Radiasi atau zat-zat beracun.
5. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi
terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan
gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang
tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari
perkawinan yang sah.
6. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan dan merokok
7. Tingkat Pendidikan

23
Insiden BBLR
Kejadian BBLR di Indonesia selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 5,7%. Beberapa
provinsi yang kejadian BBLR nya relatif jauh dengan rata-rata nasional, di antaranya
Kepulauan Riau (8,3%), Bali (8,9%), NTT (10%), Kalimantan Tengah (10,8%),
Kalimantan Selatan (9,1%) Sulawesi Utara (9,3%), Sulawesi Selatan (9,6%) dan
Maluku Utara (11,3%) dan Papua Barat (8,9%). Kiranya perlu dicermati dan
dianalisis lebih lanjut mengapa di provinsi tersebut kejadian BBLR cukup tinggi.
Tren kejadian BBLR di Indonesia selama 5 tahun terakhir masih belum menunjukkan
perubahan yang berarti. Kondisi ini menunjukkan bahwa program yang ada belum
cukup efektif untuk menurunkan kejadian BBLR. Kasus anak yang meninggal
dengan usia di bawah satu bulan ternyata yang mempunyai riwayat BBLR sebesar
43,3%. sedangkan yang meninggal usia 1 sampai 23 bulan yang mempunyai riwayat
BBLR sebesar 21,7%. Hasil ini menguatkan penelitian bahwa kejadian BBLR
berpengaruh pada kematian bayi terutama di masa 1 bulan ke bawah. Kasus anak
meninggal dari data yang ada semua berjenis kelamin perempuan, apakah ini sebagai
faktor kebetulan atau tidak perlu penelitian lebih lanjut, Dari semua kasus anak
meninggal dalam 5 tahun terakhir ternyata yang memiliki riwayat BBLR sebesar
33,3%.Faktor yang berhubungan bermakna dengan kejadian BBLR dalam penelitian
ini adalah meminum zat besi, kejadian komplikasi selama kehamilan dan wilayah.
Besar risiko faktor yang bermakna pada kejadian BBLR ibu yang meminum zat besi
kurang dari 90 tablet mempunyai risiko terjadi BBLR 1,7 kali dibandingkan ibu yang
meminum zat besi 90 tablet ke atas. Lokasi tempat tinggal di perdesaan mempunyai
risiko 0,68 kali untuk terjadi BBLR dibandingkan ibu yang tinggal diperkotaan,
sedangkan ibu yang
mengalami komplikasi ketika hamil mempunyai risiko 2,3 kali untuk terjadi BBLR
dibandingkan ibu yang tidak mengalami komplikasi ketika hamil.

24
Patofisiologi BBLR
1. Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

2. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan
kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan
tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan
bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.

3. Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah


normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering
terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi
yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin
ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.

25
4. Tanda dan Gejala BBLR
Tanda dan gejala bayi Prematur
1. Kulit tipis dan mengkilap
2. Tulang rawan elinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna
3. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung
4. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik
5. Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora sedangkan pada
bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun
6. Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian belum terbentuk
7. Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur
8. Aktifitas dan tangisnya lemah
9. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah

Tanda dan gejala bayi dismaturitas


1. Gerakan cukup aktif, tangis cukup kuat
2. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
3. Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup bulan
payudara dan puting sesuai masa kehamilan
4. Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora sedangkan
bayi laki-laki testis mungkin telah turun
5. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
6. Menghisap cukup kuat

Komplikasi BBLR
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah yaitu:
1. Hipotermi
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 360C.Suhu normal bayi, baru
lahir berkisar 36,50C – 37,50C (suhu Axilla).
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :
a. Radiasi: dari objek ke panas bayi
Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas

26
b. Evaporasi : karena penguapan cairan yang melekat pada kulit. Contoh : air
ketuban pada tubuh bayi, baru lahir, tidak cepat dikeringkan.
c. Konduksi : panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat ditubuh.
Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
d. Konveksi : penguapan dari tubuh ke udara.
Contoh : angin dari tubuh bayi baru lahir

2. Hipoglikemia
Kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah rata-rata bayi seusia dan berat badan
yang sama. Sebagai batasannya pada bayi aterm (cukup bulan) dengan berat badan
2500 gram atau lebih, kadar glukosa plasma darah lebih rendah dari 30 mg/dl dalam
72 jam pertama dan 40 mg/dl pada hari berikutnya, sedangkan pada berat badan lahir
rendah dibawah 25 mg/dl.
Glukosa merupakan sumber energi utama selama kehidupan janin, walaupun asam
amino dan laktat ikut berperan pada kehamilan lanjut. Kecepatan glukosa yang
diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu, kadar gula darah janin sekitar dua
pertiga dari kadar gula darah ibu. Karena terputusnya hubungan plasenta dan janin,
maka terhenti pula pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula
darah sekitar 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat lahir rendah
(BBLR) dalam kadar 40 mg/dl.
Dikatakan juga hipoglikemi apabila kadar gula darah kurang dari 30 mg/dl pada
semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hipoglikemi.
Biasanya terdapat pada bayi makrosomia. Umumnya hipoglikemi terjadi pada
neonatus berumur 1-2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak lagi
mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar
glukosa darah yang menurun. Hipoglikemi jarang terjadi pada ibu yang dipantau
glukosa darahnya dengan baik.
3. Gangguan cairan dan elektrolit
Gangguan cairan dan elektrolit pada BBLR mengakibatkan dehidrasi.
4. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus jika
tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang
patologis

27
5. Sindroma gawat napas
Sindroma gawat napas juga disebut penyakit membran hialin yaitu terjadi akibat
pematangan paru yang kurang sempurna akibat kekurangan surfaktan terjadi pada
bayi kurang bulan.
6. Paten duktus arteriosus
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal
yang bertekanan rendah.
7. Infeksi
Karena antibodi pada BBLR belum berkembang memungkinkan bakteri, virus atau
jamur mudah menginfeksi bayi tersebut
8. Perdarahan Intraventrikuler
Yaitu terdapatnya darah hanya dalam sistem ventrikuler, tanpa adanya ruptur
ataulaserasi dinding ventrikel. Disebutkan pula bahwa PIVH merupakan perdarahan
intraserebral nontraumatik yang terbatas pada sistem ventrikel
9. Apnea of prematurity
Penghentian bernapas dengan seorang prematur bayi yang berlangsung selama lebih
dari 15 detik dan / atau ini disertai dengan hipoksia atau bradycardia.
10. Anemia
Anemia sering terjadi pada bayi prematur, ditandai oleh penurunan nilai hematokrit,
retikulosit dan kadar eritropoetin endogen rendah.
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain :
1. Gangguan perkembangan
Kadang bayi prematur rentan mengalami kelainan pada otak ayng mengakibatkan
kesulitan belajar, gangguan pendengaran, dan penglihatan
2. Gangguan pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan dapat ditangani dengan anak dapat distimulasi, antara
lain dengan mengajak bicara serta melatih berdiri, juga memberikan perhatian
yang lebih besar. Lakukan latihan ini secara intensif. Selain itu, dapat diberikan
makanan yang banyak mengandung zat besi, seperti bayam, kangkung, juga
multivitamin dan mineral, terutama yang mengandung zat besi, mengingat

28
cadangan zat besi untuk anak yang lahir dengan berat 1 kg hanya sedikit. Zat besi
penting bagi perkembangan anak.
3. Gangguan penglihatan(Retinopati)
Penyebab kebutaan bayi lahir prematur adalah retinopathy of prematurity ( RoP ),
yaitu kelainan pada mata yang disebabkan oleh adanya gangguan perkembangan
selaput saraf yang melapisi dinding dalam bola mata atau retina.
Perkembangan aktif bola mata itu sendiri dimulai sejak janin memasuki usia 4
minggu hingga minggu ke 40. Pada saat akhir masa kehamilan ( fullterm)
perkembangan mata bayi ukurannya mencapai setengah mata orang dewasa dan
terus berkembang sampai 2 tahun.
Tidak semua bayi prematur lahir lahir dengan RoP. Kalaupun ada gejalanya
kebanyakan RoP tersebut membaik tanpa pengobatan pada stadium yang awal.
Akan tetapi, pada bayi prematur dengan RoP yang berkembang ke stadium yang
lanjut diperlukan penanganan secepatnya.
Kelainan itu umumnya terjadi pada kedua mata, tetapi perkembangan stadiumnya
tidak sama. Bisa jadi salah satu matanya jadi lebih buruk. Faktor resiko RoP
terjadi bila berat lahir bayi kurang dari 1.500 gram dengan umur kelahiran kurang
dari 32 minggu ( 8 bulan ) atau dikenal dengan nama bayi lahir prematur.
Bayi prematur dengan pertumbuhan bola mata yang tidak sempurna dapat
mengakibatkan RoP sampai stadium 5 dapat dipastikan bayi menjadi buta, karena
itu pada bayi kelahiran prematur, penanganan medis harus dilakukan secara tepat.
4. Gangguan pendengaran
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
5. Penyakit paru kronis
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
Karena pembentukan organ yang belum sempurna bayi prematur rentan terkena
penyakit.
7. Kenaikan frekuensi kelamin bawaan
Kelainan kelamin misalnya pada bayi laki-laki testis belum turun pada skrotum
sedang pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora atau
bahkan pada bayi belum terbentuk organ genital.

29
Penanganan BBLR
1. BBLR yang menangis termasuk ke dalam kriteria Bayi Lahir tanpa asfiksia. Bayi
tersebut dalam keadaan bernapas baik dan warna air ketuban jernih. Untuk BBLR yang
lahir menangis atau bernapas spontan ini dilakukan Asuhan BBLR tanpa asfiksia
sebagai berikut:
a. Bersihkan lendir secukupnya kalau perlu
b. Keringkan dengan kain yang kering dan hangat
c. Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit bayi
d. Segera memberi ASI dini dengan membelai
e. Memandikan bayi dilakukan setelah 24 jam, atau lebih dari 24 jam jika bayi
hipotermi < 36,5 C, suhu lingkungan dingin, ada penyulit yang lain.
f. Profilaksis suntikan Vitamin K1 1 mg dosis tunggal, IM pada paha kiri
anterolateral
g. Salep mata antibiotik
h. Perawatan tali pusat: kering, bersih, tidak dibubuhi apapun dan terbuka
i. Bila berat lahir ≥ 2000 gram dan tanpa masalah atau penyulit, dapat diberikan
Vaksinasi Hepatitis B pertama pada paha kanan

2. BBLR yang tidak bernapas spontan dimasukkan ke dalam kategori Lahir dengan
asfiksia dan harus segera dilakukan Langkah Awal Resusitasi dantahapan resusitasi
berikutnya bila diperlukan.

Resusitasi:

a. Diputuskan berdasarkan penilaian keadaan Bayi Baru Lahir, yaitubila:


1) Air Ketuban bercampur mekonium ( letak kepala/gawat janin)
2) Bayi tidak menangis, atau tidak bernapas spontan, ataubernapas megap-megap
Catatan: Untuk memulai tindakan resusitasi BBLR asfiksia tidak perlu menunggu hasil
penilaian skor APGAR

b. Menggunakan acuan berikut:

30
1) Buku Modul atau Kaset Video Manajemen Asfiksia Bayi BaruLahir untuk
bidan
2) Asuhan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia pada Buku APN
c. Langkah awal resusitasi
1) Jaga bayi dalam keadaan hangat
2) Atur posisi kepala bayi sedikit tengadah (posisi menghidu)
3) Isap lendir di mulut, kemudian hidung
4) Keringkan sambil dilakukan rangsang taktil
5) Reposisi kepala
6) Nilai keadaan bayi dengan melihat parameter : usaha napas Bila setelah dilakuan
penilaian, bayi tidak menangis atau tidak bernapas spontan dan teratur
a) Lakukan Ventilasi sesuai dengan tatalaksana manajemen Asfiksia Bayi Baru
Lahir
b) Bila setelah ventilasi selama 2 menit, tidak berhasil, siapkan rujukan
c) Bila bayi tidak bisa dirujuk dan tidak bisa bernapas hentikan ventilasi setelah
10 menit denyut jantung tidak ada/tidak terdengar, kemudian siapkan
konseling dukungan emosional dan pencatatan bayi meninggal

A. Peran Bidan
1. Asuhan pada BBLR sehat
a. Perawatan metode kanguru bagi bblr
b. Pemberian ASI pada bayi berat lahir rendah (bblr)
c. Pencegahan infeksi
d. Perawatan bblr pada minggu-minggu pertama
e. Pemberian imunisasi pada bblr
f. Mendeteksi tanda bahaya pada bayi baru lahir untuk persiapan prarujukan
2. Asuhan pada BBLR sakit
a. Asuhan hipotermi
b. Asuhan infeksi
c. Asuhan ikterus neonatorum
d. Asuhan bblr dengan gangguan minum dan masalah pemberian ASI
e. Asuhan kejang
f. Asuhan spasme
g. Asuhan gangguan saluran cerna

31
h. Asuhan diare
i. Asuhan kelainan bawaan
3. Asuhan pra rujukan BBLR
4. Asuhan pasca perawatan BBLR
5. Pemantauan Tumbuh Kembang BBLR

KurvaLubchenco

32
2.2.5 Tingkat Kesuburan

Tingkat Kesuburan seseorang dapat dilihat dari keadaan fertil atau infertilnya :

Fertilitas : adalah kemampuan seorang wanita untuk hamil dan melahirkan anak dengan
pasangan yang mampu menghamilinya.

Infertilitas : Infertilitas  adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk


mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu
tahun (Sarwono,497).

Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu
memiliki anak walaupun  telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali seminggu
dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun
(Djuwantono, 2008, hal: 1).

Secara medis infertile dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

      1.      Infertile primer

Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu
tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.

      2.      Infertile sekunder

Berrti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini belum
mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun.

Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasangan
suami istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut:

      1.     Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.

33
      2.     Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, istri sebelum
mendapatkan kehamilan.

      3.     Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali dalam setiap minggunya.

      4.     Istri  maupun suami tidak pernak menggunakan alat ataupun metode kontrasepsi,
baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.

2.2.6 Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Non Kesehatan

Persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan upaya untuk menurunkan angka


kematian maternal dan bayi. Namun, persalinan oleh tenaga non kesehatan/tanpa pertolongan
masih tinggi terutama di beberapa provinsi dan kabupaten di Indonesia. Salah satu upaya
untuk mengurangi angka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi baru lahir adalah dengan
memastikan kelahiran bayi dibantu oleh tenaga kesehatan terlatih, terakreditasi seperti bidan,
dokter atau perawat, yang telah dididik dan dilatih untuk menguasai keterampilan yang
dibutuhkan untuk mengelola kehamilan normal (tanpa komplikasi), dan masa nifas, serta

34
mampu melakukan identifikasi, manajemen dan rujukan komplikasi pada Ibu dan bayi baru
lahir

Keberhasilan upaya pemerintah dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak dapat dilihat
dari peningkatan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (linakes) di Indonesia.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dianggap memenuhi persyaratan steril dan
aman, karena apabila ibu mengalami komplikasi persalinan maka penanganan atau
pertolongan pertama pada rujukan dapat segera dilakukan. Beberapa studi menyimpulkan
bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan persalinan dukun yaitu akses
terhadap pelayanan dipengaruhi oleh ketersediaan pelayanan kesehatan, atau jaraknya
terhadap pengguna pelayanan (waktu tempuh, jarak tempuh, dan kondisi di pelayanan
kesehatan, seperti jenis pelayanan, tenaga kesehatan yang tersedia dan jam buka), status
sosial ekonomi masyarakat dan tingkat pendidikan, serta serta sikap dan pengetahuan tentang
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

A. METODE

Sumber data penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2013 dengan unit analisis
Kabupaten/Kota. Riskesdas 2013 dilakukan di seluruh provinsi (33 provinsi) dan semua
kabupaten (497 kabupaten) pada periode Mei-Juni 2013. Riskesdas 2013 adalah sebuah
survei dengan desain potong lintang. Jumlah sampel dihitung untuk menggambarkan masalah
kesehatan penduduk di seluruh pelosok Indonesia, yang terwakili oleh penduduk di tingkat
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, dengan sampel 300.000 rumah tangga terpilih di
seluruh Indonesia.

Data persalinan diperoleh melalui wawancara kepada responden (ibu) yang pernah
melahirkan sejak 3 tahun sebelum survei yaitu kehamilan yang berakhir mulai 1 Januari 2010
sampai dengan saat wawancara (Juni 2013). Informasi penolong persalinan dikumpulkan
melalui wawancara kepada ibu anggota rumah tangga. Variabel dependen penelitian ini
adalah persentase persalinan yang ditolong oleh dukun, keluarga lainnya dan tanpa
pertolongan, variabel independen aksesibilitas faskes (waktu tempuh ke puskesmas atau
praktek bidan terdekat), tingkat pendidikan ibu, status sosial ekonomi (kuintil indeks
kepemilikan), rasio bidan per 1000 penduduk di wilayah kabupaten (diperoleh dari data rutin
BPPSDMK).

35
Unit analisis penelitian ini adalah kabupaten/kota. Data variabel dependen persalinan
oleh dukun keluarga/lainnya dan tanpa pertolongan merupakan data individu Riskesdas 2013,
yang kemudian diagregatkan menjadi data persentase pertolongan oleh dukun,
keluarga/lainnya dan tanpa pertolongan tiap kabupaten/kota. Data pendidikan adalah data
tingkat pendidikan ibu yang paling rendah yaitu tidak sekolah/tidak tamat SD. Data kemudian
diagregatkan ke tingkat kabupaten/kota dalam bentuk persentase WUS yang tidak
sekolah/tamat SD. Demikian pula untuk memperoleh data persentase RT dengan sosial
ekonomi rendah dengan cara mengagregatkan data status sosial pada kuintil indeks
kepemilikan rendah dan sangat rendah sehingga diperoleh persentase rumah tangga (RT)
yang dengan sosial ekonomi rendah kebawah.

Persentase aksesibilitas ke fasilitas kesehatan lebih dari 15 menit dibuat dengan proksi
waktu tempuh ke Puskesmas atau praktek bidan terdekat. Demikian pula data jumlah bidan
yang berasal data rutin BPPSDMK, merupakan data tiap fasilitas kesehatan (faskes)
pemerintah, kemudian diagregatkan untuk memperoleh data total jumlah bidan di kabupaten
tersebut. Data jumlah penduduk diperoleh dari Lampiran 1 Buku Induk Kode dan Data
Wilayah Administrasi Pemerintahan Per Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan Seluruh
Indonesia.24 Data kemudian dibagi jumlah pendiuduk pada 2013 kemudian dikalikan 1000,
sehingga diperoleh data rasio bidan per 1000 penduduk tiap kabupaten/kota. Data kemudian
digabung menjadi dataset dan siap dianalisis. Data kemudian dianalisis secara univariat dan
bivariat menggunakan generalized linear model (GLM).

B. HASIL

Deskripsi variabel dependen dan independen disajikan pada Tabel 1. Persalinan oleh
dukun, keluarga/lainnya maupun tanpa pertolongan, paling banyak di Kawasan Timur
Indonesia, yaitu region Maluku dan Papua. Proporsi WUS yang tidak sekolah/tidak tamat SD
merata di semua region, namun Papua, Nusa Tenggara, dan Kalimantan merupakan region
dengan proporsi yang paling tinggi. Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara juga merupakan
region dengan proporsi rumah tangga dengan jarak ke fasilitas layanan kesehatan (puskesmas
dan bidan praktek) lebih dari 15 menit paling banyak. Demikian juga, indikator kemampuan
sosial ekonomi rendah yang diwakili oleh kuintil indeks kepemilikan rendah kebawah

36
terbanyak di region Papua, Maluku dan Nusa Tenggara. Hal ini tidak konsisten dengan rasio
bidan per 1000 penduduk yaitu paling tinggi di region Nusa Tenggara dan Kalimantan dan
yang terendah di region Jawa-Bali.

Tabel 1. Rerata proporsi variabel dependen dan independen menurut region

Variabel Sumatera Jawa Nusa Kalimantan Sulawesi Maluku Papua


N = (151) dan Bali Tenggara N = (55) N = (73) N = (20) N = (40)
N N = (31)
=(127)
-Persalinan 11,65 7,73 20,92 23,95 24,75 45,41 14,33
Oleh Dukun
-Persalinan 1,76 1,60 7,07 1,88 5,32 4,59 29,84
Oleh
Keluarga /
Lainnya
-Persalinan 0,88 0,83 1,54 1,39 1,76 1,96 6,87
Tanpa Ada
Yang
Menolong
-Persalinan 14,30 10,16 29,53 27,22 31,83 51,95 51,03
Oleh Tenaga
Non
Kesehatan
-Proporsi 34,17 39,68 49,30 45,19 39,25 37,84 51,28
WUS yang
tidak
sekolah/tidak
tamat SD
-Proporsi RT 43,79 25,57 79,42 58,37 67,94 80,26 89,43
dengan jarak
ke faskes >
15 menit
-Proporsi 37,39 31,61 72,68 41,30 47,36 65,21 77,63
kuintil indeks
kepemilikan
rendah ke

37
bawah
-Rasio bidan 0,97 0,42 1,07 1,04 0,61 0,70 0,72
per 1000
penduduk

Persalinan oleh dukun, keluarga/lainnya dan tanpa pertolongan menurut provinsi dapat dilihat
pada Gambar 1. Sebanyak 32,46- 43,03 persen WUS di Provinsi Maluku dan Sulawesi Barat
lebih memilih pertolongan dukun. Kebanyakan WUS di provinsi Papua memilih persalinan
dengan dibantu oleh keluarga atau kerabatnya atau bahkan tanpa ditolong sama sekali. Secara
agregat, persalinan non tenaga kesehatan (nakes) di provinsi Kawasan Timur Indonesia
seperti Papua, Maluku, Sulawesi Tenggara dan Barat, Kalimantan Tengah dan Selatan serta
NTT memliki proporsi lebih tinggi (>29,4%) dibandingkan dengan kawasan Indonesia
lainnya Hampir semua kabupaten di provinsi Maluku dan Maluku Utara memiliki proporsi
persalinan dengan bantuan dukun yang tinggi (di atas 25%). Namun, jika dilihat berdasarkan
kabupaten/kota, proporsi persalinan oleh dukun menyebar hampir di semua region, termasuk
Jawa-Bali. Hal menarik, pertolongan persalinan oleh dukun di provinsi Papua cukup rendah
(< 25%). Hal ini disebabkan WUS di Papua lebih memilih untuk penolong persalinan dari
keluarga atau kerabat bahkan tanpa pertolongan.

Gambar Proporsi Kelahiran Berdasarkan Tempat Bersalin di Indonesia

38
Pada Gambar data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa persalinan yang dilakukan di
rumah masih cukup tinggi, yaitu sebesar 29,6%. Jika kita hubungkan tempat bersalin dengan
penyebab lain-lain atau tidak langsung kematian ibu, maka dapat menjadi penyebab kematian
ibu.

Gambar Proporsi Penolong Persalinan dengan Kualifikasi Tertinggi di Indonesia

Pada Gambar terlihat bahwa penolong persalinan dengan kualifikasi tertinggi dilakukan oleh
bidan (68,6%), kemudian oleh dokter (18,5%), IaIu non tenaga kesehatan (11,8%). Namun
sebanyak 0,8% kelahiran dilakukan tanpa ada penolong, dan hanya 0,3s» kelahiran saja yang
ditolong oleh perawat sebagai tenaga dengan kualifikasi tertinggi.

2.2.7 PMS

A. Definisi

IMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau kontak intim (Jan
tambayong.2000:195). IMS adalah penyakit yang disebabkan karena adanya invasi
organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui
hubungan seksual baik yang berlainan jenis maupun sesama jenis. (Aprilianingrum, 2002).
Umumnya mata rantai penularan IMS adalah PSK rasio penularan akan meningkat bila
pemakaian kondom dan hubungan seksual dengan PSK tidak dilakukan titik PMS hanya

39
ditemui gonorrhoe (GO), sifilis, trikomoniasis Herpes simplex HIV/AIDS penularan penyakit
tidak selalu harus melalui hubungan kelamin.penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang
belum pernah melakukan hubungan kelamin. Sebagian penderita adalah akibat korban
keadaan diluar kemampuan mereka dalam arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk
tidak mendapat penyakit tetapi kenyataan masih juga terjangkit (Adhi Jduanda,2007).

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human


Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah
untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Estimasi dan proyeksi jumlah orang dengan
HIV/AIDS pada umur ≥15 tahun di Indonesia pada tahun 2017 adalah sebanyak 628.492
orang dengan jumlah infeksi baru sebanyak 46.357 orang dan kematian sebanyak 40.468
orang (Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2015-2020, Kemenkes RI).

Jumlah kasus HIV dan AIDS yang positid dilaporkan di Indonesia sampai tahun 2017

Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2018

Jumlah kasus baru HIV positif yang dilaporkan dari tahun ketahun cenderung meningkat dan pada
tahun 2017 dilaporkan sebanyak 48.300 kasus. Sedangkan jumlah kasus AIDS terlihat adanya
kecenderungan peningkatan penemuan kasus baru sampai tahun 2013 yang kemudian cenderung
menurun pada tahun-tahun berikutnya. Penurunan tersebut diperkirakan terjadi karena jumlah
pelaporan kasus AIDS dari daerah masih rendah. Pada tahun 2017 kasus AIDS yang dilaporkan
menurun dibandingkan tahun 2016 yaitu sebanyak 9.280. Secara kumulatif, kasus AIDS sampai
dengan tahun 2017 sebesar 102.667 kasus. Menurut jenis kelamin, persentase kasus baru HIV positif
dan AIDS tahun 2017 pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan seperti digambarkan di
bawah ini.

40
Penderita HIV positif pada laki-laki sebesar 63,6% dan pada perempuan sebesar 36,4%.
Sedangkan penderita AIDS pada laki-laki sebesar 68,0% dan pada perempuan sebesar 31,9%.
Menurut kelompok umur, persentase kasus baru HIV positif dan AIDS tahun 2017 seperti
digambarkan di bawah ini.

Penemuan Kasus HIV dan AIDS pada usia di bawah 4 tahun menandakan masih ada
penularan HIV dari ibu ke anak yang diharapkan akan terus menurun di tahun selanjutnya
sebagai upaya mencapai tujuan nasional dan global dalam rangka triple elimination (eliminasi
HIV, hepatitis B, dan sifilis) pada bayi. Proporsi terbesar kasus HIV dan AIDS masih pada
penduduk usia produktif (15-49 tahun), dimana kemungkinan penularan terjadi pada usia
remaja.

41
HIV dapat ditularkan melalui hubungan seks, tranfusi darah, penggunaan jarum suntik
bergantian dan penularan dari ibu ke anak (perinatal). Berikut ini disajikan persentase kasus
HIV positif dan AIDS menurut faktor risiko penularan yang dilaporkan pada tahun 2017.

Pada gambar di atas terlihat bahwa dari seluruh kasus HIV hampir setengahnya tidak
diketahui faktor risiko (43,5%). Faktor risiko tertinggi yaitu LSL sebesar 24,2%,
heteroseksual 22,4% dan Penasun sebesar 1,7%. Sedangkan kasus AIDS tertinggi yaitu
Heteroseksual sebesar 68,9% dan terendah transfusi sebesar 0,3%.

Distribusi kasus AIDS menurut jenis pekerjaan terbanyak pada tenaga non profesional
(karyawan) (26,4%), ibu rumah tangga (16,2%) dan wiraswasta (14,3%).

Pada tahun 2017 jumlah positif HIV dilaporkan bersamaan dengan penyakit penyerta
terbanyak adalah tuberkulosis (132.049 kasus) , diare (17.044 kasus) dan IMS (14.493 kasus).

Angka kematian akibat AIDS

Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) akibat AIDS dari tahun ke tahun cenderung
menurun seperti terlihat pada Gambar 6.13 berikut ini. Pada tahun 2017 CFR AIDS di
Indonesia sebesar 1,08%.

42
Layanan Konseling dan Tes HIV Sukarela

Layanan Tes dan Konseling HIV (TKHIV), adalah suatu layanan untuk mengetahui adanya
infeksi HIV di tubuh seseorang. Konseling dan tes HIV merupakan pintu masuk utama pada
layanan perawatan, dukungan dan pengobatan HIV. Proses TKHIV dapat dilakukan melalui
dua pendekatan, yaitu: 1. Tes HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling
(TIPK) yaitu tes HIV yang dianjurkan atau ditawarkan oleh petugas kesehatan kepada pasien
pengguna layanan kesehatan sebagai komponen standar layanan kesehatan di fasilitas
tersebut. 2. Konseling dan tes HIV Sukarela (KTS) yaitu layanan tes HIV secara pasif. Pada
layanan tersebut klien datang sendiri untuk meminta dilakukan tes HIV atas berbagai alasan
baik ke fasilitas kesehatan atau layanan tes HIV berbasis komunitas. Selama tahun 2017
terdapat 5.124 layanan tes dan konseling HIV yang aktif melaporkan data layanannya. Dari
layanan tersebut didapatkan jumlah klien berkunjung sebanyak 2.596.472 orang. Sebanyak
2.561.698 orang menjalani tes HIV dan 1,9% (48.300 orang) mendapatkan hasil positif HIV.
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.11.

b. Gejala

Sebenarnya mengenali gejala infeksi menular seksual cukup mudah, yaitu dengan mengecek
apakah ada cairan seperti nanah keluar dari vagina, penis atau dubur, lalu cairan ini biasanya
berupa lendir dalam jumlah banyak, bau dan kental. terasa pedih atau panas ketika buang air
kecil atau saat melakukan hubungan seksual nyeri di perut bagian bawah (pada wanita) dan di
buah zakar (pada pria), serta bokong dan kaki. Gejala umum IMS yaitu:

43
1. Perubahan pada kulit di sekitar kemaluan

2. Gatal pada alat kelamin

3. Terasa nyeri saat buang air kecil

4. Muncul cairan tertentu, dan terlihat tidak normal

5.ada perubahan yang tidak wajar seperti melepuh sama lecet kau malukah kalau mau muncul
bintil, ruam atau pembengkakan di kelamin atau sekitar kelamin.

6. Ada benjolan yang mencurigakan

7. Berdarah dan nyeri saat berhubungan

c. Pengobatan IMS

1. Yang terbaik adalah mencegah tertular : tidak berhubungan seks,berhubungan hanya


dengan satu pasangan yang setiap, jika berganti-ganti pasangan selalu gunakan kondom. Juga
dengan bertukar alat suntik.

2. Kunjungi klinik dokter secara rutin setiap bulan untuk pemeriksaan.

3. Bila ada keluhan segera periksa ke dokter

4.Bila ragu-ragu, ajaklah teman anda untuk bersama-sama ke dokter

d. Peran bidan

peran bidan dalam pemberantasan IMS tegaskan dalam kompetensi kedua Permenkes no
900/MENKES/SK/VII/2002, yaitu :

1. Penyuluhan kesehatan mengenai PMS, HIV/AIDS

2. Dalam kewenangan yang telah ditetapkan ini, bidan dapat melakukan:

a) bidan sebagai role model memberi contoh sikap yang baik pada masyarakat

b) memberikan konseling pada masyarakat terutama remaja dan pasangan suami istri tentang
kesehatan reproduksi

44
c) memberikan konseling pada masyarakat tentang penyebab dan akibat IMS dan
bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam pelaksanaan penyuluhan pada
masyarakat

d. Mewaspadai gejala-gejala dan mendeteksi dini adanya IMS

2.2.8 Perilaku dan Sosial Budaya yang berpengaruh dalam Pelayanan


Kebidanan Komunitas
A. Pengertian
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah
yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat. Aspek social budaya ini mencakup pada setiap trimester kehamilan
dan persalinan yang mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya dalam
menanggapi hal ini.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor perantara pada derajat
kesehatan. Perilaku yang dimaksud adalah meliputi semua perilaku seseorang atau
masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, angka kesakitan
dan angka kematian. Perilaku sakit (ilness behavior) adalah cara seseorang bereaksi
terhadap gejala penyakit yang biasanya dipengaruhi oleh pengetahuan, fasilitas,

45
kesempatan, kebiasaan, kepercayaan, norma, nilai, dan segala aturan (social law)
dalam masyarakat atau yang biasa disebut dengan budaya.
Beberapa perilaku dan aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan
kebidanan di komunitas diantaranya :
1. Health Believe
Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara turun-temurun dalam
pemberian makanan bayi. Contohnya di daerah Nusa Tenggara Barat ada
tradisi pemberian nasi papah atau di Jawa dengan tradisi nasi pisang.
2. Life Style
Gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya
hidup kawin cerai di lombok atau gaya hidup perokok (yang juga termasuk
bagian dari aspek sosial budaya).
3. Health Seeking Behavior
Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila
seseorang sakit tidak perlu pelayanan kesehatan, akan tetapi cukup dengan
membeli obat di warung atau mendatangi dukun.

B. Perilaku dan Sosial Budaya yang Berpengaruh pada Pelayanan Kebidanan Komunitas
pada Ibu Hamil dan Ibu Bersalin
1) Hamil
a. Beberapa contoh perilaku sosial budaya masyarakat yang berkaitan dengan
kehamilan, antara lain:
a) Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin
dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya adalah upacara
mitoni, procotan dan brokohan.
b) Mengidam, dikotomi panas dingin.
c) Larangan masuk hutan, karena wanita hamil menurut kepercayaan baunya
harum sehingga mahluk-mahluk halus dapat mengganggunya.
d) Pantangan keluar waktu maghrib dikhawatirkan kalau diganggu mahluk halus
atau roh jahat.
e) Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat.
f) Tidak boleh duduk di depan pintu, dikhawatirkan akan susah melahirkan.
g) Tidak boleh makan pisang dempet, dikhawatirkan anak yang akan dilahirkan
kembar dempet atau siam.

46
h) Jangan membelah puntung atau kayu api yang ujungnya sudah terbakar,
karena anak yang dilahirkan bisa sumbing atau anggota badannya ada yang
buntung.
i) Jangan meletakan sisir di atas kepala, ditakutkan akan susah saat melahirkan.
j) Dilarang menganyam bakul karena dapat berakibat jari-jari tangannya akan
berdempet menjadi satu.
k) Jangan membuat kulit ketupat pada masa hamil karena orang tua percaya
bahwa daun kelapa untuk kulit ketupat harus dianyam tertutup rapat oleh
wanita hamil, sehingga dikhawatirkan bayi yang lahir nanti kesindiran,
tertutup jalan lahirnya.
l) Tidak boleh membelah/memotong binatang, agar bayi yang lahir nanti tidak
sumbing atau cacat fisik lainnya.
m) Tidak boleh menutup pinggir perahu (galak haruk), memaku perahu, memaku
rumah, membelah kayu api yang sudah terbakar ujungnya, memukul kepala
ikan.
n) Pantangan nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus.
o) Manggunakan jimat saat bepergian.

b. Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama hamil, antara lain yaitu:
a) KIE tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur, konsumsi
makanan bergizi, batasi aktivitas fisik, tidak perlu pantang makan.
b) KIE tentang segala sesuatu sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa, mitos yang
tidak benar ditinggalkan.
c) Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif
atau berpengaruh buruk terhadap kehamilan.
d) Bekerjasama dengan dukun setempat.
e) KIE tentang tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pasca
persalinan.
f) KIE tentang hygiene personal dan hygiene persalinan.

47
Pengertian pantangan-pantangan ini dimasudkan agar sang bayi kelak lahir dengan
lancar dan dalam keadaan sehat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan terdiri dari 3
macam faktor; antara lain :

a. Faktor fisik
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status
gizi ibu tersebut. Status kesehatan ini dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan
kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau
poliklinik kebidanan.
b. Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan seperti stress yang terjadi pada ibu
hamil dalam kesehatan ibu dan janinnya dan akan berpengaruh terhadap
perkembangan atau gangguan emosi pada janin yang telah lahir nanti. Tidak hanya
stress yang dapat mempengaruhi kehamilan akan tetapi dukungan dari keluarga pun
dapat menjadi pemicu menentukan kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga
mengharapkan kehamilan bahkan mendukungnya dalam berbagai hal, maka ibu hamil
tersebut akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani
kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya.
c. Faktor sosial budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat,
fasilitas kesehatan dan ekonomi. Gaya hidup yang sehat dapat dilakukan seperti
menghindari asap rokok karena dapat berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya.
Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat
istiadat seperti makanan yang dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka
sebaiknya tetap dikonsumsi. Ibu hamil juga harus menjaga kebersihan dirinya.
Ekonomi juga merupakan faktor yang mempengaruhi proses kehamilan yang sehat
terhadap ibu dan janin. Dengan adanya ekonomi yang cukup dapat memeriksakan
kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan
melakukan persiapan lainnya dengan baik, maka proses kehamilan dan persalinan
dapat berjalan dengan baik.

48
2) Persalinan
Didaerah pedesaan masih banyak ibu hamil yang mempercayai dukun beranak
untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan dirumah. Data survey kesehatan
Rumah Tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun
beranak. Bebrapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih
terdapat praktek praktek persalinan oleh dukun yang membahayakan si ibu.
Penelitian Iskandar, dkk menunjukkan beberapa tindakan dan praktek yang
membawa resiko infeksi seperti “ngolesi” (membasahi vagina dengan minyak kelapa
untuk memperlancar persalinan), “kodok” ( memasukkan tangan ke vagina dan uterus
untuk mengeluarkan placenta) atau “nyanda” ( setelah persalinan, ibu duduk dengan
posisi bersandar dan kaki diluruskan kedepan selama berjam-jam yang dapat
menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai pendorong persalinan pada dasarnya
disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat , biaya murah,
mengerti dan dapat memabantu upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak
serta membawa ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya
keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak
dukun beranak yang dilatih namun praktek-praktek tradisional tertentu masih
dilakukan. Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong
persalinan sangat menentukan persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.

a. Berikut ini beberapa contoh perilaku sosial budaya selama persalinan yang ada di
masyarakat, antara lain:
a) Bayi laki-laki adalah penerus keluarga yang akan menjaga nama baik.
b) Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan.
c) Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar.
d) Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun.
e) Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.
f) Minum air rendaman akar rumput fatimah dapat memperlancar persalinan.
g) Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.
h) Makan duren, tape dan nanas bisa membahayakan persalinan.
i) Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan.

49
Sebenarnya, kelancaran persalinan sangat tergantung pada faktor mental dan fisik si
ibu. Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan besar
bayi. Sedangkan faktor mental berhubungan dengan kondisi psikologis ibu, terutama
kesiapannya dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak
lancar hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang
terjadi selama persalinan. Faktor lain yang juga harus diperhatikan, seperti riwayat kesehatan
ibu, gizi ibu selama hamil dan lingkungan sekitar apakah mensupport atau tidak karena ada
kaitannya dengan emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas karena akan berpengaruh pada
bayinya. Bahkan, berdasarkan penelitian, ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak
hiperaktif, sulit konsentrasi dalam belajar, kemampuan komunikasi yang kurang dan tidak
bisa kerja sama.

b. Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama persalinan


1) Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat
persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pascapersalinan.
2) Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat
dan peralatan.
3) Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan
setempat.

Contoh Kasus Perilaku Dan Sosial Budaya Yang Berpengaruh Pada Pelayanan Kebidanan
Komunitas Yang Positif Selamatan 7 Bulanan (pada ibu hamil)

Di desa Payaman Kabupaten Nganjuk, ada ibu yang sedang hamil 7 bulan. Pada Hari
Minggu tanggal 30 maret mengadakan selamatan 7 bulanan yang dalam adat jawa disebut “
TINGKEPAN”. Kata orang jawa tingkepan ini bertujuan untuk meminta keselamatan ibu dan
bayi agar mendapatkan kehamilan yang sehat dengan kegiatan mandi kembang dengan 7
sumber mata air dan bunga 7 rupa beserta uang.

Dalam proses siraman itu, ibu dan suami memakai kain jarik. Kemudian keduanya
duduk bersebelahan dan yang menyiram dimulai dari kedua orang tua, tokoh agama, tokoh
masyarakat, dan seluruh keluarga yang ingin menyiram. Setelah acara siraman selesai, ibu
ganti baju dan calon bapak memecah buah kelapa. Setelah itu apabila buah kelapa langsung
pecah, orang jawa beranggapan bahwa calon bayi berjenis kelamin laki-laki, tapi apabila
kelapa tidak langsung pecah, maka orang jawa beranggapan calon bayi berjenis kelamin
perempuan.

50
Setelah memecahkan kelapa, kelapa yang digunakan untuk memandikan juga dipecah
dan ditumpahkan beserta uang yang ada di air tadi. Dan masyarakat pun berebut mengambil
uang dan kelapa yang mitosnya dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Setelah itu,
kedua orang tua jualan rujak dan yang membeli masyakat. Jika masyarakat bilang rujak
tersebut enak, mitosnya anaknya perempuan dan cantik di liat. Dan jika rujaknya kurang enak
maka mitosnya anaknya laki-laki. Setelah itu, orang tua membagikan nasi yang ada ayam,
telur, sayur/mie, tahu, tempe dan ikan bandeng. Setelah acara tersebut, pada malam hari juga
diadakan syukuran kembali dan biasanya juga dibacakan surat Yusuf. Jika anaknya laki-laki
agar ganteng seperti Nabi Yusuf, dan jika surat Mariam, maka anaknya cantik seperti
Mariam. Acara ini juga dibagikan nasi,ikan/ayam, sayur/mie, telur, tahu, tempe, ikan bandeng
dan juga rujak.

Dalam acara selamatan 7 bulanan ini dapat kita ambil positifnya, yaitu bisa berbagi
rizki lebih pada orang lain. Ibu bisa makan-makanan bergizi, seperti telur, ayam, ikan
bandeng dan juga dibacakan do’a oleh banyak orang agar kehamilannya lancar dan tidak ada
halangan.

51
52
Perawatan kehamilan dan nifas merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan,
disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin Permasalahan yang
cukup besar lainnya yang berpengaruh pada kehamilan adalah masalah gizi. Permasalahan
gizi pada ibu hamil di Indonesia tidak terlepas dari faktor budaya setempat. Hal ini
disebabkan karena adanya kepercayaan dan pantangan terhadap beberapa makanan

Tradisi terkait upacara kehamilan, kelahiran dan setelah melahirkan masih menjadi hal yang
penting bagi masyarakat Banjar. Ibu hamil pada suku Banjar juga mengenal pantangan yang
diturunkan dari nenek moyang mereka. Pantangan ini dilaksanakan baik pada saat kehamilan
dan setelah melahirkan. Pantangan ini dimaksudkan agar selama hamil dan bersalin ibu dan
bayi terhindar dari keadaan yang dapat membahayakan ibu selama kehamilan dan persalinan.
Kuatnya pantangan terkait dengan masa kehamilan dan persalinan menyebabkan suku Banjar
selalu terkait dengan tradisi setempat. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengkaji lebih
dalam mengenai budaya dan makna simbolis perilaku ibu hamil dan ibu nifas.

53
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagai seorang bidan yang bekerja di komunitas, harus mengetahui dan memahami
beberapa pokok permasalahan yang terjadi di komunitas, diantaranya :

-Kematian ibu dan bayi

-Kehamilan remaja

-Unsafe abortion

-Angka kejadian BBLR

-Tingkat kesuburan PUS

-Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan

-Infeksi Menular Seksual (IMS) pada masyarakat

-Perilaku dan social budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas.

Analisis situasi merupakan proses sistem untuk melihat fakta, data atau kondisi yangada
dalam suatau lingkup wilayah yang berisikan orang, lokasi dan dimensi waktu.Lambatnya
upaya penurunan AKI dan AKB, serta berbagai penyakit epidemik lainnya diindonesia,
merupakan indikator kurangnya perhatian pemerintah dan pelibatan partisipasimasyarakat
dalam pengelolaan sistem pengelolaan kesehatan

3.2 Saran

a.     bidan kesehatan komunitas kiranya dapat bekerja sama dengan komunitas dan populasi
untuk memperbaiki kembali kesehatan.

b.      bidan kesehatan komunitas kiranya dapat memperhatikan standar evaluasi atau


penilaian dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas.

c.       bidan kesehatan komunitas kiranya dapat terlibat dalam koordinasi dan organisasi
dalam merespons isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan

54
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Komunitas Teori  dan  Praktik, edisi 3. Jakarta :
EGC

Mubarak, WahitIqbal, dkk. 2006. Ilmu Komunitas 2 Teori.Jakarta :SagungSeto

Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Komunitas. Yogyakarta :Gosyen Publishing

Gunawijaya, J. 2010. Kuliah Umum tentang Budaya dan Perspektif Transkultural dalam
Keperawatan Mata Ajar KDK II 2010, semester genap: FK UI

Leininger, M dan McFarland.M.R. 2002. Transkultural Nursing : Concepts,Theories,


Research and Practice, edisi 3.USA : Mc.Graw Hill Companies

SDKI 2017

INFODATIN

RISKESDAS 2018

PROFIL INDONESIA TAHUN 2017

iii

Anda mungkin juga menyukai