“PENDAMPINGAN MASYARAKAT”
DOSEN:
Dr. APRINA,S.Kp.,M.Kes
DISUSUN OLEH:
Kelompok 10
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
pada mata kuliah Pemberdayaan Masyarakar. Makalah ini yang berjudul “Pendampingan
Masyarakat.”
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen kami, Ibu Dr. APRINA,S.Kp.,M.Kes
, serta teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide sehingga makalah ini
dapat disusun dengan baik.
Kami berharap, makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun supaya makalah selanjutnya
dapat lebih baik lagi.
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Selama ini merupakan hal yang biasa atau sah-sah saja bila suatu instansi
pemerintah, swasta atau lembaga-lembaga swadaya masyarakat datang atau masuk di
desa yang dikatakan miskin, tertinggal, atau terpencil dan mengatakan bahwa mereka
mau membantu atau mendampingi masyarakat untuk membangun desanya. Apakah
kita pernah bertanya pada diri kita sendiri, benarkah mereka membutuhkan? apakah
mereka pernah minta didampingi? apakah kalau tidak didampingi mereka tidak akan
hidup atau tidak berkembang? Tetapi bukankah selama ini masyarakat tidak pernah
menolak didampingi? Mengapa mereka tidak pernah menolak? dan sejumlah
pertanyaan reflektif lain masih dapat dimunculkan. Untuk menjawab pertanyaan diatas
bukanlah suatu hal yang sulit bila itu menurut pemikiran dan atas dasar rasionalitas
kita, tetapi dapatkah kita menjawab menurut cara berfikir dan hati nurani mereka? Bila
mau jujur dan objektif, sebagian besar dari kita bahkan tidak pernah mempertanyakan
hal-hal seperti tersebut diatas. Walaupun telah menggunakan istilah pendampingan,
tetapi bila datang ke desa atau sekelompok masyarakat di desa, pada umumnya kita
telah membawa program/proyek yang keputusannya ada dan tidak ada program/proyek
itu tidak dilakukan masyarakat tetapi oleh para pendamping.
Sekali lagi masyarakat tidak pernah menolak adanya program/proyek itu, walaupun
hal itu tidak seperti yang mereka harapkan atau mereka butuhkan. Dari gambar tersebut
diatas sebenarnya keluguan, kejujuran, keterbukaan, sikap menghargai, semangat kerja
sama dan sebgainya dari masyarakat terhadap orang luar, bukanlah menunjukan ketidak
tahuan mereka tetapi lebih kepada keingin tahuan mereka terhadap orang luar. Maka
bila dalam proses pendampingan, yang rugi adalah pendamping itu sendiri.
Ia tidak tahu banyak hal yang diketahui oleh kelompok atau masyarakat, yang justru
tidak akan kita temui di bangku pendidikan atau buku, sebab pengetahuan mereka
berangkat dari pengalaman. Kini kembali pada pertanyaan awal, (jadi) mengapa
kelompok masyarakat didampingi ? Dari uraian tersebut diatas kiranya dapat lebih
membuka cakrawala kita semua bahwasanya pendampingan kelompok masyarakat
hendaknya dilihat sebagai penyatuan sumber daya yang ada di dalam dan yang datang
1
dari luar kelompok masyarakat.
Masyarakat memiliki pengetahuan yang berakarkan pada pengalaman dan dalam
proses mikro sedangkan pendamping memiliki pengetahuan yang bersifat intelektual
formal dan dalam proses makro. Dengan demikian bila keduanya berinteraksi secara aktif
akan membawa suatu perubahan yang dinamis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
adalah pembinaan. Ketika istilah pembinaan ini dipakai terkesan ada tingkatan
yaitu ada pembinaan dan yang dibina, pembinaan adalah orang atau lembaga yang
melakukan pembinan sedangkan yang dibina adalah masyarakat. Kesan lain
yang muncul adalah pembinaan sebagai pihak yang aktif sedang yang dibina pasif
atau pembinaan adalah sebagi subjek yang dibina adalah objek. Oleh karena itu
istilah pendampingan dimunculkan, langsung mendapat sambutan positif
dikalangan praktisi pengembangan masyarakat. Karena kata pendampingan
menunjukan kesejajaran (tidak ada yang satu lebih dari yang lain), yang aktif justru
yang didampingi sekaligus sebagai subjek utamanya, sedang pendamping lebih
bersifat membantu saja. Dengan demikian pendampingan dapat diartikan sebagai
satu interaksi yang terus menerus antara pendamping dengan anggota kelompok
atau masyarakat hingga terjadinya proses perubahan kreatif yang diprakarsai oleh
anggota kelompok atau masyarakat yang sadar diri dan terdidik ( tidak berarti
punya pendidikan formal).
4
penghapusan sumberdaya non produktif. Penegasan tuntutan atas hak-hak
ekonomis, seperti : Surplus yang hilang karena pertukaran yang tidak
seimbang.
2. Kemandirian Intelektual yaitu pembentukan dasar pengetahuan otonom
oleh masyarakat yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-
bentuk dominasi yang muncul. Dengan dasar tersebut masyarakat akan
dapat menganalisis hubungan sebab-akibat dari suatu masalah yang
muncul.
3. Kemandirian Pendampingan yaitu kemampuan otonom masyarakat untuk
mengembangkan diri mereka sendiri dalam bentuk pengelolaan tindakan
kolektif yang membawa pada perubahan kehidupan mereka. (Sebagai
catatan : dalam proses pendampingan ada intervensi pendamping dari luar,
maka pada tahap kemandirian pendamping kelompok masyarakat berasal
dari dalam).
5
5. Prinsip Kesatuan Keluarga. Masyarakat tumbuh dan berkembang sebagai
satu kesatuan keluarga yang utuh. Kepala keluarga beserta anggota
keluarganya merupakan pemacu dan pemicu kemajuan usaha. Prinsip ini
menuntut para pendamping untuk memberdayakan seluruh anggota keluarga
masyarakat berperan serta dalam meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan.
1. Konsultan
2. Fasilitator
6
sering disebut sebagai process provider. Sebagai process provider seorang
pendamping harus mampu memberikan motivasi (motivator) kepada
kelompok masyarakat yang putus asa, pasrah, bahkan pesimis dan apatis
supaya menjadi lebih bersemangat dan mempunyai harapan untuk
menyongsong masa depan yang lebih baik. Ada kalanya kelompok
masyarakat mengalami stagnasi dan pasif, untuk itu pendamping harus
mampu mendinamisasi (dinamisator) supaya proses transformasi dan
pemberdayaan terjadi secara berdaya guna sehingga mencapai tujuan yang
diharapkan. Pendamping juga harus mampu memfasilitasi kebutuhan
kelompok dalam hubungannya dengan pihak luar. Baik dalam hal
menemukan akses sumberdaya, pasar, maupun dalam mempromosikan
kelompok agar mendapatkan pengakuan dari pihak luar. Dalam hal ini
peran melakukan mediasi atau sebagai mediator (bridging) terjadi.
3. Pelatih
Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan
serta terjadinya perubahan sikap dalam diri para fungsionaris maupun
anggota kelompok, maka seorang pendamping juga harus mampu menjadi
pelatih bagi kelompok masyarakat. Ketiga peran tersebut diatas sebenarnya
bukan peran yang berdiri sendiri-sendiri tetapi merupakan satu kesatuan,
dimana satu dengan yang lain akan saling berkaitan dan mendukung.
Sebagai contoh : sebagai seorang pelatih, seorang pendamping memiliki
keterbatasan kemampuan dalam hal pelatihan teknis (seperti : cara membuat
tahu atau barang kerajinan). Untuk itu pendamping harus tetap mengupay
akan pelatih dibidang tersebut dengan jalan mengfungsikan peran yang
lain yaitu sebagai fasilitator untuk menghubungkan atau mencari orang
lain yang dapat memberikan pelatihan teknis tersebut. Dengan demikian
tidak harus semuanya dia sendiri yang melakukan.
2.1.5 Keterampilan Pendamping Masyarakat
Untuk mendukung ketiga peran tersebut diatas, seorang pendamping dituntut
memiliki beberapa keterampilan pokok dibawah ini, yaitu ;
7
dengan kelompok, hubungan antar subyek dengan subyek bukan subyek dengan
obyek.
2. Beradaptasi (penyesuaian diri)
Kemampuan beradaptasi ini hendaknya dilihat bukan hanya secara sepihak
dalam arti pendamping harus mampu menyesuaikan diri dengan gaya hidup,
adat atau kebiasaan masyarakat. Tetapi juga kemampuan untuk mengajak
masyarakat menerima hal-hal baru diluar gaya hidup atau kebiasaan mereka
selama ini. Kesalahan selama ini pendamping yang selalu bisa beradaptsi
tehadap masyarakat, tetapi apalah artinya pendamping yang bisa melakukan
penyesuaian diri tetapi gagal membawa kelompok masyarakatnya
menyesuaikan terhadap perubahan yang dihadapi.
3. Studi dan Analisis Sosial
Seorang pendamping harus dapat memahami dinamika dan realita sosial yang
dihadapi masyarakat. Disisi lain tujuan pendmpingan adalah kemadirian
kelompok masyarakat dengan pendekatan dan peningkatan partisipasi
masyarakat. Oleh karena itu maka seorang pendmping dituntut untuk selalu
mengasah kemampuannya dalam melihat dan menganalisis kondisi sosial akurat
dan tepat seperti kemiskinan, ketergantungan dan keterkaitan proses sosial baik
pada tingkat mikro maupun makro.
4. Menangani ketegangan dan konflik
Menangani ketegangan dan konflik disini bukan hanya yang terjadi didalam
kelompok masyarakat, tetapi juga menyangkut yang diluar kelompok. Sebab
tugas pendamping dengan masyarakat menyangkut dua kepentingan yang
berbeda. Mereka yang menolak perubahan atau dirugikan oleh inisiatif mandiri
masyarakat, akan memilih pendamping sebagai target serangan.
8
kemampuan seorang pendamping tidak akan cukup bila hanya mendasarkan
pada pelatihan awal sebagai persiapan sebagai pendaming. Bila menyadari
bahwa kelompok masyarakat pun mengalami perubahan dan perkmbangan,
jelas banyak kemapuan pendamping bila tidak dikembangkan tidak akan
mampu mengikuti perkembangan kelompoknya. Sumber belajar bagi
pendamping hendaknya dilihat bukan hanya sebatas pelatihan dan buku,
tetapi interaksi dengan berbagai pihakpun akan dapat dijadikan sumber belajar
yang efektif.
6. Menghapuskan diri
Kemampuan menghapuskan diri menjadi yang paling menantang bagi seorang
pendamping bukan karena sulit untuk dilakukan, tetapi lebih karena adanya
hambatan psikologis. Seorang pendamping dengan bangganya akan
menceritakan bagaimana kelompok masyarakat menangis dan merasa
kehilangan ketika ia mengakhiri tugasnya sebagi pendamping disana. Kalau
Bapak pergi siapa lagi yang akan mendampingi kami ? Pendamping akan
merasa kecewa atau gagal bila kelompok masyarakat mengatakan : terima
kasih Pak atas bantuannya selama ini, kami sekarang tidak perlu bantuan Bapak
lagi, kami sudah bisa membangun kampung sendiri. Padahal keberhasilan
dalam proses pendampingan ialah ketika kelompok masyarakat yang
didampingi telah mandiri dan mempunyai pendamping yang berasal dari
mereka sendiri untuk melakukan proses pendmpingan selanjutnya.
Dengan demikian kemampuan seorang pendamping untuk menciptakan kader-
kader pendamping yang berasal dari kelompok masyarakat itu sendiri merupakan
indiktor utama keberhasilannya sebagai pendamping, jadi bukan sebaliknya.
Sebab proses pendampingan bukan untuk menciptakan ketergantungan baru bagi
kelompok masyarakat
9
kekuasaan melalui pemahaman akan haknya sebagai warga negara dan anggota
masyarakat. Rumah tangga miskin perlu didorong untuk membentuk kelompok
yang merupakan mekanisme kelembagaan penting untuk mengorganisir dan
melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat di desa atau kelurahannya.
Kelompok ini kemudian dimotivasi untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan
pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan
mereka sendiri.
2. Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan
Peningkatan kesadaran masyarakat dapat dicapai melalui pendidikan dasar,
pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi. Sedangkan keterampilan-keterampilan
vokasional bisa dikembangkan melalui cara-cara partsipatif. Pengetahuan lokal
yang biasanya diperoleh melalui pengalaman dapat dikombinasikan dengan
pengetahuan dari luar. Pelatihan semacam ini dapat membantu masyarakat
miskin untuk menciptakan matapencaharian sendiri atau membantu
meningkatkan keahlian mereka untuk mencari pekerjaan di luar wilayahnya.
3. Manajemen diri
Kelompok harus mampu memilih pemimpin mereka sendiri dan mengatur
kegiatan mereka sendiri, seperti melaksanakan pertemuan-pertemuan,
melakukan pencatatan dan pelaporan, mengoperasikan tabungan dan kredit,
resolusi konflik dan manajemen kepemilikan masyarakat. Pada tahap awal,
pendamping dari luar dapat membantu mereka dalam mengembangkan sebuah
sistem. Kelompok kemudian dapat diberi wewenang penuh untuk melaksanakan
dan mengatur sistem tersebut.
4. Mobilisasi sumber
Merupakan sebuah metode untuk menghimpun sumber-sumber individual
melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan
modal sosial. Ide ini didasari pandangan bahwa setiap orang memiliki
sumbernya sendiri yang, jika dihimpun, dapat meningkatkan kehidupan sosial
ekonomi secara substansial. Pengembangan sistem penghimpunan,
pengalokasian dan penggunaan sumber perlu dilakukan secara cermat sehingga
semua anggota memiliki kesempatan yang sama. Hal ini dapat menjamin
kepemilikan dan pengelolaan secara berkelanjutan.
10
5. Pembangunan dan pengembangan jaringan
Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai
dengan peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan
mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di sekitarnya. Jaringan
ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan berbagai akses
terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan masyarakat
miskin.
1. Pemungkinan
Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
miskin berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan
masyarakat miskin dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat.
2. Penguatan
Memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat miskin
dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan
kepercayaan diri masyarakat miskin yang menunjang kemandirian mereka.
3. Perlindungan
Melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak
tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak
seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah
terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan
harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang
tidak menguntungkan rakyat kecil.
4. Penyokongan
Memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat miskin mampu
menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus
mampu menyokong masyarakat miskin agar tidak terjatuh ke dalam keadaan
11
dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
5. Pemeliharaan
Memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi
kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus
mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap
orang memperoleh kesempatan berusaha.
12
Kriteria dan Karakteristik Pendamping
Pekerjaan sebagai pendamping bukan merupakan suatu tugas yang mudah.
Pendampingan adalah suatu keahlian dan dapat dianggap sebagai suatu misi.
Tiga syarat sebagai pendamping ( facilitator) pada pekerjaan pembangunan
pertanian,yaitu :
1. Pendamping harus memiliki kompetensi dan kapasitas kognitif serta
pengetahuanyan g dalam dan luas di bidangnya.
2. Pendamping memiliki komitmen profesional, motivasi serta
kematangan sepertiyang ditujukan dalam pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan sebelumnya.
3. Pendamping memiliki kemauan yang sangat kuat untuk membagi apa
yang dianggapnya baik bagi sesamanya (orang lain).
Selain syarat-syarat ini, pendamping perlu memiliki kemampuan untuk dapat
berfungsi sebagai :
1. pemerakarsa
2. penunjuk jalan
3. pendorong
4. pendamai
5. pengumpul fakta
6. pemberi fakta
Bila mereka bekerja dalam kelompok maka pendamping harus dapat bekerjasama,
memiliki kesamaan persepsi tentang tugas dan tanggung jawab mereka. Agar
supaya fungsu sebagai fasilitator dapat berjalan dengan baik maka kemampuan
berikut perlu dimiliki:
1. mengumpulkan data
2. analisis dan identifikasi masalah
3. melakukan interaksi atau membangun hubungan dengan setiap kalangan
4. kemampuan berorganisasi
5. kemampuan menata proyek
6. kemampuan memberikan pelatihan
13
C. Contoh bentuk pendampingan masyarakat yang dilakukan oleh perawat di
masyarakat :
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendampingan merupakan upaya untuk menyertai masyarakat dalam mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki sehingga mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih
baik. Kegiatan pendampingan meruapak upaya berkelanjutan yang dilakukan dalam
rangka pemberdayaan masyarakat. Pendamping merupakan salah satu motivator bagi
pengembangan masyrarakat.
Dapat diketahui pendamping memiliki tugas untuk memfasilitasi masyarakat. Adapun
peran dan fungsi pendamping yaitu: menggali potensi dan kebutuhan masyarakat,
memecahkan masalah, memposisikanpPeran dan tindakan, mengajak masyarakat untuk
berfikir, memberikan kepercayaan, kemandirian dan pengambilan keputusan,
membangun jaringan kerja.
Lalu pendamping juga memiliki tanggunng jawab dalam memfasilitasi, yaitu Memilih
metoda training yang tepat setelah menentukan tujuan dri training, Pendamping harus
bisa membuat dan menyediakan atmosphere pelatihan yang mendukung
partisipan/peserta untuk dapat menikmati aktifitasnya. Pendamping harus memastikan
bahwa partisipan tidak hanya berkutat dengan aktifitas permainan saja, tetapi tetap
mendapatkan learning pointnya. Pendamping mempunyai tanggung jawab untuk
memastikan kejelasan dan ketelitian dari informasi. Pendamping juga mempunyai
tanggung jawab untuk mengarahkan kelompok dan menjaga kelompok agar tetap
bergerak dan maju.
15
DAFTAR PUSTAKA
16