Anda di halaman 1dari 19

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

“PENDAMPINGAN MASYARAKAT”

DOSEN:
Dr. APRINA,S.Kp.,M.Kes

DISUSUN OLEH:
Kelompok 10

Dhimas Okthavian Arisandhi 1914301054


Gustia Mega Nanda 1914301060
Mustika Ayu Pitaloka 1914301068
Sila Restu Ria 1914301088

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
pada mata kuliah Pemberdayaan Masyarakar. Makalah ini yang berjudul “Pendampingan
Masyarakat.”
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen kami, Ibu Dr. APRINA,S.Kp.,M.Kes
, serta teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide sehingga makalah ini
dapat disusun dengan baik.
Kami berharap, makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun supaya makalah selanjutnya
dapat lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 15 Januari 2022

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 2

1.3 Tujuan.................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Pendampingan Masyarakat............................................................................................. 3

2.1.1Pengertian pendampingan masyarakat................................................................... 3

2.1.2 Tujuan pendampingan masyarakat........................................................................ 4

2.1.3 Prinsip pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat...............................5

2.1.4 Peranan pendamping dan peranan kader kesehatan dalam pendamping


pemberdayaan masyarakat ............................................................................................... 6

2.1.5 Keterampilan pendamping masyarakat................................................................. 7

2.1.6 aplikasi teori pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat.....................9

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama ini merupakan hal yang biasa atau sah-sah saja bila suatu instansi
pemerintah, swasta atau lembaga-lembaga swadaya masyarakat datang atau masuk di
desa yang dikatakan miskin, tertinggal, atau terpencil dan mengatakan bahwa mereka
mau membantu atau mendampingi masyarakat untuk membangun desanya. Apakah
kita pernah bertanya pada diri kita sendiri, benarkah mereka membutuhkan? apakah
mereka pernah minta didampingi? apakah kalau tidak didampingi mereka tidak akan
hidup atau tidak berkembang? Tetapi bukankah selama ini masyarakat tidak pernah
menolak didampingi? Mengapa mereka tidak pernah menolak? dan sejumlah
pertanyaan reflektif lain masih dapat dimunculkan. Untuk menjawab pertanyaan diatas
bukanlah suatu hal yang sulit bila itu menurut pemikiran dan atas dasar rasionalitas
kita, tetapi dapatkah kita menjawab menurut cara berfikir dan hati nurani mereka? Bila
mau jujur dan objektif, sebagian besar dari kita bahkan tidak pernah mempertanyakan
hal-hal seperti tersebut diatas. Walaupun telah menggunakan istilah pendampingan,
tetapi bila datang ke desa atau sekelompok masyarakat di desa, pada umumnya kita
telah membawa program/proyek yang keputusannya ada dan tidak ada program/proyek
itu tidak dilakukan masyarakat tetapi oleh para pendamping.
Sekali lagi masyarakat tidak pernah menolak adanya program/proyek itu, walaupun
hal itu tidak seperti yang mereka harapkan atau mereka butuhkan. Dari gambar tersebut
diatas sebenarnya keluguan, kejujuran, keterbukaan, sikap menghargai, semangat kerja
sama dan sebgainya dari masyarakat terhadap orang luar, bukanlah menunjukan ketidak
tahuan mereka tetapi lebih kepada keingin tahuan mereka terhadap orang luar. Maka
bila dalam proses pendampingan, yang rugi adalah pendamping itu sendiri.
Ia tidak tahu banyak hal yang diketahui oleh kelompok atau masyarakat, yang justru
tidak akan kita temui di bangku pendidikan atau buku, sebab pengetahuan mereka
berangkat dari pengalaman. Kini kembali pada pertanyaan awal, (jadi) mengapa
kelompok masyarakat didampingi ? Dari uraian tersebut diatas kiranya dapat lebih
membuka cakrawala kita semua bahwasanya pendampingan kelompok masyarakat
hendaknya dilihat sebagai penyatuan sumber daya yang ada di dalam dan yang datang

1
dari luar kelompok masyarakat.
Masyarakat memiliki pengetahuan yang berakarkan pada pengalaman dan dalam
proses mikro sedangkan pendamping memiliki pengetahuan yang bersifat intelektual
formal dan dalam proses makro. Dengan demikian bila keduanya berinteraksi secara aktif
akan membawa suatu perubahan yang dinamis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pendampingan masyarakat?


2. Apa tujuan pendampingan masyarakat?
3. Bagaimana prinsip pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat?
4. Bagaimana peranan pendamping dan peranan kader kesehatan dalam pendamping
pemberdayaan masyarakat ?
5. Bagaimana Keterampilan pendamping masyarakat?
6. Bagaimana aplikasi teori pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian pendampingan masyarakat .
2. Mahasiswa mampu memahami Tujuan pendampingan masyarakat.
3. Mahasiswa mampu memahami Prinsip pendampingan dalam pemberdayaan
masyarakat.
4. Mahasiswa mampu memahami Peranan pendamping dan peranan kader kesehatan
dalam pendamping pemberdayaan masyarakat.
5. Mahasiswa mampu memahami Keterampilan pendamping masyarakat .
6. Mahasiswa mampu memahami aplikasi teori pendampingan dalam pemberdayaan
masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.2 Pendampingan Masyarakat


2.1.1 Pengertian pendampingan masyarakat
Pendampingan masyarakat atau biasa disebut juga dengan fasilitator program,
saat ini mungkin menjadi satu profesi yang tak masuk dalam daftar cita-cita anak-
anak kita. Padahal ada begitu banyak hal mulia yang terkandung dalam profesi ini.
Layaknya profesi dokter, petugas kesehatan atau guru misalnya.
Seorang pendamping masyarakat juga bekerja tak hanya menjalankan
program, namun ada begitu banyak nilai yang tak bisa terlukiskan secara verbal,
saat melihat masyarakat yang didampinginya mengalami perubahan kehidupan
menjadi lebih baik. Sebuah pemberdayaan (masyarakat) menampakkan hasilnya;
inilah ‘tropi tertinggi’ untuk seorang fasilitator atau pendamping masyarakat.
Istilah pemberdayaan masyarakat (community empowering/developement) kini
juga telah populer di tengah-tengah masyarakat. Ini merupakan salah satu metode
gerakan yang digunakan dalam menjalankan program pembangunan masyarakat,
baik dalam aspek ekonomi, sosial budaya, pendidikan, kesehatan atau kombinasi
semua aspek tersebut.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang baik, pada umumnya memang
mensyaratkan adanya proses pendampingan. Ini menjadi penting karena obyek
pemberdayaan adalah masyarakat dengan dinamikanya yang beragam. Secara
konseptual fungsi pendampingan adalah memfasilitasi, memotivasi masyarakat
serta mengawasi agar kegiatan pemberdayaan sesuai dengan maksud dan tujuan
yang dikehendaki. Program pemberdayaan yang baik seyogyanya mampu
mengakomodir berbagai aspek yang berkembang dan dibutuhkan di masyarakat.
Masyarakat memerlukan peningkatan kesejahteraan, namun juga berharap agar
dalam pencapaian kesejahteraan tersebut tidak mengorbankan aspek-aspek lain,
seperti budaya, keserasian lingkungan, dan jatidiri sebagai bagian dari sebuah
komunitas.
Dikalangan dunia pengembangan masyarakat istilah pendampingan merupakan
istilah baru yang muncul sekitar 90-an, sebelum itu istilah yang banyak dipakai

3
adalah pembinaan. Ketika istilah pembinaan ini dipakai terkesan ada tingkatan
yaitu ada pembinaan dan yang dibina, pembinaan adalah orang atau lembaga yang
melakukan pembinan sedangkan yang dibina adalah masyarakat. Kesan lain
yang muncul adalah pembinaan sebagai pihak yang aktif sedang yang dibina pasif
atau pembinaan adalah sebagi subjek yang dibina adalah objek. Oleh karena itu
istilah pendampingan dimunculkan, langsung mendapat sambutan positif
dikalangan praktisi pengembangan masyarakat. Karena kata pendampingan
menunjukan kesejajaran (tidak ada yang satu lebih dari yang lain), yang aktif justru
yang didampingi sekaligus sebagai subjek utamanya, sedang pendamping lebih
bersifat membantu saja. Dengan demikian pendampingan dapat diartikan sebagai
satu interaksi yang terus menerus antara pendamping dengan anggota kelompok
atau masyarakat hingga terjadinya proses perubahan kreatif yang diprakarsai oleh
anggota kelompok atau masyarakat yang sadar diri dan terdidik ( tidak berarti
punya pendidikan formal).

2.1.2 Tujuan Pendampingan Masyarakat

Bila kembali pada inti pengertian pendampingan yaitu terjadinya proses


perubahan kreatif yang diprakarsai oleh masyarakat sendiri, jelas menunjukan
adanya proses inisiatif dan bentuk tindakan yang dilakukan oleh masyarakat
sendiri, tanpa adanya intervensi dari luar. Dengan demikian tujuan utama dari
pendampingan adalah adanya kemandirian kelompok masyarakat. Kemandirian
disini menyiratkan suatu kemampuan otonom untuk mengambil keputusan
bertindak berdasarkan keputusannya itu dan memilih arah tindaknnya sendiri
tanpa terhalang oleh pengaruh dari luar atau yang diinginkan oleh orang
lain/pihak lain. Untuk mencapai kemandirian yang demikian dibutuhkan suatu
kombinasi dari kemampuan materi, intelektual, organisasi dan manajemen.
Dengan demikian sebenarnya 3 elemen pokok dalam kemandirian, yaitu
Kemandirian Material, Kemandirian Intelektual, dan Kemandirian Pendampingan.
1. Kemandirian Material yaitu kemampuan produktif guna memenuhi
kebutuhan dasar dan mekanisme untuk tetap dapat tetap bertahan pada
waktu krisis. Hal ini bisa diperoleh melalui pertama proses mobilisasi
sumberdaya pribadi dan atau keluarga dengan mekanisme menabung dan

4
penghapusan sumberdaya non produktif. Penegasan tuntutan atas hak-hak
ekonomis, seperti : Surplus yang hilang karena pertukaran yang tidak
seimbang.
2. Kemandirian Intelektual yaitu pembentukan dasar pengetahuan otonom
oleh masyarakat yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-
bentuk dominasi yang muncul. Dengan dasar tersebut masyarakat akan
dapat menganalisis hubungan sebab-akibat dari suatu masalah yang
muncul.
3. Kemandirian Pendampingan yaitu kemampuan otonom masyarakat untuk
mengembangkan diri mereka sendiri dalam bentuk pengelolaan tindakan
kolektif yang membawa pada perubahan kehidupan mereka. (Sebagai
catatan : dalam proses pendampingan ada intervensi pendamping dari luar,
maka pada tahap kemandirian pendamping kelompok masyarakat berasal
dari dalam).

2.1.3 Prinsip Pendampingan


Prinsip-prinsip pendampingan dalam upaya pemberdayaan masyarakat meliputi
1. Prinsip Spasial Lokal. Penguasaan dan pemahaman terhadap ruang, kondisi,
potensi dan bahasa lokal dalam pemberdayaan masyarakat.
2. Prinsip Berkelompok. Kelompok tumbuh dari, oleh dan untuk kepentingan
masyarakat. Selain dengan anggota kelompoknya sendiri, kerjasama juga
dikembangkan antara kelompok dan mitra kerja lainnya agar usaha mereka
berkembang, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta mampu
membentuk kelembagaan ekonomi.
3. Prinsip Keberlanjutan. Seluruh kegiatan penumbuhan dan pengembangan
diorientasikan pada terciptanya sistem dan mekanisme yang mendukung
pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. Berbagai kegiatan yang
dilakukan merupakan kegiatan yang memiliki potensi berlanjut di kemudian
hari.
4. Prinsip Kemandirian. Masyarakat diberi motivasi dan dorongan untuk
berusaha atas dasar kemauan dan kemampuan mereka sendiri dan tidak
selalu tergantung pada bantuan dari luar.

5
5. Prinsip Kesatuan Keluarga. Masyarakat tumbuh dan berkembang sebagai
satu kesatuan keluarga yang utuh. Kepala keluarga beserta anggota
keluarganya merupakan pemacu dan pemicu kemajuan usaha. Prinsip ini
menuntut para pendamping untuk memberdayakan seluruh anggota keluarga
masyarakat berperan serta dalam meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan.

6. Prinsip Belajar Menemukan Sendiri. Kelompok dalam masyarakat tumbuh


dan berkembang atas dasar kemauan dan kemampuan mereka untuk belajar
menemukan sendiri apa yang mereka butuhkan dan apa yang akan mereka
kembangkan, termasuk upaya untuk mengubah penghidupan dan
kehidupannya.

2.1.4 Peranan Pendamping dan Peranan Kader Kesehatan Dalam Pendamping


Pemberdayaan Masyarakat
Mendasarkan pada pengertian pendamping tersebut diatas sejumlah peran kiranya
bisa diambil oleh seorang pendamping kelompok masyarakat, tetapi dalam
besarannya dapat dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai konsultan, fasilitator, dan
pelatih.

1. Konsultan

Dalam hal ini pendamping harus mampu menjadikan dirinya tempat


bertanya, menampung permasalahan atau kendala-kendala yang dihadapi
para fungsionaris kelompok masyarakat dan memberikan alternatif
pemecahan masalah dengan tetap ada ditangan kelompok masyarakat
sendiri.

2. Fasilitator

Sebagai seorang fasilitator, pendamping harus mampu memfasilitasi


terjadinya proses dinamis dalam pengembangan masyarakat menuju pada
perubahan yang lebih baik. Dalam perannya inilah seorang pendamping

6
sering disebut sebagai process provider. Sebagai process provider seorang
pendamping harus mampu memberikan motivasi (motivator) kepada
kelompok masyarakat yang putus asa, pasrah, bahkan pesimis dan apatis
supaya menjadi lebih bersemangat dan mempunyai harapan untuk
menyongsong masa depan yang lebih baik. Ada kalanya kelompok
masyarakat mengalami stagnasi dan pasif, untuk itu pendamping harus
mampu mendinamisasi (dinamisator) supaya proses transformasi dan
pemberdayaan terjadi secara berdaya guna sehingga mencapai tujuan yang
diharapkan. Pendamping juga harus mampu memfasilitasi kebutuhan
kelompok dalam hubungannya dengan pihak luar. Baik dalam hal
menemukan akses sumberdaya, pasar, maupun dalam mempromosikan
kelompok agar mendapatkan pengakuan dari pihak luar. Dalam hal ini
peran melakukan mediasi atau sebagai mediator (bridging) terjadi.
3. Pelatih
Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan
serta terjadinya perubahan sikap dalam diri para fungsionaris maupun
anggota kelompok, maka seorang pendamping juga harus mampu menjadi
pelatih bagi kelompok masyarakat. Ketiga peran tersebut diatas sebenarnya
bukan peran yang berdiri sendiri-sendiri tetapi merupakan satu kesatuan,
dimana satu dengan yang lain akan saling berkaitan dan mendukung.
Sebagai contoh : sebagai seorang pelatih, seorang pendamping memiliki
keterbatasan kemampuan dalam hal pelatihan teknis (seperti : cara membuat
tahu atau barang kerajinan). Untuk itu pendamping harus tetap mengupay
akan pelatih dibidang tersebut dengan jalan mengfungsikan peran yang
lain yaitu sebagai fasilitator untuk menghubungkan atau mencari orang
lain yang dapat memberikan pelatihan teknis tersebut. Dengan demikian
tidak harus semuanya dia sendiri yang melakukan.
2.1.5 Keterampilan Pendamping Masyarakat
Untuk mendukung ketiga peran tersebut diatas, seorang pendamping dituntut
memiliki beberapa keterampilan pokok dibawah ini, yaitu ;

1. Berkomunikasi dua arah (horisontal)


Hal ini ditekankan guna menjaga hubungan yang sejajar antara pendamping

7
dengan kelompok, hubungan antar subyek dengan subyek bukan subyek dengan
obyek.
2. Beradaptasi (penyesuaian diri)
Kemampuan beradaptasi ini hendaknya dilihat bukan hanya secara sepihak
dalam arti pendamping harus mampu menyesuaikan diri dengan gaya hidup,
adat atau kebiasaan masyarakat. Tetapi juga kemampuan untuk mengajak
masyarakat menerima hal-hal baru diluar gaya hidup atau kebiasaan mereka
selama ini. Kesalahan selama ini pendamping yang selalu bisa beradaptsi
tehadap masyarakat, tetapi apalah artinya pendamping yang bisa melakukan
penyesuaian diri tetapi gagal membawa kelompok masyarakatnya
menyesuaikan terhadap perubahan yang dihadapi.
3. Studi dan Analisis Sosial
Seorang pendamping harus dapat memahami dinamika dan realita sosial yang
dihadapi masyarakat. Disisi lain tujuan pendmpingan adalah kemadirian
kelompok masyarakat dengan pendekatan dan peningkatan partisipasi
masyarakat. Oleh karena itu maka seorang pendmping dituntut untuk selalu
mengasah kemampuannya dalam melihat dan menganalisis kondisi sosial akurat
dan tepat seperti kemiskinan, ketergantungan dan keterkaitan proses sosial baik
pada tingkat mikro maupun makro.
4. Menangani ketegangan dan konflik
Menangani ketegangan dan konflik disini bukan hanya yang terjadi didalam
kelompok masyarakat, tetapi juga menyangkut yang diluar kelompok. Sebab
tugas pendamping dengan masyarakat menyangkut dua kepentingan yang
berbeda. Mereka yang menolak perubahan atau dirugikan oleh inisiatif mandiri
masyarakat, akan memilih pendamping sebagai target serangan.

Contoh : keterikatan antara masyarakat dengan tengkulak/pengijon. Maka


sebagai ancaman terhadap pekerjaan mereka. Oleh karena itu pendamping akan
dilihat senagai musuh oleh para tengkulak/pengijon tersebut.
5. Belajar secara terus menerus.
Bukanlah suatu pekerjaan yang mudah bagi pendamping (apalagi yang ada
didaerah pedalaman) untuk dapat belajar terus menerus. Dalih keterbatasan
dana, transportasi dan sumber belajar akan menjadi alasan yang sah padahal

8
kemampuan seorang pendamping tidak akan cukup bila hanya mendasarkan
pada pelatihan awal sebagai persiapan sebagai pendaming. Bila menyadari
bahwa kelompok masyarakat pun mengalami perubahan dan perkmbangan,
jelas banyak kemapuan pendamping bila tidak dikembangkan tidak akan
mampu mengikuti perkembangan kelompoknya. Sumber belajar bagi
pendamping hendaknya dilihat bukan hanya sebatas pelatihan dan buku,
tetapi interaksi dengan berbagai pihakpun akan dapat dijadikan sumber belajar
yang efektif.
6. Menghapuskan diri
Kemampuan menghapuskan diri menjadi yang paling menantang bagi seorang
pendamping bukan karena sulit untuk dilakukan, tetapi lebih karena adanya
hambatan psikologis. Seorang pendamping dengan bangganya akan
menceritakan bagaimana kelompok masyarakat menangis dan merasa
kehilangan ketika ia mengakhiri tugasnya sebagi pendamping disana. Kalau
Bapak pergi siapa lagi yang akan mendampingi kami ? Pendamping akan
merasa kecewa atau gagal bila kelompok masyarakat mengatakan : terima
kasih Pak atas bantuannya selama ini, kami sekarang tidak perlu bantuan Bapak
lagi, kami sudah bisa membangun kampung sendiri. Padahal keberhasilan
dalam proses pendampingan ialah ketika kelompok masyarakat yang
didampingi telah mandiri dan mempunyai pendamping yang berasal dari
mereka sendiri untuk melakukan proses pendmpingan selanjutnya.
Dengan demikian kemampuan seorang pendamping untuk menciptakan kader-
kader pendamping yang berasal dari kelompok masyarakat itu sendiri merupakan
indiktor utama keberhasilannya sebagai pendamping, jadi bukan sebaliknya.
Sebab proses pendampingan bukan untuk menciptakan ketergantungan baru bagi
kelompok masyarakat

2.1.6 Aplikasi Teori Pendampingan Dalam Pemberdayaan Masyarakat

A. Terdapat lima kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam melakukan


pendampingan masyarakat:
1. Motivasi
Keluarga miskin dapat memahami nilai kebersamaan, interaksi sosial dan

9
kekuasaan melalui pemahaman akan haknya sebagai warga negara dan anggota
masyarakat. Rumah tangga miskin perlu didorong untuk membentuk kelompok
yang merupakan mekanisme kelembagaan penting untuk mengorganisir dan
melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat di desa atau kelurahannya.
Kelompok ini kemudian dimotivasi untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan
pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan
mereka sendiri.
2. Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan
Peningkatan kesadaran masyarakat dapat dicapai melalui pendidikan dasar,
pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi. Sedangkan keterampilan-keterampilan
vokasional bisa dikembangkan melalui cara-cara partsipatif. Pengetahuan lokal
yang biasanya diperoleh melalui pengalaman dapat dikombinasikan dengan
pengetahuan dari luar. Pelatihan semacam ini dapat membantu masyarakat
miskin untuk menciptakan matapencaharian sendiri atau membantu
meningkatkan keahlian mereka untuk mencari pekerjaan di luar wilayahnya.
3. Manajemen diri
Kelompok harus mampu memilih pemimpin mereka sendiri dan mengatur
kegiatan mereka sendiri, seperti melaksanakan pertemuan-pertemuan,
melakukan pencatatan dan pelaporan, mengoperasikan tabungan dan kredit,
resolusi konflik dan manajemen kepemilikan masyarakat. Pada tahap awal,
pendamping dari luar dapat membantu mereka dalam mengembangkan sebuah
sistem. Kelompok kemudian dapat diberi wewenang penuh untuk melaksanakan
dan mengatur sistem tersebut.
4. Mobilisasi sumber
Merupakan sebuah metode untuk menghimpun sumber-sumber individual
melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan
modal sosial. Ide ini didasari pandangan bahwa setiap orang memiliki
sumbernya sendiri yang, jika dihimpun, dapat meningkatkan kehidupan sosial
ekonomi secara substansial. Pengembangan sistem penghimpunan,
pengalokasian dan penggunaan sumber perlu dilakukan secara cermat sehingga
semua anggota memiliki kesempatan yang sama. Hal ini dapat menjamin
kepemilikan dan pengelolaan secara berkelanjutan.

10
5. Pembangunan dan pengembangan jaringan
Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai
dengan peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan
mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di sekitarnya. Jaringan
ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan berbagai akses
terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan masyarakat
miskin.

Dalam kaitannya dengan masyarakat miskin, lima aspek pemberdayaan di atas


dapat dilakukan melalui lima strategi pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi
5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan
(Suharto, 1997:218-219):

1. Pemungkinan
Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
miskin berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan
masyarakat miskin dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat.
2. Penguatan
Memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat miskin
dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan
kepercayaan diri masyarakat miskin yang menunjang kemandirian mereka.
3. Perlindungan
Melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak
tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak
seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah
terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan
harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang
tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan
Memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat miskin mampu
menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus
mampu menyokong masyarakat miskin agar tidak terjatuh ke dalam keadaan

11
dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
5. Pemeliharaan
Memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi
kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus
mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap
orang memperoleh kesempatan berusaha.

B. Contoh Metode Pendampingan


Program Pendampingan Kelompok Tani Padi
Salah satu cara untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan petani
adalah melalui program pendampingan. Sesungguhnya pendampingan petani
bukanlah sesuatu hal yang baru. Namun akhir-akhir ini istilah pendampinga petani
muncul kepermukaan karena adanya berbagai krisis dan tantangan yang dihadapi
oleh sektor agrokompleks. Sejak kegiatan penyuluhan agrokompleks digalakkan
diindonesia, program penyuluhan dianggap serupa dengan program
pendampingan karena penyuluh agrokompleks tinggal dan hidup diantara petani,
memahami dan ikut membantu petani memecahkan masalah persoalannya.
Ide penyuluhan pertanian ini sejalan dengan konsep penyuluhan menurut
M.Osher (1978) yang dengan eksplisit menyatakan adanya kegiatan
pendampingan.
Kegiatan pendampingan terhadap masyarakat lebih banyak diawali oleh LSM
melalui program-program pembangunan masyarakat.
“Community workers”adalah mereka yang tinggal dan bekerja ditengah
masyarakat sasaran dengan tujuan utama adalah mensukseskan program
pembangunan melalui pemberdayaaan (empowerment) masyarakat. Dengan cara
ini maka target dan tujuan bisa dicapai pada waktunya dan bahkan dapat
dipercepat. Pemberdayaan masyarakat dengan cara ini memiliki kesan bahwa
kelompok sasaran (petani) di manjakan. Kesan ini benar bila pendamping atau
pekerja masyarakat tidak tekun menatap pada tujuan akhir.
Namun kesan ini akan dengan sendirinya hilang apabila pendamping
menyadari bahwa apapun yang dilakukan adalah dalam konteks tujuan akhir
untuk memberdayakan masyarakat petani.

12
Kriteria dan Karakteristik Pendamping
Pekerjaan sebagai pendamping bukan merupakan suatu tugas yang mudah.
Pendampingan adalah suatu keahlian dan dapat dianggap sebagai suatu misi.
Tiga syarat sebagai pendamping ( facilitator) pada pekerjaan pembangunan
pertanian,yaitu :
1. Pendamping harus memiliki kompetensi dan kapasitas kognitif serta
pengetahuanyan g dalam dan luas di bidangnya.
2. Pendamping memiliki komitmen profesional, motivasi serta
kematangan sepertiyang ditujukan dalam pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan sebelumnya.
3. Pendamping memiliki kemauan yang sangat kuat untuk membagi apa
yang dianggapnya baik bagi sesamanya (orang lain).
Selain syarat-syarat ini, pendamping perlu memiliki kemampuan untuk dapat
berfungsi sebagai :
1. pemerakarsa
2. penunjuk jalan
3. pendorong
4. pendamai
5. pengumpul fakta
6. pemberi fakta

Bila mereka bekerja dalam kelompok maka pendamping harus dapat bekerjasama,
memiliki kesamaan persepsi tentang tugas dan tanggung jawab mereka. Agar
supaya fungsu sebagai fasilitator dapat berjalan dengan baik maka kemampuan
berikut perlu dimiliki:
1. mengumpulkan data
2. analisis dan identifikasi masalah
3. melakukan interaksi atau membangun hubungan dengan setiap kalangan
4. kemampuan berorganisasi
5. kemampuan menata proyek
6. kemampuan memberikan pelatihan

13
C. Contoh bentuk pendampingan masyarakat yang dilakukan oleh perawat di
masyarakat :

1. Pelayanan kesehatan di rumah (Home Care)


Di sini perawat bisa bekerja mandiri atau bersama tim medis lainnya dalam
mendampingi proses pengobatan, perawatan, penyembuhan pasien maupun
keluarga di rumah. Perawat dapat berperan sebagai konsultan yaitu perawat
menjadi tempat pasien dan/atau keluarga untuk bertanya mengenai status
kesehatan maupun terapi apa yg sebaiknya dilakukan dan memberikan
alternatif pemecahan masalah dengan keputusan tetap ada ditangan pasien
maupun keluarga. Lalu perawat juga berperan sebagai fasilitator yaitu
perawat memfasilitasi klien dalam hal pengobatan dll. Serta perawat
berperan sebagai pelatih contohnya perawat melatih keluarga pasien dalam
proses perawatan dengan harapan keluarga suatu saat mampu mandiri dalam
melakukan perawatan tanpa didampingi oleh tim medis lagi.

2. Pos Pelayanan Keluarga Berencana - Kesehatan Terpadu (Posyandu) adalah


kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan termasuk perawat. Dimana
salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan
bayi dan balita secara rutin untuk memantau tumbuh kembang anak dan
mendeteksi sejak dini bila anak mengalami gangguan tumbuh kembang.
3. Kegiatan pendampingan keluarga dalam percepatan penurunan Stunting
4. Pendampingan pasien terpasang alat di rumah sakit
5. Pendampingan keluarga dalam pemilihan asuhan keperawatan pasien
setelah sembuh
6. Pendampingan pasien dalam kebutuhan spiritual

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendampingan merupakan upaya untuk menyertai masyarakat dalam mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki sehingga mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih
baik. Kegiatan pendampingan meruapak upaya berkelanjutan yang dilakukan dalam
rangka pemberdayaan masyarakat. Pendamping merupakan salah satu motivator bagi
pengembangan masyrarakat.
Dapat diketahui pendamping memiliki tugas untuk memfasilitasi masyarakat. Adapun
peran dan fungsi pendamping yaitu: menggali potensi dan kebutuhan masyarakat,
memecahkan masalah, memposisikanpPeran dan tindakan, mengajak masyarakat untuk
berfikir, memberikan kepercayaan, kemandirian dan pengambilan keputusan,
membangun jaringan kerja.
Lalu pendamping juga memiliki tanggunng jawab dalam memfasilitasi, yaitu Memilih
metoda training yang tepat setelah menentukan tujuan dri training, Pendamping harus
bisa membuat dan menyediakan atmosphere pelatihan yang mendukung
partisipan/peserta untuk dapat menikmati aktifitasnya. Pendamping harus memastikan
bahwa partisipan tidak hanya berkutat dengan aktifitas permainan saja, tetapi tetap
mendapatkan learning pointnya. Pendamping mempunyai tanggung jawab untuk
memastikan kejelasan dan ketelitian dari informasi. Pendamping juga mempunyai
tanggung jawab untuk mengarahkan kelompok dan menjaga kelompok agar tetap
bergerak dan maju.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://labkomfkmuvri.blogspot.com/2011/06/fasilitator-teknik-fasilitasi.html (diakses pada


15 januari 2022)

http://sppt-tel.blogspot.com/2010/08/keterampilan-fasilitasi.html (diakses pada 15 januari


2022) http://www.smeru.or.id/report/training/menjembatani_penelitian_dan_kebijakan/
untuk_cso/file/3 546.pdf (diakses pada15 januari 2022)

makalahgood.blogspot.com/2013/10/fasilitator.html (diakses pada 15 januari 2022


https://latintc.wordpress.com/teknik-fasilitasi/ (diakses pada 15 januari 2022)

16

Anda mungkin juga menyukai