Anda di halaman 1dari 21

KONSEP PERSIAPAN SOSIAL, PARTISIPASI DAN

KADERISASI DALAM PENGORGANISASIAN DAN

PENGEMBANGAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

Nur Nabila Natasyah Rahmat Hidayat

Pengiran Selutan

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Ridwan, S.E., M.M.

UNIVERSITAS PATRIA ARTHA

KESEHATAN MASYARAKAT

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Om Swastiastu Namo

Budhaya, Salam Kebajikan. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang

Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta kemudahan dalam

menyelesaikan makalah Konsep Persiapan Sosial, Partisipasi Dan Kaderisasi

dalam Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat secara tepat waktu.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Pak Ridwan S.E., M.M. yang

telah memberikan tugas terhadap kami.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengorganisasian

dan Pengembangan Masyarakat

Kami sangat menyadari atas kekurangan dalam makalah ini baik dari isi

maupun struktur penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan

untuk perbaikan makalah kami. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi

serta menambah wawasan bagi pembaca dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Gowa, 19 Desember 2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI

JUDUL.......................................................................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Konsep Persiapan Sosial................................................................................3

2.2 Konsep Partisipasi Sosial...............................................................................8

2.3 Kaderisasi.....................................................................................................13

BAB 3 PENUTUP

3.1 kesimpulan....................................................................................................16

3.2 Saran.............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

III
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap kelompok masyarakat tentu mempunyai masalahnya masing-

masing. Salah satunya adalah masalah dalam bidang kesehatan. Dalam

keadaan ini, ada masyarakat yang memahami masalah yang terjadi di

sekitarnya. Namun, juga banyak masyarakat yang tidak mengetahui dan

mengenal masalah yang ada di sekitarnya bahkan juga ada masyarakat yang

tidak mengetahui potensi yang ada dalam diri mereka masing- masing.

Adanya masalah dan ketidakmampuan mengenali masalah dari masyarakat

serta penyelesaiaan yang berhubungan dengan potensi yang ada pada mereka

merupakan salah satu hal yang harus ditangani dalam upaya untuk

meningkatkan derajat kesehatan dalam suatu kelompok masyarakat. Agar

masyarakat menjadi masyarakat yang mampu memberdayakan potensi yang

ada di dalam diri mereka dalam upaya mengenal dan menyelesaikan masalah

yang ada. Baik secara individu ataupun dengan kader kesehatan.

Oleh karena itu, dalam makalah ini kami membahas tentang partisipasi

sosial, bagaimana masyarakat mampu untuk mengenal dirinya, mamahami

potensi yang ada dalam diri mereka, mengetahui memahami masalah yang

terjadi disekitarnya dan penyadaran masyarakat untuk menyelesaikan masalah

yang mereka alami

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan konsep persiapan sosial?

2. Apa yang dimaksud dengan konsep partisipasi sosial?

3. Apa yang dimaksud dengan kaderisasi dalam pengorganisasian dan

pengembangan masyarakat?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu konsep persiapan sosial.

2. Untuk mengetahui apa itu konsep partisipasi sosial.

3. Untuk mengetahui ap aitu kaderisasi dalan pengorganisasian dan

pengembangan masyarakat.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Persiapan Sosial

Dalam praktik perawatan kesehatan tujuan persiapan sosial adalah

mengajak partisipasi atau peran serta masyarakat sejak awal kegiatan

selanjutnya sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan hingga

pengembangan program praktik perawatan kesehatan masya rakat. Kegiatan-

kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditekankan kepada persiapan yang

harus dilakukan baik aspek teknis, administratif dan program-program

kesehatan yang akan dilaksanakan.

A. PENGENALAN MASYARAKAT

Tahap pengenalan masyarakat dapat dilakukan melalui jalur formal

(informal leader), sebagai pihak yang bertanggung jawab secara teknis

administratif dan birokratif suatu wilayah yang akan dijadikan daerah

binaan. Pendekatan terhadap informal leader umumnya melalui

pemerintahan setempat yang bertanggung jawab terhadap wilayah

tersebut dan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) atau instansi

terkait yang bertanggung jawab dalam bidang kesehatan masyarakat.

Pendekatan ini didahului melalui surat permintaan daerah binaan yang

akan dijadikan lahan praktik dilengkapi proposal rencana pembinaan

suatu daerah binaan.

3
Setelah ada persetujuan dari instansi terkait yang menangani

kegiatan tersebut, langkah selanjutnya yang harus ditempuh adalah

mengadakan pendekatan terhadap tokoh-tokoh informal yang ada di

wilayah tersebut. Diantaranya adalah tokoh-tokoh masyarakat seperti

sesepuh, pemuka agama, guru, tokoh pemuda, ketua PKK, dasawisma,

ketua PKMD/LKMD dan sebagainya. Hal ini penting untuk mendapatkan

dukungan dalam pelaksanaan kegiatan yang akan dijalankan. Tanpa

bantuan tokoh-tokoh informal kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan

sulit untuk mencapai hasil yang maksimal. Seperti kita ketahui bahwa

tokoh-tokoh informal dalam masyarakat pada umumnya merupakan

panutan dari masyarakat secara keseluruhan dan mempunyai pengaruh

yang sangat besar terhadap kegiatan masyarakat secara keseluruhan.

Oleh karena itu petugas datang ketengah-tengah masyarakat

dengan hati yang terbuka dan kemauan serta keiginan untuk lebih

mengenal masyarakat sebagaimana adanya sambil menyampaikan

maksud dan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam

melaksanakan pembinaan perawatan kesehatan masyarakat. Pendekatan

tokoh- tokoh informal hendaknya lebih ditujukan kepada PKMD/LKMD,

PKK, kader kesehatan dan dasa wisma atau promotor kesehatan desa

yang berkaitan erat dengan pemeliharaan dan perawatan kesehatan

masyarakat.
Hal ini penting dilakukan karena masyarakat Indonesia masih

bersifat paternalistik, dengan dikenalnya pemimpin-pemimpin

masyarakat formal dan informal, diharapkan penyebaran gagasan dan

kegiatan mendapat dukungan penuh dari masyarakat sehingga mereka

berpartisipasi secara penuh dalam kegiatan tersebut.

B. PENGENALAN MASALAH

Untuk dapat mengenal masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh

yang benar-benar menjadi kebutuhan masyarakat saat ini, diperlukan

interaksi dan interelasi dengan masyarakat setempat secara mendalam.

Hal ini dapat dikakukan melalui survey kesehatan masyarakat dalam

ruang lingkup terbatas. Sehingga masalah-masalah yang dirumuskan

benar-benar masalah yang menjadi kebutuhan masyarakat setempat. Oleh

karena itu keterlibatan masyarakat mulai saat ini sangat diperlukan,

sehingga mereka manyadari sepenuhnya masalah yang mereka hadapi

dan sadar bagaimana cara mengatasi masalah tesebut, dan hal ini sangat

menentukan keberhasilan program perawatan kesehatan masyarakat

secara keseluruhan. Dalam tahap ini mungkin ditemukan banyak masalah

kesehatan masyarakat yang sangat beragam diantaranya masalah gizi

masyarakat, keluarga berencana, pelayanan kesehatan ibu dan anak,

imunisasi dan sebagainya. Agar masalah tersebut dapat diatasi secara

baik, maka perlu dilakukan menyusun skala prioritas penanggulangan

masalah bersama-sama masyakat formal dan informal.

C. PENYADARAN MASYARAKAT

5
Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar mereka :

1. Menyadari masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang

mereka hadapi.

2. Secara sadar mereka mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan

penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka

hadapi.

3. Mereka tahu cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan upaya

pelayanan kesehatan dan keperawatan sesuai dengan potensi dan

sumber daya yang ada pada mereka.

Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka

akan pelayanan kesehatan dan keperawatan diperlukan suatu mekanisme

yang terencana dan terorganisasi dengan baik, seperti kita ketahui

berbagai istilah yang sering dipergunakan dalam rangka menyadarkan

masyarakat, yaitu :

1. Lokakarya mini kesehatan

2. Musyawarah masyarakat desa

3. Rembuk desa

Hal ini dilakukan untuk menyadarkan, membicarakan langkah-langkah

yang akan ditempuh dalam penanggulanagan masalah, penyusunan

program kegiatan yang menyangkut petugas, biaya, sarana dan prasarana

serta bentuk-bentuk kerjasama lintas sektoral dari instansi terkait maupun

lintas program, sehingga jelas peranan-peranan yang harus dilaksanakan


oleh masing-masing pihak yang berkepentingan dalam mencapai tujuan

masyarakat yang lebih luas.

Hal-hal yang mendapat perhatian dalam penyadaran masalah adalah :

1. Libatkan masyarakat secara keseluruhan baik formal maupun

informal, sehingga mereka sadar bahwa itu adalah masalah mereka

bersama yang perlu segera diatasi.

2. Dalam menyusun rencana penanggulangan masalah, sesuaikan dengan

potensi dan sumber daya yang ada pada masyarakat

3. Hindari konflik dari berbagai kepentingan dalam masyarakat

4. Kesadaran dari kelompok-kelompok kecil masyarakat hendaknya

disebarkan kepada kelompok masyarakat yang lebih luas

5. Adakan interaksi dan interalasi dengan tokoh- tokoh masyarakat

secara intensif dan akrab, sehingga mereka dapat dimanfaatkan untuk

usaha motivasi, komunikasi sehingga dapat menggugah kesadaran

masyarakat

6. Dalam mengatasi sifat-sifat paternalistik masyarakat dapat

memanfaatkan jalur kepemimpinan masyarakat setempat dalam

mendapatkan legitimasi dari pihak pemerintah setempat untuk

mempercepat kesadaran masyarakat.

7
2.2 Konsep Partisipasi Sosial

Menurut Rogers, partisipasi adalah tingkat keterlibatananggota dalam

mengambil keputusan, termasuk dalam perencanaan. Namun pada dasarnya

Partisipasi berartiikut serta, tetapi dalam bahasa kita hampir tidak ada

perbedaan antara kata tersebut sebagai kata kerja (to participate) atau kata

benda (participation).

A. Urgensi Partisipasi

Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991: 154-155)

sebagai berikut:

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh

informasimengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat

setempat, yang tanpakehadirannya program pembangunan serta

proyek-proyek akan gagal.

2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program

pembangunan jikamerasa dilibatkan dalam proses persiapan dan

perencanaannya, karena merekaakan lebih mengetahui seluk-beluk

proyek tersebut dan akan mempunyai rasamemiliki terhadap proyek

tersebut.
3. Suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan

masyarakat mereka sendiri.

Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuangdalam

Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh

Department for International Development (DFID) (dalamMonique

Sumampouw, 2004: 106-107) adalah:

a. Cakupan, Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang

terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek

pembangunan.

b. Kesetaraan dan kemitraan (equal partnership), . Pada dasarnya setiap

orang mempunyai keterampilan,kemampuan dan prakarsa serta

mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut dalam setiap

proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan

struktur masing-masing pihak.

c. Transparani, Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan

komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga

menimbulkan dialog.

d. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership),

Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi

kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.

9
e. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). . Berbagai

pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses

karena adanya kesetaraan kewenangan (Sharing power) dan

keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-

langkah selanjutnya.

f. Pemberdayaan ( Empowerment ). Keterlibatan berbagai pihak tidak

lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak,

sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan,

terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu

sama lain.

g. Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang

terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai

kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan

sumber daya manusia.

B. Esensi Partisipasi

Menurut Davis (1995) dalam Sastropoetro (1998), bentuk-bentuk

partisipasi masyarakat terdiri dari:

1. Pikiran, merupakan jenis partisipasi pada level pertama yang

digunakan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan.

2. Tenaga, merupakan jenis partisipasi pada level kedua untuk

mendayagunakannya secara individu ataupun kelompok untuk

mencapai tujuan.
3. Pikiran dan tenaga, merupakan jenis partisipasi pada level ketiga

yang digunakan bersamasama dalam suatu kelompok untuk

mencapai tujuan.

4. Keahlian, merupakan jenis partisipasi pada level keempat untuk

menentukan suatu kebutuhan.

5. Barang, merupakan jenis partisipasi pada level kelima untuk

membantu mencapai hasil yang diinginkan.

6. Uang, merupakan jenis partisipasi pada level keenam, sebagai alat

untuk mencapai hasil yang diinginkan.

C. Metode Pendekatan Partisipasi (Club du Sahel, Mikkelsen; 2003)

1. Pendekatan pasif, pelatihan dan informasi; yakni pendekatan yang

beranggapan bahwa pihak eksternal lebih menguasai pengetahuan,

teknologi, keterampilan dan sumber daya. Dengan demikian

partisipasi tersebut memberikan komunikasi satu arah, dari atas ke

bawah dan hubungan pihak eksternal dan masyarakat bersifat

vertikal.

2. Pendekatan partisipasi aktif; yaitu memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk berinteraksi secara lebih intensif dengan para

petugas eksternal, contohnya pelatihan dan kunjungan.

3. Pendekatan partisipasi dengan keterikatan; masyarakat atau individu

diberikan kesempatan untuk melakukan pembangunan, dan diberikan

pilihan untuk terikat pada sesuatu kegiatan dan bertanggung jawab

atas kegiatan tersebut.

11
4. Pendekatan dengan partisipasi setempat; yaitu pendekatan dengan

mencerminkan kegiatan pembangunan atas dasar keputusan yang

diambil oleh masyarakat setempat.

D. Mewujudkan Masyarakat Partisipasi

Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menumbuhkan partisipasi di

masyarakat:

1. Mengeksplorasi nilai-nilai yang berkaitan dengansemangat

partisipasi (kebersamaan dan solidaritas,tanggung jawab, kesadaran

kritis, sensitif perubahan, peka terhadap lokalitas dan keberpihakan

pada kelompokmarginal, dll).

2. Menghidupkan kembali institusi-institusi volunteersebagai media

kewargaan yang pernah hidup dan berfungsi untuk kemudian

dikontekstualisasi dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat

terutamadinamika kontemporer (Mis. forum rembuk desa/dusun).

3. Memfasilitasi tebentuknya asosiasi-asosiasi kewargaanyang baru

berbasiskan kepentingan kelompokkeagamaan, ekonomi, profesi,

minat dan hobi, dan politik maupun aspek-aspek kultural lainnya

yang dapatdimanfaatkan sebagai arena interaksi terbuka.


4. Mengkampanyekan pentingnya kesadaran inklusif bagiwarga desa

dalam menyikapi sejumlah perbedaan yangterjadi dengan

mempertimbangkan kemajemukan.

5. Memperluas ruang komunikasi publik atau semacam public sphere

yang dapat dimanfaatkan warga desa untukmelakukan kontak-kontak

sosial dan kerjasama. (IRE,2003).

E. Peran Organisasi dalam Partisipasi

1. Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan

semuastruktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara

tidak langsungkepada organisasi yang mereka pilih.Agar dapat

berinteraksi secara efektifsetiap individu bisa berpartisipasi pada

organisasi yang bersangkutan.Dengan berpartisipasi setiap individu

dapat lebih mengetahuihal-hal apa saja yang harus dilakukan.

2. Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental

atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi

kelompok yangmendorongnya untuk memberikan sumbangan

kepada kelompok dalamusaha mencapai tujuan.

2.3 Kaderisasi

A. Konsep kaderisasi

13
Kader berasal dari bahasa Yunani, yaitu cadre, yang berarti bingkai.

Sementara secara terminologi, kader adalah subyek yang berada dalam

suatu organisasi yang bertugas mewujudkan visi-misi organisasi tersebut.

Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi,karena

merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa

kaderisasi, rasanya sangat sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat

bergerak dan melakukan tugas-tugas keorganisasiannya dengan baik dan

dinamis. Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan mutlak membangun

struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan

Dalam beberapa buku yang membahas sistem kaderisasi dalam sebuah

lembaga, terdapat sebuah proses yang hampir sama antara satu sama lain

yaitu empat proses kaderisasi.

1.Pengenalan

2.Training

3. Pengarahan

4.Pemantauan Kinerja

B. Pengertian Peran Kader

Dalam sebuah organisasi ada yang dinamakan kader.Definisi kader

menurut Kamus Besar BahasaIndonesia(KBBI) adalah orang yang akan

diharapkanuntuk memegang peranan penting dalam

pemerintahan,institusi,atau organisasi. Namun dalamkenyatannya kader lebih


diidentikkan sebagai sosok yangmasuk kedalam organisasi tetapi mereka

belum menjadi pengurus dalam organisasi tersebut.

1. Peran Kaderisasi

a. Pewarisan nilai-nilai organisasi yang baik

b. Penjamin keberlangsungan organisasi

c. Sarana belajar bagi anggota

2. Macam-macam dan peran kader dalam Kesehatan

Saat ini pada umumnya kader kesehatan ada beberapa kelompok, misalnya:

a. Kader Posyandu Balita

b. Kader Posyandu Lansia

c. Kader Gizi

d. Kader Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau Kader KPKIA

e. Kader Keluarga Berencana (KB)

f. Kader Juru Pengamatan Jentik (Jumantik)

g. Kader Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

h. Kader Promosi Kesehatan (Promkes) atau KADER PHBS

i. Kader Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

Karena peran yang sangat krusial ini, para kader kesehatandapat dikatakan
sebagai pelopor/ pelaku pembangunanmasyarakat. Sebagai pelopor atau
pelaku pembangunanmasyarakat di desanya, berarti Kader telah ikut serta

15
dalam pembangunan. Namun semua ini bisa terjadi jikalau kaderkesehatan
mempunyai sikap yang baik kepada masyarakatnya.Sikap kader yang baik di
masyarakat diantaranya adalah:
1. Semangat, Empati, Peduli, Emosi, Nalar, Upaya, Handal
2. Cerdas,Inisiatif dan inovatif, Nurani(ikhlas), Terampil, Asa

BAB 3

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Dalam pengembangan dan pengorganisasian masyarakat, petugas

kesehatan memegang peranan penting untuk menciptakan situasi belajar

mengajar tertentu yang membuat masyarakat khususnya kader kesehatan,

dasawisma, memperoleh pengalaman belajar yang optimal dari kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir

dengan bekal pengalaman belajar ini selanjutnya akan meningkatkan

kemampuan mereka untuk dapat melaksankan kegiatan secara mendiri tanpa

tergantung kepada pihak lain. Dan bantuan dari pihak lain diperlukan kalau

benar-benak dianggap perlu.


3.2 Saran

Kami sangat menyadari atas kekurangan dalam makalah ini baik dari isi

maupun struktur penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat

diharapkan untuk perbaikan makalah kami. Semoga makalah ini dapat

memberikan informasi serta menambah wawasan bagi pembaca dan dapat

bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

anon785. (2019). Makalah kelp.1. Retrieved from Dokumen.tips:


https://dokumen.tips/documents/makalah-kelp-1docx.html?page=1

Ariani, M. (2020, May). Konsep Persiapan Sosial, Partisipasi Dan Kader Ppm. Retrieved
from idoc.pub: https://idoc.pub/documents/konsep-persiapan-sosial-partisipasi-
dan-kader-ppm-3no7vmkzpeld

Hanafie, A. (2015, November 07). Partisipasi Masyarakat. Retrieved from Slideshare.net:


https://www.slideshare.net/abuhanafie/partisipasi-masyarakat-54863236

Hutabarat, M. Y. (2017, Desember 06). Makalah Konsep Persiapan Sosial. Retrieved from
scribd: https://www.scribd.com/document/366490165/Makalah-Konsep-
Persiapan-Sosial

Linda, F. (2020). Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat. Retrieved from


academia.edu:
https://www.academia.edu/44144724/Pengorganisasian_dan_Pengembangan_
Mayarakat_bunda_ps

Luphyta, D. D. (2019, Februari 19). Tugas PPM Konsep Persiapan Sosial, Partisipasi Dan
Kaderisasi. Retrieved from Scribd:
https://www.scribd.com/document/399944296/Tugas-Ppm-Konsep-Persiapan-
Sosial-Partisipasi-Dan-Kaderisasi

17
Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat. (2018, May 08). Retrieved from
issuu.com: https://issuu.com/aurapublishing/docs/pengembangan_masyarakat

Anda mungkin juga menyukai