PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Jalum 2B
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PEMBUKAAN........................................................................................................4
Latar Belakang.................................................................................................4
Rumusan Masalah............................................................................................4
Tujuan..............................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN..................................................................................................6
Pendekatan Edukatif…………………………………………………………13
BAB III..................................................................................................................23
Kesimpulan....................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
3) Bagaimana Participatory Rual Appraisal
4) Bagaimana Peran Edukatif dalam Peran serta Masyarakat
5) Bagaimana Menggunakan/ Memanfaatkan Fasilitas dan Potensi yang ada
di Masyarakat
6) Bagaimana Pembinaan Peran Serta Masyarakat
7) Bagaimana Pembelajaran Orang Dewasa
8) Bagaimana Hakekat Pemberdayaan Masyarakat
9) Bagaimana Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
10) Bagaiman Tahapan Pengorganisasin Masyarakat
1.3. TUJUAN
1) Untuk Mengetahui Bagaimana Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
2) Untuk Mengetahui Bagaimana Bentuk Pemberdayaan Masyarakat
3) Untuk Mengetahui Bagaimana Participatory Rual Appraisal
4) Untuk Mengetahui Bagaimana Peran Edukatif dalam Peran serta
Masyarakat
5) Untuk Mengetahui Bagaimana Menggunakan/ Memanfaatkan Fasilitas dan
Potensi yang ada di Masyarakat
6) Untuk Mengetahui Bagaimana Pembinaan Peran Serta Masyarakat
7) Untuk Mengetahui Bagaimana Pembelajaran Orang Dewasa
8) Untuk Mengetahui Bagaimana Hakekat Pemberdayaan Masyarakat
9) Untuk Mengetahui Bagaimana Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
10) Untuk Mengetahui Bagaimana Tahapan Pengorganisasian Masyarakat
5
BAB 2
PEMBAHASAN
6
Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan
perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di lingkungannya
yakni mulai dari aspek intelektual (Sumber Daya Manusia), aspek material dan
fisik, sampai kepada aspek manajerial. Pemberdayaan masyarakat terkait dengan
pemberian akses bagi masyarakat, lembaga, dan organisasi masyarakat dalam
memperoleh dan memanfaatkan hak masyarakat bagi peningkatan kehidupan
ekonomi, sosial dan politik dan kesehatan. Oleh sebab itu, pemberdayaan
masyarakat amat penting untuk mengatasi ketidakmampuan masyarakat yang
disebabkan oleh keterbatasan akses, kurangnya pengetahuan dan keterampilan,
adanya kondisi kemiskinan yang dialami sebagian masyarakat, dan adanya
keengganan untuk membagi wewenang dan sumber daya yang berada pada
pemerintah kepada masyarakat
Potensi masyarakat untuk mengembangkan kelembagaan keswadayaan ternyata
telah meningkat akibat kemajuan sosial ekonomi masyarakat. Pada masa depan
perlu dikembangkan lebih lanjut potensi keswadayaan masyarakat, terutama
keterlibatan masyarakat pada berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan
ketahanan sosial, dan kepedulian mayarakat luas dalam memcahkan masalah
kemasyarakatan. Selain mengembangkan potensi yang ada juga mengembangkan
gotong royong dalam masyarakat, menggali kontribusi masyarakat, menjalin
kemitraan.
7
2) Sistemik, yaitu dilakukan secara profesional, terstruktur dan terukur sesuai
dengan norma-norma yang berlaku serta dapat beradaptasi dengan
berbagai kearifan yang ada.
3) Holistik, yaitu menganut prinsip menyeluruh. Prinsip ini banyak
melibatkan berbagai pemangku kebijakan (stakeholder) dalam proses
pemberdayaan.
4) Prinsip regeneratif, yaitu menganut prinsip kontinuitas dan
berkesimnambungan atau terus menerus hingga teciptanya kemandirian
masyarakat miskin, terutama di bidang ekonomi.
Dalam menjalankan keempat prinsip di atas maka diperlukan keseriusan
semua stakeholder terutama dalam menemukan bentuk atau model pemberdayaan
menuju kemandirian masyarakat.
Untuk menemukan bentuk pemberdayaan, maka ada baiknya dipaparkan
beberapa pandangan para ahli terkai dengan bentuk atau model tersebut. Jack
Rothman (dalam Edi Suharto), menjelas beberapa bentuk pemberdayaan
masyarakat antara lain:
1) Pengembangan lokal.
Bentuk ini lebih mengedepankan proses menggerakkan berbagai potensi
yang ada dalam masyarakat sebagai model penyelesaian persoalan
ketidakberdayaan masyarakat. Model ini memposisikan pekerja dan
elemen sosial lainnya sebagai dinamisator atau pembangkit semangat
dalam menggerakkan potensi yang masih terpendam.
2) Perencanaan Sosial (Social PlanningModel)
Model ini menempatkan audien sebagai pihak yang dilayani dengan baik.
Posisi mereka sebagai pihak yang dilayani dikarenakan
ketidakmampuannya dalam menghadapi persoalan hidup mereka.
Sedangkan seluruh para pekerja social diposisikan sebagai dinamisator
yang bersifat profesional. Para penggerak ini terdiri dari mereka yang
memiliki ketrampilan terlatih dalam merencanakan aksi pemberdayaan
terhadap masyarakat kelompok sasaran yang terdiri dari orang miskin
renta, penyandang catat, dan lain-lain.
8
3) Social Action
yaitu sebuah model yang meyakini bahwa dalam setiap masyarakat selalu
ada berbagai potensi yang belum digerakkan sehingga tidak bersifat
fungsional bagi proses pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Asumsi
yang dibangun dalam model ini adalah adanya keterlibatan struktural
dalam proses kemiskinan masyarakat. Artinya, masyarakat itu sengaja
dimiskinkan agar tidak berdaya. Kebijakan-kebijakan yang dicetuskan
sering tidak bersifat populis, atau tidak berpihak kepada masyarakat.
Karena itu, diperlukan adanya aksi nyata baik dari stakeholder maupun
masyarakat itu sendiri untuk bergerak mewujudkan pemberdayaan
ekonomi yang dicita-citakan.
9
Sumber informasi sekunder dalam penyusunan pemetaan sosial
dapat berupa dokumen Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDes); laporan statistik daerah (desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten, hingga provinsi), seperti data Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS); peta wilayah (desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten, hingga provinsi); laporan penelitian (skripsi, tesis, disertasi,
serta hasil penelitian lainnya dari lembaga tertentu yang meneliti terkait
kondisi di wilayah tersebut); buku (buku sejarah wilayah tersebut beserta
potensinya); artikel-artikel ilmiah (hasil penelitian di wilayah tersebut
yang telah dipublikasikan); dan foto-foto dokumentasi dari setiap kegiatan
kemasyarakatan yang ada di wilayah tersebut.
Data-data demikian biasanya dapat ditemukan secara langsung
dengan mendatangi dan meminta ke kantor desa/kelurahan di mana tempat
kamu melakukan pemetaan sosial. Keberadaan data-data sekunder ini
menjadi sangatlah penting bagi Anda ketika ingin melaksanakan pemetaan
sosial oleh karena dapat berfungsi sebagai “bekal” pengetahuan dan
referensi kamu sebelum turun lapangan untuk melakukan pemetaan sosial.
Data-data tersebut juga akan sangat membantu Anda di dalam
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan penelitian dan menentukan
informan yang akan diwawancara.
2. Wawancara informan kunci
Anda dapat melakukan wawancara dengan berbagai unsur
masyarakat, seperti tokoh masyarakat, aparatur pemerintahan
desa/kelurahan, tokoh agama setempat, kelompok masyarakat rentan,
organisasi sosial setempat, dan orang-orang yang dianggap mengetahui
secara mendalam mengenai kondisi sosial di lokasi penelitian. Dengan
melakukan wawancara terhadap informan-informan kunci tersebut, Anda
dapat mendapatkan jawaban-jawaban yang mendalam dan representatif
mengenai kondisi sosial yang ada di lokasi penelitian tersebut. Pada
akhirnya, data wawancara yang demikianlah yang sekiranya akan
10
menghantarkan pada hasil pemetaan sosial yang sesuai dengan kenyataan
yang ada di sana.
11
usaha yang ada disekitar mereka. Pemetaan tersebut dapat juga
berdasarkan berbagai aspek yang ada di sana, mulai dari aspek sosial
(bagaimana kondisi kesehatan dan tingkat pendidikan penduduknya);
budaya (apa saja tradisi dan adat istiadat yang ada di sana); sumber-
sumber ekonomi (apa saja bentuk-bentuk usaha yang ada di sana); hingga
kondisi alamnya (apakah ada potensi alam yang dapat dikembangkan
untuk usaha).
Model partisipatif ini sebenarnya dimaksudkan agar hasil pemetaan
sosial yang Anda lakukan dapat sesuai dengan kondisi senyatanya yang
ada di sana. Terlebih lagi, masyarakat juga akan merasa senang dan akan
memicu timbulnya “rasa memiliki” atas wilayahnya serta termotivasi
untuk mengembangkan wilayahnya.
6. Transect walk (Berkeliling bersama masyarakat)
Anda dapat berkeliling di desa yang menjadi lokasi pengembangan
usaha sosial dan berkomunikasi dengan masyarakat setempat. Dalam
prosesnya, dapat dilihat dan dicatat langsung berbagai kondisi di desa
tersebut. Selanjutnya dapat diidentifikasi langsung berbagai zona,
teknologi lokal, dan memetakan langsung sumber daya yang ada.
7. Membuat timeline
Anda membuat deskripsi kronologis mengenai berbagai kegiatan
yang ada di masyarakat setempat. Caranya adalah dengan menyusun
kegiatan-kegiatan tersebut berdasarkan waktu terjadinya secara berkala.
Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah semua kegiatan kemasyarakat
yang ada di wilayah tersebut,
Pembuatan timeline ini menjadi penting bagi Anda dalam
pengembangan usaha sosial kamu, oleh karena kamu juga dapat
memanfaatkan kegiatan-kegiatan ini untuk keberlangsungan program
Pada praktinya, Anda juga tidak hanya dapat menjadi peneliti dalam
pemetaan sosial saja, melainkan juga dapat menjadi fasilitator dan sekaligus
katalisator dari upaya pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan dari
12
masyarakat setempat dengan menggunakan berbagai teknik di atas. Teknik-teknik
tersebut dapat digunakan secara bersama-sama atau dapat lebih dari satu. Teknik
yang Anda pilih harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat di
wilayah tersebut.
13
Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif terhadap
pendekatan yang ditempuh serta sepakat untuk mensukseskan. Langkah-
langkah pengembangan provider meliputi :
1) Pendekatan terhadap pemuka/penentu/pejabat masyarakat. Bertujuan
untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan
nasional/regional. Bentuknya pertemua perorangan, dalam kelompok
kecil, pernyataan beberapa pejabat berpengaruh.
2) Pendekatan terhadap para pelaksana dari sektor diberbagai tingkat
administrasi samapai dengan tingkat desa. Tujuan yang akan dicapai
adalah kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan
serta pola pelaksana secara makro. Berbentuk lokakarya, seminar,
rapat kerja, musyawarah.
3) Pengumpulan data oleh sektor kecamatan/desa. Merupakan pengenalan
situasi dan masalah menurut pandanganpetugas/provider. Macam data
yang dikumpulkan meliputi data umum, data khusus dan data perilaku.
b) Pengembangan masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga masyarakat untuk
mampu dan mau mengatasi masalah sendiri secara swadaya sebatas
kemampuan. Dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk
menentukan masalah, merencanakan alternatif, melaksanakan dan menilai
untuk pemecahan masalah yang dilaksanakan. Langkah-langkahnya
meliputi pendekatan tingkat desa, survey mawas diri, perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian serta pemantapan dan pembinaan.
14
a. Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan.
b. Tingkatkan mutu potensi yang ada.
c. Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada.
d. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
15
1) Mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan ketergantungan dirinya
sendiri keluarga dan masyarakat
2) Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam mengembangkan
kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk
memecahkan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi.
3) Menjadikan agen/perintis pembangunan kesehatan dan pemimpin dalam
menggerakkan peran serta masyarakat di bidang kesehatan yang dilandasi
semangat gotong royong.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan di komunitas diperlukan pendekatan
PSM. Ada beberapa alasan pentingnya menggunakan pendekatan PSM, yaitu
melakukan upaya kesehatan yang dilaksanakan benar sesuai dengan masalah yang
ada di masyarakat.
1. Upaya kesehatan yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan masalah di
masyarakat.
2. Upaya kesehatan yang bisa diterima oleh masyarakat.
3. Masyarakat merasa puas.
4. Adanya partisipasi masyarakat dengan mengerahkan potensi yang ada di
masyarakat.
5. Upaya memperluas jangkauan pelayanan di masyarakat.
6. Menciptakan adanya rasa ikut memiliki.
7. Wadah dan jalur untuk kontrol terhadap upaya pelayanan.
8. Pintu masuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan di bidang lain.
9. Upaya untuk membangun jaringan kerja antara tenaga kesehatan dengan
masyarakat.
Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan ekologi
manusia. Manusia didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya
menjadikan pelaku upaya kesehatan keluarga di masyarakat.
Secara garis besar langkah mengembangkan peran serta adalah :
a) Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat
melalui dialog untuk mendapatkan dukungan.
16
b) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan
masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber
daya yang dimilikinya.
c) Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui
kader yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).
17
2) Mereka telah mengumpulkan segudang pengalaman yang selau bertambah yang
menjadi sumber belajar yang semakin kaya.
3) Kesiapan belajar mereka menjadi semakin berorientasi kepada tugas-tugas
perkembangan dari peranan sosial mereka.
4) Perspektif waktu mereka berubah dari penerapan yang tidak seketika dari
pengetahuan yang mereka peroleh kepada penerapan yang segera, dan sesuai
dengan itu orientasi mereka kearah belajar bergeser dari yang berpusat kepada
mata pelajaran kepada yang berpusat kepada penampilan.
18
mereka sendiri, serta untuk mengembangkan potensi dan sumber daya dalam
pengelolaan kehidupan mereka secara efektif dan efisien.
19
4. Mengembangkan semangat gotong-royong dalam pembangunan
kesehatan. Semangat gotong royong yang merupakan warisan budaya
masyarakat Indonesia hendaknya dapat juga ditentukan dalam upaya
pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Adanya
semangat gotong-royong ini dapat diukur dengan melihat apakah
masyarakat bersedia bekerjasama dalam peningkatan sanitasi lingkungan,
penggalakan gerakan 3M dalam upaya pemberantasan penyakit demam
berdarah dan sebagainya
5. Bekerja bersama masyarakat. Dalam setiap pembangunan kesehatan
hendaknya pemerintah atau petugas kesehatan menggunakan prinsip
bekerja untuk dan bersama masyarakat. Maka akan meningkatkan motivasi
dan kemampuan masyarakat karena adanya bimbingan, dorongan, alih
pengetahuan dan keterampilan dari tenaga kesehatan kepada masyarakat.
6. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan yang
ada dimasyarakat. Prinsip lain dari penggerakan PSM dibidang kesehatan
adalah pemerintah dan tenaga kesehatan hendaknya memanfaatkan dan
bekerja sama dengan LSM serta organisasi kemasyarakatan yang ada di
tempat tersebut. Dengan demikian, upaya pemeliharaan dan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat lebih berhasil guna (efektif) dan berdaya
guna (efisien).
7. Penyerahan pengembalian keputusan kepada masyarakat. Semua bentuk
upaya penggerakan PSM termasuk dibidang kesehatan apabila ingin
berhasil dan berkesinambungan hendaknya bertumpu pada budaya dan
adat setempat. Untuk itu, pengambilan keputusan khususnya yang
menyangkut tata cara pelaksanaan kegiatan guna pemecahan masalah
kesehatan yang ada di masyarakat hendaknya diserahkan kepada
masyarakat. Pemerintah maupun tenaga kesehatan hanya bertindak sebagai
fasilitator dan dinamisator sehingga masyarakat merasa lebih memiliki
tanggung jawab untuk melaksanakannya.
20
1. Pertemuan/pendekatan tingkat desa
Yaitu, kegiatan awal dari pembinaan peran serta masyarakat ditingkat desa
bertujuan:
a) Dikenal nya masalah kesehatan setempat secara umum
b) Dikenalnya program–program kesehatan sebagai upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
c) Diperoleh dukungan pamong dan pemuka masyarakat guna melaksanakan
upaya kesehatan terpadu, disadari pentingnya survey diri untuk menelaah
masalah kesehatan masyarakat setempat.
d) Tersusunnya kelompok kerja untuk survey diri dan ditemukannya jadwal
survey
2. Survey mawas diri
Merupakan pengenalan, pengumpulan, dan pengkajian masalah kesehatan
oleh sekelompok masyarakat setempat. Tujuan: agar masyarakat
mengenal, mengumpulkan, dan mengkaji masalah kesehatannya sendiri
sehingga timbul niat dan kesadaran masyarakat untuk mengetahui masalah
kesehatan sendiri. Pelaksanaan survey:
- membuat persiapan survey
- mengumpulkan informasi
- mengolah informasi
3. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Pertemuan seluruh warga desa untuk membahas hasil survey diri yang
merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari
hasil survey dengan bermusyawarah sehingga menjadi keputusan
bersama.
Tujuan :
- untuk mengenal masalah
- memperoleh kesepakatan untuk penanggulangan masalah
- menyusun rencana kerja
4. Pelatihan kader kesehatan desa
21
Merupakan kegiatan dalam rangka mempersiapkan kader kesehatan agar
mau dan mampu berperan serta dalam mengembangkan program
kesehatan di desanya.
5. Pelaksanaan kegiatan di lapangan
Pada pelaksanaan dilakukan advokasi kepada penentu kebijakan, toma-
toga dan komponen masyarakat lainnya yang mempunyai pengaruh dalam
keberhasilan kegiatan. Selanjutnya dilakukan KIE dan KIP konseling,
melakukan pemberdayaan institusi masyarakat dan akhirnya dilakukan
program kegiatan.
6. Monitoring dan evaluasi
22
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam rangka membangun masyarakat
desa adalah pendekatan yang kita gunakan. Jika kemandirian masyarakat desa
yang diharapkan, maka jelas pendekatan yang diterapkan haruslah berupa
pendekatan edukatif.
Pendekatan edukatif memerlukan kesabaran dan ketangguhan dari para
petugas (penggerak), karena mereka harus mengawal proses secara berkelanjutan
hingga tercapainya kemandirian masyarakat. Di jajaran kesehatan, penggerak
awal adalah para petugas di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Rumah Sakit, serta
Puskesmas dan jaringannya.
Bidan juga harus dapat berkomunikasi yang baik yaitu dapat menunjukkan
rasa hormat kepada orang lain dan meperlihatkan bahwa pandangan dan opini
mereka dihargai.
Keberhasilan bidan di masyarakat juga ditentukan oleh peran serta
masyarakat, oleh karena itu bidan senantiasa mengoptimalkan pemberdayaan
masyarakat demi tercapainya derajat kesehatan yang diharapkan bersama.
23
DAFTAR PUSTAKA
Suparmi, Zakiyya Affi, Lutfi Qona. (2018). Buku Ajar Kebidanan Asuhan
Kebidanan Komunitas, Hal 144-152. Jakarta Timur : CV. TRANS INFO MEDIA
24