Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK

MENJELASKAN TEORI DAN HAKIKAT PRAKTIS

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan kebidanan Komunitas

Dosen Pengampu : Warliana, SSIT, M.Kes

Disusun oleh : Kelompok 3

1. Nabila Diva S 4. Nydia Almirah


2. Nailam Nikmah F 5. Putri Azwari
3. Nida Syahidah 6. Reina Suminar

Jalum 2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PRODI KEBIDANAN KARAWANG

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap makalah ini bisa
menambah pengetahuan mahasiswa program studi Kebidanan Karawang.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................4

PEMBUKAAN........................................................................................................4

Latar Belakang.................................................................................................4

Rumusan Masalah............................................................................................4

Tujuan..............................................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN..................................................................................................6

Pengertian Pemberdayaan Masyarakat……………….……………….….…..6

Bentuk Pemberdayaan Masyarakat……………….…….…………………….7

Participatory Rural Appraisal (PRA)…………….………………...……..…..9

Pendekatan Edukatif…………………………………………………………13

Memanfaatkan Fasilitas & Potensi di Masyarakat…………………………..14

Pembinaan Peran Serta Masyarakat………………………………………….15

Pembelajaran Orang Dewasa………………………………………………..17

Hakekat Pemberdayaan Masyarakat…………………………………………18

Tujuan Pemberdayaan Masyarakat…………………………………………..19

Tahapan Pengorganisasian Masyarakat……………………………………..19

BAB III..................................................................................................................23

Kesimpulan....................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat


kesejahteraan masyarakat. Faktor utama yang mempengaruhi kesehatan yaitu
faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Upaya
kesehatan merupakan bentuk untuk mewujudkan masyarakat dengan kualitas
lingkungan yang sehat dan bersih agar terhindar dari berbagai penyakit karena
perhatian masyarakat mulai menyadari akan kerusakan lingkungan hidup yang
akan berdampak pada kesehatan masyarakat.
Masih tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi dan kurangnya gizi
pada balita merupakan masalah besar untuk membentuk generasi yang
berkualitas. Sehingga penting untuk melakukan berbagai langkah di bidang
sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup karena dapat
mengejar ketertinggalan daya saing di dalam pergaulan masyarakat internasional.
Salah satu upaya untuk mengurangi angka kematian ini adalah dengan melakukan
pemeliharaan kesehatan.
Untuk itu maka dipelukan proses pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan terkait dengan faktor internal dan eksternal yang saling berkontribusi
dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis, salah satunya dengan cara
pelayanan pendampingan oleh fasilitator. oleh karena itu, pelaksanaan dan
pembinaan ditujukan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat di bidang
kesehatan sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam meningkatkan
derajat kesehatannya.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
2) Bagaimana Bentuk Pemberdayaan Masyarakat

4
3) Bagaimana Participatory Rual Appraisal
4) Bagaimana Peran Edukatif dalam Peran serta Masyarakat
5) Bagaimana Menggunakan/ Memanfaatkan Fasilitas dan Potensi yang ada
di Masyarakat
6) Bagaimana Pembinaan Peran Serta Masyarakat
7) Bagaimana Pembelajaran Orang Dewasa
8) Bagaimana Hakekat Pemberdayaan Masyarakat
9) Bagaimana Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
10) Bagaiman Tahapan Pengorganisasin Masyarakat
1.3. TUJUAN
1) Untuk Mengetahui Bagaimana Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
2) Untuk Mengetahui Bagaimana Bentuk Pemberdayaan Masyarakat
3) Untuk Mengetahui Bagaimana Participatory Rual Appraisal
4) Untuk Mengetahui Bagaimana Peran Edukatif dalam Peran serta
Masyarakat
5) Untuk Mengetahui Bagaimana Menggunakan/ Memanfaatkan Fasilitas dan
Potensi yang ada di Masyarakat
6) Untuk Mengetahui Bagaimana Pembinaan Peran Serta Masyarakat
7) Untuk Mengetahui Bagaimana Pembelajaran Orang Dewasa
8) Untuk Mengetahui Bagaimana Hakekat Pemberdayaan Masyarakat
9) Untuk Mengetahui Bagaimana Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
10) Untuk Mengetahui Bagaimana Tahapan Pengorganisasian Masyarakat

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat atau empowerment merupakan proses


menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri (Notoadmodjo, 2010). Dalam hal ini kesejahteraan adalah upaya
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan.
Upaya mewujudkan tanggung jawab dan hak-hak di bidang kesehatan
terpenuhi oleh dirinya sendiri maupun masyarakat sendiri. Pada akhirnnya
pemberdayaan ini adalah setiap individu dan masyarakat mampu mandiri dalam
melindungi dan memelihara kesehatan mereka sendiri.
Kemampuan masyarakat dalam bidan kesehatan yang dimaksudkan mandiri atau
berdikari dalam masalah kesehatan yaitu:
1) Mampu mengenali masalah kesehatan yang mengancam diri, keluarga atau
masyarakat sekitar beserta penyebab dari masalah-masalah tersebut.
2) Setelah mengenali masalah yang mengancam dan penyebabnya maka
mereka diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut
secara mandiri. Mandiri juga diartikan dapat bekerjasama dengan pihak-
pihak terkait yang mampu membantu masalah kesehatan yang dihadapi
tersebut.
3) Derajat pemberdayaan selanjutnya adalah mampunya individu dan
masyarakat dalam memelihara dan melindungi diri dari ancaman
kesehatan yang ada. Dengan kata lain individu dan masyarakat ini mampu
mencegah terjadinya hal-hal yang membahayakan kesehatan mereka.
4) Tahapan pemberdayaan terakhir adalah adanya kemampuan
meningkatkan derajat kesehatan denganmelakukan upaya promotif .

6
Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan
perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di lingkungannya
yakni mulai dari aspek intelektual (Sumber Daya Manusia), aspek material dan
fisik, sampai kepada aspek manajerial. Pemberdayaan masyarakat terkait dengan
pemberian akses bagi masyarakat, lembaga, dan organisasi masyarakat dalam
memperoleh dan memanfaatkan hak masyarakat bagi peningkatan kehidupan
ekonomi, sosial dan politik dan kesehatan. Oleh sebab itu, pemberdayaan
masyarakat amat penting untuk mengatasi ketidakmampuan masyarakat yang
disebabkan oleh keterbatasan akses, kurangnya pengetahuan dan keterampilan,
adanya kondisi kemiskinan yang dialami sebagian masyarakat, dan adanya
keengganan untuk membagi wewenang dan sumber daya yang berada pada
pemerintah kepada masyarakat
Potensi masyarakat untuk mengembangkan kelembagaan keswadayaan ternyata
telah meningkat akibat kemajuan sosial ekonomi masyarakat. Pada masa depan
perlu dikembangkan lebih lanjut potensi keswadayaan masyarakat, terutama
keterlibatan masyarakat pada berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan
ketahanan sosial, dan kepedulian mayarakat luas dalam memcahkan masalah
kemasyarakatan. Selain mengembangkan potensi yang ada juga mengembangkan
gotong royong dalam masyarakat, menggali kontribusi masyarakat, menjalin
kemitraan.

2.2. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat

Dalam kajian ilmu kesejahteraan sosial dijumpai sejumlah konsep tentang


pemberdayaan masyarakat, namun intinya adalah seperangkat usaha untuk
merubah
kondisi tertentu agar lebih baik dari kondisi sebelumnya. Paling tidak dijumpai
ada 4 (empat) prinsip yang dianut dalam proses pemberdayaan.
1) Prinsip kebersahajaan, yaitu dilakukan dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab dengan dan dilakukan melalui proses perencanaan yang
baik.

7
2) Sistemik, yaitu dilakukan secara profesional, terstruktur dan terukur sesuai
dengan norma-norma yang berlaku serta dapat beradaptasi dengan
berbagai kearifan yang ada.
3) Holistik, yaitu menganut prinsip menyeluruh. Prinsip ini banyak
melibatkan berbagai pemangku kebijakan (stakeholder) dalam proses
pemberdayaan.
4) Prinsip regeneratif, yaitu menganut prinsip kontinuitas dan
berkesimnambungan atau terus menerus hingga teciptanya kemandirian
masyarakat miskin, terutama di bidang ekonomi.
Dalam menjalankan keempat prinsip di atas maka diperlukan keseriusan
semua stakeholder terutama dalam menemukan bentuk atau model pemberdayaan
menuju kemandirian masyarakat.
Untuk menemukan bentuk pemberdayaan, maka ada baiknya dipaparkan
beberapa pandangan para ahli terkai dengan bentuk atau model tersebut. Jack
Rothman (dalam Edi Suharto), menjelas beberapa bentuk pemberdayaan
masyarakat antara lain:
1) Pengembangan lokal.
Bentuk ini lebih mengedepankan proses menggerakkan berbagai potensi
yang ada dalam masyarakat sebagai model penyelesaian persoalan
ketidakberdayaan masyarakat. Model ini memposisikan pekerja dan
elemen sosial lainnya sebagai dinamisator atau pembangkit semangat
dalam menggerakkan potensi yang masih terpendam.
2) Perencanaan Sosial (Social PlanningModel)
Model ini menempatkan audien sebagai pihak yang dilayani dengan baik.
Posisi mereka sebagai pihak yang dilayani dikarenakan
ketidakmampuannya dalam menghadapi persoalan hidup mereka.
Sedangkan seluruh para pekerja social diposisikan sebagai dinamisator
yang bersifat profesional. Para penggerak ini terdiri dari mereka yang
memiliki ketrampilan terlatih dalam merencanakan aksi pemberdayaan
terhadap masyarakat kelompok sasaran yang terdiri dari orang miskin
renta, penyandang catat, dan lain-lain.

8
3) Social Action
yaitu sebuah model yang meyakini bahwa dalam setiap masyarakat selalu
ada berbagai potensi yang belum digerakkan sehingga tidak bersifat
fungsional bagi proses pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Asumsi
yang dibangun dalam model ini adalah adanya keterlibatan struktural
dalam proses kemiskinan masyarakat. Artinya, masyarakat itu sengaja
dimiskinkan agar tidak berdaya. Kebijakan-kebijakan yang dicetuskan
sering tidak bersifat populis, atau tidak berpihak kepada masyarakat.
Karena itu, diperlukan adanya aksi nyata baik dari stakeholder maupun
masyarakat itu sendiri untuk bergerak mewujudkan pemberdayaan
ekonomi yang dicita-citakan.

2.3. Participatory Rural Apprasaisal (PRA)


Salah satu metode pemetaan sosial yang paling memungkinkan untuk
menghasilkan peta sosial yang komprehensif adalah metode Participatory Rural
Appraisal (PRA). Metode PRA adalah sebuah pendekatan yang mengajak
masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
pengembangan sebuah kegiatan. Lahirnya metode partisipasi masyarakat dalam
pembangunan dikarenakan adanya kritik bahwa masyarakat hanya diperlakukan
sebagai obyek, bukan subyek.
PRA merupakan perpanjangan dan penerapan dari pemikirian, pendekatan,
dan metode antropologi, terutama menyangkut konsep mengenai pembelajaran
yang fleksibel di lapangan, nilai penting dari observasi-partisipasi, pentingnya
pendekatan (rapport), pembedaan cara pandang etik (cara pandang peniliti) dan
emik (cara pandang anggota komunitas), serta validitas dari pengetahuan lokal
(Chambers, 1994).
Terdapat banyak teknik yang dapat digunakan dalam proses pengumpulan
data dan analisis potensi program atau usaha sosial yang dapat dikembangkan
dengan metode PRA. Berikut adalah teknik-teknik yang dapat digunakan dengan
berangkat dari metode PRA (Chambers & Conway, 1992).
1. Pengumpulan data sekunder

9
Sumber informasi sekunder dalam penyusunan pemetaan sosial
dapat berupa dokumen Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDes); laporan statistik daerah (desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten, hingga provinsi), seperti data Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS); peta wilayah (desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten, hingga provinsi); laporan penelitian (skripsi, tesis, disertasi,
serta hasil penelitian lainnya dari lembaga tertentu yang meneliti terkait
kondisi di wilayah tersebut); buku (buku sejarah wilayah tersebut beserta
potensinya); artikel-artikel ilmiah (hasil penelitian di wilayah tersebut
yang telah dipublikasikan); dan foto-foto dokumentasi dari setiap kegiatan
kemasyarakatan yang ada di wilayah tersebut.
Data-data demikian biasanya dapat ditemukan secara langsung
dengan mendatangi dan meminta ke kantor desa/kelurahan di mana tempat
kamu melakukan pemetaan sosial. Keberadaan data-data sekunder ini
menjadi sangatlah penting bagi Anda ketika ingin melaksanakan pemetaan
sosial oleh karena dapat berfungsi sebagai “bekal” pengetahuan dan
referensi kamu sebelum turun lapangan untuk melakukan pemetaan sosial.
Data-data tersebut juga akan sangat membantu Anda di dalam
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan penelitian dan menentukan
informan yang akan diwawancara.
2. Wawancara informan kunci
Anda dapat melakukan wawancara dengan berbagai unsur
masyarakat, seperti tokoh masyarakat, aparatur pemerintahan
desa/kelurahan, tokoh agama setempat, kelompok masyarakat rentan,
organisasi sosial setempat, dan orang-orang yang dianggap mengetahui
secara mendalam mengenai kondisi sosial di lokasi penelitian. Dengan
melakukan wawancara terhadap informan-informan kunci tersebut, Anda
dapat mendapatkan jawaban-jawaban yang mendalam dan representatif
mengenai kondisi sosial yang ada di lokasi penelitian tersebut. Pada
akhirnya, data wawancara yang demikianlah yang sekiranya akan

10
menghantarkan pada hasil pemetaan sosial yang sesuai dengan kenyataan
yang ada di sana.

3. Wawancara semi terstruktur


Anda dapat membuat daftar pertanyaan yang kamu anggap penting
untuk ditanyakan ke informan penelitian. Dalam prosesnya wawancara,
pertanyaan dapat dikembangkan sesuai dengan temuan atau diskusi
dengan masyarakat setempat.
4. Focus Grop Discussion (FGD)
Melakukan diskusi pada suatu.forum yang terdiri dari orang-orang
yang kamu anggap memiliki pengetahuan berlebih mengenai kondisi
sosial di lokasi penelitian, misalnya para tokoh masyarakat, perwakilan
masyarakat rentan, aktivis sosial yang ada di sana, dan lain sebagainya.
Diskusi dalam forum ini juga tentunya dibatasi pada apa yang menjadi
topik diskusi. Biasanya topik tersebut membicarakan seputar apa saja yang
menjadi kebutuhan, potensi, peluang, dan permasalahan yang ada di
masyarakat. Apabila hal-hal tersebut telah terpetakan dengan baik, maka
tentunya juga dapat menjadi dasar dari pembuatan usaha sosial Anda.
Seperti misalnya, hasil dari FGD menyatakan bahwa terdapat
permasalahan pengangguran tetapi juga terdapat potensi pengembangan
usaha berbasis tanaman hortikultura oleh karena masih banyaknya lahan
kosong dan sumber daya air yang melimpah. Dengan keberadaan masalah
dan potensi tersebut, maka Anda dapat membuat usaha sosial yang lebih
mengembangkan tanaman hortikultura dengan cara melatih, membimbing,
dan mendampingi orang-orang pengangguran tersebut serta membuat
sistem wirausaha yang dapat menunjang keberlangsungannya.
5. Pemetaan dan permodelan partisipatif
Dalam pelaksanaan studi pemetaan sosial, Anda juga harus
melibatkan partisipasi secara aktif dari masyarakat setempat dalam
prosesnya. Seperti misalnya, Anda mengajak masyarakat setempat untuk
bersama-sama memetakan masalah, potensi, dan peluang pengembangan

11
usaha yang ada disekitar mereka. Pemetaan tersebut dapat juga
berdasarkan berbagai aspek yang ada di sana, mulai dari aspek sosial
(bagaimana kondisi kesehatan dan tingkat pendidikan penduduknya);
budaya (apa saja tradisi dan adat istiadat yang ada di sana); sumber-
sumber ekonomi (apa saja bentuk-bentuk usaha yang ada di sana); hingga
kondisi alamnya (apakah ada potensi alam yang dapat dikembangkan
untuk usaha).
Model partisipatif ini sebenarnya dimaksudkan agar hasil pemetaan
sosial yang Anda lakukan dapat sesuai dengan kondisi senyatanya yang
ada di sana. Terlebih lagi, masyarakat juga akan merasa senang dan akan
memicu timbulnya “rasa memiliki” atas wilayahnya serta termotivasi
untuk mengembangkan wilayahnya.
6. Transect walk (Berkeliling bersama masyarakat)
Anda dapat berkeliling di desa yang menjadi lokasi pengembangan
usaha sosial dan berkomunikasi dengan masyarakat setempat. Dalam
prosesnya, dapat dilihat dan dicatat langsung berbagai kondisi di desa
tersebut. Selanjutnya dapat diidentifikasi langsung berbagai zona,
teknologi lokal, dan memetakan langsung sumber daya yang ada.
7. Membuat timeline
Anda membuat deskripsi kronologis mengenai berbagai kegiatan
yang ada di masyarakat setempat. Caranya adalah dengan menyusun
kegiatan-kegiatan tersebut berdasarkan waktu terjadinya secara berkala.
Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah semua kegiatan kemasyarakat
yang ada di wilayah tersebut,
Pembuatan timeline ini menjadi penting bagi Anda dalam
pengembangan usaha sosial kamu, oleh karena kamu juga dapat
memanfaatkan kegiatan-kegiatan ini untuk keberlangsungan program

Pada praktinya, Anda juga tidak hanya dapat menjadi peneliti dalam
pemetaan sosial saja, melainkan juga dapat menjadi fasilitator dan sekaligus
katalisator dari upaya pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan dari

12
masyarakat setempat dengan menggunakan berbagai teknik di atas. Teknik-teknik
tersebut dapat digunakan secara bersama-sama atau dapat lebih dari satu. Teknik
yang Anda pilih harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat di
wilayah tersebut.

2.4. Pendekatan Edukatif Dalam Peran Serta Masyarakat


1. Dasar Pemikiran
a) Dapat memacu perkembangan potensial masyarakat
b) Bertitik tolak dari masalah-masalah yang benar-benar dirasakan oleh
masyarakat
c) Masyarakat berpartisipasi aktif oleh karena ingin memenuhi
kebutuhannya sendiri
d) Pelayanan kesehatan dikembangkan berawal dari pola hidup masyarakat.
e) Sebagian besar masalah kesehatan masyarakat hasil perilaku yang tidak
baik terhadap kesehatan.
2. Definisi Pendekatan Edukatif
a) Secara umum adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara
sistematis, terencana dan terarah dengan partisipasi aktif individu,
kelompok-kelompok masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan
masalah yang dirasakan oleh masyarakat dengan mempertimbangkan
faktor-faktor sosial ekonomi dan buadaya setempat.
b) Secara khusus adalah merupakan model dari pelaksanaan organisasi dalam
memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dengan pendekatan
pokok yaitu pemecahan masalah dan proses pemecahan masalah tersebut.
3. Tujuan Pendekatan Edukatif
a) Memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat yang merupakan masalah
kebidanan komunitas.
b) Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk bisa memecahkan
masalah yang dihadapi diatas swadaya sebatas kemampuannya.
4. Strategi Dasar Pendekatan Eedukatif
a) Mengembangkan provider

13
Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif terhadap
pendekatan yang ditempuh serta sepakat untuk mensukseskan. Langkah-
langkah pengembangan provider meliputi :
1) Pendekatan terhadap pemuka/penentu/pejabat masyarakat. Bertujuan
untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan
nasional/regional. Bentuknya pertemua perorangan, dalam kelompok
kecil, pernyataan beberapa pejabat berpengaruh.
2) Pendekatan terhadap para pelaksana dari sektor diberbagai tingkat
administrasi samapai dengan tingkat desa. Tujuan yang akan dicapai
adalah kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan
serta pola pelaksana secara makro. Berbentuk lokakarya, seminar,
rapat kerja, musyawarah.
3) Pengumpulan data oleh sektor kecamatan/desa. Merupakan pengenalan
situasi dan masalah menurut pandanganpetugas/provider. Macam data
yang dikumpulkan meliputi data umum, data khusus dan data perilaku.
b) Pengembangan masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga masyarakat untuk
mampu dan mau mengatasi masalah sendiri secara swadaya sebatas
kemampuan. Dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk
menentukan masalah, merencanakan alternatif, melaksanakan dan menilai
untuk pemecahan masalah yang dilaksanakan. Langkah-langkahnya
meliputi pendekatan tingkat desa, survey mawas diri, perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian serta pemantapan dan pembinaan.

2.5. Menggunakan/ Memanfaatkan Potensi yang Ada di Masyarakat


1. Definisi
Usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu
menumbuhkan kemampuan orang berkomunikasi dan menguasai fisiknya.
Pengembangan manusia yang tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi
dan kemampuan manusia mengontrol lingkungannya.
2. Langkah-Langkah

14
a. Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan.
b. Tingkatkan mutu potensi yang ada.
c. Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada.
d. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

3. Prinsip dalam mengembangkan masyarakat


a. Program ditentukan oleh dan bersama masyarakat.
b. Program disesuaikan dengan kemampuan masyarakat.
c. Dalam pelaksanaan kegiatan harus ada bimbingan, pengarahan, dan
dorongan agar dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan yang lain.
d. Petugas harus bersedia mendampingi dengan mengambil fungsi sebagai
katalisator untuk mempercepat proses.
4. Bentuk-bentuk program masyarakat
a. Program intensif yaitu pengembangan masyarakat melalui koordinasi
dengan dinas terkait/kerjasama lintas sektoral.
b. Program adaptif yaitu pengembangan masyarakat hanya ditugaskan pada
salah satu instansi/departemen yang bersangkutan saja secara khusus untuk
melaksanakan kegiatan tersebut/kerjasama lintas program.
c. Program proyek yaitu pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha-
usaha terbatas di wilayah tertentu dan program disesuaikan dengan
kebutuhan wilayah tersebut.

2.6. Pembinaan Peran Serta Masyarakat


Peran serta masyarakat (PSM)merupakan keikutsertaan individu, keluarga, dan
kelompok masyarakat dalam setiap menggerakkan upaya kesehatan yang juga
merupakan tanggung jawab kesehatan diri, keluarga, dan masyarakat.
Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan di mana individu,
keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap
kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya. Bersama
dengan lembaga swadaya masyarakat termasuk swasta melakukan:

15
1) Mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan ketergantungan dirinya
sendiri keluarga dan masyarakat
2) Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam mengembangkan
kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk
memecahkan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi.
3) Menjadikan agen/perintis pembangunan kesehatan dan pemimpin dalam
menggerakkan peran serta masyarakat di bidang kesehatan yang dilandasi
semangat gotong royong.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan di komunitas diperlukan pendekatan
PSM. Ada beberapa alasan pentingnya menggunakan pendekatan PSM, yaitu
melakukan upaya kesehatan yang dilaksanakan benar sesuai dengan masalah yang
ada di masyarakat.
1. Upaya kesehatan yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan masalah di
masyarakat.
2. Upaya kesehatan yang bisa diterima oleh masyarakat.
3. Masyarakat merasa puas.
4. Adanya partisipasi masyarakat dengan mengerahkan potensi yang ada di
masyarakat.
5. Upaya memperluas jangkauan pelayanan di masyarakat.
6. Menciptakan adanya rasa ikut memiliki.
7. Wadah dan jalur untuk kontrol terhadap upaya pelayanan.
8. Pintu masuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan di bidang lain.
9. Upaya untuk membangun jaringan kerja antara tenaga kesehatan dengan
masyarakat.
Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan ekologi
manusia. Manusia didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya
menjadikan pelaku upaya kesehatan keluarga di masyarakat.
Secara garis besar langkah mengembangkan peran serta adalah :
a) Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat
melalui dialog untuk mendapatkan dukungan.

16
b) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan
masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber
daya yang dimilikinya.
c) Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui
kader yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).

2.7. Pembelajaran Orang Dewasa


A. Pengertian
John D. Ingalls memberi batasan pengertian andragogi sebagai :Proses
pendidikan membantu orang dewasa menemukan dan menggunakan penemuan-
penemuan dari bidang-bidang pengetahuan yang berhubungan dalam latar sosial
dan situasi pendidikan untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan individu,
organisasi, dan masyarakat. Pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan
dengan pendidikan anak di sekolah. Untuk mencapai hasil proses pembelajaran
orang dewasa yang baik agaknya perlu ditemukenali beberapa faktor yang
mempengaruhi kesungguhan orang dewasa dalam belajar. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk pengalaman
belajar yang diperlukan oleh orang dewasa dari intensitas keikutsertaannya dalam
proses belajar.
Dalam konteks pendidikan orang dewasa, andragogi merupakan
seperangkat konsep atau prinsip tentang bagaimana membantu orang dewasa
dapat belajar secara efektif dalam menambah atau memperjelas, memperdalam,
dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehingga meningkatkan mutu kehidupan.
B. Implikasi Konsep Andragogi Dalam Pembelajaran
Konsep Andragogi didasarkan pada sedikitnya 4 asumsi tentang
karakteristik warga belajar yang berbeda dari asumsi yang mendasari pedagogi
tradisional,yaitu:
1) konsep diri
mereka bergerak dari seseorang dengan pribadi yang tergantung kepada orang lain
kearah seseorang yang mampu mengarahkan diri sendiri.

17
2) Mereka telah mengumpulkan segudang pengalaman yang selau bertambah yang
menjadi sumber belajar yang semakin kaya.
3) Kesiapan belajar mereka menjadi semakin berorientasi kepada tugas-tugas
perkembangan dari peranan sosial mereka.
4) Perspektif waktu mereka berubah dari penerapan yang tidak seketika dari
pengetahuan yang mereka peroleh kepada penerapan yang segera, dan sesuai
dengan itu orientasi mereka kearah belajar bergeser dari yang berpusat kepada
mata pelajaran kepada yang berpusat kepada penampilan.

2.8. Hakekat Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep dan strategi yang
bertujuan untuk memperkuat posisi dan kemampuan masyarakatdalam mengelola
kehidupannya, mengambil keputusan yang tepat, serta mengembangkan potensi
dan sumberdaya yang dimilikinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan
beberapa halantara lain:
1. Pendidikan dan Pelatihan: Memberikan pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan masyarakat dalam mengelola
kehidupan dan sumberdaya yang dimilikinya.
2. Partisipasi: Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pengambilan
keputusan terkait dengan pengelolaan sumberdaya dan kebutuhan yang mereka
miliki.
3. Pemberdayaan Ekonomi: Memberikan modal, akses pasar, dan program
pelatihan untuk membantu masyarakat memperbaiki kehidupan ekonominya dan
memperkuat daya saing mereka.
4. Pemberdayaan Sosial: Membantu masyarakat dalam membangun hubungan
sosial yang baik dan membina kepercayaan di antara anggotanya.
5. Komunikasi dan Informasi: Memperkuat komunikasi dan informasi dalam dan
antara kelompok masyarakat untuk memperbaharui dan menambah pengetahuan
dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.
Dalam praktiknya, pemberdayaan masyarakat akan meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk menentukan nilai-nilai, aspirasi, dan kebutuhan

18
mereka sendiri, serta untuk mengembangkan potensi dan sumber daya dalam
pengelolaan kehidupan mereka secara efektif dan efisien.

2.9. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya
bertujuan untuk membantu seseorang mendapatkan daya, kekuatan dan
kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan
berhubungan dengan diri sendiri, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial
dalam melakukan tindakan. Ditambahkan oleh Sulaeman (2013) bahwa tujuan
utama dari pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.

2.10. Tahapan Pengorganisasian Masyaraka


Secara umum, tahap-tahap dalam mengembangkan Peran Serta Masyarakat
adalah:
1. Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat
melalui dialog untuk mendapatkan dukungan
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan
masalah keluarga maupun masyarakat dengan menggali dan
menggerakkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat, apabila
diperlukan bantuan dari luar bentuknya hanya berupa perangsang atau
pelengkap sehingga tidak semata-mata bertumpu pada bantuan tersebut.
3. Menumbuhkan dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan. Peran serta masyarakat di dalam pembangunan
kesehatan dapat diukur dengan makin banyaknya jumlah anggota
masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti
memanfaatkan puskesmas, polindes, puskesmas pembantu, mau hadir
ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi peserta tabulin,
JPKM, dan lain sebagainya.

19
4. Mengembangkan semangat gotong-royong dalam pembangunan
kesehatan. Semangat gotong royong yang merupakan warisan budaya
masyarakat Indonesia hendaknya dapat juga ditentukan dalam upaya
pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Adanya
semangat gotong-royong ini dapat diukur dengan melihat apakah
masyarakat bersedia bekerjasama dalam peningkatan sanitasi lingkungan,
penggalakan gerakan 3M dalam upaya pemberantasan penyakit demam
berdarah dan sebagainya
5. Bekerja bersama masyarakat. Dalam setiap pembangunan kesehatan
hendaknya pemerintah atau petugas kesehatan menggunakan prinsip
bekerja untuk dan bersama masyarakat. Maka akan meningkatkan motivasi
dan kemampuan masyarakat karena adanya bimbingan, dorongan, alih
pengetahuan dan keterampilan dari tenaga kesehatan kepada masyarakat.
6. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan yang
ada dimasyarakat. Prinsip lain dari penggerakan PSM dibidang kesehatan
adalah pemerintah dan tenaga kesehatan hendaknya memanfaatkan dan
bekerja sama dengan LSM serta organisasi kemasyarakatan yang ada di
tempat tersebut. Dengan demikian, upaya pemeliharaan dan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat lebih berhasil guna (efektif) dan berdaya
guna (efisien).
7. Penyerahan pengembalian keputusan kepada masyarakat. Semua bentuk
upaya penggerakan PSM termasuk dibidang kesehatan apabila ingin
berhasil dan berkesinambungan hendaknya bertumpu pada budaya dan
adat setempat. Untuk itu, pengambilan keputusan khususnya yang
menyangkut tata cara pelaksanaan kegiatan guna pemecahan masalah
kesehatan yang ada di masyarakat hendaknya diserahkan kepada
masyarakat. Pemerintah maupun tenaga kesehatan hanya bertindak sebagai
fasilitator dan dinamisator sehingga masyarakat merasa lebih memiliki
tanggung jawab untuk melaksanakannya.

Tahap-tahap dalam membuat program PSM

20
1. Pertemuan/pendekatan tingkat desa
Yaitu, kegiatan awal dari pembinaan peran serta masyarakat ditingkat desa
bertujuan:
a) Dikenal nya masalah kesehatan setempat secara umum
b) Dikenalnya program–program kesehatan sebagai upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
c) Diperoleh dukungan pamong dan pemuka masyarakat guna melaksanakan
upaya kesehatan terpadu, disadari pentingnya survey diri untuk menelaah
masalah kesehatan masyarakat setempat.
d) Tersusunnya kelompok kerja untuk survey diri dan ditemukannya jadwal
survey
2. Survey mawas diri
Merupakan pengenalan, pengumpulan, dan pengkajian masalah kesehatan
oleh sekelompok masyarakat setempat. Tujuan: agar masyarakat
mengenal, mengumpulkan, dan mengkaji masalah kesehatannya sendiri
sehingga timbul niat dan kesadaran masyarakat untuk mengetahui masalah
kesehatan sendiri. Pelaksanaan survey:
- membuat persiapan survey
- mengumpulkan informasi
- mengolah informasi
3. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Pertemuan seluruh warga desa untuk membahas hasil survey diri yang
merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari
hasil survey dengan bermusyawarah sehingga menjadi keputusan
bersama.
Tujuan :
- untuk mengenal masalah
- memperoleh kesepakatan untuk penanggulangan masalah
- menyusun rencana kerja
4. Pelatihan kader kesehatan desa

21
Merupakan kegiatan dalam rangka mempersiapkan kader kesehatan agar
mau dan mampu berperan serta dalam mengembangkan program
kesehatan di desanya.
5. Pelaksanaan kegiatan di lapangan
Pada pelaksanaan dilakukan advokasi kepada penentu kebijakan, toma-
toga dan komponen masyarakat lainnya yang mempunyai pengaruh dalam
keberhasilan kegiatan. Selanjutnya dilakukan KIE dan KIP konseling,
melakukan pemberdayaan institusi masyarakat dan akhirnya dilakukan
program kegiatan.
6. Monitoring dan evaluasi

22
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam rangka membangun masyarakat
desa adalah pendekatan yang kita gunakan. Jika kemandirian masyarakat desa
yang diharapkan, maka jelas pendekatan yang diterapkan haruslah berupa
pendekatan edukatif.
Pendekatan edukatif memerlukan kesabaran dan ketangguhan dari para
petugas (penggerak), karena mereka harus mengawal proses secara berkelanjutan
hingga tercapainya kemandirian masyarakat. Di jajaran kesehatan, penggerak
awal adalah para petugas di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Rumah Sakit, serta
Puskesmas dan jaringannya.
Bidan juga harus dapat berkomunikasi yang baik yaitu dapat menunjukkan
rasa hormat kepada orang lain dan meperlihatkan bahwa pandangan dan opini
mereka dihargai.
Keberhasilan bidan di masyarakat juga ditentukan oleh peran serta
masyarakat, oleh karena itu bidan senantiasa mengoptimalkan pemberdayaan
masyarakat demi tercapainya derajat kesehatan yang diharapkan bersama.

23
DAFTAR PUSTAKA

Cholifah, S., & Purwanti, Y. (2019). Asuhan Kebidanan Komunitas.


Umsida Press, 1-177.

Kebidanan, TJ Modul 1 Konsep Dasar Kebidanan Komunitas.

Chambers, R. and Conway, R., (1992), Sustainable rural livelihoods: Practical


concepts for the 21st century. IDS discussion paper, No. 296. pp.127-130.

Chambers, Robert. (1994). “The Origins and Practice of Participatory Rural


Appraisal” dalam World Development, 22 (7): 953–969.

Hikmat, H. (2001). Strategi pemberdayaan masyarakat.Bandung:


Humaniora Utama Press.

Edi Suharto, 2006, Memberdayakan Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian


Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Reika
Aditama, Bandung.

Suparmi, Zakiyya Affi, Lutfi Qona. (2018). Buku Ajar Kebidanan Asuhan
Kebidanan Komunitas, Hal 144-152. Jakarta Timur : CV. TRANS INFO MEDIA

24

Anda mungkin juga menyukai