Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KOMUNITAS

“POSBINDU”
Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunitas II

Disusun Oleh: Kelompok 4

1. Evi Sugiarti R.15.01.019


2. Fahmi Ghina Nidaa R.15.01.020
3. Fajar Wiliantika R.15.01.021
4. Fazri Firmansyah R.15.01.022
5. Fera Febriani R.15.01.023

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

2018   
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Indramayau, 05 April 2018

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGNTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................1

1.3 Rumusan Masalah................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2

2.1 Definisi................................................................................................2

2.2 Manfaat Posbindu................................................................................2

2.3 Tujuan..................................................................................................3

2.4 Strategi Pembinaan..............................................................................4

2.5 Sasaran Posbindu.................................................................................5

2.6 Langkah-langkah.................................................................................5

2.7 Pelaksanaan.........................................................................................6

2.8 Masalah Kesehatan Pada Lansia..........................................................6

2.9 Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Lansia..............................9

BAB III PENUTUP.........................................................................................10

3.1 Kesimpulan..........................................................................................10

3.2 Saran....................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek dari


sistem kesehatan. dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses
yang dilakukan oleh masyarakat (dengan atau tampa campur tangan pihak luar)
untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara
langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam kesehatan masyarakat.

Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi kualitas hidup adalah


pemberdayaan masyarakat miskin. Faktor ini akan mampu memutuskan
ketinggalan rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. Fektor
lain yang akan menjamin penguatan daya tawar dan akses guna mendukung
masyarakat untuk memperolah dan memamfaatkan input sumber daya yang dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan
organisasi masyarakat.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah agar mendapatkan  informasi dan


pemahaman mengenai konsep Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU).

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah konsep Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Posbindu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap


lansia di tingkat desa dalam wilayah kerja puskesmas. (Departemen Kesehatan RI,
2005)

Posbindu adalah sebuah wadah, tempat pelayanan terpadu yang


diperuntuhkan bagi lansia disuatu daerah tertentu yang didalamnya terdapat
pelayanan kesehatan dan kegiatan peningkatan kesehatan serta kesejahteraan
lansia yang dalam pelaksanaanya melibatkan peran masyarakat dan organisasi
sosial. (Depkes RI, 2006)

Posbindu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan


kesehatan, perwujudan dari peran serta masyarakat dalam menjaga meningkatkan
derajat kesehatan mereka. (Yulifah, dkk, 2009)

Jadi bisa ditarik kesimpulan dari pengertian diatas bahwa posbindu adalah
suatu bentuk pelayanan kesehatan oleh masyarakat, dari masyarakat, untuk
masyarakat dan untuk mensejahterakan lansia.

2.2 Manfaat Posbindu

Manfaat dari Posbindu adalah pengetahuan lansia menjadi meningkat,


yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi
mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga lebih percaya
diri dihari tuanya. Posbindu ini merupakan bentuk pendekatan proaktif untuk
mendukung peningkatan kualitas hidup dan kemandirian usia lanjut yang
mengutamakan aspek proaktif dan preventif.
Disamping aspek kuratif dan rehabilitative posbindu mempunyai manfaat
sebagai berikut :

a. Memberikan semangat hidup bagi usia lanjut.


b. Memberikan keringanan biaya pelayanan kesehatan bagi keluarga yang
tidak mampu c. Memberikan bimbingan pada usia lanjut dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatanya, agar tetap sehat dan
mandiri. (Depkes, 2007)

2.3 Tujuan

Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat


kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berguna dalam kehidupan  keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya
dalam strata kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu diharapkan adanya
kesadaran dari usia lanjut untuk membina kesehatannya serta meningkatkan 
peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam mengatasi kesehatan usia
lanjut. Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap bisa
beraktivitas, namun  sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif dan
mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang
membutuhkan (Depkes, 2007).

Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu adalah :

a. Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia


b. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia
c. Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang
menunjang kemampuan hidup sehat.
d. Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok
masyarakat lansia dalam usa meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografis.
e. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok
masyarakat lansia dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-
usaha kesehatan masyarakat (Effendy, 1998).

 Ketaatan lansia untuk menggunakan sarana kesehatan atau mengikuti


program kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan, sikap,
persepsi, perilaku dalam bentuk praktik yang sudah nyata berupa perbuatan
terhadap situasi atau rangsangan dari luar (kepercayaan) dan keterjangkauan
sarana pelayanan kesehatan. Secara umum perilaku kesehatan seseorang
mencakup perilaku terhadap sakit dan penyakit, perilaku terhadap sistem
pelayanan kesehatan, maupun perilaku terhadap program kesehatan.

Faktor lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada kesehatan


adalah sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga, faktor sosial
budaya, etnik, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga/biaya pelayanan,
jarak, persepsi terhadap sarana kesehatan, dan kekuatan pengambilan keputusan
(Notoatmodjo, 2003).

2.4 Strategi Pembinaan

Strategi pembinaan kesehatan usia lanjut dilaksanakan sebagai berikut:

a. Menyesuaikan perencanaan pembinaan kesehatan usia lanjut dalam


perencanaan puskesmas.
b. Menyesuaikan pengorganisasian dan pelaksanaan pembinaan
kesehatan usia lanjut dengan kegiatan pokok lainnya.
c. Melakukan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan
usia lanjut sesuai kondisi dan kebutuhan setempat.
d. Mendorong terwujudnya peran serta masyarakat khususnya dalam
pembinaan kesehatan usia lanjut melalui swadaya masyarakat, PKK,
organisasi lainnya.
2.5 Sasaran Posbindu
a. Sasaran langsung, meliputi kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun),
kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas), kelompok usia lanjut dengan
resiko tinggi (70 tahun ke atas).
b. Sasaran tidak langsung, yang meliputi keluarga dimana usia lanjut berada,
masyarakat di lingkungan usia lanjut, organisasi sosial yang peduli
terhadap pembinaan kesehatan usia lanjut, petugas lain yang menangani
Kelompok Usia Lanjut dan masyarakat luas.

2.6 Langkah-Langkah

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pembinaan kesehatan usia lanjut


sebagai berikut:

a. Perencanaan
1) Informasi pembinaan kesehatan usia lanjut.
2) Membuat kesepakatan tentang pelaksanaan pembinaan kesehatan usia
lanjut.
3) Melakukan pembimbingan pembinaan kesehatan usia lanjut kepada
staf puskesmas.
4) Membuat rencana kegiatan pembinaan kesehatan usia lanjut.
5) Melakukan pendekatan lintas jalur tingkat kecamatan dan desa
termasuk lembaga swadaya masyarakat dan LKMD untuk
menginformasikan dan menjelaskan perannya dalam pembinaan
kesehatan usia lanjut.
6) Melakukan survei mawas diri bersama tenaga kecamatan dan desa
setempat untuk mengenal masalah yang berkaitan dengan kesehatan
usia lanjut.
7) Melakukan musyawarah masyarakat desa untuk mencapai kesepakatan
tentang upaya yang akan dilakukan.
8) Membentuk kelompok kerja/tim kerja dalam pembinaan kesehatan
usia lanjut.
9) Mendorong pembentukan dan pengembangan pembinaan kesehatan
usia lanjut di masyarakat secara mandiri.

2.7 Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan mencakup secara umum kegiatan pelaksanaan


promotif dan preventif:

1) Kegiatan Promotif
Kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan gairah
hidup para usia lanjut agar merasa tetap dihargai dan tetap berguna. upaya
promotif juga ditunjukan kepada keluarga dan masyarakat di lingkungan
usia lanjut. Kegiatan ini berperan upaya penyuluhan mengenai perilaku
hidup sehat , pengetahuan tentang gizi usia lanjut, pengetahuan tentang
proses denegeratif yang akan terjadi pada usia lanjut, upaya meningkatkan
kesegaran jasmani serta upaya lain yang dapat memelihara kemandirian
serta produktifitas usia lanjut.
2) Kegiatan Preventif
Upaya yang dilakukan bertujuan untuk mencegah sedini mungkin
terjadinya penyakit dan komplikasi yang di akibatkan oleh proses
degeneratif. Kegiatan yang di lakukan berupa deteksi dini kesehatan usia
lanjut yang dapat dilakukan di kelompok, puskesmas.

2.8 Masalah Kesehatan Pada Lansia

Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur
yang lain karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan
yang timbul akibat penyakit dan proses menua yaitu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti sel
serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dr. Purma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada lansia menyatakan
bahwa ada 14 yang menjadi masalah kesehatan pada lansia, yaitu :

1. Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan


faktor lingkungan sehingga dapat menyebabkan lansia kurang bergerak.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan tulang, sendi dan otot,
gangguan saraf dan penyakit jantung.
2. Instability (tidak stabil/ mudah jatuh), dapat disebabkan oleh faktor
intrinsik (yang berkaitan dengan tubuh penderita), baik karena proses
menua, penyakit maupun ekstrinsik (yang berasal dari luar tubuh) seperti
obat-obatan tertentu dan faktor lingkungan. Akibatnya akan timbul rasa
sakit, cedera, patah tulang yang akan membatasi pergerakan. Keadaan ini
akan menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan
perasaan takut akan terjadi.
3. Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dan
frekuensinya sering. Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi
sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan keluarganya. Hal ini akan
membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan tersebut,
sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.
4. Intellectual Impairment (gangguan intelektual/ dementia), merupakan
kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan
ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas
kehidupan sehari-hari.
5. Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting
pada lansia, karena sering didapati juga dengan gejala tidak khas bahkan
asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan.
6. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convalencence, skin integrity (gangguan panca indera, komunikasi,
penyembuhan dan kulit), merupakan akibat dari proses menua dimana
semua panca indera berkurang fungsinya, demikian juga pada otak, saraf
dan otot-otot yang dipergunakan untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi
lebih kering, rapuh dan  mudah rusak dengan trauma yang minimal.
7. Impaction (konstipasi=sulit buang air besar), sebagai akibat dari
kurangnya gerakan, makanan yang kurang mengandung serat, kurang
minum, dan lainnya.
8. Isolation (depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya penyakit dan
berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul adalah
depresi yang terselubung, dimana yang menonjol hanya gangguan fisik
saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang,
gangguan pecernaan, dan lain-lain.
9. Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan lingkungan
maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan
untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari
masyarakat), terutama karena kemiskinan, gangguan panca indera;
sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur,
obat-obatan, dan lainnya.
10. Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka
kemampuan tubuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan akan semakin
berkurang, sehingga jika tidak dapat bekerja maka tidak akan mempunyai
penghasilan.
11. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia
yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam
waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan menyebabkan
timbulnya penyakit akibat obat-obatan.
12. Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana mereka
mengalami sulit untuk masuk dalam proses tidur, tidur tidak nyenyak dan
mudah terbangun, tidur dengan banyak mimpi, jika terbangun susah tidur
kembali, terbangun pada dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari.
13. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu
akibat dari proses menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat
dari penyakit menahun, kurang gizi dan lainnya.
14. Impotence (impotensi), merupakan ketidak mampuan untuk mencapai dan
atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang
memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 (tiga) bulan. Hal ini disebabkan
karena terjadi hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya
kekakuan pada dinding pembuluh darah, baik karena proses menua atau
penyakit.
Data penyakit lansia di Indonesia (umumnya pada lansia berusia lebih dari 55
tahun) adalah sebagai berikut:
a. Penyakit Cardiovascular
b. Penyakit otot dan persendian
c. Bronchitis, asma dan penyakit respirasi lainnya
d. Penyakit pada mulut, gigi dan saluran cerna
e. Penyakit syaraf
f. Infeksi kulit
g. Malaria
h. Lain-lain

2.9 Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Lansia melalui Posbindu


Lansia
Menurut Henniwati, penilaian keberhasilan pembinaan lansia melalui kegiatan
pelayanan kesehatan di posbindu, dilakukan dengan menggunakan data
pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut
dapat dilihat dari :
1. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya
jumlah orang masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas
pengembangannya
2. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang
memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia
3. Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada lembaga
4. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia
5. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

posbindu adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan oleh masyarakat, dari


masyarakat, untuk masyarakat dan untuk mensejahterakan lansia. Manfaat dari
Posbindu adalah pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar
pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk
selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga lebih percaya diri dihari
tuanya.

3.2 Saran

Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)


merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang harus dimiliki oleh tenaga
kesehatan khususnya perawat agar dapat mengaplikasikannya serta berinovasi dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme dalam
wewenang dan tanggung jawab perawat sebagai bagian dari tenaga medis yang
memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

http://macrofag.blogspot.co.id/2013/03/artikel-posbindu_2222.html (Diakses Pada


Tanggal 4 April 2018)

Maryam Siti R. 2010. Buku Panduan Bagi Kader Posbindu Lansia. Jakarta : TIM.

Anda mungkin juga menyukai