Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pangan , Gizi Dan Kesehatan


“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas III”

Disusun Oleh :
Kelompok 5

1. Fhani Fitriana .I R.15.01.023


2. Fika Febriana .S R.15.01.024
3. Fitriyah R.15.01.025
4. Gieta Ratna .S R.15.01.026
5. Ibnu AjiHiu .A R.15.01.027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT,yang mana atas limpahan
rahmat,taufik,hidayah dan karunia-Nya,sehingga penyusunan makalah yang berjudul
Makalah Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pangan , Gizi Dan Kesehatan dapat
terselesaikan walaupun dalam bentuk yang sederhana.

Makalah ini disusun sesuai dengan tugas yang diberikan dosen pengampu mata kuliah
“Keperawatan Komunitas III” penulis berharap makalah ini dapat diterima oleh dosen
dan teman-teman mahasiswa lainnya.

Pada kesempatan ini tak lupa pula penulis ucapkan banyak terimah kasih kepada
Dosen yang bersangkutan yang telah memberikan arahan sehingga penyusunan
makalah ini dapat terselesaikan.penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu,kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis butuhkan demi penyempurnaan makalah yang selanjutnya.Lebih dan
kurangnya mohon dimaafkan.

  Indramayu 04 April 2018

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4
2.1 Ketahanan Pangan .............................................................................................4
2.2 Tata Niaga Beras : Dampaknya Pada Petani......................................................6
2.3 Kebijakan Pangan...............................................................................................8
2.4 Kebijakan Dibidang Gizi..................................................................................11
2.5 Gerakan Pembangunan Perwawasan Kesehatan..............................................20
2.6 Perubahan Paradigma Sehat.............................................................................26
BAB III PENUTUP.......................................................................................................29
3.1 Kesimpulan......................................................................................................29
3.2 Saran.................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................31
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia
mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh
pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama seperti diamanatkan oleh
Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Peraturan pemerintah No.
68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai peraturan pelaksanaan UU No.
7 Tahun 1996 menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang
terus berkembang dari waktu ke waktu, upaya penyediaan pangan dilakukan
dengan mengembangkan sistem produksi pangan yang berbasis pada sumber
daya, kelembagaan, dan budaya lokal, mengembangkan efisiensi sistem usaha
pangan, mengembangkan teknologi produksi pangan, mengembangkan sarana dan
prasarana produksi pangan dan mempertahankan dan mengembangkan lahan
produktif.
Untuk meningkatkan ketahanan pangan dilakukan diversifikasi pangan
dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan, dan budaya lokal melalui
peningkatan teknologi pengolahan dan produk pangan. Ketahanan pangan
berdimensi sangat luas dan melibatkan banyak sektor pembangunan. Maka
dibutuhkan sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah sangat penting bagi terwujudnya ketahanan pangan di
Indonesia. Dari pemaparan diatas, makalah ini ditulis bertujuan untuk
menyebutkan dan menjelaskan kebijakan ketahanan pangan nasional.
Dalam program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu periode kedua, Presiden
RI menetapkan 45 program penting yang akan dijalankan di seluruh tanah air
berkaitan dengan pembangunan sektoral dan regional.
Dari 45 program ini telah dipilih 15 program unggulan, dimana kesehatan
masuk dalam program ke 12. Landasan kerja pembangunan kesehatan pada
Kabinet Indonesia Bersatu ke-2 ini, akan memperhatikan tiga “tagline” penting
yaitu change and continuity; debottlenecking, acceleration, and enhancemen; serta
unity, together we can Sejak dilantik menjadi Menteri Kesehatan, dr. Endang R.
Sedyaningsih, MPH, Dr. PH. telah menetapkan program jangka pendek 100 hari
dan program jangka menengah tahun 2010 – 2014 yang disusun dalam sebuah
rencana strategis Depkes.
Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk terbanyak ketiga
setelah Republik Rakyat Cina (RRC) dan India. Sebagai negara berkembang,
indonesia masih mengalami berbagai permasalahan di dalamnya termasuk
masalah tentang gizi msyarakat Indonesia. Saat ini, bayi yang baru lahir dan
memiliki berat yang rendah masih tetap menjadi masalah dunia khususnya di
negara-negara berkembang. Lebih dari 20 juta bayi di dunia (15,5% dari seluruh
kelahiran) mengalami BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) dan 95 persen
diantaranya terjadi di negara-negara berkembang (Kawai K, dkk. 2011).  Jika
ditelaah lebih lanjut, secara umum permasalahan gizi di Indonesia yang hingga
saat ini masih belum dapat terselesaikan ada empat, yakni :
1. Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)
2. Kurang Vitamin A (KVA)
3. Anemia Gizi
4. Kurang Energi Protein (KEP)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan ketahanan pangan?
2. Bagaimana tata niaga beras berdampak pada petani?
3. Apa saja kebijakan pangan untuk ketahanan pangan?
4. Bagimana kebijakan di bidang gizi ?
5. Bagimana kebijakan di bidang kesehatan
1.3 Tujuan
1. Ketahanan Pangan
2. Tata Niaga Beras: Dampaknya Pada Petani
3. Kebijakan Pangan
4. kebijakan di bidang gizi
5. Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan
6. Perubahan Paradigma Sehat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ketahanan Pangan


Di Indonesia sesuai dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1996, pengertian
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari: (1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun
mutunya; (2) aman; (3) merata; (4) terjangkau. Di Indonesia, kebutuhan akan
pangan terutama terpusat pada kebutuhan akan beras sehingga kebijakan pangan
di Indonesia sering identik dengan kebijakan perberasan.
Indonesia akan mengalami ketidakstabilan apabila masalah perberasan tidak
teratasi mengingat pola pangan masih terkonsentrasi pada beras yang di
konsumsi per kapitanya 134 Kg per orang per tahun. Sebagaai perbandingan,
bangsa pengonsumsi beras seperti jepang, konsumsi berasnya hanya 60 Kg per
orang per tahun.
Hal ini terjadi karena upaya penganeragaman pangan dengan mendorong
substitusi pangan dengan karbohidrat yang lain kurang berjalan meskipun sudah
dituangkan dalam Inpres No. 14 tahun 1974 dan disempurnakan dengan Inpres
No. 20/1979. Kebijakan pemerintah dalam hal pangan sering diukur dari:
1. Ketersediaan produksi beras untuk konsumsi masyarakat.
2. Keterjangkauan dan stabilnya harga beras mengingat harga beras mempunyai
implikasi langsung dengan masalah inflasi.
Singkatnya beras harus tersedia setiap saat, tetapi harganya harus dikendalikan.
Petani selalu diarahkan untuk menanam padi dengan harga yang terjangkau
rakyat. Namun agar petani tidak pindah menanam komoditas lain, pemerintah
menentukan harga dasar beras. Dengan demikian, kebijakan beras menjadikan
beras sebagai komoditas politik.
Kebijakan perberasan pada masa orde baru terutama dimulai ketika terjadi
kenaikan harga beras yang tinggi sebagai akibat kekeringan tahun 1972-1973.
Kebetulan dengan datangnya rezeki nomplok dari naiknya harga minyak bumi
(oil bonanza) akibat perang arab-israel pada tahun 1973-1977,pemerintah
mempunyai banyak dana untuk diinvestasikan bagi pengembangan sektor
pertanian (padi) lewat program bimbingan massal (bimas) yang kemudian diganti
dengan intensifikasi massal (inmas). Program yang sudah dimulai sejak awal
1960-an adalah diperkenalkannya panca usaha tani, yang meliputi:
1. Pengenalan dan percepatan penggunaan varietas unggul padi.
2. Pemupukan
3. Pemberantasan hama dan penyakit
4. Pengairan
5. Perbaikan dalam bercocok tanam
Dengan kebijakan itu, ketergantungan Indonesia terhadap beras impor menjadi
teratasi, terutama setelah tahun 1984. Hal ini sekaligus menjadi legitimasi politik
bagi pemerintah karena telah mampu menjaga kebutuhan pokok dengan rumus
“selalu ada dengan harga murah”. Keterkaitan produksi pangan terhadap
kehidupan politik, tentu saja disertai dengan dampak bagi masing-masing pihak,
terutama bagi petani.
2.2 Tata Niaga Beras: Dampaknya Pada Petani
Sebagai konsekuensi dari kebijakan politik perberasan adalah bahwa
pengadaan distribusi beras cenderung diambil alih oleh pemerintah. Dalam kaitan
ini, lewat Badan Urusan Logistik (Bulog) dengan aparat didaerah dengan nama
Depot Logistik (Dolog) merupakan lembaga yang diberi wewenang dibidang tata
niaga beras. Bulog diberi wewenang yang dominan dalam stabilitas harga beras,
distribusi, dan pengadaan komoditas pangan utama.
Demi stabilitas harga beras dan menghindari inflasi, bulog diberi wewenang
untuk menentukan harga dasar (floor price) agar ketika panen berlangsung, harga
beras tidak anjlok dan merugikan petani, caranya dengan membeli beras dari
petani dengan harga minimal yang ditentukan. Disisi lain ketika harga beras
merangkak naik, Bulog membuat kebijakan harga tertinggi (Ceilling Price)
dengan melakukan operasi pasar berupa penjualan beras murah. Dengan
demikian harga beras dipasar bisa dipaksa unntuk turun sehingga tidak
merugikan konsumen dan perekonomian secaara nasional (inflasi).
Dalam menjalankan misinya, Bulog menggandeng perusahaan swasta baik
ditingkat nasional maupun ditingkat regional. Dalam operasi pasarnya Bulog
tidak melakukan pembelian sendiri dari petani (ketika harga turun) melainkan
lewat perusahaan klien bulog yang mana kepada perusahaan itu diberikan subsidi
pembelian. Ketika harga naik, Bulog memerintahkan kepada perusahaan swasta
kliennya untuk menjual ke pasaran. Dalam kaitan ini, perusahaan mendapatkan
selisih harga dari operasi pasar.
Dalam pengadaan beras impor, Bulog menunjuk sejumlah perusahaan
pengimpor beras untuk menjamin pasokan beras. Sebagai contoh dalam Tabel 1
diberikan gambaran perusahaan yang diberikan hak untuk mengimpor beras oleh
Bulog:
Tabel 1: Perantara Impor yang Ditunjuk dan Kuantitas Impor Beras,
2001/2002 (dalam Ton)
Perusahaan Pemilik Kuantitas
Ginivy Trading Liem Sioe Liong 337.325
Graphical Mgt Liem Sioe Liong 517.900
Calvy Sunrice Liem Sioe Liong 1.147.000
Interlink Asia Liem Sioe Liong 300.000
AL Resources Siti Hutami 300.000
Data N Latipson Siti Hediati 35.000
Concorcia World Dasuki A 225.000
Trade Dasuki A 100.000
Timur Madu Sejati Ayong 112.000
Siam Rice Trading Ayong -
Suntabel Ayong -
Thaimapan Trade Ayong -
Promee Trading

Dari tabel tampak perusahaan yang dijadikan klien dari Bulog adalah perusahaan
yang dekat dengan kekuasaan. Oleh karena itu, berbagai kebijakan yang
berkaitan dengan pangan di Indonesia kiranya tidak bisa dianalisis hanya dengan
menggunakan anaalisis ekonomi murni melainkan sudah merupakan analisis
ekonomi politik sesuai dengan konstelasi politik yang ada pada masanya.
Dalam tata niaga beras yang dikuasai oleh Bulog dan melibatkan para kroni
kekuasaan mengakibatkan petani berada pada situasi yang sulit, yaitu sekadar
sebagai penyangga bagi berlangsungnya pencarian rente. Pada level atas,
pemerintah yang diwakili oleh Bulog cenderung identik dengan perusahaan-
perusahaan kroni yang memproduksi sarana produksi pertanian(pupuk, bibit)
serta yang memonopoli impor beras merupakan pihak yang mendapatkan rente
paling besar. Hal ini karena mereka mempunyai otoritas dalam produksi dan
penentuan harga, baik dari dan ke petani.
Keuntungan hasil rente juga akan dinikmati oleh perantara seperti KUD,
pengecer, dan grosir yang menikmati captive market. Pada akhirnya, petani
merupakan pihak yang sekedar menyangga para pencari rente: petani harus
memproduksi beras, tidak boleh bangkrut tetapi tidak perlu menikmati perolehan
yang tinggi.
Dalam produksi dan tata niaga perberasan semacam itu, secara struktural
petani berada pada posisi yang lemah. Selain berhadapan dengan para tengkulak,
juga dengan lembaga Bulog beserta para kroninya. Rendahnya posisi tawar
petani juga muncul ketika dalam praktiknya petani mengalami pemaksaan dari
dua sisi (double squeezing). Di satu sisi, pembelian dari petani yang lebih rendah
dari harga dasar, dan disisi lain petani membayar beras untuk konsumsi harian
yang lebih tinggi. Petani sering dipermainkan oleh tengkulak yang membeli
gabaah dengan harga lebih rendah. Berdasarkan Inpres No. 8/2000 harga dasar
gabah kering giling (GKG) berkadar air 14% dan kotoral/hampa maksimum 3%
oleh Bulog sebesar Rp 1.519,00 dan beras sebesar Rp 2.470,00/Kg. Tetapi petani
umumnya menjual dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP) dengan kadar air
maksimum 26% dan hampa maksimum 20%. Atau dengan kata lain, GKP
sebenarnya setara dengan 71% GKG . harga GKP seharusnya Rp 1.065,00/Kg
tetapi umumnya dihargai Rp 1.000,00/Kg atau ada Squeezing (pemaksaan) pada
petani sebesar Rp 65,00. Disisi lain, squeezing terjadi karena petani harus
membeli beras dari Bulog lebih mahal Rp 400,00/ Kg-nya dibanding harga yang
seharusnya terjadi.

2.3 Kebijakan Pangan


Dalam diniamika perdagangan global, isu pangan yang semakin penting saat
ini adalah kemampunan mengontrol suplai pangan dunia, bahkan mempengaruhi
harga pangan dunia. Berikut kebijakan dalam upaya membangun ketahanan
pangan:
1. Kebijakan Harga
Kebijakan di bidang pangan tidak dapat di lepaskan dari kebijakan
pemerintah secara keseluruhan, khususnya kebijakan di bidang harga.
Instrumen pokok kebijakan pengandaan pangan dengan sasarannya adalah:
a) Melindungi produsen dari kemerosotan harga yang biasanya terjadi
pada musim panen.
b) Melindungi konsumen dari kenaikan harga yang melebihi daya beli
khususnya pada musim paceklik
c) Mengendalikan inflasi melalui, stabilisasi harga
Kebijakan harga memiliki dua sisi yang menunjang bidang prduksi dan
sisi lain yang menyangkut bidang distribusi dan konsumsi. Kebijakan
harga diimplementasikan pemerintah melalui operasi
pengadaan/pembelian di dalam negeri oleh BULOG selama musim panen
untuk menjaga harga dasar dan untuk mengisi persedian nasional.
2. Kebijakan persediaan
Dalam pengendalian harga, penanganan dan pemeliharaan persediaan yang
memadai merupakan hal yang pokok dan penting. Persediaan BULOG
dapat di Klasifikasikan ke dalam 3 macam stok yaitu:
a) Stock operasiaonal, adalah persediaan beras untuk kebutuhan
opersaional BULOG yang jumlah sekitar 1,5 juta ton yaitu untuk
kebutuhan penyaluran kepada Golongan Anggaran (Pegawai Negeri
dan ABRI);
b) Stock penyangga (Bufferstock), adalah persediaan yang selalu harus
ada untuk mengantisipasi kegagalan panen, bencana alam dan lain-lain
yang jumlahnya diperkirakan sekitar 0,8 – 1,0 juta ton, dan
c) Stock surplus adalah merupakan persediaan BULOG setelah di kurangi
untuk kebutuhan operasional maupun penyangga tersebut di atas.
3. Kebijakan Distribusi
Kebijakan distribusi di tujukan kepada para penerima penghasilan tetap
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ABRI dalam bentuk upah natural (jatah
beras) yang di bayar melalui departemen keuangan. Penyaluran beras
BULOG dapat di kelompokan dalam 4 golongan yaitu penyaluran untuk :
a) Golongan anggaran (PNS dan ABRI)
b) BUMN
c) Operasi pasar dan
d) Penyaluran lain-lain
Penyaluran beras pada golongan anggaran BUMN merupakan penyaluran
yang berdasarkan perjanjian antara kontrak jual beli dengan jumlah yang relatif
pasti setiap tahunnya. Penyaluran operasi pasar (OP) di maksudkan untuk
menjaga harga batas tertinggi dengan menambah kekurangan penawaran di pasar
umum. Penyaluran lain-lain merupakan penyaluran yang di tujukan untuk
memenuhi kebutuhan darurat seperti bencana alam dan sebagainya. BULOG juga
melakukan distribusi dalam arti pemindahan beras untuk memeratakan
penyediaan pangan diseluruh wilayah Indonesia sehingga akan lebih mudah bagi
BULOG untuk menyalurkannya bila sewaktu-waktu terjadi gejolak harga di
suatu tempat.
Di tingkat lapangan, kebijakan pangan jangka pendek melalui intervensi di
bidang perdagangan seperti dalam hal pajak ekspor, bea masuk, tarif mungkin
masih diperlukan, walaupun tidak dapat dianggap sebagai kebijakan yang
permanen. Elemen kebijakan untuk meningkatkan aspek ketersediaan faktor
produksi pangan, seperti pupuk, pestisida, dan lain-lain adalah elemen dasar yang
harus menjadi prioritas para pengambil kebijakan, dari tingkat pusat sampai
daerah. Terakhir, kebijakan pangan perlu juga untuk melakukan perubahan
fundamental dalam hal pembangunan infrastruktur, jaringan irigasi, riset dan
pengembangan (R&D), sistem insentif dan dukungan kebijakan ekonomi makro
yang mampu menggerakkan perekonomian nasional.
2.4 kebijakan di bidang gizi
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya Dalam memerangi
permasalahan tersebut, misalnya saja masyarakat Indonesia dianjurkan untuk
mengkonsumsi garam beryodium untuk mengurangi masalah GAKY di
Indonesia. Menurut Dr. Hj. Sri Adiningsih dalam bukunya yang berjudul
“Waspadai Gizi Balita Anda” mengatakan bahwa Yodium adalah zat gizi mikro
yang fungsi utamanya untuk pembentukan hormon tiroid dan hormon tersebut
sangat berperan penting dalam pengaturan tingkat metabolisme basal hingga 50
persen. Kekurangan yodium dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
timbulnya penyakit gondok, kretin (kerdil) dan dapat menurunkan tingkat
kecerdasan anak. Dalam bukunya tersebut beliau juga menyebutkan bahwa bahan
makanan sumber yodium dapat diperoleh dari makanan seafood (bahan makanan
dari laut), rumput laut, dan garam beryodium.
Masalah selanjutnya adalah Kurangnya konsumsi vitamin A di Indonesia.
Dan Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang
membentuk email dalam pertumbuhan gigi (Almatsier,2009). Kekurangan
vitamin A biasa disebut juga xeroftalmia. Xeroftalmia adalah kelainan pada mata
yang ditandai dengan kekeringan pada selaput lendir atau bagian putih dari mata
dan pada selaput bening atau bagian hitam mata yang berfungsi sebagai jalan
masuknya cahaya ke dalam bola mata (Sitepoe,2008). 
Tabel angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk vitamin A

Golongan umur Angka kec. Vitamin A


(RE)

0-6 bulan 375

7-11 bulan 400

1-3 tahun 400

4-6 tahun 450

7-9 tahun 500

Pria:

10-12 tahun 600

13-15 tahun 600

16-18 tahun 600

19-29 tahun 600

30-49 tahun 600

50-64 tahun 600

≥ 65 tahun 600

Wanita:

10-12 tahun 600

13-15 tahun 600

16-18 tahun 600


19-29 tahun 500

30-49 tahun 500

50-64 tahun 500

≥ 65 tahun 500

Hamil : + 300

Menyusui:

0-6 bulan +350

7-12 bulan +350

Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004.

Untuk menyelesaikan masalah kurang vitamin A tersebut, pemerintah


Indonesia telah mencanangkan berbagai program kesehatan seperti diadakannya
bulan vitamin A di puskesmas dan posyandu setiap bulan Februari dan Agustus.
Pada bulan-bulan tersebut posyandu dan puskesmas akan memberikan kapsul
vitamin A kepada bayi dan balita secara gratis. Untuk bayi yang berumur 6-11
bulan akan diberikan kapsul vitamin A yang berwarna biru yang mengandung
vitamin A sebnyak 100.000 SI. Untuk anak balita berumur 1-5 tahun diberikan
kapsul vitamin A yang berwarna merah yang mengandung dosis vitamin A
sebanyak 200.000 SI. Untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari
atauAgustus dan untuk anak balita enam bulan sekali. kapsul vitamin A yang
berwarna merah dengan dosis 200.000 SI juga diberikan kepada ibu menyusui.
Dengan begitu dihrapakn air susu ibu yang dihasilkan akan mengandung vitamin
A, sehingga sang bayi dapat memperoleh asupan vitamin A dari ASI yang
dikonsumsinya.  
Masyarakat Indonesia juga masih banyak yang mengalami anemi gizi.
Anemi gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam
pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena
gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin
(vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesa hem di dalam
molekul hemoglobin (Almatsier,2009). Penyebab banyaknya kasus anemi gizi di
Indonesia adalah karena pola konsumsi masyarakat Indonesia yang kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung besi, terutama dalam bentuk besi-
hem. Di samping itu pada wanita, anemi ini sering terjadi karena kehilangan
darah saat haid dan persalinan. Oleh karena itu, permasalahan anemi gizi disini
juga menjadi sorotan penting bagi pemerintah Indonesia karena masalah anami
gizi zat besi merupakan faktor penting (13,8%) penyebab kematian ibu.

Dilihat dari permasalahan tersebut, akhirnya pemerintah mengambil


kebijakan dengan cara Meningkatkan kinerja program gizi dengan memperbaiki
management perencanaan, pengadaan, distribusi dan pengawasan pelaksanaan
bantuan 20 Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
suplemen tablet besi-folat dan pemberian makan tambahan. Tidak hanya itu,
untuk meningkatkan cakupan sasaran Rencan Aksi Nasional Pangan dan Gizi,
pemerintah juga melakukan kunjungan antenatal 4 kali 95 persen dan konsumsi
90 tablet besi 85 persen.

Permasalahan gizi selanjutnya di Indonesia selanjutnya adalah KEP (Kurang


Energi Protein) dimana KEP ini menyerang tidak hanya pada anak-anak saja
melainkan juga pada orang dewasa. Menurut Sunita Almatsier,2009 dalam
bukunya yang berjudul ‘Prinsip Dasar Ilmu Gzi” dikatakan bahwa KEP (Kurang
Energi Protein) disebabkan oleh kekurangan makan sumber energi secara umum
dan kurang sumber protein. Pada anak-anak KEP dapat menghambat
pertumbuhan dan rentan terhadap penyakit infeksi serta mengakibatkan
rendahnya tingkat kecerdasan. Sedangkan pada orang dewasa, KEP dapat
menurunkan produktivitas kerja dan derajat kesehatan sehingga menyebabkan
rentan terhadap penyakit.

Sebagai negara berkembang, sesungguhnya tidak hanya keempat


permasalahan di atas saja yang menjadi ‘PR’ bagi pemerintah Indonesia.
Permasalahan lain adalah masalah gizi ganda yang biasa terjadi di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Melihat banyaknya permasalahan gizi yang ada
Indonesia, pemerintah Indonesia akhirnya turut menghadiri Pertemuan Puncak
Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium yang
juga disetujui oleh negara lain yang tergabung dalam PBB. Deklarasi tersebut
berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk
mencapai 8 buah tujuan pembangunan Milenium atau yang biasa disebut MDGs
(Millenium Development Goals) pada bulan September tahun 2000. Target dari
deklarasi tersebut adalah tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan
masyarakat di tahun 2015. Delapan tujuan MDGs tersebut adalah sbb :

1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua


3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
4. Menurunkan angka kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lain
7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

Berdasarkan hasil Survey Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh


Kementerian Kesehatan pada tahun 2007 Indonesia telah mencapai salah satu
indikator Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goal) yang
pertama, yaitu mengurangi jumlah anak dengan kekurangan berat badan pada
usia balita hingga 18,4 persen. Salah satu upaya yang dilakukan pemeirntah
adalah Program keluarga Harapan (PKH) merupakan suatu program
penanggulangan kemiskinan dimana program tersebut bertujuan untuk membantu
mengurangi kemiskinan dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya
manusia pada kelompok masyarakat sangat miskin Selanjutnya, upaya Indonesia
untuk mencapai target MDGs tentang pendidikan dasar dan melek huruf sudah
menuju pada pencapaian target 2015 (on-track).

Seperti yang diketahui bahwa pemerintah telah mencanangkan program


Wajib Belajar 9 tahun yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun
2008 dan sekarang ini mulai merintis pembaruan program wajib belajar menjadi
12 tahun. Dewasa ini di Indonesia sudah terlihat kesetaraan gender antara laki-
laki dan perempuan dimana perempuan kini dapat bersekolah hingga ke jenjang
yang lebih tinggi dan dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuannya.

Upaya Pemerintah Indonesia dalam menurunkan angka kematian anak telah


menunjukkan angka yang signifikan dari 68 pada tahun 1991 menjadi 34 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Jika dilihat dari pencapaian pemerintah
tersebut, diharapkan target sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015
diperkirakan dapat tercapai. Upaya menurunkan angka kematian ibu didukung
pula dengan meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi dan menurunkan unmet
need yang dilakukan melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi.

Tingkat prevalensi HIV/AIDS cenderung meningkat di Indonesia, terutama


pada kelompok risiko tinggi, yaitu pengguna narkoba suntik dan pekerja seks.
Jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di Indonesia meningkat dua kali lipat
antara tahun 2004 dan 2005. Angka kejadian malaria per-1000 penduduk
manurun dari 4,68 pada tahun 1990 menjadi 1,85 pada tahun 2009. Sementara
itu, pengendalian penyakit Tuberkulosis yang meliputi penemuan kasus dan
pengobatan telah mencapai target.

Untuk menuju ke arah MDGs tersebut di atas pemerintah Indonesia telah


ikut serta dalam gerakan global yang berada di bawah kordinasi Sekretaris
Jendral PBB yang bernama “Scaling Up Nutrition (SUN) Movement” Gerakan
ini mengacu pada sasaran tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). Dimana
gerakan ini bertujuan meningkatkan penanganan masalah gizi, dengan fokus
pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu janin dalam kandungan, bayi dan anak
usia 6 – 23 bulan, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Keikutsertaan Indonesia
dalam gerakan global tersebut dimulai bulan Desember tahun 2011, yang
selanjutnya Sekjen PBB menunjuk Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan –
Bappenas menjadi anggota Lead Group SUN Movement. Terdapat 4 indikator
untuk menilai capaian dari pelaksanaan SUN Movement yang telah ditetapkan
oleh SUN Movement Secretariat, yaitu:

1. Meningkatkan partisipasi pemangku kepentingan dalam berbagai


pengalaman pelaksanaan
2. Terjaminnya kebijakan yang koheren dan adanya kerangka legalitas
program
3. Menyelaraskan program-program sesuai dengan kerangka program SUN
Movement
4. Teridentifikasinya sumber-sumber pembiayaan.

Dari ketetapan tersebut di atas, Indonesia telah melakukan pencapaian


berdasarkan keempat indikator tersebut yang dimulai dengan penyusunan
dokumen kerangka kebijakan dan Pedoman Perencanaan Program Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi, Pelaksanaan soft launching Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi pada tanggal 19 September 2012 yang
dipimpin oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Penetapan Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi tanggal 24 Mei 2013 hingga melakukan kegiatan
sosialisasi tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang diadakan
baik di tingkat pusat maupun daerah. Menurut Perpres No.42 Tahun 2013 pasal
(1), dikatakan bahwa Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi adalah upaya
bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan
kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk
percepatan perbaikan gizi masyarakat prioritas pada seribu hari pertama
kehidupan.

Disebutkan pula pada pasal (2) bahwa tujuan umum Gerakan Nasional

Percepatan Perbaikan Gizi dimaksudkan untuk percepatan perbaikan gizi


masyarakat prioritas pada seribu hari pertama kehidupan. Peraturan Presiden
(Perpres) No 42 tahun 2013 merupakan kebijakan terintegrasi dalam rangka
perbaikan gizi dengan fokus pada kelompok 1000 hari pertama kehidupan
meliputi 270 hari masa kehamilan dan 730 hari hingga anak usia 2 tahun.

Penetapan peraturan tersebut juga merupakan bentuk tanggung jawab


pemerintah dalam peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
peningkatan status gizi dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia
Indonesia yang sehat, cerdas, dan produktif. Berbagai program telah dilakukan
oleh pemerintah Indonesia untuk mencapai tujuan MDGs tersebut.

Dari Peraturan Presiden (Perpres) No.42 tahun 2013 tersebut sudah banyak
program-program yang dicanangkan untuk mencapai tujuan MDGs di Indonesia.
Namun, program-program tersebut tidak akan terlaksana dengan baik apabila
tidak adanya dukungan atau reaksi positif dari seluruh komponen masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, diharapkan agar seluruh komponen masyarakat
Indonesia ikut berpartisispasi aktif dalam proses pencapaian tujuan MDGs untuk
mewujudkan perbaikan gizi di  Indonesia yang semakin baik. Dengan begitu
kesejahteraan di Indonesia akan semakin meningkat.Kebijakan Pemerintah
Dalam Bidang Kesehatan I. DasarHukum Menimbang:

1. SKep Men Kes RI No 99a/Men.Kes /SK/III/1982 Tentang berlakunya


Sistem Kesehatan Nasional
2. TAP MPR RI VII tahun 2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.
3. Undang-undang No 23 Tahun 1992 tentang pokok-pokok kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No 574/ Men.Kes. `/SK/IV/2000
tentang Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat tahun 2010
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No 1277/Men. Kes/SK/X/2001
tentang Susunan organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
II.Memutuskan Menetapkan :
a. Keputusan Menteri Kesehatan tentang Sistem Kesehatan
Nasional
b. Sistem Kesehatan Nasional Dimaksud dalam dictum dimaksud
agar digunakan sebagai Pedoman semua pihak dalam
penyelenggaran pembangunan kesehatan di Indonesia
c. keputusan ini berlaku mulai pada tanggal ditetapkan dengan
ketentuan akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan ditetapkan 10
Februari 2004 ( Jakarta/ MenKes RI).
2.5 Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Gerakan pembangunan berwawasan kesehatan adalah inisiatif semua
komponen bangsa dalam menetapkan perencanaan pembangunan selalu
berorientasi untuk mengedapankan upaya promotif dan preventif pada masalah
kesehatan, walaupun bukan berarti mengesampingkan kegiatan kuratif.
Gerakan tersebut berlaku untuk semua komponen bangsa yang harus
berpartisipasi secara aktif baik yang berupa kegiatan individu, keluarga,
kelompok masyarakat, instansi pemerintah ataupun swasta. Promotif yang
dimaksud adalah suatu upaya untuk meningkatkan status kesehatan dan
menjaganya dari semua kemungkinan-kemingkinan yang menyebabkan
timbulnya penyakit dan masalah kesehatan.
Kegiatan tersebut bisa berupa meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan,
menjaga kebugaran tubuh, mengatur menu seimbang termasuk didalamnya
kegiatan rekreasi dan pembinaan mental spiritual Kegiatan preventif dapat
dilaksanakan dengan cara mencegah dan menghindari timbulnya penyakit dan
masalah kesehatan lain. Kegiatan ini bisa berupa pemberian imunisasi, perbaikan
lingkungan ( hygiene dan sanitasi )baik perorangan, perumahan, industri rumah
tangga maupan indistri perusahaan. Kegiatan preventif juga diulakukan untuk
menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas juga kereta api dan keselamatan
kerja terhadap seluruh pekerja termasuk pekerja perusahaan.
Pada tingkat perusahaan dan departemen dampak lingkungan dengan
kegiatan analisa dampak lingkungan ( AMDAL) Pada departemen yang terkait
misalkan Departemen Pertanian harus dipikirkan juga bagaimana mencegah dan
mengurangi terjadinya dampak insectisida terhadap penggunanya.Contoh yang
lain : misal pada kegiatan industri perusahaan, jadi semua industri perusahaan
dalam mengolah produknya harus sudah memikirkan dampak lingkungan
utamanya terhadap pengolahan polutan (limbah produksi) sehingga memenuhi
batas ambang kesehatan yang ditentukan .
Pembangunan Berwawasan Kesehatan

1. Promotif
a. Meningkatkan pengetahuan
b. Menjaga stamina tubuh
c. Menu seimbang
d. Preventif
e. Imunisasi
f. Hygiene
g. Lingkungan
h. Amdal
i. Taat lalu lintas
j. Keselamatan kerja
2. Kuratif
a. Pengobatan
b. Rehabilitasi

STRATEGI

1. Menggerakan dan memberdayakan masyarakat.


2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang
berkualitas
3. Meningkatkan system survey lens, monitoring, dan informasi kesehatan
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan

Visi dan misi Indonesia sehat 2010-2014


Sejak dilantik menjadi Menteri Kesehatan, dr. Endang R. Sedyaningsih,
MPH, Dr. PH. telah menetapkan program jangka pendek 100 hari dan program
jangka menengah tahun 2010 – 2014 yang disusun dalam sebuah rencana
strategis Depkes.
Visi Rencana Strategis yang ingin dicapai Depkes adalah “Masyarakat Yang
Mandiri dan Berkeadilan“. Visi ini dituangkan menjadi 4 misi yaitu :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani,
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan,.
3. menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan,
4. Menciptakan tata kelola keperintahan yang baik.

Visi dan Misi ini akan diwujudkan melalui 6 Rencana Strategi Tahun 2010 –
2014, yaitu:

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani


dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan berkeadilan,
serta berbasis bukti,: dengan pengutamaan pada upaya promotif dan
preventif
3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk
mewujudkan jaminan social kesehatan nasional
4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang
merata dan bermutu
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan,
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan
yang bertanggung jawab.
JAMPERSAL

Menteri Kesehat an akhirnya mengeluarkan petunjuk teknis (juknis)


mengenai jaminan persalinan (jampersal). Juknis ini tertuang dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 631/Menkes/per/ iii/2011 Tentang
Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan.

Diterbitkannya Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan ini untuk digunakan


sebagai acuan penyelenggaraan program Jaminan Persalinan. Petunjuk Teknis ini
merupakan bagian tak terpisahkan dari Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas).

Petunjuk Teknis ini telah disusun bersama-sama secara lintas sektor dan
lintas program serta masukan dari ikatan profesi dan pelaksana program di
daerah. “Kepada semua pihak yang memberikan kontribusinya saya ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga petunjuk teknis ini bermanfaat
dalam mendukung upaya kita untuk mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri
dan berkeadilan.

Sebagaimana diketahui, dalam rangka mempercepat pencapaian tujuan


pembangunan kesehatan nasional serta Millennium Development Goals (MDGs),
pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan meluncurkan kebijakan jampersal.

Dari beberapa pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional serta


MDGs, pihaknya menghadapi berbagai hal yang multi kompleks seperti masalah
budaya, pendidikan masyarakat, pengetahuan, lingkungan, kecukupan fasilitas
kesehatan, sumberdaya manusia dan lainnya.

Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan target MDGs lainnya
Oleh karena itu, upaya penurunan AKI tidak dapat lagi dilakukan dengan
intervensi biasa, diperlukan upaya-upaya terobosan serta peningkatan kerjasama
lintas sektor untuk mengejar ketertinggalan penurunan AKI agar dapat mencapai
target MDGs.

Salah satu faktor yang penting adalah perlunya meningkatkan akses


masyarakat terhadap persalinan yang sehat dengan cara memberikan kemudahan
pembiayaan kepada seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan.

Jaminan Persalinan ini diberikan kepada semua ibu hamil agar dapat
mengakses pemeriksaan persalinan, pertolongan persalinan, pemerikasaan nifas
dan pelayanan KB oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan sehingga pada
gilirannya dapat menekan angka kematian ibu dan bayi.

JAMKESMAS

Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah program pelayanan


kesehatan gratis bagi masyarakat miskin yang sebelumnya disebut Asuransi
Kesehatan untuk Masyarakat Miskin (Askeskin).Program yang dimulai pada
tahun 2008 ini dilanjutkan pada tahun 2009 karena (menurut pemerintah) terbukti
meningkatkan akses rakyat miskin terhadap layanan kesehatan gratis. Program
itu nantinya terintegrasi atau menjadi bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional
yang bertujuan memberi perlindungan sosial dan kesehatan bagi seluruh lapisan
masyarakat.

Jika Sistem Jaminan Sosial Nasional(SJSN) efektif diterapkan di Indonesia,


program Jamkesmas akan disesuaikan dengan sistem itu.Salah satunya,
pengaturan proporsi iuran pemerintah pusat dan daerah untuk pembiayaan
pemeliharaan kesehatan rakyat miskin.

Strategi kesehatan di Indonesia:

1. Mewujudkan komitmen pembangunan kesehatan


2. Meningkatkan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan
3. Membina sistem kesehatan dan sistem hukum di bidang kesehatan.
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
5. Melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan Dr. Wasis Budiarto, MS
menyatakan perubahan paradigma sentralisasi menjadi desentralisasi
memberikan konsekuensi terhadap pergeseran orientasi pelayanan dari
kuratif-rehabilitatif menjadi preventif-promotif, pendekatan fisik organik
menjadi pendekatan paradigma sehat yang holistik dengan pendekatan
masyarakat, pasif-reaktif dan individual centered menjadi proaktif dan
community centered. Lebih lanjut dikemukakan, perubahan paradigma
pelayanan kesehatan juga berdampak pada terjadinya pergeseran orientasi
pembiayaan dan anggaran kesehatan. Semula berorientasi pada
pembiayaan out of pocket ke sistem prabayar dan asuransi. Terlihat
bahwa sistem kesehatan sekarang ini merupakan sistem yang terintegrasi
antara pelayanan, pembiayaan, jaminan mutu (quality assurance) dan
pengendalian biaya (cost containment).

GRAND STRATEGI DEPKES

1. Meningkatkan system survey, monitoring dan informasi kesehatan


2. Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
3. Meningkatkan pembiayaan kesehatan
4. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas
5. Menggerakan dan memberdayakan masy arakat untuk hidup sehat
6. Seluruh desa menjadi desa siaga
7. Seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
8. Seluruh keluarga sadar gizi
9. Meningkatkan akses Masyarakat terhadap pelayanan kesehatan setiap orang
miskin mendapat yan kes yang bermutu
10. Setiap bayi,anak,bumil,dan kelompok masy resti terlindungi dari penyakit
11. Di setiap desa tersedia SDM yang kompeten
12. Di setiap desa cukup tersedia obat essensial dan ala kesehatan dasar
13. Setiap puskesmas dapat menjangkau wil kerjanya
14. Yan kes disetiap tempat memenuhi standar mutu Meningkatkan sistem
Survey, monitoring Informasi kesehatan
1. Setiap KLB harus dilaporkan secara tepat
2. Setiap insiden penyakit harus masuk pada RR
3. Semua sediaan farmasi, makanan & perbekalan kesehatan memenuhi
syarat kesehatan
4. Terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai standart
5. Berfungsinya sistem informasi kesehatan yang on line di seluruh
Indonesia

Menigkatkan pembiayaan kesehatan

1. Pembangunan kesehatan hrs memperoleh preoritas pemerintah Pusat dan


Daerah
2. Anggaran kesehatan dipreoritaskan untuk promotif dan preventif
3. Terciptanya JPKM terutama bagi rakyat miskin

2.6 Perubahan Paradigma Sehat


Berdasarkan pemahaman situasi dan adanya perubahan terhadap konsep
sehat –sakit serta makin kayanya khasanah ilmu pengetahuan dan informasi
tentang determinan kesehatan yang bersifat multifaktural, telah mendorong
pembangunan kesehatan nasional kearah paradigma baru, yaitu pardigma sehat
Paradigma adalah pemikiran dasar sehat, berorientasi pada peningkatan dan
perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan orang sakit,
sehingga kebijakan lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif dengan
maksud melindungi dan meningkatkan orang sehat menjadi lebih sehat dan
lebihn produktif serta tidak jatuh sakit karena adanya upaya preventif. Sehingga
perlu diupayakan semua polecy pemerintah selalu berwawasan kesehatan dengan
mottonya menjadi “ Pembangunan Berwawasan Kesehatan”
Paradigma sehat diharapkan menjadi suatu cara pandang “ baru “ masyarakat
yang merupakan perubahan pandang terhadap konsep sehat sakit. Paradigma
sehat dijadikan sebagai suatu komitmen gerakan nasional segenap masyarakat
sehingga betul-betul kesehatan menjadi tanggung jawab bersama (shared
responsibility) yang mengacu pada prinsip-pronsip kemitraan ( partner ship).
Menggunakan paradigma sehat maka segenap masyarakat bersama
pemerintah menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan agar
terwujud “ INDONESIA SEHAT TAHUN 2010”.
Wujud nyata para digma sehat
Merealisasikan visi Indonesia Sehat tahun 2010 yaitu : gambaran masa depan
masyarakat Indonesia yang akan dicapai melalui penyelenggarakan
pembangunan kesehatan yakni :
1. Masyarakat bangsa dan negara yang ditandai dengan penduduknya hidup
dalam lingkungan yang sehat.
2. Berperilaku hidup bersih dan sehat
3. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata
4. memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh
wilayah Indonesia

PILAR UTAMA UNTUK MENOPANG VISI INDONESIA SEHAT

1. Lingkungan yang kondusif bagi masyarakat untuk berperilaku hidup bersih


dan sehat
2. Perilaku hidup bersih dan sehat setiap anggota masyarakat
3. Tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai yang dibutuhkan
4. Masyarakat mempunyai kemampuan untuk mengakses pelayanan kesehatan
tanpa terpengaruh faktor sosial ekonomi maupun non ekonomi.
UU No 32-33 2004 yaitu tentang :

1. Regulasi Nasional
2. Regulaso Provinsi
3. Regulasi Daerah

Yang membahas tengtang fungsi puskesmas yang bertujuan untuk memberikan


pelayanan yang bermutu, perilaku hidup sehat, dan lingkungan sehat.
Fungsi puskesmas :

1. Pusat kesehatan berwawasan kesehatan


2. Pusat pemberdayaan keluarga
3. Pusat pelayanan kesehatan setara yaitu : Yankesmas dan yankes perorangan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dari: tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah
maupun mutunya; (2) aman; (3) merata; (4) terjangkau. Di Indonesia, kebutuhan
akan pangan terutama terpusat pada kebutuhan akan beras sehingga kebijakan
pangan di Indonesia sering identik dengan kebijakan perberasan. konsekuensi
dari kebijakan politik perberasan adalah bahwa pengadaan distribusi beras
cenderung diambil alih oleh pemerintah. Adapun kebijakan pangan meliputi
Kebijakan Harga, Kebijakan persediaan, Kebijakan Distribusi.
Dalam menjalankan program pembangunan di bidang kesehatan pemerintah
menjalankan misi dan visi di bidang kesehatan dan merubah paradigm kesehatan
dari kuratif dan rehabilitative bergeser menjadi preventif dan edukatif dan
paradigm kesehatan juga diubah dari sentralisasi menjadi disentralisasi, sehingga
tidak terpusat oleh pemerintah pusat tetapi diserahkan kepada masing-masing
daerah karena tiap-tiap daerah mempunyai problem masing-masing.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,serta
menurunkan angka kematian ibu dan anak yang biasanya terjadi ketika ibu
melahirkan, oleh karena itu pemerintah meluncurkan program jampersal dan
jamkesmas yang diharapkan dapat menurunkan angka kematian dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Banyak sekali upaya dalam meningkatkan gizi yang baik terhadap anak
apalagi anak – anak yang mengalami gizi buruk salah satunya adalah Dalam
memerangi permasalahan tersebut, misalnya saja masyarakat Indonesia
dianjurkan untuk mengkonsumsi garam beryodium untuk mengurangi masalah
GAKY di Indonesia. Menurut Dr. Hj. Sri Adiningsih dalam bukunya yang
berjudul “Waspadai Gizi Balita Anda” mengatakan bahwa Yodium adalah zat
gizi mikro yang fungsi utamanya untuk pembentukan hormon tiroid dan hormon
tersebut sangat berperan penting dalam pengaturan tingkat metabolisme basal
hingga 50 persen. Kekurangan yodium dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan timbulnya penyakit gondok, kretin (kerdil) dan dapat menurunkan
tingkat kecerdasan anak.

3.2 Saran
Adapun saran yang bisa diberikan adalah sebaiknya pemerintah lebih
memperhatikan masalah ketahanan pangan yang ada di Indonesia. Karena masih
banyak masyarakat yang belum memahami bagaimana cara dan strategi yang
baik guna menjaga ketahanan pangan mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Beddu, Amang. 1995. Kebijakan Pangan Nasional. Jakarta: Dharma Karsa Utama
Hudiyanto. 2005. Ekonomi Politik. Jakarta: Bumi Aksara
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Adiningsih, Sri. 2010. Waspadai Gizi Balita Anda. Gramedia. Jakarta
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta.
Kosuke Kawai, Donna Spiegelman, Anuraj H Shankar &Wafaie W Fawzi. Maternal
Multiple Pregnancy outcomes In Developing Countries: Meta-Analysis
And Meta-Regression, Bulettin of the World Health Organization
2011;89:402-411B. Doi: 10.2471/BLT.10.083758
Peraturan Presiden No.42 Tahun 2013 Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2008
Sitepoe, Mangku. 2008. Corat-coret Anak Desa Berprofesi Ganda

Anda mungkin juga menyukai