Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Masalah Utama Gizi Di Indonesia (KPP & GAKY)

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi dan Diet yang di ampuh oleh
Bapak Solichin

Disusun Oleh:

Apep Jaenudin

Dede Lia Maulani

Isti Qomahelvana

Mayang Lintangsari

D III KEPERAWATAN CIREBON KELAS 1A

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

WILAYAH CIREBON

2018
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Masalah Utama Gizi Di Indonesia (KPP &
GAKY)”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada semuanya yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, mohon maaf apabila terdapat


kesalahan kata maupun tulisan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Cirebon, 16 September 2018

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan pembahasan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Apa Yang Dimaksud Dengan Gizi?.................................... ................. 3
B. Apa Saja Faktor yang Mempengaruhi Gizi? ........................................ 3
C. Apa Saja Masalah Utama Gizi Di Indonesia? ...................................... 3
D. Bagaimana Penanggulangan Masalah Gizi di Indonesia? ................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam bidang kesehatan, bangsa Indonesia masih harus berjuang dan
memperhatikan masalah-masalah kesehatan yang menyebabkan tingkat kesehatan
masyarakat tidak meningkat secara signifikan. Dengan kesadaran yang tinggi dari setiap
orang terhadap masalah kesehatan yang saling berinteraksi satu sama lain bisa
menjadikan tingkat kesehatan masyarakat Indonesia semakin baik.
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Saat
ini Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah kekurangan dan kelebihan
gizi. Masalah gizi ini di pengaruhi oleh banyak faktor salah satunya faktor ekonomi.
Masalah gizi merupakan masalah yang sangat memprihatinkan, karena gizi sangat
berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. Dalam menghadapi masalah kesehatan
masyarakat perlu dilakukan penanganan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan yang baik. Selain itu dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat terutama
masalah gizi perlu pengetahuan dan keterampilan yang cukup bagi ahli gizi dalam
pelayan gizi untuk masyarakat. Peningkatan gizi di masyarakat perlu kebijakan dan
kesadaran dari setiap anggota masyarakat untuk memperoleh jumlah makan yang cukup
dan bermutu, sehingga bisa meningkatan status gizi masyarakat.
Kekurangan gizi biasanya terjadi pada anak-anak, karena pada umur tersebut
anak-anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat sehingga
rentan terhadap gizi. Oleh karena itu kita harus lebih memperhatikan lebih baik lagi
terhadap kesehatan anak terutama pada masalah gizi. Keberhasilan pemerintah dalam
peningkatan produksi pangan dalam pembangunan jangka panjang tahap 1 di sertai
dengan perbaikan ekonomi dan peningkatan daya beli masyarakat sehingga banyak
memperbaiki keadaan gizi masyarakat. Namun masih terdapat beberapa masalah utama
gizi yang ada di Indonesia seperti kekurangan kalori protein (KKP) dan gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY), oleh karena itu pada makalah ini kami akan membahas
tentang masalah gizi utama di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan gizi?
b. Apa saja faktor yang mempengaruhi gizi?
c. Apa saja masalah utama gizi di Indonesia?
d. Bagaimana penanggulangan masalah gizi di Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dari penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui pengertian gizi
b. Mengetahui dan memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi gizi
c. Mengetahui masalah utama gizi yang ada di Indonesia
d. Mengetahui bagaimana penanggulangan masalah gizi di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
(Supariasa, dkk, 2002)
Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam
jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai penyakit
defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekwensi fungsional yang lebih ringan dan
kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut karena faktor gizi. (Ari Agung, 2002).

B. Faktor yang Mempengaruhi Gizi


Faktor-Faktor yang Memengaruhi Status Gizi Seseorang
1. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang buruk seperti air minum yang tidak bersih, tidak adanya saluran
penampungan air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik, juga kepadatan
penduduk yang tinggi dapat menyebabkan penyebaran kuman patogen. Lingkungan
yang mempunyai iklim tertentu berhubungan dengan jenis tumbuhan yang dapat
hidup sehingga berhubungan dengan produksi tanaman.
2. Faktor Ekonomi
Di banyak negara yang secara ekonomis kurang berkembang, sebagian besar
penduduknya berukuran lebih pendek karena gizi yang tidak mencukupi dan pada
umunya masyarakat yang berpenghasilan rendah mempunyai ukuran badan yang
lebih kecil.Masalah gizi di negara-negara miskin yang berhubungan dengan pangan
adalah mengenai kuantitas dan kualitas. Kuantitas menunjukkan penyediaan pangan
yang tidak mencukupi kebutuhan energi bagi tubuh. Kualitas berhubungan dengan
kebutuhan tubuh akan zat gizi khusus yang diperlukan untuk petumbuhan, perbaikan
jaringan, dan pemeliharaan tubuh dengan segala fungsinya.
3. Faktor Sosial-Budaya
Indikator masalah gizi dari sudut pandang sosial-budaya antara lain stabilitas
keluarga dengan ukuran frekuensi nikah-cerai-rujuk, anak-anak yang dilahirkan di
lingkungan keluarga yang tidak stabil akan sangat rentan terhadap penyakit gizi
kurang. Juga indikator demografi yang meliputi susunan dan pola kegiatan penduduk,
seperti peningkatan jumlah penduduk, tingkat urbanisasi, jumlah anggota keluarga,
serta jarak kelahiran.Tingkat pendidikan juga termasuk dalam faktor ini. Tingkat
pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan
seseorang, kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat
meningkatkan daya beli makanan.
4. Faktor Biologis/Keturunan
Sifat yang diwariskan memegang kunci bagi ukuran akhir yang dapat dicapai oleh
anak. Keadaan gizi sebagian besar menentukan kesanggupan untuk mencapai ukuran
yang ditentukan oleh pewarisan sifat tersebut. Di negara-negara berkembang
memperlihatkan perbaikan gizi pada tahun-tahun terakhir mengakibatkan perubahan
tinggi badan yang jelas.
5. Faktor Religi
Religi atau kepercayaan juga berperan dalam status gizi masyarakat, contohnya
seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang
sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur
tersebut. Seperti ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan.

C. Masalah Utama Gizi di Indonesia


1. KKP (Kekurangan Kalori Protein)
Kurang energi protein dalam kurung (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan
sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein. KEP dapat menghambat
pertumbuhan, rentan terhadap pemnyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan
rendahnya tingkat kecerdasan. Pada umunya KEP lenih banyak terdapat di derah
pedesaan daripada didaerah perkotaan. (Almatsier, 2001)
Kekurangan energi protein di kelompokan menjadi KKP primer dan KKP
sekunder. Ketiadaan pangan melatarbelakangi KKP primer yang mengakibatkan
berkurangnya asupan. Penyakit yang mengakibatkan pengurangan asupan, gangguan
serapan dan utilisasi pangan, serta peningkatan kebutuhan (dan atau kehilangan) akan zat
gizi dikategorikan sebagai KKP sekunder.
Keparahan KKP berkisar dari hanya penyusutan berat badan, atau terlambat
tumbuh, sampai ke sindrom klinis yang nyata, dan tidak jarang berkaitan dengan
defisiensi vitamin, serta mineral. 4 faktor yang mempengaruhi terjadinya KKP yaitu
karena masalah ekonomi, biologi, social, dan lingkungan.
a) Pengaruh KKP terhadap beberapa organ
(1) Saluran pencernaan
Malnutrisi berat menurunkan sekresi asam dan memperlambat gerak
lambung. Mukosa usus halus mengalami atrofi. Vili pada mukosa usus
lenyap, permukaanya berubah menjadi datar dan diinfiltrasi oleh sel-sel
limfosit. Pembaruan sel-sel epitel, indeks mitosis, kegiatan disakarida
berkurang.
(2) Pankreas
Malnutrisi menyebabkan atrofi dan fibrosis sel-sel asinar yang akan
mengganggu fungsi pancreas sebagai kelenjar eksokrin. Gangguan fungsi
pankreas bersama dengan intoleransi disakarida akan menimbulakan
sindrom malabsorpsi, yang selanjutnya berlanjut diare.
(3) Hati
Malnutrisi tergantung lama, serta jenis jenis zat gizi yang berkurang.
Glikogen pada penderita marasmus cepat sekali terkuras sehingga zat
lemat kemudian tertumpuk dalam sel-sel hati. Manakala kelaparan terus
berlanjut, hati mengerut sementara kandungan lemak menyusut dan protein
habis.
(4) Ginjal
GFR (glomerular filtration rate) dan RPF (renal plasma flow) menurun.
Gangguan kemampuan untuk pemekatan urine di perkirakan sebagai
akibat dari penurunan jumlah urea dalam medulla yang disertai
penyusutan medullary osmolar gradient.
(5) Sistem hematologik
Meliputi anemia, leukopenia, trombositopenia, pembentukan akantosit,
serta hypoplasia sel-sel sumsum tulang yang berkaitan dengan transfortasi
substansi dasar, tempat nekrosis sering terlihat. Pada anemia
mengakibatkan menurunya sintesis eritropoietin. Pada leukopenia jika
terjadi infeksi akan menyebabkan pemberian hidrokortison pada manultrisi
berkurang, fungsi menjadi tidak normal, serta jumlah trombosit menurun.
(6) System kardiovaskular
Kondisi semikelaparan akan menyusutkan berat badan sebanyak 24%,
mengerutkan volume jantung sehingga 17% di samping menyebabkan
bradikardi, hipotensi arterial ringan, penurunan tekanan vena, konsumsi
oksigen, jantung menurun, penjenuhan oksigen vena dan kandungan
oksigen arterial berkurang.
(7) System pernafasan
Kematian akibat malnutrisi biasanya terjadi berkaitan dengan pneumonia.
Penyulit ini disebabkan oleh lenyapnya kekuatan otot perut, sela iga, bahu,
dan diagfragma. Akibatnya fungsi ventilasi terganggu, kemampuan
mengeluarkan dahak rusak, sehingga eksudat menumpuk dalam bronkus
b) KKP berat
(1) Marasmus
Marasmus merupakan kekurangan energi pada makanan yang
menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi
kurus dan emosional. Sering kali terjadi pada bayi yang tidak cukup
mendapatkan asi serta tidak diberi makanan penggantinya, atau terjadi
pada bayi yang sering diare. (Eva Ellya Sibagariang, 2010)
Marasmus atau tulang terbalut kulit yang jaringan lemak bawah
kulitnya nyaris lenyap, otot mengecil. Berat badan biasanya hanya 60%
dari berat badan yang seharusnya. Kulit kering, tipis, tidak lentur serta
mudaah berkerut. Rambut tipis, jarang, kering, dan mudah dicabut tanpa
rasa sakit. Penderita tetap apatis, meskipun masih tetap sadar dan
menampakan gurat kecemasan. Rasa lapar hilang, diare serta kelemahan
sehingga anak tidak dapat berdiri sendiri.
Detak jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh rendah, namun
takikardia sering terjadi. Hipoglikemia dan hipotermia juga sering terjadi.
Organ dalam biasanya kecil, dindig perut menegang, serta kelenjar limfe
mudah diraba. Penyulit yang paling lazim terjadi ialah gastroenteritis akut,
dehidrasi, infeksi saluran nafas, dan kerusakan mata akibat kekurangan
vitamin A.
(2) Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
protein dan sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini
kebutuhan protein tinggi.
Gambaran utama dari kwashiorkor yaitu edema yang jika di tekan
melekuk, tidak sakit dan lunak, dan biasanya terjadi di kaki. Edema
bahkan dapat meluas sampai ke daerah perineum, ekstremitas atas, dan
muka. Eritema yang timbul di daerah edema biasanya berkilap, ada daerah
yang kering, hyperkeratosis dan hiperpigmentasi yang cenderug menyatu.
Epidermis mengelupas sehingga jaringan di bawah kulit mudah terinfeksi.
Jaringan bawah kulit masih cukup baik, namun jaringan otot
tampak mengecil. Kekurangan berat setelah di kurangi berat cairan edema,
biasanya tidak separah marasmus. Tinggi badan tergantung pada
kemenahunan penyakit. Rambut kering, rapuh, tidak berkilap, dan mudah
di cabut. Rambut berubah menjadi lurus, dan pigmen rambut berganti
warna. Keberselangan antara asupan protein yang buruk dan (agak) baik
membentuk porsi depigmentasi dan gambaran normal pada satu helai
rambut sehingga memberi gambaran seperti bendera. Penderita tampak
pucat, tungkai berwarna kebiruan, dan teraba dingin.
Ketiadaan nafsu makan, muntah segera setelah makan, serta diare.
Kondisi ini akan membaik ketika keadaan gizi terkoreksi dan dilakukan
pengobatan saluran gastrointestinal secara spesifik. Perut tampak
menonjol karena penegangan lambung dan usus terpuntir. Hati membesar
dan teraba lunak, disebabkan oleh infiltrasi lemak. Peristaltic tidak teratur
dan frekuensinya rendah. Tonus dan kekuatan otot berkurang.
c) Penangan KKP Berat
Penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan
rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang
mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan
keadaan gizi.
(1) Upaya pengobatan awal meliputi:
(a) Pengobatan atau pencegahan terhadap hipolikemia, hipotermia,
dehidrasi, dan pemulihan ketidakseimbangan elektrolit
(b) Pencegahan jika ada ancaman atau perkembangan renjatan septik
(c) Pengobatan infeksi
(d) Pemberian makanan
(e) Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain seperti kekurangan
vitamin, anemia berat dan payah jantung.
(2) Upaya rehabilitasi
Pada fase ini penderita harus mengonsumsi energy, protein, dan
zat-zat gizi lain dalam jumlah yang tepat, terutama jika makanan
tradisional telah di masukkan kedalam menu harian. Dukungan fisik dan
juga emosi harus diberikan. Tugas utama dalam fase ini ialah mendorong
anak untuk makan sebanyak mungkin, memulai mendorong pemberian asi
secukupnya, merangsang perkembangan fisik dan emosi, serta
menyiapkan ibu dan/atau pengasuh dalam pengawasan anak.
Pemberian makanan tradisional, yaitu makan yang biasa disantap
di rumah, baru dapat terlaksana manakala edema telah lenyap, lesi kulit
hampir sembuh, penderita telah aktif serta dapat berinteraksi dengan
lingkungannya.
Perangsang fisik dan emosi tidak kalah penting dalam pengobatan
KKP berat. Penderita memerlukan kasih saying baik dari keluarga maupun
staf rumah sakit. Segera setelah mampu bergerak tanpa bantuan dan
mampu untuk berinteraksi dengan baik, anak harus didorong agar mau
bermain serta berpartisipasi pada seluruh kegiatan fisik. Peningkatan
secara relatif kegiatan fisik dan keluaran energy selama proses rehabilitasi
gizi mengakibatkan pertumbuhan longitudinal lebih cepat.
2. GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium)
Masalah GAKY juga rawan terjadi pada anak SD. Secara umum masalah GAKY
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu ringan, sedang, dan berat, semakin besar
prevalensi semakin tinggi masalahnya. Gangguan akibat kekurangan yodium
(GAKY) merupakan defisiensi yodium yang berlangsung lama akibat dari pola
konsumsi pangan yang kurang mengkonsumsi yodium sehingga akan mengganggu
fungsi kelenjar tiroid, yang secara perlahan menyebabkan kelenjar membesar
sehingga menyebabkan gondok. Defisiensi yodium akan menguras cadangan yodium
serta mengurangi produksi T4. Penurunan kadar T4 dalam darah memicu sekresi TSH
yang selanjutnya menyebabkan kelenjar tiroid bekerja lebih giat sehingga fisiknya
kemudian membesar (hiperplasi).
Rendahnya kadar hormon tiroid dalam aliran darah juga menyebabkan
penghambatan pertumbuhan serta perkembangan manusia. Pengaruh ini nyata sekali
terlihat pada perkembangan otak selama pertumbuhan berlangsung dengan cepat,
yaitu semasa janin, bayi, atau anak kecil. Kretin merupakan dampak terberat pada
anak, dampak ini yang akan timbul manakala asupan yodium kurang dari 25µg/hari
(asupan normal 80-150µ/hari) sehingga memburamkan masa depan lebih dari 10%
penduduk Indonesia, India dan China. Gejala Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY) yang sering tampak sesuai dampak yang ditimbulkan, seperti :
 Gangguan mental
 Gangguan pendengaran
 Gangguan bicara
 Hipertiroid (pembesaran kelenjar tiroid atau gondok)
 Kretinisme biasanya pada anak-anak

a) Defisiensi pada janin


Defisiensi pada janin merupakan dampak dari kekurangan pada ibu.
Pengaruh utama defisiensi pada janin ialah kreatinisme endemis yang sangat
berkaitan dengan bentuk sporadic. Bentuk kreatinisme endemis akan timbul
manakala lebih dari 10% penduduk mengasup yodium <25µ/hari. Gejala khas
kreatinisme terbagi menjadi 2 jenis, yaitu jenis syaraf dan bentuk miksedema.
Jenis pertama menampilkan tanda dan gejala seperti kemunduran mental, bisu-
tuli, dan deflegia spastik. Bentuk terakhir memperlihatkan tanda khas
hipotiroidisme serta dwirfisme. Di zaire, bentuk kelainan miksedema karena
konsumsi ubi yang sangat tinggi.
b) Defisiensi pada bayi baru lahir
Otak bayi akan terus berkembang dengan cepat hingga akhir tahun kedua
kehidupan. Berdasrkan penelitian, hormone tiroid yang sangat bergantung
pada kecukupan asupan yodium yang sangat penting dalam perkembangan
normal otak. Kekurangan yang parah dan berlangsung lama akan
mempengaruhi fungsi tiroid bayi yang kemudian mengancam perkembangan
otak.
c) Defisiensi pada anak
Kekurangan yodium pada anak secara khas terpaut dengan insidensi
gondok. Kasus gondok pada umumnya lebih banyak terjadi pada perempuan
dibanding laki-laki. Kasus gondok pada anak sekolah yang berusi 6-12 tahun
dijadikan sebagai petunjuk. Total Goitre Rate (TGR) anak sekolah lazim
digunakan sebagai petunjuk dalam perkiraan besaran GAKY masyarakat suatu
daerah.
d) Defisiensi pada orang dewasa
Pemberian yodium dalam bentuk garam, roti atau minyak beryodium, ternyata
lebih efektif dalam pencegahan gondokk orang dewasa. Penyuntikan minyak
beryodium jelas dapat mencegah hal ini.

Adapun pencegahan yang bisa dilakukan untuk GAKY yaitu melalui


pemberian garam beryodium. Untuk memenuhi kebutuhan yodium sebesar
150µ/hari dengan garam beryodium, anggaplah konsumsi garam tiap orang
sebesar 10gr, maka kadar yodium dalam garam harus memenuhi kisaran 20-40
mg yodium, atau 35-66 mg kalium yodida/kg. jika garam yodium tidak
tersedia, berikan kapsul minyak beryodium setiap 3,6 atau 12 bulan atau
suntikan ke dalam otot setiap 2 tahun.
3. Penanggulangan Masalah Gizi di Indonesia
Indonesia telah melaksanakan upaya perbaikan gizi sejak tiga puluh tahun yang
lalu. Upaya yang dilakukan di fokuskan untuk mengatasi masalah gizi utama yaitu:
Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB)
dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) melalui intervensi yang
mencakup penyuluhan gizi di Posyandu, pemantauan pertumbuhan, pemberian
suplemen gizi (melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi dan tablet besi),
fortifikasi garam beryodium, pemberian makanan tambahan termasuk Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), pemantauan dan penanganan gizi buruk
(Depkes RI, 2010).
a) Penanggulangan masalah gizi kurang
Penanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu
antardepartemen dan kelompok profesi, melalui upaya-upaya peningkatan
pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan,
peningkatan status social ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta
peningkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan, semua upaya ini
bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang
beraneka-ragam, dan seimbang dalam mutu gizi.
Upaya penanggulangan masalah gizi kurang yang dilakukan secara
terpadu antara lain:
(1) upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan
produksi beraneka ragam pangan;
(2) peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada
pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah
tangga;
(3) peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan system rujukan dimulai dari
tingkat pos pelayanan terpadu(Posyandu), hingga puskesmas dan rumah sakit;
(4) peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui sistem kewaspadaan
pangan dan Gizi (SKPG);
(5) peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi di bidang pangan dan gizi
masyarakat;
(6) peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan
yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas;
(7) intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tambahan
(PMT), distribusi kapsul viatamin A dosis tinggi, tablet dan sirop besi serta
kapsul minyak beriodium;
(8) peningkatan kesehatan lingkungan;
(9) upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium dan zat besi;

Melalui Intruksi Presiden No. 8 tahun 1999 telah dicanangkan gerakan nasional
penanggulangan masalah pangan dan gizi, yang diarahkan :
 pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah
tangga;
 pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan cakupan, kualitas pencegahan dan
penanggulangn masalah pangan dan gizi di masyarakat;
 pemantapan kerja sama lintas sektor dalam pemantauan dan penanggulangan
masalah gizi melalui SKPG; dan
 peningkatan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan. (Azwar, A. 2000)

b) Penanggulangan Masalah Gizi Lebih


Masalah gizi lebih disebabkan oleh kebanyakan masukan energi
dibandingkan dengan keluaran energi.Penanggulangannya adalah dengan
menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan
penambahan latihan fisik atau olahraga serta meghindari tekanan
hidup/stress.Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi
konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alcohol.Untuk itu
diperlukan upaya penyuluhan ke masyarakat luas. Disamping itu, diperlukan
peningkatan teknologi pengolahan makanan tradisional Indonesia siap santap,
sehingga makanan tradisional yang lebih sehat ini disajikan dengan cara-cara dan
kemasan yang dapat menyaingi cara penyajian dan kemasan makanan barat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan di
Indonesia terutama pada gizi merupakan hal yang harus lebih di perhatikan lagi oleh
setiap anggota masyarakat. Karena sampai pada saat ini di Indonesia masih sangat
rentan terhadap kesehatan gizi. Ada banyak masalah utama pada gizi di Indonesia dan
hal itu merupakan hal yang komplek di Indonesia seperti KKP (Kekurangan Kalori
Protein), GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium), AGB (Anemia Gizi Besi),
KVA (Kekurangan Vitamin A) dan juga Obesitas. Selain itu banyak juga faktor yang
mempengaruhi asupan gizi masyarakat di Indonesia yang menyebabkan tingkat
kesehatan di Indonesia semakin menurun. Banyak faktor yang mempengaruhi asupan
gizi masyarakat.Dari hari ke hari angka dari masalah kesehatan terus meningkat, yang
secara otomatis juga meningkatkan angka kematian penduduk.

DAFTAR PUSTAKA
Arisman MB.2009.Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta:EGC.

https://journal.unnes.ac.id>article>view

http://haqiqi4321.blogspot.co.id/2017/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://jacklinsaisab.blogspot.co.id/2016/11/makalah-masalah-gizi-di-indonesia.html

https://hakimkep.wordpress.com/2012/06/08/makalah-gizi-masyarakat/

Anda mungkin juga menyukai