Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu kesehatan masyarakat sebagai terjemah dari public health pendekatanya
berbeda dengan kedokteran klinik. Pada kedokteran klinik individu individu yang datang
sudah dalam keadaan sakit keadaan berbeda terjadi pada kesehatan masyarakat, dimana
individu tersebut berada dalam komunitas tertentu namun bisa juga pada masyarakat ang
lebih luas dan umum. Pada masyarakat yang luas kita menangani yang sakit maupun
tidak sakit dan masih dalam status sehat.
Dalam mempraktikan keperawatan kesehatan masyarakat diperlukan pengetahuan
penunjang yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dalam melihat perspektif proses
terjadinya masalah kesehatan masyarakat. Dengan mengetahui berbagai ilmu dan
pengetahuan diatas diharapkan perawat dalam melakukan berbagai intervensi
keperawatan baik ditingkat keluarga kelompok dan masyarakat secara keseluruhan.
Hal tersebut sangat penting karena masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak lepas
dari faktir faktor yang menjadi mata rantai terjadinya penyakit kesemuanya itu yang tidak
terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang
merugikan kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam
bidang kesehatan, disamping faktor faktor yang sudah dibawa sejak lahir sehingga
menjadi masalah tersendiri bila dilihat dari segi individu, keluarga, kelompok, maupun
masyarakat secara keseluruhan
Dalam uraian makalah yang berjudul “Konsep Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat” ini akan diuraikan konsep-konsep dasar yang sederhana ringkas tentang
sejarah kesehatan masyarakat, pengertian kesehatan masyarakat, tujuan kesehatan
masyarakat, falsafah kesehatan masyarakat, tingkat pencegahan penyakit, dan faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, sehingga dapat menjunjung fungsi tugas
dan tanggung jawab bila ia mengemban tugas sebagai perawat kesehatan masyarakat baik
dalam proses belajar maupun yang telah bekerja dipusat kesehatan masyarakat sebagai
kordinator perawat kesehatan masyarakat.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya yaitu bagaimanakah
konsep dasar ilmu kesehatan masyarakat?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan tentang “Konsep Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat”
adalah sebagai berikut:
1. Memahami sejarah kesehatan masyarakat.
2. Memahami pengertian kesehatan masyarakat.
3. Memahami tujuan kesehatan masyarakat.
4. Memahami falsafah kesehatan masyarakat.
5. Memhami tingkat pencegahan penyakit.
6. Memahami faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kesehatan Masyarakat


Tribowo dan Pusphandani (2015), menjelaskan secara runtut tentang sejarah kesehatan
masyarakat sebagai berikut.
Asclepius dan Higeia adalah dua tokoh yang berperan besar dalam merintis kesehatan
Masyarakat. Asclepius (nama latin: Aesculapius) merupakan tokoh yunani yang terkenal
dalam hal pengobatan, bahkan mitos yunani menyatakan bahwa Asclepius merupakan dewa
pengobatan dan penyembuhan. Asclepius hidup pada tahun 1200 sebelum masehi. Asclepius
diyakini mempunyai kemampuan dalam bidang pengobatan, sejarah Yunani kuno
menyatakan bahwa Asclepius mengetahui pengetahuan tentang operasi dan penggunaan
obat. Kemahiran Asclepius dalam hal pengobatan, meletakkan Asclepius sebagai pencetus
aliran kuratif.
Perkembangan tentang kesehatan masyarakat dikelompokkan menjadi dua yaitu
sebelum perkembangan ilmu npengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah ilmu
pengetahuan itu berkembang (scientific period).
1. Periode sebelum ilmu pengetahuan (pre-scientific period)
Kebudayaan Babylonia, Mesir, Yunani, dan Roma merupakan kebudayaan yang
pertama mencatat pananggulangan masalah kesehatan dan penyakit. Pada zaman tersebut,
ditemukan dokumen-dokumen tersebut, bahkan peraturan-peraturan tertulis yang mengatur
pembuangan air limbah atau drainase pemukiman pembuangan kota, peraturan air minum
dan sebagainya.
Pada zaman tersebut juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan
kotoran (latrine) umum, meskibun alasan dibuatnyab latrine tersebut bukan karena untuk
kesehatan. Dibangunnya latine umum pada saat itu bukan karena tinja atau manusia dapat
menularkan penyakit akan tetapi karena tinja menimbulkan bau tidak sedap dan pandangan
yang tidak enak dilihat.
Kemudian pada permulaan abad pertama sampai kira-kira abad ke-7 kesehatan
masyarakat semakin dirasakan kepentingannya karena berbagai macam penyakit menular
mulai menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi epidemic bahkan di beberapa

3
tempat telah menjadi endemi.penyakit kolera telah tercatat sejak abad ke-7 menyebar dari
asia khususnya Timur Tengah dan Asia Selatan ke Afrika. Asia disebutkan sejak abad ke-7
tersebut telah menjad pusat endemic kolera.disamping itu lepra juga telah menyebar mulai
dari Mesir ke Asia kecil dan Eropa melalui para emigran.
Pada abad ke-14, menurut catatan, jumlah meninggal karena wabah pes di seluruh
dunia waktu itu mencapai lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu waktru itu disebut
“the black death”. Keadaan atau wabah penyakit menular ini berlangsung sampai
menjelang abad ke-18. Dismping wabah pes, wabah kolera dan tipus masih berlangsung.
2. Periode sesudah ilmu pengetahuan (Scientific period)
Pada abad ilmu pengetahuan mulai ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan
vaksin sebagai pencegah penyakit. Lois Pasteur telah berhasil menemukan vaksin untuk
mencegah penyakit cacar, Joseph Lister menemukan asam carbol (carbolic acid) untuk
sterilisasi runag operasi dan William Marton menemukan ether sebagai anestesi pada waktu
operasi.
Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara alamiah mulai dilakukan
pada tahun 1832 di inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat inggris terserang
epidemik(wabah) kolera. Parlemen inggris membentuk komisi untuk penyelidikan dan
penanganan masalah wabah kolera ini.
Chadwich seorang pakar sosial (social scientist) sebagai ketua komisi ini akhirnya
melaporkan hasil penyelidikannya sebagai berikut: Masyarakat hidup disuatu kondisi
sanitasi yang jele, sumur penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan
kotoran manusia . air limbah yang mengalir terbuka tidak teratur, manusia yang dijual
dipasar banyak dirubung lalat dan kecoa. Disamping tu ditemukan sebagian besar
masyarakat miskin, bekerja rata-rata 14 jam perhari, dengan gaji yang dibawah kebutuhan
hidup. Sehingga sebagian masyarakat tidak mampu membeli makanan yang bergizi.
Ilmu kesehatan masyarakat di Indonesia mulai berkembang pada abad ke 16 pada masa
pemerintahan Belanda. Berikut ini akan dipaparkan tentang sejarah perkembangan ilmu
kesehatan masyarakat di Indonesia dari masa-masa:

Fase Waktu Sejarah


Pertama Abad ke-16 Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan

4
cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu
itu. Sehingga berasal dari wabah kolera tersebut maka
pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat
Kedua Tahun 1807 Pemerintahan Jenderal Daendles, melakukan pelatihan
dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan
dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi pada
waktu itu, tetapi tidak berlangsung lama, karena langkanya
tenaga pelatih
Ketiga Tahun 1888 Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, yang
kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya di
Medan, Semarang, dan Yogyakarta. Laboratorium ini
menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra,
cacar, gizi dan sanitasi.
Keempat Tahun 1925 Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda
mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan
propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan di
Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian
dan kesakitan. Pada tahun 1925, dari hasil pengamatan dan
analisisnya tersebut menyimpulkan bahwa penyebab
tingginya angka kematian dan kesakitan ini adalah jeleknya
kondisi sanitasi lingkungan
Kelima Tahun 1927 STOVIA (Sekolah untuk pendidikan dokter pribumi)
berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak
berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi FKUI. Sekolah
dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan
tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan
kesehatan masyarakat Indonesia
Keenam Tahun 1930 Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan
persalinan
Ketujuh Tahun 1935 Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi

5
epidemi, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal
Kedelapan Tahun 1951 Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.
Y. Leimena dan dr. Patah (yang kemudian dikenal dengan
Patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak
dapat dipisahkan, konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO.
Diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan
sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan
tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi
fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap
kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969-1970
dan kemudian disebut Puskesmas
Kesembilan Tahun 1952 Pelatihan intensif dukun bayi dilaksanakan
Kesepuluh Tahun 1956 Dr.Y. Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek
percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan
masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan
antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis
Kesebelas Tahun 1967 Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan
masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia.
Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya seistem
Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B, dan
tipe C
Keduabelas Tahun 1968 Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa
Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan
terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah
(Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif
dan preventif secara terpadu, menyuruh dan mudah
dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian
kecamatan di kotamadya/kabupaten

6
Ketiga Tahun 1969 Sistem Puskesmas disepakati hanya 2, yaitu tipe A (dikepalai
belas dokter) dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahu 1969-
1974 yang dikenal masa Pelita 1, dimulai program kesehatan
Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah kabupaten
di tiap Propinsi
Keempat Tahun 1979 Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu
belas tipe Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan
stratifikasi Puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata, dan
standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti
manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk
perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk
pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim
Kelima Tahun 1984 Dikembngkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga
belas berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penanggulangan
Diare, Immunisasi)
Keenam Awal tahun Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan
belas 1990-an fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga memberdayakan peran serta
masyarakat, selain memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok

B. Pengertian Kesehatan Masyarakat


Swarjana (2017), dalam buku “Kesehatan Masyarakat: Konsep, Strategi dan Praktik”
menguraikan pengertian kesehatan masyarakat (public health) sebagai berikut.
1. Menurut APHA 2013
a. Public health adalah pencegahan
Ilmu kesehatan masyarakat dikatakan sebagai praktik pencegahan penyakit dan
promosi kesehatan yang baik pada kelompok-kelompok orang, dari komunitas yang
kecil sampai negara.

7
b. Ilmu kesehatan masyarakat adalah pengembangan kebijakan dan surveillance
kesehatan populasi. Kebijakan dan strategi penelitian untuk memahami isu termasuk
angka kematian bayi dan penyakit kronis di masyarakat, sangat diandalkan oleh para
profesional public health.
c. Mengapa ilmu kesehatan masyarakat itu penting?
1) Public health dapat menghemat uang dan meningkatkan kualitas hidup.
Masyarakat yang sehat memiliki frekuensi kesakitan yang lebih rendah dan
menghabiskan sedikit uang untuk pelayanan kesehatan, ini berarti produktivitas
ekonomi yang lebih baik dan peningkatan kualitas hidup (quality of life) setiap
orang.
2) Meningkatkan bantuan public health agar anak-anak tetap sehat sesuai dengan
perkembangannya.
Semua anak tumbuh dalam lingkungan yang sehat dengan sumber daya yang
adekuat termasuk pelayanan kesehatan sangat dipastikan oleh profesi public
health.
3) Pencegahan dalam public health dapat mengurangi penderitaan masyarakat.
Pencegahan pada public health tidak hanya mendidik masyarakat tentang efek
pilihan gaya hidup mereka, tetapi juga menurunkan dampak bencana dengan
menyiapkan masyarakat menghadapi bencana.
2. Menurut ASPH (Association of schools of Public Health) 2013
Ilmu kesehatan masyarakat dapat diartikan sebagai ilmu yang menyangkut
perlindungan dan peningkatan kesehatan kesehatan komunitas melalui pendidikan,
promosi gaya hidup yang sehat, serta penelitian untuk pencegahan penyakit dan injuri.
3. Menurut Foundation 2013
Public health merupakan ilmu untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan
keluarga dan komunitas melalui promosi gaya hidup yang sehat, penelitian untuk
mencegah penyakit dan injuri serta deteksi dan pengendalian terhadap penyakit menular.
Inti dari aktivitas ilmu kesehatan masyarakat menyangkut:
a. Mengkaji status kesehatan masyarakat
b. Mendiagnosa masalah kesehatan masyarakat

8
c. Mencari penyebab masalah-masalah kesehatan, mendesain solusi yang tepat untuk
masalah kesehatan masyarakat tersebut.
Tabel. Perbedaan antara ilmu kesehatan masyarakat dan profesi kesehatan klinis
Ilmu kesehatan masyarakat Kesehatan klinis
Populasi Individu
Kesehatan Penyakit
Preventif dan Promotif Diagnosa dan tindakan

C. Tujuan Kesehatan Masyarakat


Menurut Effendy (2009) tujuan kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan
kapasitas yang mereka miliki.
2. Tujuan khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan indivivu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat dalam hal:
 Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
 Menetapkan masalah kesehatan/ keperawatan dan prioritas masalah
 Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/keperawatan
 Menanggulangi masalah kesehatan/ keperawatan yang mereka hadapi
 Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/keperawatan
 Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan
 Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care)
 Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan
 Lebih spesisfik lagi adalah untuk menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan
angka kematian bayi, ibu, dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia
dan sejahtera
 Tertanganinya kelompok-kelompok risiko tinggi yang rawan tehadap masalah
kesehatan

9
D. Falsafah Kesehatan Masyarakat
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk mencapai
suatu tujuan dan dipakai sebagai pandangan hidup. Falsafah perawatan kesehatan
masyarakat adalah keyakinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi pedoman
dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan masyarakat baik ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai sasaran pelayanan untuk mencapai
tujuan keperawatan dan kesehatan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi, dan
inilah yang menjadi pegangan sebagai pandangan hidup dalam memberikan asuhan
keperawatan (Effendy, 2009). Dalam buku “Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan
Masyarakat”, Effendy (2009) mengemukakkan falsafah perawatan kesehatan masyarakat
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi
yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat
khususnya masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh semua
orang dan merupakan bagian integral dari upayaa kesehatan.
4. Upaya promotif dan preventif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitative.
5. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan.
6. Perawat kesehatan masyarakat sebagai provider dank lien (individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat) sebagai consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin
suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam
kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga perawat kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus menerus.

10
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut
mendorong, mendidik dan berpastisipasi secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka
sendiri.

E. Tingkat Pencegahan Penyakit


Menurut Swarjana (2017), pencegahan penyakit dalam public health dibagi menjadi 3.
Pertama pencegahan primer yang merupakan pencegahan penyakit yang dilakukan pada
orang yang sehat atau sebelum sakit. Pencegahan ini misalnya olahraga, mengkonsumsi
makanan yang sehat, dan lain-lain. Kedua pencegahan sekunder yang merupakan
pencegahan yang dilakukan untuk mendeteksi secara dini adanya penyakit (Early Detection)
serta pemberian tindakan setelah penyakit tersebut ditemukan atau terdiagnosa (Prompt
Treatment). Ketiga adalah tersier yaitu pencegahan penyakit yang dilakukan pada orang
yang berada pada tahap rehabilitasi (Rehabilitation).
Tabel. Tingkat Pencegahan

F. Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat


Hendrik L. Blum mengatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Pada gambar
berikut menunjukkan bahwa lingkungan mempunyai pengaruh dan peranan terbesar diikuti
perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.

11
Gambar. faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Sumber: Sunarti
& Sumiati, Sri. (2016). Kesehatan Masyarakat. Jakarta BPPSDM Kesehatan.

1. Lingkungan (Environment)
Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau buatan manusia) misalnya
sampah, air, udara dan perumahan, dan sosiokultur (ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan
lain-lain). Pada lingkungan fisik, kesehatan akan dipengaruhi oleh kualitas sanitasi
lingkungan dimana manusia itu berada. Hal ini dikarenakan banyak penyakit yang
bersumber dari buruknya kualitas sanitasi lingkungan, misalnya; ketersediaan air bersih
pada suatu daerah akan mempengaruhi derajat kesehatan karena air merupakan
kebutuhan pokok manusia dan manusia selalu berinteraksi dengan air dalam kehidupan
sehari-hari (Tribowo & Pusphandani, 2015).
Sedangkan lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi perekonomian suatu
masyarakat. Semakin miskin individu/masyarakat maka akses untuk mendapatkan derajat
kesehatan yang baik maka akan semakin sulit. Misalnya manusia membutuhkan makanan
dengan gizi seimbang untuk menjaga kelangsungan hidup, jika individu/masyarakat
berada pada garis kemiskinan maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhan makanan

12
dengan gizi seimbang. Demikian juga dengan tingkat pendidikan individu/masyarakat,
semakin tinggi tingkat pendidikan individu/masyarakat maka pengetahuan untuk hidup
sehat akan semakin baik (Eliana dan Sumiati, 2016).
Eliana dan Sumiati (2016) mengemukakan beberapa contoh faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan antara lain :
a. Adanya sanitasi lingkungan yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
b. Ada norma agama pada umat islam tentang konsep haram terhadap alkohol dan
menurunkan tingkat konsumsi alkohol
c. Dan semakin tinggi tingkat pendidikan individu maupun masyarakat maka
pengetahuan akan cara hidup sehat semakin baik.

Gambar. lingkungan masyarakat Breezy Point, New York. Sumber: Nies, Mary A., dan
McEwen, Melanie. (2019). Community/public health nursing : promoting the health of
populations. St. Louis: Elsevier.

2. Perilaku (Life Styles)


Eliana dan Sumiati (2016) menjelaskan bahwa gaya hidup individu atau masyarakat
merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat
dan tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat
bergantung pada perilaku manusia itu sendiri, disamping itu juga dipengaruhi oleh
kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi dan perilaku-perilaku
lain yang melekat pada dirinya. Contohnya dalam masyarakat yang mengalami transisi
dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, akan terjadi perubahan gaya
hidup pada masyarakat tersebut yang akan mempengaruhi derajat kesehatan. Misalnya:
pada masyarakat tradisional dimana sarana transportasi masih sangat minim maka

13
masyarakat terbiasa berjalan kaki dalam beraktifitas, sehingga individu/masyarakat
senantiasa menggerakan anggota tubuhnya (berolahraga). Pada masyarakat modern, di
mana sarana transportasi sudah semakin maju, maka individu/masyarakat terbiasa
beraktifitas dengan menggunakan transportasi seperti kendaraan bermotor sehingga
individu/ masyarakat kurang menggerakan anggota tubuhnya (berolahraga). Kondisi ini
dapat beresiko mengakibatkan obesitas pada masyarakat modern karena kurang
berolahraga ditambah lagi kebiasaan masyarakat mengkonsumsi makanan cepat saji yang
kurang mengandung serat. Fakta tersebut akan mengakibatkan transisi epidemiologis dari
penyakit menular ke penyakit degenerative.

Gambar. olahraga termasuk perilaku hidup sehat. Rector, Cherie L. (2016).


Community and public health nursing: promoting the public’s health. Philadelphia :
Wolters Kluwer.

3. Pelayanan Kesehatan (Health Care Services)


Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, karena keberadaan fasilita kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan
pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta
kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas
sangat bepengaruh oleh lokasi, apakah dapat dijangkau oleh masyarakat atau tidak,
tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk
mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan, serta program pelayanan kesehatan
itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Semakin mudah akses
individu atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan maka derajat kesehatan
masyarakat semakin baik (Eliana dan Sumiati, 2016).

14
Gambar. anggota masyarakat mengnjungi pelayanan kesehatan. Sumber: Nies, Mary A.,
dan McEwen, Melanie. (2019). Community/public health nursing : promoting the health
of populations. St. Louis: Elsevier.

4. Keturunan (Heredity)
Eliana dan Sumiati (2016) mengemukakan bahwa faktor keturunan/ genetic ini juga
sangat berpengaruh pada derajat kesehatan. Hal ini karena ada beberapa penyakit yang
diturunkan lewat genetik atau faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawa sejak
lahir, misalnya: dari golongan penyakit keturunan, diantaranya: diabetes mellitus, asma
bronkia, epilepsy, retardasi mental hipertensi dan buta warna. Faktor keturunan ini sulit
untuk di intervensi dikarenakan hal ini merupakan bawaan dari lahir dan jika di intervensi
maka harga yang dibayar cukup mahal. Berikut ini contoh faktor keturunan dapat
mempengaruhi kesehatan:
a. Perkawinan antar golongan darah tertentu akan mengakibatkan leukemia
b. Adanya kretinisme yang diakibatkan mutasi genetik

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Banyak nama tokoh yang mengisi sejarah dunia Kesehatan Masyarakat . di mana
sejarah terus bertumbuh dan berkembang dipelopori oleh antara lain Edwin Chadwick
(Tahun 1842), C.E.A. Winslow (Tahun 1920), John J. Hanlon (Tahun 1964), dan
sebagainya. pertumbuhan dunia kesehatan masyarakat berturut-turut berasal dari suatu
zaman (era) yang disebut “Empirical Era” yang berlangsug sebelum tahun 1850.
Tujuan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki. Falsafah perawatan kesehatan
masyarakat adalah keyakinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi pedoman
dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan masyarakat baik ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

B. Saran
Setelah memahami konsep dasar ilmu kesehatan masyarakat yang sederhana ringkas
tentang sejarah kesehatan masyarakat, pengertian kesehatan masyarakat, tujuan kesehatan
masyarakat, falsafah kesehatan masyarakat, tingkat pencegahan penyakit, dan faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, diharapkan dapat menjujunjung fungsi tugas
dan tanggung jawab bila ia mengemban tugas sebagai perawat kesehatan masyarakat baik
dalam proses belajar maupun yang telah bekerja dipusat kesehatan masyarakat sebagai
kordinator perawat kesehatan masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Nasrul. (2009). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.


Nies, Mary A., dan McEwen, Melanie. (2019). Community/public health nursing : promoting the
health of populations. St. Louis: Elsevier.
Rector, Cherie L. (2016). Community and public health nursing: promoting the public’s health.
Philadelphia : Wolters Kluwer.
Ryadi, Alexander L.S. (2016). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: ANDI.
Sunarti & Sumiati, Sri. (2016). Kesehatan Masyarakat. Jakarta BPPSDM Kesehatan.
Swarjana, I Ketut. (2017). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Konsep, Strategi dan Praktik.
Yogyakarta: ANDI.
Tribowo, C dan Pusphandani, ME. (2015). Pengantar dasar Ilmu kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: Nuha Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai