Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................... 2

PENDAHULUAN .................................................................................................. 2

A. Latar Belakang ......................................................................................... 2

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3

BAB II ..................................................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4

A. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga .......................................... 4

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga ......................... 7

C. Interaksi Keluarga dalam Rentang Sehat-Sakit ........................................ 8

D. Kriteria Kesejahteraan Keluarga di Indonesia ........................................ 10

BAB III ................................................................................................................. 15

PENUTUP ............................................................................................................. 15

A. Kesimpulan ............................................................................................. 15

B. Saran ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam


meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat
maka akan tercipta komunitas keluarga yang sehat. Masalah kesehatan yang
dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota
keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga
dapat mempengaruhi sistem keluarga tersebut dan mempengaruhi komunitas
setempat, bahkan komunitas global. Sehat seharusnya dimulai dengan
membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga.
Perawat keluarga sangat dibutuhkan untuk membangun keluarga sehat
sesuai dengan budayanya. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan
keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti agar keluarga dapat mengenal
tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya. Dengan
demikian, apabila keluarga tersebut mempunyai masalah kesehatan, mereka
tidak datang ke pelayanan kesehatan dalam kondisi yang sudah kronis. Perawat
keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan kesehatan
keluarga sehingga tercapai Indonesia sehat (Fitriani, 2014).
Program pemerintah dalam pemberdayaan keluarga dibidang kesehatan
belum mengikutsertakan perawat keluarga secara optimal. Oleh karena itu, kita
perlu mempertimbangkan adanya perawat keluarga dalam suatu lingkungan
untuk melaksanakan asuhan keperawatan guna membangun keluarga sehat.
Asuhan keperawatan tersebut tentunya dilaksanakan dengan melibatkan peran
serta keluarga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalahnya adalah


“Bagaimana kriteria keluarga sejahtera?”

2
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Penyusun makalah ini adalah untuk mengetahui kriteria keluarga sejahtera
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini agar mahasiswa mampu :
a. Memahami tahapan dan tugas perkembangan keluarga.
b. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga,
c. Memahami interaksi keluarga dalam rentang sehat-sakit.
d. Memahami kriteria kesejahteraan keluarga di Indonesia.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga

Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembanga,


keluarga pun memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas
perkembangan yang harus diselesaikan pada tahapnya. Ada perbedaan
pembagian tahap perkembangan menurut Carter dan McGoldrick (1989)
dan Duvall (1985). (Dikutip dalam Suprajitno.2008:3-5)
Perbedaan tahap perkembangan
Carter dan McGoldrick Duvall
(family therapy perspective, 1989) (sociological perspective, 1985)
1. Keluarga antara: masa bebas  Tidak diidentifikasi karena periode
(pacaran) dewasa muda waktu antara dewasa dan menikah
tak dapat ditentukan
2. Terbentuknya keluarga baru 1) Keluarga baru menikah
melalui suatu perkawinan
3. Keluarga yang memiliki anak usia 2) Keluarga dengan anak baru lahir
muda (anak usia bayi sampai usia (usia anak tertua sampai 30 bulan)
sekolah) 3) Keluarga dengan anak pra-sekolah
(usia anak tertua 2 ½ - 5 tahun)
4) Keluarga dengan anak usia
sekolah (usia anak tertua 6 – 12
tahun)
4. Keluarga yang memiliki anak 5) Keluarga dengan anak remaja
dewasa (usia anak tertua 13 – 20 tahun)
5. Keluarga yang mulai melepas 6) Keluarga mulai melepas anak
anaknya untuk keluar rumah sebagai dewasa (anak-anaknya
mulai meninggalkan rumah)

4
7) Keluarga yang banyak terdiri dari
orang tua saja/keluarga usia
pertengahan (semua anak
meninggalkan rumah)
6. Keluarga lansia 8) Keluarga lansia

Menurut Suprajitno (2008) berubahnya tahap perkembangan keluarga


diikuti dengan perubahan tugas perkembangan keluarga dengan berpedoman pada
fungsi yang dimiliki keluarga. Gambaran tugas perkembangan keluarga dapat
dilihat sesuai tahap perkembangannya.

Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangannya.


Tahap Tugas perkembangan (utama)
perkembangan
1. Keluarga baru  Membina hubungan intim yang memuaskan
menikah  Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan
kelompok sosial
 Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga dengan  Mempersiapkan menjadi orang tua
anak baru lahir  Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga,
interaksi keluarga, hubungan seksual, dan kegiatan
 Mempertahankan hubungan
dalammemuaskanpasangannya
3. Keluarga dengan  Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal
anak usia pra- kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman
sekolah  Membantu anak untuk bersosialisasi
 Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi
 Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam
atau luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan
sekitar)
 Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak
5
(biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang
tinggi)
 Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
 Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak
4. Keluarga dengan  Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
anak usia rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas (yang
sekolah tidak/kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat)
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan  Memberikan kebebasan yang seimbang dan
anak remaja bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang
dewasa muda dan mulai memiliki otonomi
 Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
 Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orang tua. Hindarkan terjadinya perdebatan,
kecurigaan, dan permusuhan
 Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan
(anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan
tumbuh-kembang anggota keluarga
6. Keluarga mulai  Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti
melepas anak menjadi keluarga besar
sebagai dewasa  Mempertahankan keintiman pasangan
 Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru
di masyarakat
 Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di
rumah
7. Keluarga usia  Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan
pertengahan usia pertengahan

6
 Mempertahankan hubungan yang serasi dan
memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya
 Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia  Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga
lanjut yang saling menyenangkan pasangannya
 Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi:
kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan
keluarga
 Mempertahankan keakraban pasangan dan saling
merawat
 Melakukan life review masa lalu

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga adalah sebagai


berikut :

1. Faktor Fisik
Ross, Mirowsaky, dan Goldstein tahun 1990 (dikutip dalam
fitriani, dkk. 2014) memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif
antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari hubungan tersebut
antara lain : seorang suami sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa
bulan kemudian setelah menikah akan terlihat lebih gemuk, beberapa
alasan dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada yang
memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu sebaliknya dengan
istri.
2. Faktor Psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis
yang besar, perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling
memberikan penguatan atau dukungan. Suami akan merasa tentram dan
terarah setelah beristri, begitupun sebaliknya (Setiawati, 2008 : 22).
Berdasarkan riset ternyata tingkat kecemaasan istri lebih tinggi dibanding

7
dengan suami, hal ini dimungkinkan karena bertambahnya beban yang
dialami istri setelah bersuami.

3. Faktor Sosial
Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi
kesehatan sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan
semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima semakin baik taraf
kehidupannya. Tingginya pendapatan yang diterima akan berdampak pada
pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan kesehatan yang
dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah kesehatan yang
ditemukan dalam keluarga (Setiawati, 2008 : 22). Status sosial ekonomi
yang rendah memaksa keluarga untuk memarginalkan fungsi kesehatan
keluarganya, dengan alasan keluarganya akan mendahulukan kebutuhan
dasarnya.
4. Faktor budaya
Faktor budaya terdiri dari :
a. Keyakinan dan praktek kesehatan
b. Nilai-nilai keluarga
c. Peran dan pola komunikasi keluarga
d. Koping keluarga (fitriani, dkk. 2014)

C. Interaksi Keluarga dalam Rentang Sehat-Sakit

Menurut Friedman (2010) status sehat atau sakit anggota keluarga dan
keluarga saling mempengaruhi suatu penyakit dalam keluarga saling
memengaruhi. Suatu penyakit memengaruhi keselurahan keluarga dan
interaksinya, sementara itu keluarga pada gilirannya memengaruhi perjalanan
penyakit dan status kesehatan anggotanya. Karena itu, pengaruh status sehat
atau sakit terhadap keluarga dan dampak status sehat atau sakit keluarga saling
terkait atau sangat saling bergantung.

8
Ada 6 tahap sehat atau sakit dan interaksi keluarga untuk
menggambarkan secara lebih lanjut mengenai hubungan ketergantungan
antara keluarga dan status kesehatan anggotanya, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap 1: Upaya keluarga dalam promosi kesehatan keluarga.


Banyak bentuk promosi kesehatan, pencegahan, dan penurunan risiko
melibatkan issue seputar gaya hidup seperti berhenti kebiasaan meroko
dan berolahraga secara teratur. Promosi kesehatan dimulai di keluarga,
strategi kesejahteraan agar berhasil biasanya membutuhkan perbaikan
gaya hidup seluruh anggota keluarga. Selain itu didalam keluarga,
anggota keluarga belajar mengenai status kesehatan dan citra tubuhnya.
2. Tahap 2: Penilaian keluarga terhadap gejala.
Menurut Doherty & Campbell, 1998; Campbell, 2000 (dikutip dalam
Friedman, 2010; 7) tahap ini dimulai ketika suatu gejala individu dikenali,
ditafsirkan terkait dengan keparahannya, kemungkinan penyebab, dan
makna atau artinya, serta dirasakan mengganggu oleh individu yang
mengalami gejala tersebut dan keluarganya. Tahap ini terdiri atas
keyakinan keluarga akan gejala atau penyakit seorang anggota keluarga
dan bagaimana menangani penyakit tersebut.
3. Tahap 3: Mencari perawatan.
Tahap ini dimulai ketika keluarga memutuskan bahwa anggota keluarga
yang sakit benar-benar sakit dan membutuhkan pertolongan. Keluarga
yang sakit mulai mencari pengobatan, informasi, saran, dan validasi
profesional dari extended family, teman, tetangga, pihak nonprofessional
lainnya (struktur rujukan awam), dan internet.
4. Tahap 4: Merujuk dan mendapatkan perawatan.
Menurut de Souza & Gualda, 2000; Pratt, 1976 (dikutip dalam Friedman,
2010; 8) tahap ini dimulai saat dilakukan kontak dengan pelayanan
kesehatan atau tenaga kesehatan professional dan atau praktisi
pengobatan tradisional atau rakyat. Banyak penelitian telah menunjukkan
secara jelas bahwa keluarga berfungsi sebagai lembaga yang membantu
dalam menentukan tempat terapi harus diberikan dan oleh siapa.

9
5. Tahap 5: Respons akut klien dan keluarga terhadap penyakit.
Menurut Hill, 1940; Murray, 2000 (dikutip dalam Friedman, 2010; 8)
selama tahap respons akut, keluarga harus menyesuaikan diri dengan
penyakit, diagnosis dan pengobatan anggota keluarga yang sakit.
Penyakit yang serius atau mengancam jiwa dapat mengakibatkan krisis
keluarga, yaitu keluarga mengalami masa ketidakteraturaan sebagai
respons terhadap stressor kesehatan yang besar.
6. Tahap 6: Adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan.
Proses adaptasi anggota keluarga terhadap penyakit dan adaptasi serta
koping keluarga sebagai sebuah unit, telah lama dipelajari secara
mendalam oleh para ilmuwan keluarga dan perawat peneliti keluarga.
Tahap adaptasi adalah masa saat perawat keluarga dihubungi untuk
membantu keluarga menghadapi stressor kesehatan.

D. Kriteria Kesejahteraan Keluarga di Indonesia

Menurut Suprajitno (2008) kriteria kesejahteraan keluarga di Indonesia


sesuai tahapan sebagai berikut :
1. Keluarga Sejahtera TahapI (KS I)
Indicator Keluarga Sejahtera Tahap I
a. Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut
b. Makan dua kali sehari atau lebih
c. Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
d. Lantai rumah bukan dari tanah
e. Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (pus) ingin ber-kb
dibawa ke sarana/petugas kesehatan
2. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)
Indicator Keluarga Sejahtera Tahap II
a. Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut
b. Makan dua kali sehari atau lebih
c. Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
d. Lantai rumah bukan dari tanah

10
e. Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (pus) ingin ber-kb
dibawa ke sarana/petugas kesehatan
f. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama
masing-masing yang dianut
g. Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling kurang sekali dalam
seminggu
h. Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir
i. Luas lantai penghuni rumah 8 m2 per orang
j. Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat
melaksanakan fungsi masing-masing
k. Keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap
l. Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur
10 sampai dengan 60 tahun
m. Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah
n. Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih pus, saat ini memakai
kontrasepsi
3. Keluarga Sejahtera TahapIII (KS III)
Indicator Keluarga Sejahtera Tahap III
a. Melaksanakanibadahmenurut agama masing-masing yang dianut
b. Makan dua kali sehari atau lebih
c. Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
d. Lantai rumah bukan dari tanah
e. Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (pus) ingin ber-kb
dibawa ke sarana/petugas kesehatan
f. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama
masing-masing yang dianut
g. Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling kurang sekali dalam
seminggu
h. Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir
i. Luas lantai penghuni rumah 8 m2 per orang
j. Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat
melaksanakan fungsi masing-masing
11
k. Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap
l. Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur
10 sampai dengan 60 tahun
m. Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah
n. Anak hidup dua atau lebih, keluarg amasih pus, saat ini memakai
kontrasepsi
o. Upaya keluarga untuk meningkatkan/menambah pengetahuan agama
p. Keluarga mempunyai tabungan
q. Makan bersama paling kurang sekali sehari
r. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat
s. Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan
t. Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televisi, dan majalah
u. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi
4. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)
IndicatorKeluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)
a. Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut
b. Makan dua kali sehari atau lebih
c. Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
d. Lantai rumah bukan dari tanah
e. Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur(PUS) ingin ber-KB
dibawa ke sarana/petugas kesehatan
f. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama
masing-masing yang dianut
g. Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling kurang sekali dalam
seminggu
h. Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir
i. Luas lantai penghuni rumah 8 m2 per orang
j. Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat
melaksanakan fungsi masing-masing
k. Keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap
l. Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur
10 sampai dengan 60 tahun
12
m. Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah
n. Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih pus, saat ini memakai
kontrasepsi
o. Upaya keluarga untuk meningkatkan/menambah pengetahuan agama
p. Keluarga mempunyai tabungan
q. Makan bersama paling kurang sekali sehari
r. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat
s. Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan
t. Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televisi, dan majalah
u. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi
v. Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela
dalam bentuk material kepada masyarakat
w. Aktif sebagai pengurus yayasan/panti
5. Keluarga Miskin
Indicator Keluarga Miskin
a. Tidak bisa makan dua kali sehari atau lebih
b. Tidak bisa memiliki pakaian yang berbeda untuk setiap aktivitas
c. Tidak bisa menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling
kurang seminggu sekali
d. Bagian terluas lantai rumah dari tanah
e. Luas lantai rumah kurang dari delapan meter persegi untuk setiap
penghuni rumah
f. Tidak ada anggota keluarga berusia 15 tahun mempunyai penghasilan
tetap
g. Bila anak sakit/ PUS ingin ber-KB tidak bisa ke fasilitas kesehatan
h. Anak berumur 7-15 tahun tidak bersekolah

E. Tingkat Kemandirian Keluarga

Menurut Efendi dan Makhfudli (2013) Kemandirian keluarga dalam


program perawatan kesehatan komunitas dibagi menjadi empat tingkatan dari
keluarga mandiri tingkat satu (paling rendah) sampai keluarga mandiri tingkat
empat (paling tinggi).
13
Adapun tingkat kemandirian keluarga Menurut Departemen Kesehatan RI
2006 (dikutip dari Efendi dan Makhfudli.2013:187) yaitu sebgai berikut :

1. Keluarga mandiri tingkat satu (KM-I)


 Menerima petugas perawatan komunitas
 Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
2. Keluarga mandiri tingkat dua (KM-II)
 Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
 Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
 Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
3. Keluarga mandiri tingkat tiga (KM-III)
 Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
 Menerima pelayanan keperawatan yang diberika sesuai dengan
rencana keperawatan
 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
 Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
 Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
4. Keluarga mandiri tingkat empat (KM-IV)
 Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
 Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
benar
 Memanfaatkan fasilitas pelayanan sesuai anjuran
 Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
 Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
 Melaksanakan tindakan promotif secara aktif

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan


dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. keluarga pun memiliki
tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan yang harus
diselesaikan pada tahapnya. tahap perkembangan keluarga diikuti dengan
perubahan tugas perkembangan keluarga dengan berpedoman pada fungsi
yang dimiliki keluarga. Tahap interaksi antara sehat/sakit dan keluarga
meliputi tahap pencegahan sakit dan penurunan resiko, tahap gejala yang
dialami oleh keluarga, tahap mencari perawatan, tahap kontak keluarga
dengan institusi kesehatan, tahap respons sakit terhadap keluarga dan
pasien, dan tahap adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan keluarga adalah faktor fisik, faktor psikis,
faktor sosial dan faktor budaya. Adapun kriteria kesejahteraan keluarga di
Indonesia memiliki 6 tahap yaitu keluarga sejahtera tahap I (KS I ),
keluarga sejahtera tahap II (KS II), keluarga sejahtera tahap III (KS III ),
keluarga sejahtera tahap IV (KS IV ) dan keluarga miskin.

B. Saran

Perubahan-perubahan perlu segera dilakukan khususnya dalam


keperawatan sebagai upaya peningkatan mutu Asuhan Keperawatan
kepada individu, keluarga maupun masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, F dan Makhfudli. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas teori dan


praktik dalam keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Fitriani, dkk. 2014. Makalah Keperawatan Keluarga: Keluarga Sejahtera.


AKPER Musi Banyu Asi. Diakses Pada Tanggal 29 Agustus 2019
www.academia.edu

Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, &
Praktik. Jakarta : EGC

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : aplikasi dalam praktik.


Jakarta : EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai