Anda di halaman 1dari 41

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI

BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAWOLESEA


KABUPATEN KONAWE UTARA TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Untuk Mencapai Gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:
NOVITA INDRIA SARI
J1A1 17 094

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWarahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan

Proposal dengan judul “Faktor Yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita di

wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe Utara Tahun 2020”

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya sampai akhir zaman.

Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo, dalam proses penyusunan proposal

ini penulis senantiasa mendapat bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Ibu Fifi Nirmala.G,S.Si.,M.kes selaku dosen pembimbing yang sangat

ikhlas telah meluangkan waktu dan pikirannya telah memberikan pengarahan dan

bimbingan kepada penulis. Serta penulis juga berdoa semoga Allah SWT selalu

melindungi dan melimpahkan rahmatnya kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dan semoga proposal ini bermanfaat untuk semua piha.

Kendari, Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................1
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN.........................................................................2
BAB I...................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang....................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................7
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................................7
1.4.2 Manfaat Praktis................................................................................................7
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti........................................................................................8
1.5 Ruang Lingkup/ Batasan Penelitian.....................................................................8
1.6 Organisasi/ Sistematika.......................................................................................8
BAB II................................................................................................................................10
2.1 Tinjauan Umum Penelitian................................................................................10
2.2 Tinjauan Umum Variabel Penelitian..................................................................17
2.3 Tinjauan Penelitian Sebelumnya.......................................................................23
2.4 Kerangka Teori..................................................................................................25
2.5 Kerangka Konsep Penelitian..............................................................................26
2.6 Hipotesis Penelitian................................................................................................26
BAB III...............................................................................................................................29
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian........................................................................29
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................29
3.3 Populasi dan Sampel.........................................................................................29

ii
3.4 Variabel Penelitian............................................................................................30
3.5 Instrumen Penelitian.........................................................................................30
3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.........................................................30
3.7 Jenis Data Penelitian.........................................................................................33
3.8 Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data..........................................................34
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................36

iii
DAFTAR TABEL

NO JUDUL HAL
Tabel 2.1 Klasifikasi dan ambang batas ................................ 10
Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................. 24

1
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang dan Singkatan Arti dan Penjelasan


WHO World Health Organization
HSPG Hasil Pemantauan Status Gizi
Dinkes Dinas Kesehatan
INFODATIN Pusat Data dan Informasi
Kemenkes Kementrian Kesehatan
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
Depkes Departemen Kesehatan
BB Berat Badan
TB Tuberkulosi
Overweigth Gizi Lebih
Wasting Kurus
Stunting Pendek
SD Standar Devisiasi
Balita Anaka usia 1-5 Tahun
≥ Lebih besar atau sama dengan
< Kurang Dari
SPSS Statistical Package For Social Science
Α Alpa

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi pada hakikatnya merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan

pendekatan pelayanan medis dan pelayanaan kesehatan saja tetapi harus

melibatkan berbagai sektor yang terkait. Status gizi balita adalah

keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi. Status gizi baik bila

jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan. Status gizi tidak

seimbang apabila nilai gizi kurang dari yang dibutuhkan. Sedangkan status

gizi lebih bila asupan zat gizi melebihi dari yang dibutuhkan. Sehingga status

gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi (Almatsier dalam (Muharry, Kumalasari, & Dewi,

2017)

Dampak yang terjadi apabila gizi balita tidak terpenuhi akan

berpengaruh terhadap tumbuh kembang balita selanjutnya, menghambat

perkembangan kognitif, dan meningkatkan resiko kematian

balita(Sedioetama,2009). Balita yang kekurangan gizi tidak mampu

membentuk antibodi (daya tahan) terhadap penyakit infeksi sebagai akibatnya

anak anak sering kali terkena penyakit sehingga mengganggu

pertumbuhannya (Suryani, 2017)

3
Berdasarkan data dunia, negara yang memiliki angka kejadian kurang

gizi tertinggi secara berurutan yaitu India 43,5%, Niger 37,9%, Bangladesh

36,8%, Afghanistan 32,9%, Pakistan 31,6%, Nigeria 31%, dan chad 30,3%.

Sejalan dengan kejadian kurang gizi berdasarkan data WHO (2015) untuk

kejadian stunting , prevalensi tinggi pada tahun 2013 berada pada regional

Afrika dan Asia Selatan dengan jumlah tertinggi di afrika Timur sebesar

42,3%, di Asia Selatan sebesar 35,7% (WHO,2015). Indonesia termasuk

dalam lima besar negara di dunia yang memiliki jumlah kasus stunting pada

balita.

Menurut Riskesdas 2013 status gizi kurang dan status gizi buruk

masih menjadi masalah dengan prevalensi yang masih cukup tinggi yaitu

sebesar 19,6% . sedangkan pada tahun 2018 prevalensi gizi kurang dan gizi

buruk sebesar 17,7% namun belum mencapai target RPJMN tahun 2019

dengan persentase gizi kurang dan gizi buruk 17% sehingga angka di atas

berarti belum mencapai target Rencana pembangunan jangka menengah

nasional RPJMN 2019 (Riskesdas, 2018) .

Untuk Sulawesi Tenggara Prevalensi gizi buruk dan kurang mencapai

23,8%, 6,5% balita mempunyai status gizi buruk dan 17,3% balita

mempunyai status gizi kurang (HPSG Kemenkes RI, 2017).serta berdasarkan

profil kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2017 jumlah kasus gizi buruk

pada balita tahun 2017 yaitu 220 kasus. Untuk sebaran kasus gizi buruk pada

balita menurut Kabupaten/kota yaitu Kolaka Timur,Kolaka, Konawe Utara,

Muna Barat, Buton Utara,Konawe Kepulauan, Wakatobi dan Bau-Bau

4
memiliki 1-10 jumlah kasus gizi buruk (Dinkes provinsi Sulawesi Tenggara ,

2017). Data yang diperoleh dari Puskesmas Wawolesea Kecamatan

Wawolesea Kabupaten Konawe Utara pada laporan Januari sampai dengan

oktober tahun 2019 terdapat 8 Kasus Underweight (Gizi Kurang),Stunting

(Pendek) 20 Kasus, Wasting (Balita Kurus) 17 kasus. Wilayah kerja

puskesmas Wawolesea terdiri dari delapan desa yang suku mendominasi

Suku Bajo adapun mata pencahariannya yang paling banyak yaitu petani dan

nelayan sehingga untuk pendapatan mereka tidak menentu maka hal ini akan

berakibat terhadap status gizi balita.(Profil Puskesmas Wawolesea,2019)

Faktor- faktor yang mempengaruhi status gizi balita penting untuk

dikaji. Dengan mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi maka

kita dapat mengambil langkah tepat dalam upaya perbaikan gizi

masyarakat.Adapun faktor yang mempengaruhi Status gizi balita terdiri dari

penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung yang

mempengaruhi status gizi balita adalah asupan gizi didalamnya terdapat

pemberian ASI Eksklusif ,MP-ASI dan kejadian infeksi yang dialami oleh

balita. Penyebab tidak langsung yang mempengaruhi status gizi balita

diantaranya adalah karakteristik ibu, pola asuh, pengetahuan ibu tentang gizi

balita dan pelayanan kesehatan. Menurut Rarastiti and Syauqy (2014)

menyebutkan bahwa karakteristik ibu seperti pendidikan, pengetahuan,

pekerjaan dan pendapatan merupakan faktor yang berperan dalam

menentukan status gizi balita.(Muharry et al., 2017)

5
Berdasarkan uraian diatas mengenai masih tingginya masalah gizi

pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawoleseamaka peneliti ingi

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada anak

balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea tahun 2020.

1.2 Rumusan Masalah

Faktor apa sajakah yang berhubungan dengan status gizi balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe utara Tahun

2020 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang berhubungan dengan status Gizi Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe utara Tahun

2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan status Gizi

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe

utara Tahun 2020

b. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Ibu tentang gizi

dengan status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea

Kabupaten Konawe utara Tahun 2020

6
c. Untuk mengetahui hubungan pemberian Asi Eksklusif dengan status

Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten

Konawe utara Tahun 2020

d. Untuk mengetahui hubungan jumlah anggota keluarga dengan status

Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten

Konawe utara Tahun 2020

e. Untuk mengetahui hubungan keaktifan ke posyandu dengan status Gizi

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe

utara Tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai data penunjang dalam upaya pencegahan dan penanggulangan

status gizi balita serta sebagai informasi terkait dengan faktor yang

mempengaruhi status balita penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan masukan dan data penunjang bagi dunia kesehatan untuk

menentukan arah kebijakan atau program apa yang harus dibuat dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan khususnya

masalah gizi balita.

7
1.4.2 Manfaat Praktis

a. Ibu Balita

Dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada ibu balita

tentang status gizi sehingga dapat di jadikan acuan bagi mereka untuk

lebih memperhatikan dan memperbaiki status gizi anaknya.

b. Instansi Kesehatan

Sebagai acuan terutama di wilayah kerja puskesmas wawolesea

untuk pembuatan program dan perbaikan status gizi agar kedepannya

lebih baik

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti

Dapat dijadikan sebagai pengalaman dan pembelajaran dalam

mengembangkan wawasan serta pengetahuan penulis dalam melakukan

penelitian tentang status gizi balita.

1.5 Ruang Lingkup/ Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi lokasinya hanya pada wilayah kerja puskesmas

Wawolesea dengan variabel independen yaitu pendapatan keluarga, tingkat

pengetahuan ibu tentang gizi, Asi Eksklusif ,jumlah anak dan keaktifan ke

posyandu sedangkan variabel dependennya yaitu status gizi balita

Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 1-5 tahun yang berada di

wilayah kerja puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe Utara Tahun 2020

8
1.6 Organisasi/ Sistematika

Penelitian ini berjudul “Faktor Yang Berhubungan Dengan Status

Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe

Utara Tahun 2020” yang dibimbing oleh ibu Fifi Nirmala G,S.Si.,M.Kes.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Penelitian

2.1.1 Balita

Balita merupakan usia dimana anak telah menginjak usia satu

tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima

tahun.Pada usia ini merupakan usia perkembangan anak yang cukup

rentan terhadap berbagai serangan penyakit termasuk penyakit yang

disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu.

(Kemenkes,RI 2015). Balita merupakan salah satu golongan atau

kelompok penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi (Suryani,

2017)

Salah satu kelompok rentan gizi adalah balita. Beberapa kondisi

dan anggapan orang tua dan masyarakat justru merugikan penyediaan

makanan bagi kelompok balita ini:

a. Anak balita masih dalam periode transisi dari makanan bayi ke

makanan orang dewasa, jadi masih memerlukan adaptasi.

b. Anak balita dianggap kelompok umur yang paling belum berguna

bagi keluarga.

c. Ibu sering sudah mempunyai anak kecil lagi atau sudah bekerja

penuh, sehingga tidak dapat memberikan perhatian kepada anak

balita, apalagi mengurusnya.

10
d. Anak balita belum dapat mengurus sendiri dengan baik.

e. Anak balita mulai turun ke tanah dan berkenaan dengan berbagai

f. kondisi yang memberikan infeksi atau penyakit lain. 11

2.1.2 Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan (Sibagariang dalam Titisari, Kundarti,

& Susanti, 2015) . Status gizi (Nutriens) adalah ikatan kimia yang

diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi,

membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses

kehidupan (Azkha & Bachtiar, 2019). Status gizi balita adalah keadaan

keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi. Status gizi baik bila

jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan. Status gizi tidak

seimbang apabila nilai gizi kurang dari yang dibutuhkan. Sedangkan status

gizi lebih bila asupan zat gizi melebihi dari yang dibutuhkan. Sehingga

status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi ((Muharry et al., 2017) .Status Gizi

merupakan indikator yang dapat memicu dan mempengaruhi proses

pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang

sempurna dan juga memiliki manfaat sebagai alat deteksi dini resiko

terjadinya masalah kesehatan (Titisari et al., 2015).

11
Oleh karena itu status gizi pada balita harus sangat dijaga dan

diperhatikan secara serius oleh orang tua, karena terjadi malnutrisi pada

masa ini dapat menyebabkan kerusakan yang irreversibel.. Kekurangan

gizi yang lebih fatal akan berdampak pada perkembangan otak sehingga

akan mengalami gangguan dalam perkembangannya fisik dan kognitifnya

(Supariasa, dalam Muharry et al., 2017)

2.1.3 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi terbagi atas penilaian secara langsung dan

penilaian secara tidak langsung. Adapun penilain secara langsung dibagi

menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung terbagi atas tiga

yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi

1. Penilaian secara langsung

a. Antropometri

secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau

dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan

dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Beberapa indeks

antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan menurut

umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan

menurut tinggi badan (BB/TB)

1) Indeks berat badan menurut umur (BB/U)

12
Merupakan pengukuran antropometri yang sering

digunakan sebagai indikator dalam keadaan normal, dimana

keadaan kesehatan dan keseimbangan antara intake dan

kebutuhan gizi terjamin. Berat badan memberikan gambaran

tentang massa tubuh (otot dan lemak). Massa tubuh sangat

sensitive terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misalnya

terserang infeksi, kurang nafsu makan dan menurunnya jumlah

makanan yang dikonsumsi. BB/U lebih menggambarkan status

gizi. Berat badan yang bersifat labil, menyebabkan indeks ini

lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current

Nutritional Status) (Supariasa, 2002).

2) Indeks tinggi badan menurut badan (TB/U)

Indeks TB/U disamping memberikan status gizi masa

lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status ekonomi.

(Supariasa, 2002)

3) Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang lincar dengan tinggi

badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan

searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan

tertentu. Jelliffe pada tahun 1996, telah memperkenalkan indeks

ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan

indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks

13
BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur

(Supariasa, 2002).

b. Penilaian Klinis

Penilaian klinis biasanya digunakan jika mengalami

ketidak seimbangan gizi pada jaringan epitel yaitu rambut, kulit,

mata, mukosa mulut serta kelenjar tiroid. Penilaian klinis digunakan

untuk melakukan deteksi cepat mengenai anda klinis secara umum

dari kelebihan maupun kekurangan gizi (Supariasa, 2001).

c. Biokimia

Penilaian biokimia merupakan penilaian dengan diuji didalam

laboratorium, jaringan tubuh yang digunakan dalam penilaian ini

yaitu otot, darah, hati, tinja serta urine. Penilaian biokimia biasanya

dimanfaatkan dalam masalah kurang gizi secara spesifik (Supariasa,

2001).

d. Biofisik

Penilaian biofisik digunakan dalam melihat kemampuan fungsi

seperti perubahan struktur dari jaringan. Penggunaannya biasanya

pada kondisi tertentu antara lain pada kasus rabun senja (Supariasa,

2001).

2. Penilaian secara tidak langsung

a. Survei Konsumsi Makanan

Survey konsumsi makanan merupakan cara yang dapat

digunakan dengan melihat jenis maupun jumlah dari nutrisi yang

14
biasa dikonsumsi. Biasanya dapat dimanfaatkan dalam

mengidentifikasi kekurangan maupun kelebuhan dari zat gizi

(Supariasa, 2001).

b. Statistik Viral

Statistik vital digunakan dalam menganalisis beberapa data

statistik seperti umur, angka kesakitan dan angka kematian.

Pengukuran ini digunakan untuk indikator pengukuran status gizi

masyarakat (Supariasa, 2001).

c. Faktor Ekologi

Penilaian dengan ekologi penting dilakukan untuk tahu

akan penyebab kejadian malnutrisi dalam masyarakat. Malnutrisi

merupakan kombinasi dari faktor fisik, biologis, dan lingkungan

budaya (Supariasa, 2001).

2.1.4 Klasifikasi Status Gizi

Status gizi diklasifikasikan berdasarkan tiga rumus yaitu yang

pertama adalah BB/U digunakan untuk mengklasifikasikan gizi buruk, gizi

kurang (Underweight) , gizi baik maupun gizi lebih (Overweight). Kedua

adalah TB/U yang digunakan untuk mengklasifikasikan sangat pendek,

pendek (Stunting) dan normal. Yang ketiga adalah BB/TB yang

digunakan untuk mengklasifikasikan kurus sekali, kurus (Wasting), serta

gemuk (Obesitas).

Tabel 2. 1 Klasifikasi dan Ambang Batas Status Gizi Anak


berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB
Indikator Status Gizi Z-Score

15
BB/U Gizi Buruk <-3,0 SD
Gizi Kurang -3,0 SD<-2,0 SD

Gizi Baik -2,0 SD sampai


dengan 2,0 SD

Gizi Lebih >2,0 SD

TB/U Sangat Pendek < - 3,0 SD

Pendek -3,0 SD sampai


dengan < -2,0 SD

Normal -2,0 SD sampai


dengan 2,0 SD

BB/TB Sangat Kurus < - 3 ,0SD

Kurus -3,0 SD sampai


dengan < - 2 ,0 SD

Normal -2,0 SD sampai


dengan 2,0 SD

Gemuk > 2 ,0SD


Sumber: Kepmenkes No.1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar
antropometrik penilaian status gizi

2.2 Tinjauan Umum Variabel Penelitian

2.1.1 Pendapatan Keluarga

Pendapatan menunjukan kemampuan keluarga untuk membeli

pangan yang selanjutnya akan mempengaruhi kualitas pangan dan gizi.

Keluarga dengan pendapatan tinggi memiliki kesempatan untuk membeli

makanan yang bergizi bagi anggota keluarganya. Sehingga dapat

mencukupi kebutuhan gizi setiap anggota keluarganya. (Muharry et al.,

16
2017).Pendapatan keluarga yang rendah, akan mempengaruhi

ketersediaan dan akses pangan keluarga., maka secara tidak langsung

pendapatan keluarga dapat mempengaruhi status gizi anggota keluarga

khususnya balita karena asupan yang dikonsumsi tidak mencukupi atau

tidak sesuai dengan kebutuhan (Puspasari & Andriani, 2017).

Hubungan pendapatan perkapita dengan status gizi balita yaitu

pendapatan perkapita sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan dan

perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat. Rata-

rata keluarga dengan pendapatan yang cukup baik akan memilih tingkat

pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu. Penghasilan

perkapita perbulan yang dihitung dari jumlah rata- rata pendapatan yang

diterima keluarga baik tetap maupun tidak tetap setiap bulan dibagi

dengan jumlah anggota keluarga yang dinyatakan dalam rupiah.

Tingkat penghasilan juga ikut menentukan jenis pangan yang akan

dibeli dengan adanya tambahan penghasilan. Orang miskin

membelanjakan sebagian besar untuk serealia, sedangkan orang kaya

membelanjakan sebagian besar untuk hasil olahan susu. Jadi,

penghasilan merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas

makanan. Antara penghasilan dan gizi jelas ada hubungannya yang

menguatkan. Pengaruh peningkatan penghasilan terhadap perbaikan

kesehatan dan kondisi keluarga lain yang mengadakan interaksi dengan

status gizi yang berlaku hampir universal. (Persulessy, Vonny et.al 2013)

17
Menurut Supariasa (2012) kehidupan ekonomi keluarga akan

lebih baik pada keluarga dengan ibu bekerja dibandingkan dengan

keluarga yang hanya menggantungkan ekonomi pada kepala keluarga

atau ayah. Kehidupan ekonomi keluarga yang lebih baik akan

memungkinkan keluarga mampu memberikan perhatian yang layak

bagi asupan gizi balita.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan Ibu

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo,

2003; 121). Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan

proses pembelajaran ((Titisari et al., 2015)

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan

zat gizi,makanan dengan zat gizi pada makanan, makanan yang

dikonsumsi aman dan tidak menimbulkan penyakit dan cara pengolahan

yang baik agar tidak menghilangkan zat gizi pada makanan tersebut

(Elia, Siregar, & Suryani, 2019)(189- ARTICLE). Pengetahuan gizi ibu

yang kurang dapat menjadi salah satu penentu status gizi balita karena

menentukan sikap atau perilaku ibu dalam memilih makanan yang akan

dikonsumsi oleh balita serta pola makan terkait jumlah, jenis dan

18
frekuensi yang akan mempengaruhi asupan makan pada bayi tersebut.

(Puspasari & Andriani, 2017) (Jurnal 10)

Penelitian yang dilakukan oleh Mubarak (2017) di wilayah pesisir

menyebutkan bahwa ibu yang kurang memperoleh pengetahuan tentang

gizi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan balitanya yang

berdampak pada aplikasi dalam hal pemberian gizi karena kurangnya

tersedia akses, fasilitas informasi dan rendahnya pendidikan yang

diperoleh oleh responden.

2.1.Pemberian Asi Eksklusif

ASI ekslusif adalah memberikan hanya ASI saja bagi bayi sejak

lahir sampai usia 6 bulan. Selama 6 bulan pertama pemberian ASI

eksklusif, bayi tidak diberikan makanan dan minuman lain (Eastwood,

2003) ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna. Dari segi gizi,

antibodi dan psikososial. ASI mempunyai peran penting terhadap

pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Anderson & Remley,

1999 hasil metaanalisis menunjukkan bahwa anak-anak yang diberi ASI

secara signifikan mempunyai fungsi kognitif lebih tinggi dibandingkan

anak anak yang diberi susu formula dan perbedaan ini stabil sepanjang

pertambahan usia.(Maywita, 2018) .

Pemberian ASI Eksklusif hal penting yang mempengaruhi status

gizi karena ASI memiliki sumber zat gizi yang paling lengkap, harus

diberikan kepada anak, agar pertumbuhan dan perkembangan (otak dan

tubuh) baik.. (Sumilat, Malonda, & Punuh, 2019)(Jurnal 6). ASI adalah

19
makanan terbaik untuk bayi.ASI sangat dibutuhkan untuk kesehatan anak

dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal.

Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif akan terpenuhi kebutuhan gizinya

secara maksimal sehingga anak akan lebih sehat, lebih tahan terhadap

infeksi, tidak mudah terkena alergi. Anak yang mendapat ASI Eksklusif

akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal

(Sulistyoningsih, dalam Bertalina & Amelia, 2018)

2.1.4 Jumlah Anak

Jumlah anak yang banyak pada keluarga akan mengakibatkan

berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak juga dapat

mengakibatkan berkurangnya kebutuhan primer seperti pemberian

makanan(Titisari et al., 2015). Jumlah anak dalam keluarga

mempengaruhi ketersediaan pangan keluarga. Pada tingkat penghasilan

yang berbeda akan menghasilkan tingkat ketersediaan pangan yang

berbeda pula. Jumlah anak yang banyak pada keluarga dengan status

ekonomi yang rendah mempunyai peluang anak menderita gizi buruk.

Anak yang tumbuh dalam keluarga miskin paling rawan terhadap kurang

gizi Diantara seluruh anggota keluarga, anak yang paling kecil yang akan

terpengaruh oleh karena kekurangan pangan, apabila anggota keluarga

bertambah maka pangan untuk setiap anak berkurang, asupan makanan

yang tidak adekuat merupakan salah satu penyebab langsung karena

dapat menimbulkan manifestasi berupa penurunan berat badan atau

terhambat pertumbuhan pada anak, oleh sebab itu jumlah anak

20
merupakan faktor yang turut menentukan status gizi balita (Faradevi,

2011).. Karena jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan

sosial ekonominya cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian

dan kasih sayang yang diterima oleh anak. Lebih-lebih jika jarak anak

terlalu dekat. selain kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak,

juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahan pun

tidak terpenuhi. Sehingga jumlah saudara sangat berpengaruh terhadap

status gizi anak.

2.1.5 Keaktifan ke posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan

diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat untuk

memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat terutama ibu,

bayi, dan anak balita. Kegiatan posyandu salah satunya adalah

menimbang bayi/balita, berdasarkan berat badan dengan umur sehingga

dapat diketahui pertumbuhan status gizi balita setiap bulannya dan

hasilnya dicatat dalam buku Kartu Menuju Sehat (KMS) (Diagama,

Amir, & Hasneli, 2019)

Pencatatan di KMS bertujuan untuk mengetahui hasil

penimbangan apakah grafik pertumbuhan anak naik, turun, tetap dan

berada garis hijau tua, garis hijau muda, digaris kuning atau dibawah

garis merah.. Penimbangan balita secara berkala tiap bulan dapat

mendeteksi sedini mungkin penyimpangan pada pertumbuhan dan

21
perkembangan balita tersebut, seperti kejadian gizi buruk pada anak

balita. Partisipasi ibu harus ditingkatkan dalam upaya untuk mengurangi

masalah gizi buruk pada anak dengan mengunjungi dan menimbang

balitanya ke Posyandu setiap bulan (Kementerian Kesehatan RI, 2015) .

Setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh pada keadaan

status gizi balita, karena salah satunya tujuan posyandu adalah memantau

peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita., Kerutinan ibu

dalam mengunjungi Posyandu akan sangat bermanfaat sebagai

monitoring berat badan untuk mengetahui status gizi anak dengan

menimbang berat badan setiap bulan agar dapat secara dini mendeteksi

terhadap status kesehatan anak, sehingga dapat segera ditentukan

intervensi lebih lanjut. Apabila ibu tidak secara rutin mengunjungi

Posyandu mengakibatkan status gizi anak tidak terpantau dengan

baik(Diagama et al., 2019)

2.3 Tinjauan Penelitian Sebelumnya

a. Penelitian yang dilakukan oleh Suryani linda yang berjudul Faktor Yang

Mempengaruhi Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bayung

Sekaki Pekan Baru Tahun 2017. Penelitian ini menggunakan metode

observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional, Sampel

yang digunakan dalam penelitian ini 84 orang dengan menggunakan

teknik accidental sampel .Hasil uji statistik Chi-square pada taraf

kepercayaan 95% (0,05) menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap

22
status gizi balita yaitu pendidikan ibu (P value 0,019), jumlah anak (P

value 0,028), status ekonomi (P value 0,012) dan pengetahuan ibu (P value

0,000) dengan status gizi balita.(198-article)

b. Penelitian yang dilakukan oleh Andy Muharry , Isti Kumalasari ,Eka

Rosmayanti Dewi yang berjudul Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Balita di Puskesmas Nelayan Kota Cirebon pada Tahun 2017 dengan

rancangan penelitian Cross Sectional . Hasil yang di dapatkan dalam

penelitian ini dengan tingkat kepercayaan yang digunakan yaitu 95% CI

dengan a 5%.yaitu pengetahuan ibu (p=0,003; OR=3,68) pendapatan

keluarga (p=0,003; OR=3,702) dan keaktifan posyandu berhubungan

dengan status gizi balita dari ketiga variabel tersebut yang paling

berpengaruh berdasarkan uji multivariat yaitu keaktifan ke posyandu.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Milianike Fresye Sumilat , Nancy S. H.

Malonda, Maureen I. Punuh yang berjudul Hubungan Antara Status

Imunisasi dengan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Balita

Usia 24-59 Bulan di Desa Tateli Tiga Kecamatan Mandolang Kabupaten

Minahasa pada tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode

observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Hasil uji

statistic menggunakan uji Chi Square tingkat kepercayaan 95% (a= 0,05)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif

dengan status gizi menurut indeks (BB/U, TB/U, BB/TB) dan tidak

terdapat hubungan antara status imunisasi dengan status gizi menurut

indeks (BB/U, TB/U, BB/TB)

23
d. Penelitian yang dilakukan oleh Gusrianti ,Nizwardi Azkha , Hafni Bachtia

yang berjudul Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan Status Gizi

Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah kkerja Puskesmas Pauh

Kota Padang pada tahun 2016 .Penelitian ini menggunakan pendekatan

mix method dan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross

sectional dengan sampel 95 balita di wilayah kerja Puskesmas Pauh,

analisis data menggunakan univariat dalam bentuk distribusi frekuensi dan

bivariat menggunakan uji Chi-square. Pendekatan kualitatif dengan

indepth interview kepada enam informan yang terdiri dari Lurah,

Pimpinan Puskesmas, Petugas KIA, Petugas Gizi, Bidan Desa dan Kader

di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Hasil Penelitian ini menunjukkan 23,2%

balita mengalami kurang gizi. Faktor yang memiliki hubungan bermakna

dengan status gizi bali ta adalah pola asuh (p=0,021), asupan makanan

(p=0,014) dan tingkat pendapatan (p=0,043). (1126-22)

e. Penelitian yang dilakukan oleh Mindo Lupiana ,Holidy Ilyas , Kunthi

Oktiani yang berjudul Hubungan Status Imunisasi, Pendidikan Ibu, Sikap

Ibu dan Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Balita di Kelurahan

Beringin Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung pada tahun

2017 dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square dengan derajat

kepercayaan 95% variabel yang berhubungan dengan status gizi yakni

sikap ibu (p= 0,003) dan pendapatan keluarga (p= 0,032). Sedangkan

24
variabel yang tidak berhubungan yakni status imunisasi (p= 0,380) dan

pendidikan ibu (p= 0,249). (146-25)

2.4 Kerangka Teori

Sumber : Unicef (1998), (Sumilat,et.al 2019),( Muharry et.al 2017)

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

25
2.6 Hipotesis Penelitian

H0: Tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan Status Gizi

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe

Utara Tahun 2020

H1: Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan Status Gizi Balita) di

Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe Utara Tahun

2020

H0: Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu dengan Status Gizi

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe

Utara Tahun 2020

H1: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe Utara

Tahun 2020

26
H0: Tidak ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe

Utara Tahun 2020

H1: Ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe

Utara Tahun 2020

H0: Tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan Status Gizi Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe Utara Tahun

2020

H1: Ada hubungan antara jumlah anak dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe Utara Tahun 2020

H0: Tidak ada hubungan antara kunjungan ke posyandu dengan Status Gizi

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe

Utara Tahun 2020

H1: Ada hubungan antara kunjungan ke posyandu dengan Status Gizi Balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe Utara

Tahun 2020

27
28
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan analitik Cross

Sectional study yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran

variabel dependen dan variabel independen dinilai pada satu saat, menurut

keadaan pada waktu observasi (Isgiyanto, 2011).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2020 dan berlokasi di wilayah

kerja puskesmas wawolesea Kabupaten Konawe Utara.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 1-5 tahun

yang berada di wilayah kerja Puskesmas Wawolesea Kabupaten Konawe

Utara.

3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi. teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah total

sampling. adalah teknik pengambilan sampel sama dengan populasi

dengan alasan karena jumlah populasi yang kurang dari 100 maka

seluruh populasi dijadikan sampel penelitian (Sugiyono, 2007).

29
3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Dependen : Status Gizi Balita

b. Variabel Independen : Pendapatan Keluarga, Tingkat Pengetahuan

Ibu, Pemberian Asi Eksklusif, Jumlah Anak dan Kunjungan ke

Posyandu

3.5 Instrumen Penelitian

a. Kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan

Variabel yang akan diteliti.yaitu kuesioner mengenai tingkat pengetahuan

ibu ,Pemberian Asi Eksklusif,

b. Timbangan berat badan yang digunakan untuk menimbang berat badan

Balita sehingga dapat diketahui status gizi balita.

c. Alat dokumentasi, berupa kamera atau kamera handphone yang fungsinya

untuk dapat mendokumentasikan kegiatan penelitian

d. Komputer , yaitu alat yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis

data yang diperoleh serta dapat digunakan untuk menyusun hasil

penelitian

e. Alat tulis, yang digunakan untuk mengisi lembar kuesioner

3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

No Variabel Definisi Kriteria Objektif Skala


1. Status Gizi Keadaan tubuh sebagai Pengukuran Ordinal
Balita akibat dari konsumsi dilakukan secara
makanan dan zat gizi antropometri
lainnya yang dilihat dengan

30
berdasarkan BB/U menggunakan
BB/U
Kriteria Objektif
-Gizi Lebih >2SD
-Gizi Baik : -2SD-
2SD
-Gizi Kurang :-
3SD Sampai<-
2SD
2. Pendapatan Adalah seluruh Kuesioner
Keluarga pendapatan keluarga yang Kriteria objektif
diperoleh dalam satu -Baik ≥
bulan untuk memenuhi Rp.1.500.000/bula
kebutuhan setiap hari n
-Kurang <
1.500.000
3. Tingkat Adalah segala sesuatu Wawancara Ordinal
Pengetahua yang diketahui oleh ibu menggunakan
n Ibu tentang makanan yang kuesioner
bergizi, cara pengolahan kemudian di
bahan makanan yang scoring jika
benar dan pengetahuan ibu jawaban benar
tentang zat gizi yang nilai (1) , jika
diperlukan oleh tubuh jawaban salah
Balita nilai (0)
Kriteria Objektif
-Baik skor> 80%
apabila responden
menjawab dengan
benar >80% dari
15 pertanyaan
yang diberikan
-Cukup skor 60-
80%Apabila
responden
menjawab dengan
benar 60-80% dari
15 pertanyaan
yang diberikan
-Kurang
skor>60%

31
Apabila
responden
menjawab dengan
benar<60% dari
15 pertanyaan
yang diberikan.

4. Pemberian Memberikan hanya ASI Wawancara Ordinal


ASI saja bagi bayi sejak lahir menggunakan
Eksklusif sampai 6 bulan tanpa kuesioner
menambahkan dan/atau Kriteria Objektif :
mengganti dengan -Tidak ASI
makanan atau minuman Eksklusif ,bila
lain (kecuali obat-obatan, anak mendapatkan
vitamin atau mineral) asupan makanan
dan minuman
selain ASI selama
6 bulan pertama
-ASI Eksklusif,
bila anak hanya
mendapatkan ASI
selama 6 bulan
pertama
5. Jumlah Jumlah anak dalam satu Kriteria objektif
anak dalam keluarga pada saat -Cukup jika 1-2
keluarga dilakukan penelitian orang
-Lebih jika> 2
orang
6. Keaktifan adalah frekuensi Melihat KMS Ordinal
ke kehadiran ibu yang secara Balita
posyandu rutin membawa balitanya Kriteria Objektif
ke posyandu setiap bulan -Aktif , jika ibu
yang sesuai dengan hadir dalam
tanggal ditetapkannya posyandu ≥ 8 kali
posyandu kunjungan ke
posyandu dalam 1
tahun
-Tidak aktif, jika
ibu hadir dalam
posyandu < 8 kali

32
kunjungan ke
posyandu dalam 1
tahun
(Departemen
Kesehatan RI,
2008b)

3.7 Jenis Data Penelitian

3.7.1 Data Primer

Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh peneliti . data

primer dalam penelitian ini yaitu data yang dikumpulkan melalui

instrumen kuisioner dan wawancara serta pengukuran berat badan dan

tinggi badan balita yang langsung diukur di lokasi penelitian.

3.7.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh dari institusi yang terkait . Data sekunder dalam

penelitian ini yaitu data status gizi balita yang diperoleh dari puskesmas

Wawolesea Kabupaten Konawe Utara dan data lainnya yang

berhubungan dengan penelitian ini.

3.8 Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

3.8.1 Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari responden dikumpulkan , kemudian

ditabulasi menggunakan program SPSS (Statistical Package For Social

Science). pengolahan data dilakukan secara manual dengan

menggunakan laptop dan program SPSS dan disajikan dalam bentuk

tabel beserta penjelasannya.

33
3.8.2 Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi

dari variabel-variabel yang diteliti , baik variabel dependen maupun

variabel independen.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

dependen dan independen. Dalam analisis ini dilakukan dengan

pengujian statistik yaitu dengan uji chi square pada taraf kepercayaan

95%. Adapun rumus dari chi- square yaitu :

2 ∑ (fo−fe)2
X =
fe

Ket : X2: nilai chi-kuadrat

fe: frekuensi yang diharapkan

fo: frekuensi yang diperoleh/diamati

Pengambilan keputusan H1 diterima atau ditolak dengan melihat

taraf signifikansi. Pada penelitian ini menggunakan taraf signifikansi

5% (α 0,0 ) dengan kriteria pengujian ditetapkan H0 diterima apabila

p ≥ 0,05, H0 ditolak apabila p ≤ 0,0 (Sugiyono, 2007)

1. H0 diterima jika X2 hitung ≤ X² tabel atau nilai signifikansi (P) > 0,0

34
2. H0 ditolak jika X2 hitung ≥ X² tabel atau nilai signifikansi (P) < 0,0

3.8.3 Penyajian Data

Data yang telah diperoleh dan diolah kemudian disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan penjelasan untuk melihat

persentasi dari setiap variabel penelitian.

35
DAFTAR PUSTAKA
Azkha, N., & Bachtiar, H. (2019). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Status Gizi Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4), 109–114.
Bertalina, & Amelia, P. R. (2018). Hubungan Asupan Gizi , Pemberian Asi
Eksklusif , dan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi ( Tb / U ) Balita 6-59
Bulan. Jurnal Kesehatan, 9(1), 117–125.
Data Sekunder.2019.Laporan Status Gizi Balita. Konawe utara: Puskesmas
Wawolesea
Diagama, W., Amir, Y., & Hasneli, Y. (2019). HUBUNGAN JUMLAH
KUNJUNGAN POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA ( 1-5
TAHUN ). Jurnal Ners Indonesia, 9(2).
Dinkes. 2017.Profil Kesehatan Sulawesia Tenggara Tahun 2017.Sultra:Dinas
Kesehatan
Elia, R. W., Siregar, A., & Suryani, D. (2019). Pengetahuan Gizi dan Keaktifan
Ibu Balita dalam Kunjungan Posyandu Berhubungan dengan status gizi
balita. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, 7(1).
Kemenkes RI.2015. Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia.
Jakarta:Kemenkes RI
Maywita, E. (2018). FAKTOR RISIKO PENYEBAB TERJADINYA
STUNTING PADA BALITA UMUR 12-59 BULAN DI KELURAHAN
KAMPUNG BARU KEC . LUBUK BEGALUNG TAHUN 2015 Risk
Factors Cause the Stunting of Age 12-59 Months in Kampung Baru Kec .
Lubuk Begalung in 2015. Jurnal Riset Hesti Medan, 3(1), 56–65.
Muharry, A., Kumalasari, I., & Dewi, E. R. (2017). FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS NELAYAN
KOTA CIREBON. Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1), 25–33.
Puspasari, N., & Andriani, M. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi
dan Asupan Makan Balita dengan Status Gizi Balita ( BB / U ) Usia 12-24
Bulan, 1(4), 369–378. https://doi.org/10.20473/amnt.v1.i4.2017.369-378
Riset Kesehatan Dasar Tahun.2013.Kemenkes RI: Jakarta
Riset Kesehatan Dasar Tahun.2018.Hasil utama Riskesdas 2018.Kemenkes RI:
Jakarta
Sumilat, M. F., Malonda, N. S. H., & Punuh, M. I. (2019). HUBUNGAN
ANTARA STATUS IMUNISASI DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

36
DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 24-59 BULAN DI DESA
TATELI TIGA KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN
MINAHASA. Jurnal Kesmas, 8(6), 326–334.
Supariasa dkk.2001.penilaian Status Gizi.Jakarta:EGC.
Suryani, L. (2017). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI
BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI
PEKANBARU. Journal Of Midwifery Science, 1(2), 47–53.
Titisari, I., Kundarti, F. I., & Susanti, M. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Dengan Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun Di Desa Kedawun
Wilayah Kerja Puskesmas Ngadi. Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), 20–28.
WHO.UNICEF.2012. Modul Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak ,Depkes RI
Handayani, E. (2013). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS
GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGKALAN KECAMATAN
SUSOH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA. Universitas Teuku Umar.
.
Susanti, M. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KECAMATAN JETIS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017 FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECAMATAN JETIS KOTA YOGYAKARTA.
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan.

37

Anda mungkin juga menyukai