Anda di halaman 1dari 2

KASUS

Sungai Cisadane merupakan sungai besar yang melintasi Provinsi Jawa Barat dan Banten. Sungai ini
memiliki fungsi dan nilai yang sangat tinggi bagi kehidupan manusia dan kehidupan liar.
Secara umum, kualitas air Sungai Cisadane semakin ke hilir semakin menurun dengan tingkat
pencemaran semakin tinggi. Sumber pencemaran dari berbagai aktivitas di DAS Cisadane
berasal dari rumah tangga, pertanian dan industri. Kualitas air Sungai Cisadane dari hulu
hingga hilir yaitu tercemar ringan dan tercemar berat . Dampak langsung dari pencemaran
air serta rusaknya lingkungan perairan Sungai Cisadane dan anak-anak terlihat pada
berkurangnya jumlah ikan asli sebanyak 75,6%.

Untuk mengetahui karakteristik bioindikator Cisadane melalui pemanfaatan makrobentik untuk


menilai kualitas air Sungai Cisadane dimana Penilaian kualitas air menggunakan indikator
makroinvertebrata, menghasilkan :

1.Ordo Ephemeroptera, Familia Lepthophlebidae, Genus Paraleptoplebia, Spesies P. submarginata


dan P. cinca merupakan bioindikator yang mencirikan daerah hulu Sungai Cisadane.

2. Ordo Ephemeroptera, Familia Baetidae, Genus Baetis, Spesies B. Niger.

3. Ordo Trichoptera, Familia Hydropsychidae, Genus Hydropsyche, Spesies H. Siltalai dan H.


anguistipennis merupakan bioindikator yang mencirikan daerah dengan gangguan dominan
dari pencemar domestik di Sungai Cisadane (daerah tengah).

4. Class Oligochaeta, Familia Haplotaxidae dan Cacing Tubifisidae merupakan bioindikator yang
mencirikan daerah hilir di Sungai Cisadane.

5. Kualitas air Sungai Cisadane dari hulu sampai hilir berdasarkan bioindikator Bentos
makroinvertebrata berada pada status tercemar sedang sampai buruk.

6. Prosen (%) EPT menurun dari hulu menuju hilir di Sungai Cisadane.

7. Kualitas Sungai Cisadane diklasifikasikan menjadi 4 berdasarkan nilai ASPT yaitu : buruk (0.0-5.8),
sedang (5.8-6.9, sedikit tercemar (7.08.5) dan baik (8.6-10).
Kasus

Masyarakat kabupaten sumedang melakukan kegiatan sehari hari di sepanjang sungai


cipeles sehingga meningkatkan gangguan pencemaran terhadap sungai sehingga
kualitas sungai menurun. Kegiatannya yaitu meningkatnya wilayah pemukiman,
penyebaran industry tahu dan tapioca yang berpotensi mencemari sungai,
pengguanaan air sungai untuk kegiatan pertanian, dan sebagai sumber perikanan.

Penurunan kualitas sungai di akibatkanoleh adanya limbah yang berasal dari


kegiatan manusia di sepanjang DAS yang masuk ke sungai. Penurunan kualitas ini
dapat di lihat berdasarkan faktor faktor komunitas makrozoobenthoss sebagai salah
satu komponen lingkungan yang mengalami perubahan secara langsung.

Setelah di teliti dengan makrozoobenthos sebagai bioindikatornya di dapatkan hasil:

1. Kondisi Sungai Cipeles cenderung menuju ke arah tercemar sedang sampai berat
berdasarkan analisis makrozoobenthos menggunakan Metode SIS dan KDP. Hal
tersebut bertentangan dengan kategori berdasarkan Indeks Pencemaran dari
KepMen LH No. liS Tahun 2003 yang menunjllkan sungai ini tercemar ringan.
Penilaian Indeks Pencemaran dapat disebabkan oleh adanya pengaruh musim hujan
pada saat sampling tetapi tidak bisa dikategorikan lIntuk keseluruhan dalam waktu
sampling.
2. tingginya keanekaragaman tidak dapat dijadikan suatu indikator kondisi pencemaran
keseluruhan karena tidak mcmperhatikan secara spesifik taksa yang intoleran
pecemaran
3. hasi analisis regresi kedua metodc terhada Indeks Pencemaran menunjUkan bahwa

metode SIS memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan Metodc KDP.
Hal ini disebabkan oleh adanya pengclompokan taksa intoleran fakultatif dan toleran
sehingga dilihat rasio masing-masing kelompok tersebut terhadap jumlah total.
Mitode SIS dapat diterapkan menjadi salah satu komponen biomonitorng untuk
suatu

Anda mungkin juga menyukai