Anda di halaman 1dari 18

1.

SPSS (Statistical Product and Servive Solution)

Definisi SPSS (Statistical Product and Servive Solution)


SPSS (Statistical Product and Servive Solution) adalah sebuah program
aplikasi dengan kemampuan untuk analisi statustik cukup tinggi serta sistem
manajemen data pada lingkungan grafis dengan menggunakan menu-menu
deskriptif dan kotak-kotak dialog yang sederhana sehingga lebih mudah di pahami
untuk pengoperasianya.
SPSS (Statistical Product and Servive Solution) merupakan slah satu
software yang paling banyak di gunakan untuk analisis statistic dalam ilmu-ilmu
sosial. Software ini di gunakan oleh para peneliti pasar, perusahaan survey,
pemerintah, peneliti pendidikan, peneliti kesehatan, organisasi pemerintah, dan
lain sebagainya.

Fungsi SPSS (Statistical Product and Servive Solution)


SPSS (Statistical Product and Servive Solution)memiliki fungsi sebagai
berikut:
a) Data Editor
Merupakan jendela untuk mengelola data. Data editor yang di rancang
sedemikian rupa seperti pada aplikasi-aplikasi spreadsheet untuk
mendefinsikan, memasukan, mengedit, dan menampilkan data.
b) Viewer
Viewer mempermudah pemakai untuk melihat hasil pemrosesan,
menunjukan atau menghilangkan bagian-bagian tertentu dari output, serta
memudahkan distribusi hasil pengelolaan dari SPSS keaplikasi-aplikasi
lainya.
c) Multidimensional Pivot Tables
Hasil pengelolaan data akan di tunjukan dengan multidimensional pivot
tables. Pemakaian dapat melakukan eksplorasi terhadap table dengan
pengaturan baris, kolom, serta layer. Pemakai ini juga dapat dengan
mudah melakukan pengaturan kelompok data dengan melakukan splinting
tabel sehingga hanya satu group tertentu saja yang di tampilkan pada satu
waktu.
d) High-Resolution Graphics
Dengan kemampuan grafikal beresolusi tinggi untuk mempilkan pie chart,
bar chart, histogram, scatterplots, 3-D graphics, dan yang lainya, akan
membuat SPSS tidak hanya muda di operasikan tetapi juga membuat
pemakai merasa nyaman dalam pekerjaanya.
e) Database Access
Pemakaian program ini dapat memperoleh informasi dari sebuah database
dengan menggunakan databse wizard yang di sediakan.
f) Data Transformation
Trasnformasi data akan membantu pamakai memperloh data siap untuk di
analisi. Pemakai dapat dengan mudah melakukan subset data,
mengkombinsikan kategiri, add, aggregate, merge, split, dan beberapa
perintah transpose files seta lainya.
g) Electronic distribution
Pengguna dapat mengirimkan laporan secara elektronik menggunakan
sebuah tombol pengiriman dara (e-mail) atau melakukan export table dan
grafik ke mode HTML sehingga distribusi melalui internet dan intranet.
h) Online Help
SPSS (Statistical Product and Servive Solution) menyediakn fasilitas
online help yang akan selalu siap membantu pemakai dalam melakukan
pekerjaanya. Bantuan yang di berikan dapt berupa petuntuj pengoperasian
secara detail, kemudahan pencarian prosedur yang diinginkan sampai pada
contoh-contoh kasus dalampengoperasian program ini.
i) Akses Data Tanpa Tempat Penyimpanan Sementara
Analsis file-file data yang sangat besar di simpan tanpa membutuhkan
tempat pentimpana sementara.
j) Interface dengan Database Relasional
Fasilitas ini akan menambah efisiensi dan memudahkan pekerjaan untuk
mengekstrak data dan menganalisisnya dari database relasional
k) Analisis Distribusi
Fasilitas ini di peroleh pada pemakaian SPSS for serve atau aplikasi multi
user. Kegunaan dari analisi ini adalah apabila peneliti akan menganalisis
file-file data sangat besar dapat langsung me-remote dari server dan
memprosesnya sekaligus tanpa harus memindahkan ke computer user.

Kelebihan dan Kekurangan SPSS


1) Kelebihan SPSS
 Mampu mengakses data dari berbagai macam format yang tersedia,
seperti pada dBase, Lotus, Text file, dll. Sehingga data yang sudah
ada ddari bebagai format data dapat langsung di ginakan untuk
analisis.
 SPSS memberikan tampilan data yanglebih informatif.
 Memberikan informasi lebih akurat dengan memberikan kode
alasan jika terjadi missing data
 Mudah di gunakan, pengguna tidak perlu belajar bahasa
pemrograman
2) Kekurangan SPSS
 Meskipun tergolong program yang mudah di gunakan, namun
untuk dapat menjalankan program iini, pengguna minimal harus
mengetahui dasar ilmu statistic terlebih dahulu.
 Berkembangya versi terbaru dengan kecepatan dan tampilan secara
fisik yang terkadang berbeda dengan versi yang lama
membutuhkan adaptasi dengan pengguna untuk menjalankan
program ini.
 SPSS kurang relevan jika di hadapkan dengan data time series
 Aplikasi ini merupakan lisensi berbayar untuk lisensiny

2. EPI Info

Definisi Epi Info


Epi Info merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) yang mencakup pengembangan kuisioner (Create
Form), perekaman data (Enter data), Analisis data (Analyze data), Visualisasi
(Create Maps), dan pelaporan menggunakan metode-metode epidemiologi.

Fungsi Epi Info


Fungsi Epi info yaitu : sebagai aplikasi yang dibutuhkan oleh seorang
epidemiologis atau meereka yang terlibat dalam kesehatan masyarakat, mulai dari
pengumpulan data (pengembangan kuisioner, penghitungan sampel, dan entry
data), data analisis (dengan beberapa metode statistik) dan penyejian data baik
dalam bentuk laporan, grafik bahkan visualisasi dalam peta menggunakan fitur-
fitur sistem Informasi Geografis (GIS).

Kekurangan dan Kelebihan Epi Info


1) Kelebihan Epi info yaitu :
 Bersifat free/gratis
 Data lebih valid dan cepat
 Dapat melakukan perencanaan program
 Dapat melakukan upaya pencegahan
 Membutuhkan sedikit biaya
 Dapat mempercepat dan meningkatkan kualitas data dan
informasi sistem surveilans yang berjalan
 Memudahkan antar muka pengguna (user interface) yang
sederhana sehingga dapat diaplikasikan pada daerah yang
memiliki keterbatasan terhadap dukungan tenaga IT.
2) Kekurangan Epi info yaitu :
 Pencatatan dan pelaporan yang tidak dilakukan secara teratur
menghasilkan data yang tidak akurat
 Tidak semua wilayah dapat dijangkau oleh internet
 Jumlah sumber daya manusia dalam pemanfaatan teknologi
informasi belum terpenuhi.

3. Epi Data

Definisi Epi Data


Pengertian Epi data adalah program yang digunakan untuk melakukan
pengolahan terhadap berbagai bentuk data penelitian. Pengolahan data tersebut
antara lain : mulai dari mendefinisikan variabel untuk membuat program
pemasukan data komputer, membuat batas nilai yang boleh masuk agar tidak
terjadi kesalahan pada waktu memasukkan data ke komputer, membuat alur
loncatan agar proses pemasukkan data lebih cepat dan efisien, memasukkan data
tersebut ke komputer, menggabung beberapa file data, serta merubah format data
dari epi data ke format basis data lainnya seperti dibase,exell,dll.

Fungsi Epi Data


Fungsi Epi data yaitu : digunakan ketika seseorang peneliti sudah mengumpulkan
data secara tertulis dan ingin melakukan analisis statistik atau tabulasi dari data
yang dikumpulkan. Dengan epid data banyak hal yang dapat disederhanakan dan
mempermudah peneliti dalam mendokumentasi data tertulis (hard copy) untuk
menghasilkan data elektronik (softcopy) untuk melakukan analisis statistik.

Kelebihan dan Kekuangan Epi Data


1) Kelebihan Epi data yaitu :
 Mudah digunakan,
 Memperkecil kesalahan dalam pengentrian data
 Pemberian koding dan menamaan dari kriteria variabel
pertanyaan
 Melakukan kalkulasi sederhana untuk data numerik
 Mengekspor data yang terdokumentasi ke format (exstension
file) yang lain, seperti SPSS, STATA, dBase III, SAS, execel.
 Mudah didapatkan (sifatnya publik domain)
 Programnya tidak membutuhkan kapasitas besar (hanya satu
disket)
 Tampilan dalam bentuk windows
2) Kekurangan Epi data yaitu :
 Analisi data tidak dapat dilakukan pada Epi data, namun untuk
analisis sederhana seperti distribusi, frekuensi, ukuran
pemusatan data, dan ukuran persebaran data dapat dilakukan
Epi data.

4. GIS (Geographic Information System/ Sistem Informasi Geografis)

Defini GIS (Geographic Information System/ Sistem Informasi Geografis)


GIS (Geographic Information System/ Sistem Informasi Geografis) adalah
sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan (capturing), menyimpan,
memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan
data yang berhubungan dengan posisi-posisinya dipermukaan bumi. SIG ysng
lengkap akan mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan yaiu
dataspasial, perangkat keras, perangkat lunak, dan struktur organisasi.

Fungsi GIS (Geographic Information System/ Sistem Informasi Geografis)


Fungsi GIS (Geographic Information System/ Sistem Informasi Geografis) yaitu :
menangani data yang bereferensi secara spasial atau kordinat-kordinat geografis
seperti : memasukan, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data),
analisis, manipulasi data dan keluaran.

Kelebihan dan kekurangan GIS (Geographic Information System/ Sistem


Informasi Geografis)
1) Kelebihan GIS yaitu:
 Untuk penyimpanan tidak memerlukan ruangan yang besar
 Akses informasi cepat dan mudah
 Analisis spasial dan tektual dikerjakan lebih dari satu layer
 Sumberdaya manusia untuk melakukan pengelolaan data tidak
terlalu banyak
 Data dapat diakses dan dibawa tanpa melihat ruang dan waktu
 Dapat membuat peta model lingkungan
 Analisis alternatif yang potensial
2) Kekurangan GIS yaitu :
 Sumber daya manusia harus menguasai teknologi komputer
 Teknologi yang ada terus berkembang sesuai dengan zaman
 Biaya yang digunakan relatif mahal
 Penanganan tentang data yang bentuk 3D buruk
 Sulit untuk menyajikan data temporal
 Format data dan standar file data beragam
 Model objek terbatas
JURNAL 1 Nasional
PENGARUH HOUSE INDEX DAN MAYA INDEX TERHADAP KEJADIAN
DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN
SUKOHARJO MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM
(GIS)

LATAR BELAKANG
Latar belakang dalam jurnal ini menampilkan definisi umum terkait
dengan variabel dependen jurnal yaitu penjelasan singkat mengenai kejadian
demam berdarah yang terdiri dari jumlah kasus dan distribusinya serta cara
pencegahan secara umum terhadap kejadian demem berdarah. Selain itu juga
menjelasakn tentang variabel independen yang akan di teliti yaitu pemberantasan
DBD dengan menggunakan survey jentik, yang digunakan adalah cara visual
menggunakan indikator entomologi yaitu House Index dan Maya Index dan
pencegahan dan penanggulangan lainya yaitu analisis spasial menggunakan
program Geographic Information System (GIS).
Adapun latar belakang dari jurnal ini sebagai berikut :
Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang
disebabkan virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. (Depkes
RI,2008). Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
penting yang ada di Indonesia. Penyakit ini sering ditemukan di daerah tropis dan
sub tropis dan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah kasus DBD setiap
tahunnya. Indonesia menduduki peringkat kedua DBD setelah Brazil. Jumlah
mortalitas akibat DBD mencapai 1.125 kasus pada tahun 2009-2011. Tahun 2013
jumlah mortalitas akibat DBD sebanyak 871 orang dari 112.511 kasus DBD.
(Kemenkes RI, 2010).
Jumlah kasus DBD di Jawa Tengah tahun 2014 sebanyak 11.081.
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu Kabupaten endemis demam berdarah
yang ada di Jawa Tengah. Setiap tahun selalu ada kasus demam berdarah di
kabupaten ini. Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 12 kecamatan. Salah satunya
adalah kecamatan Grogol yang berada di bagian kota. Jumlah kasus DBD di
kecamatan Grogol tahun 2016 mencapai 152 kasus DBD. Fogging sebagai upaya
pemerintah untuk mencegah DBD telah dilakukan, tetapi sampai saai ini kasus
DBD selalu muncul di kecamatan ini.
Dalam pemberantasan DBD, survey jentik yang digunakan adalah cara
visual menggunakan indikator entomologi yaitu House Index dan Maya Index.
House Index adalah jumlah rumah dimana ditemukan sarang Aedes, sedangkan
MI adalah indikator yang digunakan untuk mengidentifikasi area risiko tinggi
sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes yang didasarkan pada
kebersihan area dan ketersediaan tempat yang berpotensi untuk
perkembangbiakan Aedes.
Salah satu cara yang efektif dan masih tergolong jarang dilakukan untuk
pencegahan dan pengendalian kasus DBD adalah dengan analisis spasial
menggunakan program Geographic Information System (GIS). Program ini dapat
digunakan untuk memetakkan penyakit sehingga mampu menidentifikasi daerah
yang beresiko tinggi. Program ini mampu digunakan untuk melakukan
perencanaan yang lebih baik dalam pemberantasan dan pencegahan penyakit.
(Peristiowati, 2014).

TUJUAN
Tujuan yang terdapat dalam jurnal yaitu ingin mengatahui pengaruh house indeks
yaitu jumlah rumah dimana ditemukan sarang Aedes, dan Maya Indeks adalah
indikator yang digunakan untuk mengidentifikasi area risiko tinggi sebagai tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes yang didasarkan pada kebersihan area dan
ketersediaan tempat yang berpotensi untuk perkembangbiakan Aedes. Memiliki
pengaruh dengan kejadian DBD di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

HASIL
Hasil dari penelitian ini adalah dari kedua variabel independen yaitu
House Indeks dan Maya indeks hanya satu diantaranya yang memiliki hubungan
dengan kejadian DBD di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa kejadian DBD di
Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo sebagian besar terjadi di rumah dengan
kategori house index tinggi sebesar 55%. Dari hasil uji statistik dapat diketahui
nilai p value 0,87 > 0,05 sehingga menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan
house index dengan kejadian DBD di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
Berdasarkan tabel 9 di atas dapat disimpulkan bahwa kejadian DSS di
Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo sebagian besar terjadi pada rumah
dengan kategori maya index tinggi yaitu sebesar 57,1%. Nilai p value = 0,00
artinya Ha diterima dan Ho ditolak sehingga menunjukkan ada pengaruh antara
maya index dengan kejadia DBD di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
JURNAL 2 Internasional
Analysis And Spread Of Dengue With Spatial Approach Of Geographic
Information System (Sig)
LATAR BELAKANG
Latar belakang dalam jurnal ini pada paragraph pertama membahas
mengenai jumlah kasus DBD secara global dan perkembangan mordibitas dari
kasus DBD di Indonesia. Dan pada paragraph ke dua menjelaskan tentang
beberaapa metode pengendalian vector di pusat dan daerah secara umum.
Adapun latar belakang dalam jurnal sebagai berikut:
“Aedes aegypti mosquitoes are estimated to have infected 100 million
cases of dengue occur in the world each year, in Southeast Asia in 1997 recorded
136,030 deaths due to DHF with CFR 0.76%1. DHF outbreak is still a constraint
for people in various regions considering the number of deaths so much,
especially in toddlers and children2. The development of a morbidity rate of
dengue disease based on Indonesia health profile from 2012 until 2015; the year
2012 occurred 90,245 cases, 816 of them died. The year 2013 occurred 112,511
cases with the death of 871 people, in 2014 occurred 100,347 cases with the
number of deaths 907 people, by 2015 the number of DHF patients reported as
many as 129,650 cases with the number of deaths of 1,071 people (IR/Mortality
rate = 50.75 per 100,000 population and CFR / death rate = 0.83%). An increase
in the number of cases and the number of deaths that occurred in 2015 When
compared to 20143. Until now, dengue disease is still a health problem in
Bengkulu province. Based on data on the health profile of Bengkulu Province,
recorded cases of dengue in 2013 until 2015 with details: in 2013 there are 443
cases with the number of deaths of 4 people and most cases of DHF occurred in
the city of Bengkulu 173 cases with the incidence of death 2 people occurred in
sub-district Ratu Agung working area of Kuala Lempuing puskesmas 1 person
and puskesmas Sawah Lebar, 1 person. In 2014 there are 467 cases of dengue,
and 13 people died with case fatality rate (CFR) 2.8%. While in 2015 there were
369 cases with Case Fatality Rate (CFR) 52.5%.
Several methods of vector control have been widely known and used by
dengue control programs at the central and regional levels: environmental
management, biological control, chemical control, community participation,
individual protection, and legislation. Control of DHF is primarily intended to
break the chain of transmission, namely by controlling the vector. The
epidemiological approach is the best way to gain an understanding of the
problem and planning for the prevention of illness. Epidemiological approaches
include the spread, the frequency of disease in humans, the site of the disease and
the planners and decision-making at the stages and stages of development4. A
GIS (geographic information system) can connect various data at a certain point
on earth, combine, analyze and ultimately map out the results. The data to be
processed in the GIS is that spatial data is a geographically oriented data and is
a location that has a particular coordinate system, as the reference base. So GIS
applications can answer some questions such as; location, condition, trend,
pattern and modeling “. (Aedes aegypti diperkirakan telah menginfeksi 100 juta
kasus demam berdarah terjadi di dunia setiap tahun, di Asia Tenggara pada tahun
1997 tercatat 136.030 kematian akibat DBD dengan CFR 0,76% 1. DBD wabah
masih menjadi 136.030 kematian akibat DBD dengan CFR 0,76% 1. DBD wabah
masih menjadi 136.030 kematian akibat DBD dengan CFR 0,76% 1. DBD wabah
masih menjadi kendala bagi orang-orang di berbagai daerah mengingat jumlah
kematian begitu banyak, terutama pada balita dan anak-anak 2. Perkembangan
tingkat morbiditas banyak, terutama pada balita dan anak-anak 2. Perkembangan
tingkat morbiditas banyak, terutama pada balita dan anak-anak 2. Perkembangan
tingkat morbiditas penyakit demam berdarah berdasarkan profil kesehatan
Indonesia dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015; tahun 2012 terjadi 90.245
kasus, 816 diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2013 terjadi 112.511 kasus
dengan kematian 871 orang, pada tahun 2014 terjadi 100.347 kasus dengan
jumlah kematian 907 orang, pada tahun 2015 jumlah pasien DBD dilaporkan
sebanyak 129.650 kasus dengan jumlah kematian 1.071 orang (IR / tingkat
kematian = 50,75
per 100.000 penduduk dan CFR tingkat / kematian = 0,83%). Peningkatan jumlah
kasus dan jumlah kematian yang terjadi pada tahun 2015 Bila dibandingkan
dengan 2014 3. Sampai saat ini, penyakit DBD masih merupakan masalah
kesehatan di 2014 3. Sampai saat ini, penyakit DBD masih merupakan masalah
kesehatan di provinsi Bengkulu. Berdasarkan data pada profil kesehatan Provinsi
Bengkulu, kasus DBD yang tercatat pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015
dengan rincian: tahun 2013 ada 443 kasus dengan jumlah kematian 4 orang dan
sebagian besar kasus DBD terjadi di Kota Bengkulu 173 kasus dengan kejadian
kematian 2 orang terjadi di wilayah kerja kecamatan Ratu Agung dari Kuala
Lempuing puskesmas 1 orang dan puskesmas Sawah Lebar, 1 orang. Pada tahun
2014 ada 467 kasus demam berdarah, dan 13 orang meninggal dengan tingkat
kasus kematian (CFR) 2,8%. Sementara pada tahun 2015 ada 369 kasus dengan
Case Fatality Rate (CFR) 52,5%.
Beberapa metode pengendalian vektor telah dikenal secara luas dan
digunakan oleh dengue program pengendalian di tingkat pusat dan daerah:
pengelolaan lingkungan, pengendalian biologis, kontrol kimia, partisipasi
masyarakat, perlindungan individu, dan undang-undang. Pengendalian DBD
terutama ditujukan untuk memutus rantai penularan, yaitu dengan mengendalikan
vektor. Pendekatan epidemiologi adalah cara terbaik untuk memperoleh
pemahaman tentang masalah dan perencanaan untuk pencegahan penyakit.
pendekatan epidemiologi meliputi penyebaran, frekuensi penyakit pada manusia,
situs penyakit dan perencana dan pengambilan keputusan pada tahap dan tahap
pembangunan 4. GIS (sistem informasi geografis) keputusan pada tahap dan tahap
pembangunan 4. GIS (sistem informasi geografis) dapat menghubungkan berbagai
data pada titik tertentu di bumi, menggabungkan, menganalisis dan akhirnya
memetakan hasilnya. Data yang akan diproses di GIS adalah bahwa data spasial
adalah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki
sistem koordinat tertentu, sebagai dasar acuan).
TUJUAN
Tujuan yang terdapat dalam jurnal yaitu untuk menganalisis Dan mengatahui
Penyeberan Demam Berdarah Dengan Pendekatan spasial Of Geographic Sistem
Informasi (Sig).

HASIL
Hasil dari penelitian ini adalah GIS (sistem informasi geografis) dapat
menghubungkan berbagai data pada titik tertentu di bumi, menggabungkan,
menganalisis dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diproses di GIS
adalah bahwa data spasial adalah data yang berorientasi geografis dan merupakan
lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar acuan. Jadi aplikasi
GIS dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan
pemodelan. kemampuan ini membedakan GIS dari sistem informasi lainnya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa penyebaran


demam berdarah di Kota Bengkulu dapat digambarkan melalui titik distribusi
berdasarkan lokasi geografis di lapangan. Sebagai hasil yang diperoleh, diketahui
bahwa kejadian DBD di Kota Bengkulu meningkat sejak tahun 2015 dengan 65%.
Berdasarkan kecamatan, diketahui bahwa kejadian DBD di Kecamatan Gading
Cempaka adalah yang tertinggi dalam kasus 147 kasus, dengan 100% tersebar di
semua wilayah kota Bengkulu. Peningkatan di bidang penyebaran peristiwa DBD
menunjukkan bahwa daerah risiko penularan penyakit demam berdarah tersebar
luas. Informasi tentang daerah penularan DBD dapat digunakan oleh staf
Puskesmas untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan melalui kegiatan
pencegahan DBD.
Kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Teluk Segara (9945 jiwa /
Km2). Morbiditas kejadian DBD di populasi kota Bengkulu (IR DBD: 157,72)
tertinggi di Kecamatan Gading Cempaka dengan IR: 332,09 per
100.000 penduduk, angka kematian tertinggi di kabupaten CFR CFR: 1,41; 4.76
per 100.000 penduduk. Pola penyebaran kejadian DBD di Kota Bengkulu
bermotif bergerombol (mengelompok) dengan lebar memiliki tersebar di semua
kecamatan di Kota Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai