Anda di halaman 1dari 19

JUDUL

MAKALAH GIZI DAN KESEHATAN


ANEMIA GIZI BESI (AGB)
Dosen pengampu: Filsa Era Sativa, M. Pd.

Nama Kelompok:

1. Safira {E1F017070}
2. Serin Sapna Moulida {E1F017071}
3. Sinta Ainun {E1F017072}
4. Sohibatul Amni {E1F017073}
5. Sri Endang Harviani Nur {E1F017074}

PROGRAM STUDI S1 PG PAUD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019

i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pertama-tama marilah kita hatur puja beserta puji syukur kita
kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulis ini. Kedua kalinya tak
lupa pula penulis haturkan shalawat beserta salam atas junjungan nabi
besar kita nabi Muhammad saw. Yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang membawa kita dari zaman
kebodohan ke zaman berilmu pengetahuan
Dalam makalah yang telah penulis kerjakan kali ini yang berjudul
“Anemia Gizi Besi” yang membahas tentang apa saja faktor penyebab,
gejala, dampak, dan cara mencegah terjadinya anemia gizi besi serta contoh
kasus tentang anemia gizi besi ini di Indonesia. Kemudian penulis berharap
makalah ini dapat digunakan sebaik mungkin yang bisa dijadikan referensi
untuk pembuatan tugas lainnya atau bahkan sebagai bahan acuan untuk
mengajar.
Demikian pengantar untuk makalah ini kurang lebihnya penulis
mohon maaf. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Mataram, Oktober 2019

penulis

ii
DAFTAR ISI
Contents

JUDUL.........................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................................2
D. Manfaat............................................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Faktor Penyebab Anemia Gizi Besi.................................................................................................3
B. Tanda atau Gejala Anemia Gizi Besi...............................................................................................4
C. Dampak Atau Efek dari Anemia Gizi Besi......................................................................................4
D. Cara Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi..............................................................5
E. Status Anemia Gizi Besi Pada Anak Usia Sekolah Di Lima Panti Asuhan Di Kota Denpasar........6
BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Anemia gizi besi adalah kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut.
Besi merupakan bagian dari molekul Hemoglobin, dengan berkurangnya besi maka sintesa
hemoglobin akan berkurang dan mengakibatkan kadar hemoglobin akan turun. Hemoglobin
merupakan unsur yang sangat vital bagi tubuh manusia, karena kadar hemoglobin yang
rendah mempengaruhi kemampuan menghantarkan O2 yang sangat dibutuhkan oleh seluruh
jaringan tubuh. Di Indonesia sebagian besar anemia disebabkan karena kekurangan zat besi
hingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi.

Masalah anemia gizi besi (AGB) adalah masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi
di seluruh dunia, terutama pada bayi, anak prasekolah, dan wanita usia subur.1 Anemia gizi
dapat mengakibatkan antara lain: kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan,
berat badan lahir rendah (BBLR), abruptio plasenta, cadangan zat besi yang berkurang pada
bayi atau bayi dilahirkan sudah dalam keadaan anemia.2 Anemia gizi besi mempengaruhi
proses pertumbuhan dan perkembangan atau kematangan sel otak, serta menghambat
produksi dan pemecahan zat senyawa transmiter yang diperlukan untuk mengantar
rangsangan pesan dari satu sel neuron ke neuron lainnya. Gangguan ini dapat berpengaruh
pada kinerja otak

Faktor utama yang menjadi penyebab anemia gizi besi adalah kurangnya asupan zat besi
yang berasal dari makanan sehingga tidak mencukupi kebutuha tubuh. Pala makan yang
kurang beragam seperti menu yang hanya terdiri nasi dan kacang-kacangan saja turut
menunjang kekurangan asupan zat besi bagi tubuh (Wirakusumah, 1999). Kebutuhan besi
yang dibutuhkan setiap harinya untuk menggantikan zat besi yang hilang dari tubuh dan
untuk pertumbuhan ini bervariasi, tergantung dari umur, jenis kelamin. Kebutuhan meningkat
pada bayi, remaja, wanita hamil, menyusui serta wanita menstruasi. Oleh karena itu

1
kelompok tersebut sangat mungkin menderita defisiensi besi jika terdapat kehilangan besi
yang disebabkan hal lain maupun kurangnya intake besi dalam jangka panjang.

Seperti salah satu penelitian yaitu penelitian crossectional yang dilakukan di lima panti
asuhan yaitu Panti Asuhan Bala Keselamatan, Panti Asuhan William Both, Panti Asuhan
Darma Jati II, Panti Asuhan Tunas Bangsa, dan Panti Asuhan Puka Usaha Mulia, dengan
alasan bahwa lima panti asuhan tersebut mempunyai populasi anak usia sekolah yang paling
banyak diantara 12 panti yang ada di Kota Denpasar. Penelitian dilaksanakan selama lima
bulan (Februari-Juni) tahun 2010
B. Rumusan masalah

1. Apa faktor penyebab Anemia Gizi Besi?


2. Apa tanda atau gejala Anemia Gizi Besi?
3. Bagaimana dampak terjadinya Anemia Gizi Besi?
4. Bagaimana cara mencegah dan menangani Anemia Gizi Besi?
5. Bagaimana status Anemia Gizi Besi dan konsumsi zat gizi pada anak usia sekolah di lima
panti asuhan di kota Denpasar?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui penyebab Anemia Gizi Besi


2. Untuk mengetahui tanda atau gejala Anemia Gizi besi
3. Untuk mengetahui dampak AGB bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
4. Untuk mengetahui cara mencegah dan menangani Anemia Gizi Besi
5. Untuk mengetahui status Anemia Gizi Besi dan konsumsi zat gizi pada anak usia
sekolah di lima panti asuhan di kota Denpasar

D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
a. Agar dapat memenuhi tugas mata kuliah gizi dan kesehatan
b. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Anemia Gizi Besi
2. Bagi masyarakat atau pembaca

2
a. Dapat menambah wawasan pembaca tentang Anemia gizi besi

3
BAB 2 PEMBAHASAN

PEMBAHASAN
A. Faktor Penyebab Anemia Gizi Besi

Anemia gizi besi adalah kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut.
Beberapa penyebab dari anemia gizi besi ini diantaranya:

1) Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan tubuh
2) Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi pada masa perumbuhan seperti anak-
anak dan remaja, kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat tajam. Pada masa
kehamilan kebutuhan zat besi meningkat, karena zat besi yang diperlukan untuk
perumbuhan janin dan untuk kebutuhan ibu sendiri, serta penderita penyakit menahun
seperti TBC.
3) Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. pendarahan atau kehilangan darah dapat
menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita cacingan (terutama cacing tambang).
Infeksi cacing tambang menyebabkan pendarahan pada dinding usus, meskipun sedikit tetapi
terjadi terus menerus yang mengakibatkan hilangnya darah zat besi, malaria pada penderita
anemia gizi besi dapat memperberat keadaan anemia serta kehilangan darah pada waktu haid
berarti mengeluarkan zat besi yang ada dalam darah
Adapun faktor penyebab anemia gizi besi berdasarkan usianya antara lain:
1) Bayi usia kurang dari 1 tahun
a. Cadangan besi kurang antara lain karena bayi berat lahir rendah, prematuritas, lahir
kembar, ASI esklusif tanpa suplementasi besi, susu formula rendah ASI, pertumbuhan
cepat, dan anemia selama kehamilan
b. Alergi protein susu sapi
2) Anak usia 1-2 tahun
a. Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum susu murni
berlebih
b. Obesitas
c. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang atau kronis

4
d. Malabsorbsi
3) Anak usia 2-5 tahun
a. Asupan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe jenis heme atau
minum susu berlebihan
b. Obesitas
c. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang atau kronis baik bakteri, virus, ataupun
parasite
d. Kehilangan berlebihan akibat pendarahan (Diverticulum Meckel/Polyposis dan
sebagainya)
4) Anak usia 5 tahun – remaja
a. Kehilangan berlebihan akibat pendarahan antara lain (investasi cacing tambang)
b. Menstruasi berlebihan pada remaja putri

B. Tanda atau Gejala Anemia Gizi Besi

Kebanyakan anak-anak dengan defisiensi besi tidak menunjukkan gejala dan baru
terdeteksi dengan skrining laboratorium pada usia 12 bulan. Gejala khas dari anemia
defisiensi besi adalah:

1. Koilonychias /spoon nail/ kuku sendok: kuku berubah menjadi rapuh dan bergaris-garis
vertical dan menjadi cekung sehingga mirip dengan sendok.
2. Akanterjadi atropi lidah yang menyebabkan permukaan lidah tampak licin dan mengkilap
yang disebabkan oleh menghilangnya papil lidah
3. Angular cheilitis yaitu adanya peradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai
bercak berwarna pucat keputihan.
4. Disfagia yang disebabkan oleh kerusakan epitel hipofaring.
Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada remaja putri yang mengalami
anemia gizi besi yaitu 5L (lelah, lemah, lesu, lelah dan lalai). Selain itu sering disertai
dengan keluhan pusing dan mata berkunang- kunang.

5
C. Dampak Atau Efek dari Anemia Gizi Besi

Defisiensi besi memiliki efek sistemik non-hematologis. Efek yang paling


mengkhawatirkan adalah efek terhadap bayi dan remaja yaitu menurunnya fungsi
intelektual, terganggunya fungsi motorik dapat muncul lebih dahulu sebelum anemia
terbentuk. Telah banyak penelitian dilakukan mengenai hubungan antara keadaan kurang
besi dan uji kognitif. di Guatemala terhadap bayi berumur 6-24 bulan, ditemukan bahwa
terdapat perbedaan skor mental dan skor motoric antara kelompok anak dengan anemia
defisiensi besi dan dengan anak normal. Penelitian juga dilakukan terhadap anak usia 3-6
tahun di Inggris yang menunjukkan bahwa anak dengan anemia defisiensi besi
menunjukkan skor yang lebih rendah terhadap uji oddity learning jika dibandingkan
kelompok kontrol. Terdapat bukti bahwa perubahan-perubahan tersebut dapat menetap
walaupun dengan penanganan, sehingga pencegahan menjadi sangat penting. Pica,
keinginan untuk mengkonsumsi bahan-bahan yang tidakdapat dicerna, atau pagofagia,
keinginan untuk mengkonsumsi es batu merupakan gejala sistemik lain dari defisiensi
besi. Pica dapat menyebabkan pengkonsumsian bahan-bahan mengandung timah
sehingga akan menyebabkan plumbisme
Anemia gizi besi pada remaja putri akan berdampak serius jika tidak ditangani
sehingga berakibat menurunnya kemampuan tubuh, menurunnya konsentrasi belajar,
menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit, (Depkes
RI, 2007). Menurut Sediaotama (2003), dampak anemia pada remaja perempuan yaitu
menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar, menganggu pertumbuhan, menurunkan
kemampuan fisik, dan mengakibatkan muka pucat.
D. Cara Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi
Pencegahan yang dapat dilakukan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami anemia (Almatzeir, 2009), antara lain:

a) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi. Makan-makanan yang mengandung zat


besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan
nabati (sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, tempe, dll). Makan sayur-sayuran

6
dan buah-buahan yang mengandung vitamin C antara lain daun katuk, daun singkong,
bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan
zat besi dalam usus.
b) Minumlah satu Tablet Tambah Darah (TDD setiap minggu). Tablet tambah adalah
tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro sulfat atau 60 mg besi
elemental dan 0,25 mg asam folat. Remaja putrid perlu minum tablet tambah darah
karena perempuan mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti
darah yang hilang. Tablet tambaha darah mampu mengobati wanita dan remaja putrid
yang menderita anemia, dan meningkatkan kemampuan belajar. Minumlah tablet
tambah darah dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi karena
dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh.
c) Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti
kecacingan, malaria dan penyakit TBC.

Upaya yang dilakukan dalam pencegahan dan penanggulangan anemia adalah:

a) Suplementasi tabet Fe
b) Fortifikasi makanan dengan besi
c) Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi pangan yang
memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C.
d) Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing. Dalam upaya mencegah
dan menanggulangi anemia adalah dengan mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah
terbukti dari berbagai penelitian bahwa suplementasi, zat besi dapat meningkatkan
kada Hemoglobin.
e) Pengobatan Anemia Defisiensi Besi Sejak tahun 1997 pemerintah telah merintis
langkah baru dalam mencegah dan menanggulangi anemia, salah satu pilihannya
adalah mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah terbukti dari berbagai peneltian
bahwa suplemen zat besi dapat meningkatkan hemoglobin

7
E. Status Anemia Gizi Besi Pada Anak Usia Sekolah Di Lima Panti Asuhan Di Kota
Denpasar
Rancangan penelitian ini adalah penelitian crossectional yang dilakukan di
lima panti asuhan yaitu Panti Asuhan Bala Keselamatan, Panti Asuhan William Both,
Panti Asuhan Darma Jati II, Panti Asuhan Tunas Bangsa, dan Panti Asuhan Puka
Usaha Mulia, dengan alasan bahwa lima panti asuhan tersebut mempunyai populasi
anak usia sekolah yang paling banyak diantara 12 panti yang ada di Kota Denpasar.
Penelitian dilaksanakan selama lima bulan (Februari-Juni) tahun 2010. Populasi
adalah anak usia sekolah yang tinggal pada lima panti asuhan yang berjumlah 75 anak
dan telah memenuhi kriteria inklusi (berusia 9-12 tahun dan bersedia diteliti serta
dalam keadaan sehat) dan eksklusi penelitian (anak dalam keadaan sakit dan
menstruasi saat penelitian). Sampel dihitung berdasarkan besaran sampel penelitian
crossectional (Sastroasmoro & Ismael, 2002) dan diperoleh 48 sampel anak usia
sekolah yang diambil dengan metode systematic random sampling (acak sistematik).

Sampel dalam penelitian ini adalah 48 anak dengan rata-rata umur 10 tahun
(SD ± 1,14). Umur terendah yaitu 9 tahun dan umur tertinggi yaitu 12 tahun. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak usia sekolah di lima panti asuhan paling banyak
berjenis kelamin laki-laki yaitu 28 orang (58,33%) dan paling banyak pada kelompok
umur 10-12 tahun yaitu 34 anak (70,83%). Distribusi sampel berdasarkan jenis
kelamin dan kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin

Kategori N Persentase
Usia 7-9 tahun 14 29,17
10-12 tahun 34 70,83
Jenis Laki-laki 28 58,33
Perempuan 20 41,67
kelamin

Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin di bawah normal sesuai umur
dan jenis kelamin. Pada anak usia di atas satu tahun hingga masa pubertas dikatakan
anemia jika didapatkan kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl (WHO, 2001). Kadar Hb

8
diukur dengan menggunakan metode cyanmethemoglobin. Rata-rata kadar hemoglobin
dari 48 sampel adalah 12,51 ± 1,01 dengan kadar Hb terendah yaitu 9,90 dan tertinggi
yaiu 15,00. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar (70,84%) tidak
anemia dan sebanyak 14 sampel (29,16%) mengalami anemia. Zat gizi yang diteliti
meliputi energi, protein, vitamin A, dan zat besi, yang berasal dari makanan yang di
konsumsi. Bahan makanan yang di konsumsi meliputi makanan pokok, sumber protein
hewani dan nabati, sayur-sayuran, buah-buahan, jajan dan minuman.

Berdasarkan hasil penelitian semua sampel mengkonsumsi nasi setiap hari dengan
ferekuensi 2-3 kali sehari. Sebanyak 15 (31,25%) sampel mengkonsumsi mie dengan
fekuensi 1 kali setiap hari, bukan sebagai makanan pokok tetapi sebagai pendamping lauk
pauk nasi. Sumber protein hewani dan nabati yang di konsumsi yaitu daging ayam, telur
ayam, ikan segar, ikan teri segar, tempe, tahu, kacang tanah, kacang merah. Sebanyak 15
sampel (31,25%) mengkonsumsi tempe setiap hari dengan frekuensi 1-2 kali sehari, dan
sebanyak 8 sampel (16,67%) mengkonsumsi telor ayam setiap hari. Rata-rata semua
sampel mengkomsumsi sayuran seperti bayam, kol, kangkung, buncis, kacang panjang,
dan wortel dengan frekuensi 2-4 kali dalam seminggu. Semua sampel hanya
mengkonsumsi buahbuahan dengan frekuensi 1-2 kali seminggu, biasanya buah yang di
konsumsi seperti apel, jeruk, pepaya, dan melon. Sebanyak 22 sampel (45,83%)
mengkonsumsi susu setiap hari dan sebanyak 6 sampel (12,50%) mengkonsumsi teh
setiap hari. Pemakaian bahan makanan dalam seminggu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan jenis bahan makanan yang dikonsumsi


dalam seminggu
Bahan makanan Persentase (%) Bahan makanan Persentase (%)
Nasi 100,00 Kol 83,33
Mie 81,25 Kangkung 72,91
Roti 20,83 Buncis 39,58
Jagung 31,25 Kacang panjang 52,08
Singkong 22,91 Wortel 77,08
Daging ayam 83,33 Apel 45,83
Telor ayam 68,75 Jeruk 62,50

9
Ikan segar 54,16 Papaya 31,25
Ikan teri segar 25,00 Melon 41,66
Tempe 100,00 Susu 58,33
Tahu 100,00 Teh 79,16
Kacang tanah 27,08 Bubur kacang ijo 60,41
Kacang merah 16,66 Biscuit/coklat/wafer 91,66
Bayam 62,50

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa semua sampel mengkonsumsi nasi


sebagai sumber karbohidrat selain mie. Sumber protein hewani sebagian besar berasal
dari daging ayam, dan tahu, tempe sebagai sumber protein nabati selain kacang-
kacangan. Jenis sayuran yang di konsumsi sampel seperti bayam, kol, wertel, kangkung,
buncis dan kacang panjang. Sebagian besar sampel tidak mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi buah setiap harinya, namun buah yang biasanya di konsumsi sampel
seperti apel, jeruk, dan melon. Jajanan yang sering di konsumsi yaitu biskuit, coklat,
wafer dan makanan ringan lainnya dan hal ini merupakan jenis jajanan yang digemari
anak usia sekolah (pada umumnya).

Analisis zat gizi terhadap makanan yang dikonsumsi sampel meliputi rata-rata
asupan energi, protein, vitamin A, dan zat besi yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Asupan zat gizi makanan sampel

Zat gizi Tertinggi Terendah Rata-rata SD


Energy (Kkal) 2238,96 1646,12 1931,75 133,15
Protein (gram) 85,78 30,50 61,59 16,90
Besi (mg) 29,28 7,85 19,38 7,83
Vitamin A (RE) 824,59 124,32 400,84 2110,53

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa semua sampel (100%) sudah


mencukupi energi sesuai AKG yang di anjurkan LIPI (2004), sedangkan dalam hal
protein dan zat besi sebagian besar (>80%) sudah mencukupi AKG yang dianjurkan
kecuali vitamin A yang masih berada dibawah AKG yang dianjurkan.

10
Tabel 4. Tingkat kecukupan zat gizi sampel

Asupan zat gizi Tingkat kecukupan


<AKG ≥AKG
n % n %
Energy (Kkal) 0 0 48 100,00
Protein (gram) 8 16,66 40 83,33
Vitamin A (RE) 30 62,50 18 37,50
Besi (mg) 9 18,75 39 81,25

Anemia defisiensi besi anak usia sekolah dapat disebabkan oleh kekurangan
asupan zat besi dan zat gizi lainnya yaitu energi, protein, vitamin A dan faktor
penghambat serta faktor pendorong penyerapan zat besi (vitamin C, kalsium, konsumsi
teh, susu), disamping juga dipengaruhi oleh status gizi anak tersebut. Defisiensi besi
dalam makanan merupakan salah satu penyebab penting terjadinya anemia defi siensi
besi. Pemasukan besi dalam tubuh dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas besi dalam
makanan. Hal ini dapat terjadi pada orang yang mengkonsumsi makanan yang kurang
beragam. Jumlah besi dalam makanan di negara berkembang pada umumnya rendah
sekitar 12-19 mg/hari, lebih rendah dari jumlah yang dianjurkan (Bakta M, 1992).

Faktor utama yang menjadi penyebab anemia gizi besi adalah kurangnya asupan
zat besi yang berasal dari makanan sehingga tidak mencukupi kebutuha tubuh. Pala
makan yang kurang beragam seperti menu yang hanya terdiri nasi dan kacang-kacangan
saja turut menunjang kekurangan asupan zat besi bagi tubuh (Wirakusumah, 1999).
Arisman (2004) menyatakan bahwa anak usia sekolah merupakan salah satu golongan
yang rawan mengalami anemia. Faktor utama timbulnya anemia adalah karena faktor
pangan yang tidak seimbang dan kurang beragam. Akibat dari anemia untuk anak usia
sekolah adalah penurunan kapasitas dan kemampuan belajar dan juga anak menjadi lebih
mudah terinfeksi. Berdasarkan penelitian rata-rata asupan zat gizi makanan yang meliputi
energy (1931,75 Kkal), protein (61,59 gram), zat besi (19,38 mg) dan vitamin A (400,84
RE).

11
Dari 14 anak di lima panti asuhan Denpasar yang mengalami anemia (29,16%)
diketahui 11 anak (71,5%) memiliki tingkat kecukupan protein yang baik dan ada 8 anak
(57,1%) tingkat kecukupan besi (Fe) yang baik. Penelitian ini menemukan bahwa ada
beberapa kemungkinan anak mengalami anemia defi siensi besi, yang pertama faktor
pendorong yang kurang baik (konsumsi vitamin C yang kurang) dan adanya faktor
penghambat yang tinggi (dari 14 sampel yang mengalami anemia 13 sampel mempunyai
faktor penghambat) dan faktor lain di luar penelitian ini. Asupan protein yang dikonsumsi
sebagian besar berasal dari protein nabati (non hem) seperti kacang merah, kacang tanah
dan kacang hijau yang memungkinkan dapat menghambat penyerapan zat besi ketika
dikonsumsi secara bersama-sama dengan makanan sumber heme.

Penyerapan zat besi di dalam tubuh manusia dipengaruhi oleh faktor pendorong
dan penghambat. Salah satu fungsi vitamin C adalah membantu penyerapan zat besi,
sehingga jika terjadi kekurangan vitamin C, maka jumlah zat besi yang diserap akan
berkurang dan bisa terjadi anemia, sedangkan faktor penghambat dapat dilihat waktu
kebiasaan mengkonsumsi susu dan asupan kalsium. Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan hampir semua anak mempunyai asupan vitamin C yang kurang dari AKG
yang dianjurkan. Asupan yang kurang tersebut disebabkan oleh kurangnya konsumsi
buahbuahan sehingga tingkat kecukupan vitamin C kurang dari AKG yang dianjurkan.
Ratarata frekuensi dalam seminggu, anak panti asuhan tersebut hanya mengkonsumsi 12
kali buah. Susu sapi merupakan bahan makanan yang banyak mengandung kalsium
sedangkan teh merupakan bahan makanan yang mengandung tanin. Kalsium dan tanin
dapat menghambat penyerapan zat besi.

Penyerapan zat besi dapat dihambat oleh asupan yang mengandung kalsium.
Sejumlah studi menyatakan bahwa kalsium yang terkandung dalam makanan dapat
menghambat penyerapan zat besi. Konsumsi tinggi kalsium dalam jangka panjang,
seperti yang dinyatakan Minihane dan FairweatherTait (1998) tidak akan mengurangi
status besi (simpanan besi) tubuh pd individu yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi
diit tinggi kalsium. Akan tetapi hal ini perlu dij elaskan dengan mekanisme yang jelas

12
efek kalsium pada mereka yang defi siensi besi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar (>50%) mempunyai kebiasaan mengkonsumsi susu setiap hari bersamaan
dengan makan utama dan begitu pula halnya dalam mengkonsumsi teh. Menurut
penelitian Besral dan Sahar (2007), ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan
minum teh terhadap kejadian anemia pada usila. Dalam penelitian ini juga menyebutkan
usila yang memiliki kebiasaan minum teh setiap hari mempunyai resiko 92 kali lebih
tinggi untuk menderita anemia dibandingkan dengan usila yang tidak mempunyai
kebiasaan minum teh setiap hari

13
BAB 3 PENUTUP

PENUTUP
A. Kesimpulan

Anemia gizi besi adalah kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan
Hb. Beberapa penyebab dari anemia gizi besi ini diantaranya yaitu karena
Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan
tubuh dan meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi pada masa perumbuhan
seperti anak-anak dan remaja. Gejala khas dari anemia defisiensi besi adalah:
Koilonychias /spoon nail/ kuku sendok, akan terjadi atropi lidah, Angular cheilitis
(peradangan pada sudut mulut), dan Disfagia.

Adapun dampak atau efek yang paling mengkhawatirkan dari anemia gizi
besi adalah efek terhadap bayi dan remaja yaitu menurunnya fungsi intelektual,
terganggunya fungsi motorik dapat muncul lebih dahulu sebelum anemia
terbentuk. Sehingga upaya yang dilakukan dalam pencegahan dan
penanggulangan anemia adalah: 1) Suplementasi tablet Fe; 2) Fortifikasi makanan
dengan besi; 3) Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan
konsumsi pangan yang memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin
C; 4) Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing; 5) Pengobatan
dengan mengkonsumsi tablet tambah darah.

Berdasarkan hasil penelitian pada anak usia sekolah di lima panti asuhan
Denpasar rawan mengalami anemia defi siensi besi, dengan proporsi sebesar
29,16%. Dari segi tingkat kecukupan zat gizi, sebagian besar (>50%) anak usia
sekolah di lima panti asuhan Denpasar sudah mencukupi angka kecukupan gizi
(AKG) yang dianjurkan. Bahan makanan pendorong penyerapan zat besi
(konsumsi vitamin C) masih kurang dari AKG dan anak panti asuhan tersebut

14
sebagian besar memiliki kebiasaan mengkonsumsi teh dan susu setiap hari
(sebagai penghambat penyerapan besi) bersamaan dengan makan utama.
B. Saran

1. Bagi mahasiswa
Untuk mengetahui dan memahami tentang anemia gizi besi dan menerapkan
cara pencegahan serta penanggulangannya dalam kehidupan sehari-hari
maupun di masyarakat.
2. Bagi orang tua
Orangtua harus lebih memperhatikan asupan gizi bagi anaknya agar tidak
terjadi kekurangan atau defisiensi gizi besi tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsalam, Maria dan Alberd Daniel. 2002. Diagnosis, Pengobatan Dan Pencegahan Anemia
Defisiensi Besi. Vol 4, Hal 74-76
Fitriany, Julia dan Amelia Intan Saputri. 2018. Anemia Defisiensi Besi. Jurrnal Averrous, Vol 4
Fuji Astuti, Sopi. 2014. Variasi Menu Makanan Yang Mengandung Zat Besi Untuk Mengatasi
Masalah Anemia Pada Remaja. Depok
Hidayah, Noor. 2016. Analisis Faktor Penyebab Anemia Wanita Usia Subur Di Desa Jepang
Pakis Kabupaten Kudus, 3, 75-76
Kusmiyati. 2015. Bahan Ajar Gizi Dan Kesehatan, Mataram.
Melisa, K Dkk. 2012. Status Anemia Gizi Besi Dan Konsumsi Zat Pada Anak Usia Sekolah Di
Lima Panti Asuhan Di Kota Denpasar. Arc.com.healt, Vol 1, No 1, Hal 35-42
Oktaviana. 2013. Hubungan Kejadian Gizi Kurang, Anemia Gizi Besi Dan GAKY Dengan
Prestasi Belajar. Unnes journal of public healt, No 2, Vol 1, Hal 2-5
Suryani, Ida Ayu Mas dan I Wayan Rivandi Pradityadnya M. 2017. Anemia Defisiensi Besi.
Udayana.
Tiara kusuma, Septa dan Irwan Budiono. 2016. Faktor Konsumsi Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium Pada Anak Sekolah Dasar. Unnes
Journal of Public healt, Vol 5, Hal 150-153

16

Anda mungkin juga menyukai