Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KOMUNIKASI KEPERAWATAN

[MAKALAH TENTANG KONSELING ABORSI]

PEMBIMBING : Dr. DADANG KUSBIANTORO, S.Kep., Ns, M.s

NAMA KELOMPOK :

1. Aily Nur Aisyah (2002012994) 8. Nur Diana Armita (2002012986)

2. Yulia Putri Rosita Sari (2002012976) 9. Lilik Sholikha (2002012965)

3. Nailul Maghfiroh (2002012984) 10. Fadia Eka Parwati (2002012987)

4. Nurin Farissa Dwi S T (2002012961) 11. Elfa Aldianti (2002012957)

5. Fitri Wahyu Rahmawati (2002012990) 12. Ajeng Mayshita Agsari (2002013124)

6. Nurul Fadhila (2002013008) 13. M. Angga Kurniawan (2002012958)

7. Silvia Nur Kholifah (2002013003)

KELAS : 3A Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya yang tiada ternilai kepada kita semua, shalawat serta salam semoga tercurah pada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan segenap sahabat-sahabat nya, hingga akhir jaman,
Amin.

Banyak rintangan dan hambatan yang kami sebagai penulis hadapi dalam penyusunan makalah
ini. Namun berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik yang bersifat langsung maupun
tidak langsung Alhamdulillah kami dapat menyelesaikannya.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
dorongan dan do'a, semoga Allah membalas amal baik yang telah dilakukan umatnya atas
sesama, Aminn.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

BAB I...............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.......................................................................................................................3

A. Latar belakang.....................................................................................................................3

B. Rumusan masalah................................................................................................................4

C. Tujuan..................................................................................................................................4

D. Manfaat................................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..........................................................................................................................5

A. Pengertian Aborsi................................................................................................................5

B. Faktor yang mempengaruhi Aborsi.....................................................................................6

C. Jenis Jenis Aborsi................................................................................................................7

D. Dampak Aborsi....................................................................................................................8

E. Kondisi yang Membolehkan Tindakan Aborsi....................................................................8

F. Edukasi Pasien yang Meminta dan Menginginkan Aborsi..................................................9

BAB III..........................................................................................................................................12

PENUTUP..................................................................................................................................12

Kesimpulan.............................................................................................................................12

Saran.......................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................13

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Membahas persoalan aborsi sudah bukan merupakan rahasia umum dan hal yang tabu untuk
dibicarakan. Hal ini dikarenakan aborsi yang terjadi saat ini sudah menjadi hal yang aktual dan
peristiwanya dapat terjadi dimana-mana dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan, apakah
hal itu dilakukan oleh remaja yang terlibat pergaulan bebas ataupun para orang dewasa yang
tidak mau dibebani tanggung jawab dan tidak menginginkan kelahiran sang bayi ke dunia ini.
Kelahiran anak yang seharusnya dianggap sebagai suatu anugerah yang tidak terhingga dari
Allah SWT sebagai Sang Pencipta justru dianggap sebagai suatu beban yang kehadirannya tidak
diinginkan. Ironis sekali, karena di satu sisi sekian banyak pasangan suami isteri yang
mendambakan kehadiran seorang anak selama bertahun-tahun masa perkawinan, namun di sisi
lain ada pasangan yang membuang anaknya bahkan janin yang masih dalam kandungan tanpa
pertimbangan nurani kemanusiaan.

Tindakan aborsi ini menjadi masalah yang cukup serius karena ada sebagian dari masyarakat
yang menganggap aborsi sebagai tindakan yang dapat menyelamatkan keluarga dari rasa malu.
Namun demikian sebagian besar masyarakat juga menganggap bahwa aborsi sebagai tindakan
pembunuhan dikarenakan janin atau bayi yang ada di dalam kandungan seorang ibu berhak
untuk hidup yang wajar. Alasan yang paling utama aborsi adalah alasan non-medis di antaranya
tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, tidak cukup memiliki uang untuk
merawat anak, dan tidak ingin melahirkan anak tanpa ayah.
Mengingat aspek legalitas abortus provokatus di Indonesia serta besarnya resiko kesehatan dan
keselamatan pada wanita yang melakukan aborsi terutama unsafe abortion (menggugurkan
kandungan sendiri atau dibantu dukun beranak), tentunya dokter memiliki peranan penting untuk
dapat edukasi pasien yang meminta aborsi. Menurut data dari World Health Organization
(WHO), jumlah unsafe abortion pada tahun 2008 adalah sekitar 21 sampai 22 juta di seluruh
dunia. Masih dari data di tahun yang sama, mortalitas akibat unsafe abortion diperkirakan sekitar
47.000 kematian ibu (yang merupakan 13% dari kematian total ibu di tahun 2008).

Dokter harus dapat memberikan konseling yang memadai pada pasien yang meminta aborsi,
tanpa berusaha menggurui atau menghakimi. Tanggung jawab seorang dokter sebagai tenaga
medis profesional adalah memberikan informasi yang meluruskan terkait keamanan dari
tindakan aborsi tanpa indikasi kesehatan ibu, legalitas aborsi di Indonesia, serta menasehati
pasien untuk tetap mempertahankan kehamilannya sembari memberi informasi seputar antenatal
care yang memadai.

Oleh karena itu, akan sangat dibutuhkan kemampuan komunikasi yang efektif agar membuat
pasien merasa nyaman dan didengarkan sehingga bisa membuat pasien mengurungkan niatnya
untuk melakukan aborsi yang tidak aman.

4
B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari aborsi?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi aborsi?

3. Apa saja jenis jenis aborsi?

4. Apa saja dampak yang terjadi saat melakukan aborsi?

5. Apa saja kondisi yang membolehkan tindakan aborsi?

6. Bagaimana cara mengedukasi pasien yang akan melakukan aborsi?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini :

1. Menambah wawasan mengenai pentingnya konseling aborsi

2. Mengetahui cara untuk melakukan konseling aborsi ataupun edukasi bagi tenaga

kesehatan

3. Sebagai bahan pengembangan pengetahuan bagi Mahasiswa Keperawatan

D. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan mengenai cara
konseling atau pentingnya konseling aborsi bagi mahasiswa keperawatan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aborsi

5
Istilah aborsi dalam pengertian awam adalah penguguran kandungan, keluarnya hasil konsepsi
atau pembuahan sebelum waktunya. Abortion dalam kamus Inggris Indonesia diterjemahkan
dengan penguguran kandungan.6 Dalam Blaks’s Law Dictionary, kata abortion yang
diterjemahkan menjadi aborsi dalam bahasa Indonesia mengandung arti: “The spontaneous or
articially induced expulsion of an ambiro or featus. As used in illegal context refers to induced
abortion”. Dengan demikian, menurut Blak’s Law Dictionary, keguguran dengan keluarnya
embrio atau fetus tidak semata-mata karena terjadi secara alamiah, akan tetapi juga disengaja
atau terjadi karena adanya campur tangan (provokasi) manusia.7 Ensiklopedi Indonesia
memberikan penjelasan bahwa abortus diartikan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa
gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 100 gram.

Dalam pengertian medis, aborsi adalah terhentinya kehamilan dengan kematian dan pengeluaran
janin pada usia kurang dari 20 minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram, yaitu sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri.
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “aborsi”, berarti
pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan. Dari segi medis juga, tidak ada batasan pasti kapan kandungan bisa digugurkan.
Kandungan perempuan bisa digugurkan kapan saja sepanjang ada indikasi medis untuk
menggugurkan kandungan itu. Misalnya jika diketahui anak yang akan lahir mengalami cacat
berat atau si ibu menderita penyakit jantung yang akan sangat berbahaya sekali untuk
keselamatan jiwanya pada saat melahirkan nanti. Sekalipun janin itu sudah berusia lima bulan
atau enam bulan, pertimbangan medis membolehkan dilakukan abortus provocatus.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa aborsi atau pengguguran kandungan itu
adalah suatu perbuatan yang sengaja mengakhiri kehamilan atau dilakukan sebelum waktunya
melahirkan.

B. Faktor yang mempengaruhi Aborsi

Berikut ini disebutkan beberapa faktor yang mendorong pelaku dalam melakukan tindakan
aborsi, yaitu:

6
a) Kehamilan sebagai akibat berhubungan di luar ikatan pernikahan

Hamil di luar nikah jelas merupakan suatu aib bagi wanita yang bersangkutan,
kaluarganya maupun masyarakat pada umumnya. Masyarakat tidak menghendaki
kehadiran anak haram seperti itu di dunia. Akibat adanya tekanan psikis yang diderita
wanita hamil maupun keluarganya, membuat mereka mengambil jalan pintas untuk
menghilangkan sumber/penyebab aib tadi, yakni dengan cara menggugurkan kandungan.

b) Ekonomi

Kondisi masyarakat yang miskin (jasmani maupun rohani) biasanya menimbulkan


permasalahan yang cukup kompleks. Banyak pasangan usia subur miskin kurang
memperhatikan masalah-masalah reproduksi. Mereka tidak menyadari kalau usia subur
juga menimbulkan problem lain tanpa alat-alat bukti kontrasepsi. Kehamilan yang terjadi
kemudian tidak diinginkan oleh pasangan yang bersangkutan dan diusahakan untuk
digugurkan dengan alasan mereka sudah tidak mampu lagi membiayai seandainya
anggota mereka bertambah banyak.

c) Belum mampu punya anak

Banyak pasangan-pasangan muda yang tergesa-gesa menikah tanpa persiapan terlebih


dahulu. Akibatnya, hidup mereka pas-pasan, hidup menumpang mertua, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, mereka biasanya mengadakan kesepakatan untuk tidak
mempunyia anak terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu. Jika terlanjur hamil dan
betul-betul tidak ada persiapan untuk menyambut kelahiran sang anak, mereka dapat
menempuh jalan pintas dengan cara menggugurkan kandungannya. Harapannya,dengan
hilangnya embrio/janin tersebut, dimasa-masa mendatang mereka tak akan terbebani oleh
kehadiran anak yang tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk merawatnya
sampai besar dan menjadi orang.

d) Kehamilan akibat perkosaan


Perkosaan adalah pemaksaan hubungan kelamin (persetubuhan) seorang pria kepada
seorang wanita. Konsekuensi logis dari adanya perkosaan adalah terjadinya kehamilan.
Kehamilan pada korban ini oleh seorang wanita korban perkosaan yang bersangkutan
maupun keluarganya jelas tidak diinginkan. Pada kasus seperti ini, selain trauma pada
perkosaan itu sendiri, korban perkosaan juga mengalami trauma terhadap kehamilan yang
tidak dinginkan. Hal inilah yang menyebabkan si korban menolak keberadaan janin yang
tumbuh di rahimnya.

7
e) Faktor lainnya
Seperti para pekerja seks komersial, pasangan yang belum menikah dengan kehidupan
seks bebas atau pasangan yang salah satu/keduanya sudah bersuami/beristri
(perselingkuhan) yang terlanjur hamil atau gagal metode kontrasepsi.

C. Jenis Jenis Aborsi

Banyak kejadian aborsi merupakan aborsi yang tidak aman, untuk itu dalam proses aborsi ada
beberapa jenis aborsi yang dapat kita lihat, yaitu:
a. Spontan/alamiah (terjadi secara alami, tanpa tindakan apapun);
b. Buatan/sengaja (aborsi yang dilakukan secara sengaja);
c. Terapeutik/medis (aborsi yang dilakukan atas indikasi medis karena terdapatnya suatu
permasalahan/komplikasi).
Begitu pula di bawah ini diuraikan abortus yang secara medis dapat dibagi menjadi dua macam:

a. Abortus Spontaneous
Abortus spontaneous adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis
ataupun medicinalis semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Kehilangan janin tidak
disengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda (satu sampai tiga bulan). Ini dapat terjadi
karena penyakit anatara lain: demam; panas tinggi, ginjal TBC, sipilis atau karena kesalahan
genetik. Pada aborsi spontan tidak jarang janin keluar dalam keadaan utuh.

b. Abortus Provokatus

Abortus provokatus adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-obatan maupun
alat-alat. Aborsi provocatus merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai dalam kalangan
kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk bertumbuh.

D. Dampak Aborsi

Dalam melakukan aborsi, apa pun caranya pasti akan ada dampak aborsi tersebut, adapun
dampak aborsi ilegal ada beberapa hal, yaitu:

a. Jika dilakukan menggunakan alat-alat tidak standar dan tajam misalnya lidi, ranting pohon,
atau yang lainnya, maka resiko rahim robek atau terluka.

b. Rahim yang lebih dari 3 kali diaborsi beresiko jadi kering, infeksi, atau bahkan memicu
tumbuhnya tumor.
c. Aborsi illegal yang dilakukan oleh orang yang tidak ahli, dapat menyebabkan proses kuretasi
8
tidak bersih hingga menjadi pendarahan hebat.
d. Peralatan yang tidak steril akan memicu munculnya infeksi di alat reproduksi wanita, bahkan
sampai ke usus.
e. Bagi pelaku, rasa berdosa yang timbul karena aborsi dapat menyebabkan mereka menderita
depresi, berubah kepribadiannya jadi introvert, serta sering tak bisa menikmati hubungan seksual
jika telah menikah.
f. Jika pelaku aborsi kelak hamil kembali dengan kehamilan yang diinginkan, maka kehamilan
tersebut ada kemungkinan besar akan bermasalah, atau janin dapat mengalami masalah pada
mata mata, otak atau alat pencernaannya.

E. Kondisi yang Membolehkan Tindakan Aborsi

Aturan normatif legal formal secara umum melarang tindakan aborsi dengan memberikan ruang
darurat untuk kasus-kasus tertentu. Syarat dan ketentuan yang lebih jelas tentang pelaksanaan
aborsi yang diizinkan termuat dalam Pasal 76 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan:

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:

1. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,
kecuali dalam hal kedaruratan medis.

2. Tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang
ditetapkan oleh menteri.

3. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan.

4. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan.

5. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

F. Edukasi Pasien yang Meminta dan Menginginkan Aborsi

Abortus provokatus bukan solusi yang tepat dari kehamilan yang tidak diinginkan, mengingat
janin yang dikandung mempunyai hak untuk hidup sesuai dengan hukum di Republik Indonesia,
apalagi jika tidak terdapat indikasi kedaruratan medis yang memang dapat membahayakan ibu.
Jalan keluar terbaik adalah dengan memberikan konseling secara khusus dari konselor, dokter
umum atau dokter kandungan, maupun dokter psikiatri jika memang dibutuhkan.
9
Berdasarkan pedoman klinis dari National Abortion Federation Amerika Serikat pada tahun
2020, pasien yang meminta aborsi harus mendapatkan layanan konseling yang memadai tanpa
ada kesan menghakimi atau menggurui.

Beberapa tahap konseling antara lain sebagai berikut:

 Lakukan anamnesis yang memadai untuk memastikan riwayat seksual, riwayat


kehamilan, riwayat penggunaan kontrasepsi, ada tidaknya percobaan abortus provokatus
yang dilakukan sendiri maupun tenaga kesehatan, dan lainnya.
 Pada fase ini dokter mencoba menggali perasaan pasien dan memastikan pasien merasa
nyaman agar berani lebih terbuka akan apa yang dialami sebenarnya, selama fase
mendengarkan ini diharapkan dokter tidak menginterupsi pasien, sampai pasien selesai
bicara. Dokter diharapkan dapat menunjukkan empati pada pasien.
 Setelah itu, dokter memberikan opsi untuk pasien tetap melanjutkan kehamilannya,
nantinya setelah melahirkan, pasien bisa memilih untuk tetap merawat bayinya atau
memberikan bayinya untuk diadopsi.
 Jika pasien bersikeras untuk melakukan aborsi, diskusikan kembali dengan pasien terkait
resiko kesehatan yang dapat terjadi dari abortus provokatus serta prosedur detail yang
harus dijalani pasien.

Meski demikian, pedoman ini masih tidak dapat diterapkan di Indonesia sepenuhnya karena
pedoman ini dikembangkan di negara di mana aborsi provokatif merupakan pilihan yang legal
dan aman.

Tujuan edukasi pasien yang meminta aborsi adalah menyarankan pasien untuk menerima
kehamilannya dengan sukarela serta memberikan opsi untuk merawat sendiri bayinya setelah
lahir atau menyerahkan bayinya pada orang terpercaya untuk diadopsi.

Beberapa poin yang harus disampaikan oleh dokter adalah:

1. Ketahui keadaan pasien sebelumnya.

2. Jelaskan terkait dampak dan risiko kesehatan yang bisa terjadi dari abortus provokatus.

3. Berikan informasi terkait legalitas dari abortus provokatus di Indonesia.

4. Berikan informasi yang tepat, lengkap, dan baik kepada pasien terutama keluarga. Berikan
kesempatan pasien atau keluarga untuk bertanya.

Pada tahap awal konseling dokter bisa menggali alasan pasien untuk meminta aborsi, Beberapa
pertanyaan yang dapat ditanyakan pada pasien seperti:

10
1. Saya ingin memastikan bahwa Anda memahami pilihan apa saja yang bisa Anda ambil setelah
sesi diskusi ini berakhir, jadi jangan ragu untuk bercerita pada Saya ya Bu.

2. Bagaimana perasaan Ibu saat mengetahui Anda hamil?

3. Apa orang di sekitar Anda tahu? Kalau iya, bagaimana reaksi dan tanggapan dari orang-orang
terdekat Anda?

4. Apa yang sudah ibu ketahui terkait aborsi?

5. Apa sudah ada tindakan yang ibu lakukan untuk mengakhiri kehamilan?

6. Apa ibu mengerti legalitas aborsi di Indonesia?

7. Apa ibu terpikir untuk menyerahkan bayi Anda nantinya untuk diasuh orang lain atau
diadopsi?

Dokter Memberikan Respons Positif :

Dokter selanjutnya dapat memberi respon positif dengan mengatakan bahwa dokter memahami
situasi yang dialami pasien adalah hal yang berat dan rumit, namun tetap menjelaskan bahwa
abortus provokatus tanpa indikasi yang legal bukanlah suatu penyelesaian masalah yang baik.
Jelaskan pada pasien dampak dan risiko kesehatan yang dapat terjadi dari tindakan abortus
provokatus apalagi yang dilakukan secara tidak aman. Berikan dukungan sosial untuk pasien
agar dapat bangkit kembali untuk dapat menjalani kehidupan secara normal dan tetap
melanjutkan kehamilannya hingga dilahirkan.

Konseling pada pasien yang meminta aborsi di Indonesia juga harus diberikan informasi
mengenai aspek legalitas dari abortus provokatus, kapan abortus provokatus dibolehkan, dan
kapan abortus provokatus dianggap sebagai suatu tindak kriminal.

Memberikan Dukungan Pada Pasien Untuk Mempertahankan Kehamilan:

Jika pasien berkehendak, pasien dapat didukung untuk tetap menjaga kehamilannya bahkan
tetap merawat bayinya setelah dilahirkan dengan dukungan dari orang-orang terdekat. Tetapi,
jika si pasien tidak menginginkan anaknya tersebut, maka nanti bayi dapat segera dijauhkan dari
pasien setelah dilahirkan, seperti diberikan ke anggota keluarga yang menginginkan ataupun
diserahkan untuk diadopsi secara legal. Jika memungkinkan anjurkan juga pasien untuk
berkonsultasi dengan pemuka agama setempat.

Dokter juga dapat menanyakan apakah pasien memiliki orang-orang di sekitarnya yang dapat
mendukung pasien dalam situasi yang sulit saat ini. Tanyakan juga pada pasien apakah pasien
mengalami kekerasan fisik dari anggota keluarga terdekatnya. Anjurkan sesi konseling
11
berikutnya dengan membawa serta keluarga atau kerabat yang dipercaya untuk menjadi support
system. Jika terdapat tanda-tanda gangguan psikologis atau bila pasien adalah korban perkosaan,
jangan ragu untuk merujuk pasien untuk berkonsultasi langsung dengan dokter psikiater.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Aturan normatif legal formal di Indonesia secara umum melarang tindakan aborsi dengan
memberikan ruang darurat untuk kasus-kasus tertentu, hal ini membuat beberapa wanita memilih
12
abortus provokatus illegal atau unsafe abortion untuk mengatasi kehamilan yang tidak diinginkan
(KTD). Tingginya mortalitas ibu akibat unsafe abortion turut meningkatkan angka kematian ibu
(AKI). Tentunya karena hal itu, dokter memiliki peranan penting dalam mengedukasi pasien
dengan KTD yang meminta aborsi.

Saran

Dokter diharapkan mampu memberikan konseling yang memadai dengan teknik komunikasi
yang efektif pada pasien yang meminta aborsi, tanpa berusaha menggurui atau menghakimi.
Tanggung jawab seorang dokter sebagai tenaga medis profesional adalah memberikan informasi
yang meluruskan terkait keamanan dari tindakan aborsi tanpa indikasi kesehatan ibu, legalitas
aborsi di Indonesia, serta menasihati pasien untuk tetap mempertahankan kehamilannya sembari
memberi informasi seputar antenatal care yang memadai. Anjurkan pasien untuk mencari support
system yang akan mendukung di masa berat sehingga mengurungkan niatnya untuk meminta
aborsi. Rujukan ke dokter ahli seperti psikiater dapat dilakukan jika terdapat gejala gangguan
psikologis.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.alomedika.com/bagaimana-edukasi-pasien-yang-meminta-aborsi-di-indonesia

[JURNAL PASTORAL KONSELING Vol. 1, No.1, pp. 12- 26, Juni 2020]

Indonesia, Abortus, (Jakarta: Ikhtiar Baru, 2009), h.22

13
Yayah Chisbiyah, dkk, Kehamilan Yang Tidak Dikehendaki, (Yogyakarta: PPPK-UGM, 2006),
h.47-50

Suryono Ekototama, dkk., Op.Cit., h. 35

Lilien Eka Chandra, Loc. Cit., h.28


Yayasan Pengembangan Pedesaan, Kesehatan Reproduksi, (Malang: Danar Wijaya, 2014), h.141

Sri Setyowati, Masalah Abortus Kriminalis di Indonesia dan Hubungannya dengan Keluarga
Berencana Ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta: TP, 2002), h.68

14

Anda mungkin juga menyukai