Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Epidemiologi


Dosen pengampu : Dewi Andang Prastika, S.ST., M.Kes

Oleh :
Kelompok 9
1. GRASBYANA JIHAN P1337424419076
2. TIKA APRIANTI P1337424419067
3. RIKA APRILIA P1337424419095
4. FITRIANIKA MAYA DEWI P1337424419060

KELAS NON REGULER


PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Epidemiologi dengan judul “Ukuran-Ukuran
Epidemiologi”. Makalah ini disusun untutk memenuhi tugas mata kuliah
Epidemiologi.
Selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan kepada rekan-rekan
mahasiswa khususnya mahasiswa D-IV Kebidanan Semarang Kelas A Non
Reguler Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang. Dalam kesempatan ini kami
selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu memberikan bimbingan, ilmu, dorongan, serta saran-saran
kepada kami.
Kami juga menyadari bahwa isi maupun penyajian makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ....................................................................... 2
BAB II
A. Definisi Mortalitas....................................................................... 3
B. Definisi Mordibitas ..................................................................... 7
BAB III
A. Kesimpulan ................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Epidemiologi merupakan salah satu ilmu yang digunakan dalam mencari

penyebab penyakit. Dewasa ini, epidemiologi selain sebagai ilmu dalam

mencari penyebab suatu penyakit, juga digunakan dalam pemilihan upaya

pencegahan penyakit. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi,

determinan, frekuensi penyakit, dan faktor yang mepengaruhi status

kesehatan pada populasi manusia. Definisi ini mengisyaratkan bahwa

epidemiologi pada dasarnya merupakan ilmu empirik kuantitatif, yang

banyak melibatkan pengamatan dan pengukuran sistematik tentang penyakit

dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit. Salah satu unsur pokok

penting dalam epidemiologi adalah pengukuran kejadian penyakit. Terdapat

beberapa ukuran yang dipakai dalam mengukur kejadian penyakit dan ukuran

yang dipakai tergantung tujuan dari pengukuran. Pengukuran kejadian

penyakit dapat dilakukan dari hasil penemuan masalah kesehatan yang ada di

masyarakat.

Salah satu contoh hasil pengukuran dalam kebidanan yakni AKI dan AKB.

Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate) atau AKI adalah kematian

ibu akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas yang dihitung

terhadap 100.000 kelahiran hidup (KH) per tahun (Prawirohardjo, 2010; h.7).

Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate) atau AKB yakni angka
kematian bayi sampai umur 1 tahun per 1.000 KH (Prawirohardjo, 2010;

h.10).

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari penulisan makalah ini

yaitu sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan angka kematian (mortalitas)?

2. Apa saja dasar ukuran dalam angka kematian?

3. Apa yang dimaksud dengan angka kesakitan (morbiditas)?

4. Apa saja dasar ukuran dalam angka kesakitan?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:

1. Mengetahui definisi angka kematian

2. Mengetahui dasar-dasar ukuran dalam angka kematian

3. Mengetahui definisi angka kesakitan

4. Mengetahui dasar-dasar ukuran dalam angka kesakitan

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi Penulis
Meningkatkan wawasan dan ketrampilan penulis seputar pengukuran
status kesehatan dalam epidemiologi dan surveilans terkait dengan
kesehatan reproduksi.
2. Bagi Institusi
Memperkaya kasanah ilmu dan sebagai sumber bacaan bagi
mahasiswa lainnya, khususnya pada mata kuliah epidemiologi materi
ukuran status kesehatan dan surveilans terkait kesehatan reproduksi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANGKA KEMATIAN

Mortalitas adalah istilah yang berarti “kematian”, atau menjelaskan

kematian dan isu-isu yang terkait. Statistik tentang kematian merupakan salah

satu bagian dan dasar dari data statistik vital, epidemiologi, dan data

kependudukan (Timmreck, 2012). Angka kematian adalah suatu ukuran

frekuensi terjadinya kematian dalam suatu populasi tertentu selama suatu

waktu tertentu (Bustan, 2006).

Menurut Timmreck (2012), dikalangan masyarakat, ada tiga hal umum

yang menyebabkan kematian yaitu : degenerasi organ vital dan kondisi terkait,

status penyakit, dan sebagai akibat masyarakat atau lingkungan (bunuh diri,

kecelakaan, bencana alam, dsb).

Ukuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi terkait dengan

kematian adalah:

1. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate)

Istilah Crude (kasar) digunakan karena setiap aspek kematian tidak

memperhitungkan usia, jenis kelamin atau variabel lain. Angka kematian

kasar merupakan angka rangkuman yang didasarkan pada jumlah

kematian actual dalam populasi selama periode waktu tertentu

(Timmreck, 2012).

Angka kematian kasar mengukur proporsi populasi yang

meninggal setiap tahun atau jumlah kematian pada masyarakat per 1.000
populasi (menurut kesepakatan biasanya diambil populasi pada

pertengahan tahun).

Rumus :
Angka kematian kasar =
jumlah angka kematian selama satu tahun kalender x 1000
jumlah populasi pada pertengahan tahun
(Morton, Hebel, dan McCarter, 2009)

2. Angka Kematian Spesifik (Usia) (Age Specific Death Rate)

Angka kematian spesifik memberikan gambaran yang lebih luas

tentang suatu kelompok atau subkelompok dan memberikan data dan

informasi yang lebih bermakna daripada angka kematian kasar.

Penetapan angka kematian spesifik sama dengan penetapan angka

kematian kasar, hanya ditambah beberapa perubahan kecil dan fokusnya

lebih spesifik. Penyebut dan pembilangnya dibatasi pada suatu kelompok

khusus, seperti kelompok usia (Timmreck, 2012).

Rumus : Angka kematian spesifik usia pada kelompok umur 20-30 tahun:

Angka kematian spesifik usia =


jumlah kematian umur 20-30 tahun dalam satu tahun x 1000
jumlah penduduk umur 20-30 tahun pada tahun yang sama
(Sutrisna, 2010).

3. Angka Kematian Spesifik Penyebab (Cause Specific Death Rate)

Angka kematian spesifik penyebab merupakan angka kematian

yang berfokus pada kematian akibat penyebab atau sumber tertentu.

Pembilang indikator ini mencakup kematian akibat penyakit tertentu

daam sekelompok pada periode waktu tertentu. Penyebutnya adalah total

subkelompok populasi pada periode waktu yang sama (Timmreck, 2012).


Rumus : Kematian karena TB

Angka kematian spesifik penyebab =


jumlah kematian karena TB dalam satu tahun x 1000
jumlah rerata penduduk (pertengahan tahun) pada tahun yang sama
(Sutrisna, 2010).

4. Angka Fatalitas Spesifik Penyakit (Disease Specific Fatality Rate)

Angka fatalitas kasus digunakan untuk menghubungkan kematian

dengan kesakitan (Timmreck, 2012). Ukuran ini menggambarkan

probabilitas kematian dikalangan kasus yang didiagnosis. Ukuran ini

khususnya digunakan dalam penyakit infeksi akut seperti penyakit AIDS

(Acquired Immunodeficiency Syndrome). Kegunaannya untuk penyakit-

penyakit kronis (bahkan untuk penyakit tubekculosis yang sangat

infeksius) terbatas karena periode dari onset ke kematian biasanya

panjang dan bervariasi (Morton, Hebel, dan McCarter, 2009).

Rumus : Fatalitas dari TB


Angka fatalitas spesifik penyakit =
jumlah kematian penyakit TB dalam jangka waktu tertentu x 1000
jumlah kasus TB didaerah dalam jangka waktu yang sama

(Sutrisna, 2010)

5. Angka Kematian Bayi Baru Lahir (Neonatal Mortality Rate)

Neonatal rate menggambarkan buruknya perawatan prenatal, berat

badan lahir rendah, infeksi, kurangnya sarana prasarana kesehatan,

cedera, prematuritas, dan defek/ cacat lahir. Angka kematian bayi baru

lahir didefinisikan sebagai jumlah kematian bayi dibawah usia 28 hari

(pembilang) dalam periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Penyebut


mencakup jumlah total lahir hidup dalam periode waktu yang sama. Hasil

perhitungan biasanya dinyatakan dalam kematian per 1000 (atau 10.000

atau 100.000, seperti ketentuan).

Rumus :
Angka kematian bayi baru lahir =
jumlah kematian bayi berusia dibawah 28 hari x 1000
jumlah kelahiran hidup di tahun yang sama
(Timmreck, 2012).

6. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate)

Mortalitas bayi mencerminkan pemeliharaan nutrisi prenatal dan

pascanatal, atau kekurangan dalam hal tersebut. Jika ibu mendapat

asupan kalori dan nutrient yang cukup termasuk kenaikan berat badan

yang sesuai saat hamil, ini akan meningkatkan berat lahir bayi dan

mengurangi kematian bayi. Mortalitas bayi adalah angka kematian anak

yang usianya kurang dari satu tahun (Timmreck, 2012).

Rumus :
Angka kematian bayi =
jumlah kematian anak usia kurang dari 1 tahun dalam 1 tahun x 1000
jumlah kelahiran hidup di tahun yang sama

7. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate)

Menurut Rianti, Triwinarto, dan Rasumawati (2010), kematian Ibu

adalah kematian seorang perempuan yang terjadi selama kehamilan

sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan yang disebabkan

oleh atau dipicu oleh kehamilannya atau penanganan kehamilannya tetapi

bukan karena kecelakaan (WHO). Angka kematian ibu didasarkan pada

risiko kematian ibu berkaitan dengan proses melahirkan, persalinan dan


pelahiran, perawatan obstetric, komplikasi kehaamilan, dan masa nifas

(Timmreck, 2012).

Rumus :
Angka kematian ibu =
jumlah kematian ibu karena hamil, bersalin, dan nifas x 100.000
jumlah kelahiran hidup di tahun yang sama

B. ANGKA KESAKITAN

Menurut Timmreck (2012), morbiditas (kesakitan) merupakan derajat

sakit, cedera, atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas juga merupakan

suatu suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera, atau keberadaan

suatu kondisi sakit. Morbiditas biasanya dinyatakan dalam angka prevalensi

atau insidensi yang umum atau spesifik. Morbiditas juga mengacu pada angka

kesakitan, jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu

yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok berisiko.

Pada tahun 1959, WHO menetapkan tiga ukuran morbiditas yakni jumlah

orang yang sakit, periode atau lama sakit yang dialami, dan durasi penyakit.

Didalam epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah angka insidensi dan

prevalensi dan berbagai turunan dari kedua indicator tersebut. Setiap kejadian

penyakit, kondisi, gangguan, atau kesakitan dapat diukur dengan angka

insidensi dan angka prevalensi.

1. Angka Insidensi (Incidence Rate)

Incidence rate suatu penyakit adalah jumlah kasus baru yang terjadi

dikalangan penduduk selama periode waktu tertentu. (Sutrisna, 2010).


Angka insidensi dapat digunakan untuk mengestimasi probabilitas

atau resiko terkena suatu penyakit selama satu periode waktu tertentu. Jika

angka insidensi meningkat, kemungkinan atau probabilitas risiko terkena

penyakit juga meningkat. Jika angka insidensi secara konsisten lebih tinggi

selama kurun waktu tertentu dalam satu tahun (seperti saat musim dingin),

risiko terkena penyakit pada saat itu meningkat, misal angka influenza

paling tinggi terjadi pada musim dingin. Jika angka insidensi secara

konsisten lebih tinggi diantara mereka yang tinggal di suatu tempat

tertentu, resiko seseorang terkena penyakit meningkat jika ia tinggal

ditempat itu, misal risiko terkena kasus valley fever sangat tinggi jika

tinggal didaerah gurun pasir barat daya. Insiden yang tinggi menyiratkan

bahwa jumlah kasus yang baru juga banyak sehingga resiko meningkat.

Jika insidensi penyakit terbukti memang tinggi, keberadaan suatu

epidemic atau kemungkinan terjadinya suatu epidemic dapat diketahui dan

diperkirakan.

Insidensi memberikan sebuah gambaran ukuran pergerakan penyakit

di dalam populasi, angka / rate orang yang tidak berpenyakit yang

akhirnya terkena suatu penyakit selama periode waktu tertentu.

Rumus :
Insidensi rate = jumlah kasus baru suatu penyakit Selama satu periode
populasi yang mempunyai resiko waktu tertentu

(Timmreck, 2012)

Incidence bermanfaat sekali untuk mempelajari faktor etiologi

penyakit akut maupun kronis. Incidence rate adalah ukuran langsung dari
kemungkinan (probabilitas) untuk menjadi sakit. Dengan membandingkan

incidence rate suatu penyakit dari berbagai penduduk yang berbeda

didalam satu atau lebih faktor (keadaan) maka kita dapat memperoleh

keterangan faktor mana yang menjadi risiko dari penyakit bersangkutan.

Incidence rate dinyatakan dalam hubungan dengan periode waktu

tertentu seperti bulan, tahun, dan seterusnya. Apabila penduduk berada

dalam ancaman diserangnya penyakit hanya untuk waktu terbatas (seperti

halnya dalam epidemi suatu penyakit infeksi), maka periode waktu

terjadinya kasus baru adalah sama dengan lamanya epidemi. Incidence rate

pada suatu epidemi disebut attack rate (Sutrisna, 2010). Angka serangan

(attack rate) paling sering digunakan pada situasi keracunan makanan atau

pajanan zat kimia pada sekelompok pekerja.

Rumus:
Attack rate = jumlah kasus baru suatu penyakit Selama epidemi
populasi yang mempunyai resiko

2. Angka Prevalensi (Prevalence Rate)

Prevalence rate mengukur jumlah orang di kalangan penduduk

yang menderita suatu penyakit pada satu titik waktu tertentu (Sutrisna,

2010). Sebagai alat ukur kesakitan, prevalensi adalah jumlah kasus

penyakit, orang yang terinfeksi, atau kondisi, yang ada pada waktu tertentu,

dihubungkan dengan besar populasi dimana kasus itu berasal, misal

jumlah kasus campak dalam sebuah populasi pada awal Juli. Prevalensi

penyakit kronis seperti atritis cukup tinggi jika dibandingkan dengan


insidensinya. Prevalensi setara dengan insidensi yang dikalikan rata-rata

durasi kasus.

a. Period Prevalence

Prevalensi periode mencakup total individu yang pernah

mengalami penyakit yang menjadi sorotan pada satu titik dalam

periode waktu tertentu. Prevalensi periode dimulai pada satu titik

waktu dan berhenti pada satu titik waktu. Semua orang dengan

penyakit yang telah diderita pada periode waktu sebelumnya atau

menjadi sakit pada akhir periode waktu studi, begitu pula dengan

kekambuhan (recurrence) penyakit selama satu periode waktu yang

berurutan (biasanya satu tahun).

Prevalensi periode memerlukan penetapan waktu yang spesifik

untuk pengkajian penyakit tertentu. Prevalensi periode adalah alat

ukur yang kompleks. Ukuran ini ditetapkan berdasarkan prevalensi

yang terjadi di satu titik waktu, ditambah dengan insidensi (kasus

baru), dan kekambuhan selama satu periode waktu yamh berurutan,

misalnya 1 tahun. Mereka yang tidak berisiko mendapatkan kasus

baru penyakit tidk dimasukkan dalam pembilang. Period Prevalence

rate jarang digunakan. Biasanya digunakan untuk penyakit yang sulit

diketahui masa on setnya (misal penyakit kanker) (Rianti, Triwinarto,

dan Rasumawati, 2010).

Rumus :
Period prevalence =
jumlah kasus penyakit yang ada dalam satu periode waktu x1000
rata-rata populasi studi
(Timmreck, 2012)

b. Point Prevalence

Point prevalence adalah jumlah individu yang mengalami suatu

penyakit, kondisi, atau kesakitan pada satu titik waktu yang spesifik.

Point prevalence mengukur keadaan suatu penyakit, kondisi pada

satu titik waktu yang singkat. Point prevalence sering disebut

prevalence rate. Point prevalence rate sering digunakan untuk

mengetahui mutu layanan kesehatan. Jika mutu pelayanan kesehatan

suatu penyakit baik maka diharapkan prevalence rate penyakit

tersebut akan rendah (Rianti, Triwinarto, dan Rasumawati, 2010).

Rumus :
Point prevalence rate =
jumlah kasus penyakit ada Pada satu titik waktu x 1.000
total populasi studi

c. Hubungan Antara Prevalence dan Incidence

Hubungan antara prevalence (P) dan Insidence (I) adalah P~I x

D yang berarti bahwa prevalence berubah menurut incidence dan

lamanya sakit (D). Apabila Incidence dan lama sakit stabil selama

waktu yang panjang, formula ini dapat dituliskan :

P=IXD

Jadi, apabila prevalence dan lama sakit diketahui maka dapatlah

dihitung Incidence (Sutrisna, 2010).


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital untuk

kematian. Statistik tentang kematian merupakan salah satu bagian dan

dasar dari data statistik vital, epidemiologi, dan data kependudukan.

Angka kematian adalah suatu ukuran frekuensi terjadinya kematian

dalam suatu populasi tertentu selama suatu waktu tertentu Dalam

epidemiologi ukuran yang digunakan berkaitan dengan angka kematian

adalah Crude Death Rate, Age Spesific Death Rate, Cause Spesific Death

Rate, Disease Spesific Fatality Rate, Neonatal Mortality Rate, Infant

Mortality Rate, dan Maternal Mortality Rate.

2. Morbiditas (kesakitan) merupakan derajat sakit, cedera, atau gangguan

pada suatu populasi. Morbiditas juga merupakan suatu suatu

penyimpangan dari status sehat dan sejahtera, atau keberadaan suatu

kondisi sakit. Didalam epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah

angka insidensi dan prevalensi dan berbagai turunan dari kedua indicator

tersebut.

B. SARAN

Setelah mengetahui pengukuran angka kematian dan angka kesakitan

dalam epidemiologi diharapkan dapat meningkatkan daya pikir pembaca agar


lebih memahami lagi tentang ukuran dalam epidemiologi sehingga dapat di

aplikasikan atau diterapkan oleh pembaca.

Untuk penyusun selanjutnya diharapkan agar bisa melengkapi materi

beserta contohnya untuk membantu pembaca dalam memahami pembahasan

tentang ukuran-ukuran dalam epidemiologi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari

sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dan mnyempurnakan makalah selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Bustan, M N. 2006. Pengantar Epidemiologi Ed.Rev. Jakarta: Rineka Cipta

Morton, R F, J. Richard H, dan Robert J M. 2009. Panduan Studi Epidemiologi &


Biostatistika. Terjemahan oleh Apriningsih. Jakarta: EGC
Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: EGC.

Rianti, E, Agus T, dan Rasumawati. 2010. Buku Ajar Epidemiologi dalam


Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

Sutrisna, Bambang. 2010. Pengantar Metode Epidemiologi. Jakarta: Dian Rakyat.

Timmerck, Thomas C. 2012. Epidemiologi : Suatu Pengantar. Terjemahan oleh


Fauziah, dkk. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai