Roziatur Rohmah
F622201
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengenal atau mendeteksi dini
penyakit ini, di antaranya:
Memperhatikan Gejalanya
Selain nyeri, ada sejumlah gejala lain yang harus diwaspadai, yaitu kram perut
selama menstruasi, volume darah haid yang berlebihan, sakit punggung, serta
perdarahan di luar siklus menstruasi. Kondisi ini juga menyebabkan sakit saat
buang air kecil atau besar, diare, kembung, sembelit, mual, serta mudah lelah pada
saat menstruasi.
Pemeriksaan ke Dokter
Pemeriksaan Penunjang
Jika dokter mencurigai gejala yang muncul sebagai tanda endometriosis, biasanya
akan dilakukan pemeriksaan penunjang. Untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter
biasanya akan menganjurkan tes laparoskopi. Pemeriksaan laparoskopi adalah
satu-satunya cara yang digunakan untuk mendiagnosis endometriosis.
Tes ini dimulai dengan memberi bius umum atau setengah badan, kemudian
dokter akan mulai membuat beberapa sayatan kecil di sekitar area pusar. Setelah
itu, tabung kecil yang dilengkapi dengan kamera (laparoskop) akan dimasukkan
melalui sayatan tersebut. Tabung ini akan membantu melihat bagian dalam perut
dan mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk diteliti di laboratorium.
Gejala Adenomiosis
Sebagian besar penderita adenomiosis tidak mengalami gejala apa pun. Namun,
pada beberapa kasus, adenomiosis dapat menimbulkan gejala berikut:
Nyeri panggul
Perdarahan yang deras dan lama saat menstruasi (menorrhagia) bahkan
hingga lebih dari 15 hari
Nyeri dan kram perut saat haid
Sakit saat berhubungan seksual (dispareunia)
Biopsi endometrium
Pada beberapa kasus, dokter akan memeriksa sampel jaringan
endometrium untuk memastikan bahwa pasien tidak menderita kondisi
yang lebih serius.
Pengobatan Adenomiosis
Metode penanganan adenomiosis tergantung pada tingkat keparahan gejala,
riwayat melahirkan, dan apakah pasien masih ingin memiliki keturunan di masa
mendatang.
Pasien dengan gejala ringan dapat melakukan terapi mandiri dengan berendam di
air hangat atau menggunakan bantalan hangat di perut, dan mengonsumsi obat
pereda nyeri yang dijual bebas, seperti paracetamol.
Sementara itu, jika gejalanya tergolong berat atau terjadi perdarahan menstruasi
yang banyak, periksakan ke dokter kandungan untuk mendapatkan penanganan
lebih lanjut. Dokter akan memberikan tindakan berupa:
2. Terapi hormon
Terapi hormon diberikan kepada pasien yang mengalami perdarahan hebat dan
nyeri yang tak tertahankan saat menstruasi. Salah satu jenis terapi hormon
adalah pil KB.
3. Ablasi endometrium
Ablasi endometrium bertujuan untuk menghancurkan lapisan rahim yang
mengalami adenomiosis. Kendati demkian, prosedur ini hanya bisa dilakukan jika
adenomiosis belum masuk terlalu dalam ke otot rahim.
4. High intensity focused ultrasound (HIFU)
HIFU bertujuan untuk menghancurkan jaringan endometrium dengan
menggunakan alat ultrasound khusus.
5. Adenomiektomi
Adenomiektomi bertujuan untuk mengangkat jaringan adenomiosis melalui
operasi. Prosedur ini dilakukan bila adenomiosis tidak berhasil dihilangkan
dengan metode lain.
7. Histerektomi
Histerektomi atau pengangkatan rahim dilakukan jika andenomiosis tidak dapat
diatasi dengan cara lain. Prosedur ini hanya dianjurkan jika penderita tidak lagi
berkeinginan untuk hamil.
Komplikasi Adenomiosis
Adenomiosis dengan perdarahan yang banyak dan berkepanjangan saat
menstruasi dapat menimbulkan anemia atau kurang darah. Adenomiosis juga
dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya, karena rasa tidak nyaman ketika
beraktivitas akibat nyeri haid dan perdarahan menstruasi yang banyak.
Pencegahan Adenomiosis
Belum diketahui bagaimana cara mencegah adenomiosis. Namun, penyakit ini
bisa dihindari dengan mengendalikan faktor risikonya. Berikut adalah beberapa
cara untuk mencegah adenomiosis:
Referensi
Peran Bidan
Peran bidan sebagai pelaksana Sebagai pelaksana, bidan mempunyai 3 (tiga)
kategori tugas yaitu:
(1) Tugas mandiri bidan dalam kesehatan reproduksi
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang
diberikan:
1) Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien
2) Menentukan diagnosis
3) Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi
4) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun
5) Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
6) Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan
7) Membuat catatan dan laporan kegiatan/tindakan. (Sari, 2012; 122)
b. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita ganggguan sistem reproduksi dan
wanita dalam masa klikmaterium dan menopause:
1) Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien
2) Menentukan diagnosis, prognosis, prioritas dan kebutuhan asuhan
3) Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama
4) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana
5) Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
6) Membuat rencana tindak lanjut bersama klien
7) Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan (Sari, 2012; 125).
(2) Tugas kolaborasi/kerjasama dalam kesehatan reproduksi Menerapkan
manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga:
1) Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatan
yang memerlukan tindakan kolaborasi
2) Menentukan diagnosis, prognosis dan kegawatan yang memerlukan tindakan
kolaborasi
3) Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan dan hasil kolaborasi
serta kerjasama dengan klien
4) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan melibatkan klien
5) Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan
6) Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien
7) Membuat pencatatan dan pelaporan. (Sari, 2012; 126)
(3) Tugas ketergantungan/ merujuk dalam kesehatan reproduksi Menerapkan
manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien dan keluarga
1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan di luar
lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan
2) Menentukan diagnosis, prognosis dan prioritas serta sumber- sumber dan
fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga
3) Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada
petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang dengan dokumentasi yang
lengkap Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh
kejadian dan intervensi. (Sari, 2012; 129)
Repository.poltekkessmg.ac.id/repository/BAB%20II%20DINA%20W%20S
%20_P1337424515002.pdf