Anda di halaman 1dari 89

STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN (Continuum of Care)


PADA NY. E USIA 33 TAHUN SEKUNDIGRAVIDA
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN SUPATMILAH
GUNUNG KIDUL

Proposal Tugas Akhir

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Ahli Madya Kebidanan Pada Program Studi DIII Kebidanan
STIKes Madani

NADIA KHIROTUL IFFAH


M17.02.0013

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Tugas Akhir berjudul “Studi Kasus : Asuhan Kebidanan


Berkelanjutan (Continuum Of Care) COC Pada Ny. E Umur 33 Tahun
Sekundigravida Di Praktik Mandiri Bidan Supatmilah Gunungkidul”
ini telah mendapat persetujuan pada bulan Februari 2020

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Dyah Muliawati, S.ST., M.PH Atik Nur Istiqomah, S.ST., M.Keb


NIK : 02.120688.13.0018 NIK : 02.231184.09.2005

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MADANI Yogyakarta

Atik Nur Istiqomah, S.ST., M.Keb


NIK : 02.231184.09.0005

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Tugas Akhir


STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN (Continuum of Care) COC
PADA NY. E SEKUNDIGRAVIDA DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN
SUPATMILAH GUNUNGKIDUL

Telah disetujui pada tanggal :


Februari 2020

Disusun oleh
NADIA KHIROTUL IFFAH
M17.02.0013

Penguji :

Dyah Muliawati, S.ST., M.PH


NIK: 02.120688.13.0018 (..................................)

Atik Nur Istiqomah., M.Keb


NIK: 02.231184.09.0005 (..................................)

Ery Fatmawati, S.Far., Apt., S.ST., M.Kes


NIK : 02.070180.09.0009 (..................................)

Mengetahui,

Ketua Program Studi D III Kebidanan

Atik Nur Istiqomah, S.ST., M.Keb


NIK : 02.231184.09.0005

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi Muhammad
sallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Proposal Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan
(Continuum Of Care) pada Ny. E Umur 33 tahun Skundigravida Di PMB
Supatmilah, Gunungkidul” pada waktunya.
Proposal Tugas Akhir ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
a. Ns. Faisal Sangadji, M.Kep selaku Ketua Stikes Madani Yogyakarta,
b. Atik Nur Istiqomah, M.Keb selaku Ketua Prodi D III Kebidanan Stikes Madani
Yogyakarta dan sebagai pembimbing II yang telah memberi masukan dan
motivasi serta membimbing dalam menyelesaikan tugas ini,
c. Dyah Muliawati, S.ST., M.PH selaku pembimbing I yang telah memberi
masukan dan motivasi serta membimbing dalam menyelesaikan tugas ini,
d. Bidan Supatmilah, Amd.Keb selaku pemilik PMB yang telah membimbing
dalam menentukan pasien,
e. Ny. E yang telah bersedia menjadi responden,
f. Kedua orang tua yang selalu memberi semangat dan mendo’akan saya dalam
menjalani kuliah ini,
g. Seluruh dosen serta staf pengajar yang telah mendidik dan membimbing
selama menuntut ilmu di STIKes Madani Yogyakarta,
h. Seluruh teman-teman yang telah membantu proses Proposal Tugas Akhir.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Tugas Akhir ini
masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan
kemampuan penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Proposal Tugas Akhir
ini.

Yogyakarta, 29 Januari 2020

Nadia Khirotul Iffah

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. iii


KATA PENGANTAR .......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................ 6
A. Asuhan Kehamilan Pada Ibu Hamil Trimester III ....................................... 6
B. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin ........................................................ 18
C. Asuhan Kebidanan pada ibu nifas .............................................................. 27
D. Asuhan Kebidanan pada Neonatus ............................................................ 32
E. Asuhan Kebidanan pada Pemilihan Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan
................................................................................................................... 41
F. Managemen kebidanan Varney .................................................................. 45
G. Dokumentasi asuhan kebidanan berdasarkan model SOAP note .............. 48
H. Dasar Hukum Kebidanan ........................................................................... 49
BAB III METODE STUDI KASUS ............................................................................. 53
A. Jenis studi kasus ......................................................................................... 53
B. Definisi Operasioal..................................................................................... 53
C. Tempat dan Waktu Kasus Dilaksanakan.................................................... 55
D. Subjek Asuhan Kebidanan ......................................................................... 55
F. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 58
G. Sistematika Dokumentasi Kebidanan ........................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 62
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kunjungan Pemeriksaan ANC .............................................................. 15


Tabel 2.1 TFU dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi .................................... 28
Tabel 3.3 Rencana Asuhan Kebidanan ................................................................. 56

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengumpulan Data Ibu Hamil


Lampiran 2. SOP murottal Al-Qur’an
Lampiran 3. Surat Izin Studi Pendahuluan dari STIKes Madani
Lampiran 4. Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5. Surat Pernyataan Persetujuan Tindakan
Lampiran 6. Lembar Bimbingan
Lampiran 7. Rencana Anggaran Studi Kasus
Lampiran 8. Rencana Jadwal Studi Kasus

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Angka Kematian Ibu di Indonesia tercatat sebesar 305 per 100.000

Kelahiran Hidup (KH) berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus

(SUPAS) tahun 2016. Penyebabnya adalah perdarahan 28%, eklamsia

24%, infeksi 11%, komplikasi masa puerperium 8%, partus lama 5%,

abortus 5%, trauma obstetrik 5%, emboli 3%, dan lain-lain. Sedangkan

Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2017 tercatat sebesar 24 per 100.000

KH, penyebab kasus kematian bayi yaitu gangguan pernafasan 37%,

prematuritas 36%, sepsis 12%, hipotermi 7%, ikterus 6%, post matur 3%,

dan kelainan kongenital 1% (Kemenkes, 2017).

Kematian ibu di DIY tahun 2016 terdapat 39 kasus dan sedikit

turun menjadi 34 pada tahun 2017. Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten

Gunung Kidul (12 kasus) dan terendah di Kabupaten Kulon Progo (3

kasus). Penyebab kematian ibu yang paling banyak ditemukan di DIY

adalah karena jantung (10), Emboli (1), syok (3), sepsis/infeksi (5),

perdarahan (5), eklamsi (1), pre eklamsi (3), pneumoni (2), hipertiroid (2),

kejang hipoxia (1), belum diketahui (1) (Dinkes DIY, 2017).

Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan

menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu

yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan,

1
2

perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan

rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana

termasuk KB pasca persalinan (Kemenkes, 2019).

Pemerintah melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan

reproduksi dan keluarga berencana baik di tingkat masyarakat, Puskesmas,

dan Rumah Sakit, dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor

terkait serta jejaring lain yang turut mendukung upaya tersebut. Perlu

dipahami, bahwa setiap ibu hamil mempunyai risiko komplikasi dan

berhak mendapat akses terhadap pelayanan asuhan kehamilan, persalinan,

dan nifas yang berkualitas. Sehingga pelayanan antenatal sudah

selayaknya dilaksanakan secara komprehensif, untuk memastikan bahwa

kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan

penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat

sehingga ibu hamil siap untuk mengalami persalinan normal (Kemenkes,

2012).

Salah satu yang diharapkan dapat mendukung upaya tersebut

adalah dengan melakukan pemeriksaan kehamilan memulai antenatal

terpadu yang merupakan penyempurnaan pelayanan Antenatal Care

(ANC) dengan menggunakan berbagi sumber daya yang tersedia di

fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Hal ini didukung dengan peran bidan

yang tampak nyata yaitu sebagai role model masyarakat, anggota

masyarakat, konselor, motivator dan inovator di daerah terpencil

(Kemenkes, 2017).
3

Upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

ibu dan anak salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara

berkelanjutan atau Continuum of Care (CoC). CoC memastikan ibu dan

bayi mendapatkan asuhan yang terbaik dari bidan pada seluruh periode

kehamilan dan melahirkan. CoC merupakan asuhan kebidanan

berkelanjutan yang diberikan oleh bidan kepada seorang ibu yang

dilakukan secara terus menerus dari masa kehamilan ibu, bersalin, bayi

baru lahir sampai 6 minggu postpartum. Asuhan kebidanan berkelanjutan

yang dapat diberikan salah satunya pemeriksaan kehamilan yaitu ANC.

ANC merupakan salah satu indikator pemeriksaan yang penting guna

mendeteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi

kehamilan (Kemenkes RI, 2015)

Continuun of Care atau asuhan berkelanjutan adalah asuhan yang

disediakan secara komprehensif di sepanjang siklus hidup perempuan serta

diberikan dalam tempat yang berkesinambungan mencakup rumah,

komunitas, puskesmas, dan tempat rujukan. Continuum of Care

merupakan intervensi yang terbukti dapat menurunkan kematian ibu dan

bayi (Rahma, 2015).

Dalam rangka mendeteksi dini komplikasi pada ibu hamil, Daerah

Istimewa Yogyakarta memiliki program tersendiri yaitu bekerja sama

dengan institusi pendidikan khususnya kebidanan di DIY agar setiap

mahasiswa melakukan pendampingan pada ibu hamil sampai melahirkan.

Diharapkan dengan adanya program one student one client secara


4

continuum of care tersebut dapat mendeteksi dini komplikasi yang

mungkin terjadi sehingga ibu bisa mendapat penatalaksanaan yang tepat

dan sesuai.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Deswita (2013)

pada ibu hamil trimester ketiga setelah diberikan terapi murottal, ibu

mengalami penurunan tingkat kecemasan menghadapi persalinan. Hal ini

karena ibu mempunyai harapan agar persalinan yang baik dan aman

sebelumnya terulang kembali pada persalinannya nanti, ini tidak terlepas

dari harapan dan keyakinannya yang muncul kepada Pencipta setelah

mendengarkan Al-Qur’an karena efek dari suara orang yang membacakan

dan ayat Al-Qur’an yang dibacakan.

Terapi murottal sebagai alternatif terapi, efektif untuk mengurangi

kecemasan, dimana sebagian responden mengalami penurunan kecemasan

setelah mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Al-Qur’an adalh mukjizat

yang telah Allah jamin kemurniannya hingga akhir kiamat kelak. Ada

banyak kemuliaan yang terkandung dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat Al-

Qur’an yang dibaca dengan tartil yang sesuai dengan tajwid memiliki

frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara

positif dan mengembalikan keseimbangan dalam tubuh. Seorang ibu hamil

lebih baik banyak mendengarkan murottal Al-Qur’an, karena hal itu dapat

mendekatkan diri dengan Sang Penciptanya. Kedekatan dengan Sang

Pencipta akan membuat ibu senantiasa kuat mental dan menjalani masa-
5

masa kehamilan dan juga dalam menghadapi masa persalinan kelak

(Pramono, 2012).

Dalam islam terdapat cara untuk menurunkan derajat kecemasan

ibu hamil melalui dzikir. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Niko (2018), kecemasan ibu hamil dapat berkurang dengan bantuan

dzikir, karena dengan dzikir dapat menenangkan perasaan cemas yang

muncul. Menurut salah satu subjek penelitian mengatakan ada perasaan

cemas saat janin dalam kandungan tidak bergerak, kemudian subjek

membaca dzikir, tiba-tiba janin dalam kandungannya bergerak.

Berdasarkan lafadz dzkir yang banyak diucapkan oleh peserta yaitu

“Astaghfirullah”, “Laillahaillallah”, “Subhanallah”, “Alhamdulillah”.

Dzikir yang dianjurkan dan paling utama adalah memperbanyak

membaca Al-Quran. Selain dengan membaca Al-Quran ibu juga dapat

mendengarkan lantunan Al-Quran pada janin dalam kandungan.

Mendengarkan murottal pada janin menjadikan detak jantung bayi normal

dan gerakan janin yang normal sehingga janin tidak stres (Fatmawati,

2013).

Menurut hasil penelitian Handayani dkk (2014), kecemasan yang

dialami ibu bersalin selama dalam proses persalinan khususnya pada kala

1 fase aktif akan menimbulkan berbagai komplikasi selama persalinan.

Salah satu cara untuk menghindari komplikasi yang disebabkan oleh

kecemasan adalah dengan menggunakan metode yang dapat menurunkan

peningkatan hormon andrenalin di dalam tubuh ibu bersalin yang


6

merupakan penyebab dari kecemasan. Metode tersebut adalah distraksi,

distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara

mengalihkan perhatian pada hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap

cemas yang dialami. Salah satu distraksi yang efektif adalah murottal

(mendengarkan bacaan Al-Qur’an), yang dapat menurunkan hormon-

hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan

perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan

tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan

darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan

aktifitas gelombang otak. Pernafasan yang lebih dalam dan lambat tersebut

sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang

lebih dalam, dan metabolisme yang lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka alasan penulis tertarik melakukan

asuhan kebidanan secara (Continuum of Care) CoC karena upaya yang

akan dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat

menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi dalam lingkup kebidanan.

Asuhan yang diberikan mulai asuhan kebidanan ibu hamil, asuhan

kebidanan ibu bersalin, asuhan kebidanan ibu nifas, asuhan kebidanan bayi

baru lahir dan pemilihan metode kontrasepsi. Alasan penulis mengambil

kasus Ny.E karena pasien merupakan ibu hamil trimester III dengan usia

kehamilan 32 minggu, fisiologis, saat ini ibu cemas akan kehamilannya

karena jarak yang terlalu jauh dari kehamilan sebelumnya. Sehingga

penulis mengambil judul proposal tugas akhir “Asuhan Kebidanan


7

Berkelanjutan (Continuum of Care) pada Ny. E umur 33 tahun

sekundigravida di PMB Supatmilah Gunungkidul, Yogyakarta.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah

Proposal Tugas Akhir yaitu “Bagaimana penerapan menejemen kebidanan

dan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. E di PMB Supatmilah, Jetis,

Saptosari, Gunungkidul?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Memberi asuhan kebidanan secara berkelanjutan pada Ny. E usia 33

tahun sekundigravida hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dengan pendekatan

metode SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan asuhan kehamilan berkelanjutan pada Ny. E usia 33

tahun sekundigravida sesuai standar asuhan Antenatal care dan

menganjurkan ibu berdzikir dan mendengarkan murottal

b. Memberikan asuhan persalinan berkelanjutan pada Ny. E sesuai

asuhan standar 60 langkah APN dan memperdengarkan murottal

pada kala 1 fase aktif

c. Memberikan asuhan masa nifas berkelanjutan pada Ny. E sesuai

asuhan standar masa nifas KF 1, KF 2, KF 3


8

d. Memberikan asuhan bayi baru lahir berkelanjutan pada By Ny. E

sesuai asuhan standar pada bayi baru lahir KN 1, KN 2, KN 3

e. Memberikan asuhan keluarga berencana berkelanjutan pada Ny. E.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah referensi terkait ilmu pengetahuan tentang asuhan

kebidanan pada ibu hamil trimester III, ibu bersalin, ibu nifas, bayi

baru lahir, dan pemilihan kontrasepsi pasca persalinan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Institusi STIKes Madani

Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi

bagi perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian

asuhan komprehensif.

b. Bagi Bidan di Praktik Mandiri Bidan Supatmilah

Untuk meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan seperti

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, dan akseptor KB sebagai

upaya deteksi dini dan penanganan komplikasi sedini mungkin.

c. Bagi penulis

Dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan

dalam rangka menambah wawasan khususnya pada asuhan

kebidanan pada ibu hamil, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan

KB secara berkelanjutan .
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Kehamilan Pada Ibu Hamil Trimester III

1. Pengertian Kehamilan

Menurut federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilitas atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilitasi

hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40

minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.

Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, dimana trimester kesatu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13

hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-

40) (Prawirohardjo, 2014).

2. Perubahan Fisiologis Trimester III

Prawirohardjo (2014), memaparkan bahwa ibu hamil mengalami

perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis, antara lain:

a. Uterus dapat membesar sampai dengan berat ± 1100 gram selama

kehamilan terjadi.

b. Pada saat kehamilan trimester tiga di mana kepala bayi sudah turun,

maka juga akan menekan kandung kemih sehingga ibu hamil akan

sering mengeluh mengenai BAK.

c. Konstipasi akan sering terjadi pada ibu hamil disebabkan karena uterus

yang semakin besar dan menekan rektum dan usus bagian bawah.

6
7

d. Rasa panas dan sendawa akan sering dialami oleh ibu, hal ini

disebabkan oleh makanan yang dimakan akan lama berada di lambung.

e. Striae gravidarum terjadi karena peregangan serabut elastis dibawah

kulit yang mengikuti pembesaran uterus.

f. Persiapan laktasi akan semakin matang. Jika payudara diperas dapat

keluar cairan berwarna kekuningan atau yang biasa disebut kolostrum.

3. Perubahan Psikologis Trimesteer III

Menurut Tyastuti dkk (2012) trimester III seringkali disebut

periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu merasa tidak sabar

menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut

adalah dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu

merasa khawatir atau takut kalau bayi yang dilahirkan tidak normal.

Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan

menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan

bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan

bahaya fisik yang akan timbul kembali pada trimester III dan banyak ibu

yang merasa dirinya tidak menarik.

Di samping itu ibu akan merasa sedih karena akan berpisah dari

bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil.

Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari

suami, keluarga dan bidan. Trimester III adalah saat persiapan aktif untuk

kelahiran bayi menjadi orang tua. Periode ini juga disebut periode

menunggu dan waspada sebab merasa tidak sabar menunggu kelahiran


8

bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan 2 hal yang

mengingatkan ibu pada bayi yang akan dilahirkannya nanti.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Rustika

dkk, 2016) tentang perubahan psikologi ibu hamil trimester III dengan

objek penelitian 45 ibu hamil trimester III. Dari hasil penelitian 25 ibu

hamil mengalami perubahan psikologi seperti merasa khawatir dengan

perubahan bentuk tubuh yang dialami di masa kehamilan, kekhawatiran

juga muncul dikarenakan terhadap janin yang bisa saja lahir dengan

kondisi tidak normal.

Andriyani (2012), memaparkan bahwa kecemasan yang dirasakan

ibu adalah hal yang normal karena proses penyesuaian diri terhadap

kehamilannya. Untuk mengatasi kecemasan yang muncul, ada beberapa

hal yang bisa dilakukan:

a. Hendaknya ibu pasrah dan menyerahkan semua urusan kepada Allah

sehingga tidak perlu khawatir atau takut yang berlebihan dalam

menghadapi persalinan.

b. Memperbanyak dzikir dan do’a yang sesuai Al-Quran dan As-Sunnah

selama hamil karena salah satu manfaatnya dapat menenangkan hati

dan menjadi obat jiwa raga.

c. Menceritakan perasaan ibu kepada suami, ibu, bidan, keluarga atau

teman-teman, karena keseimbangan emosi juga berperan penting dalam

menjaga kesehatan.
9

4. Ketidaknyamanan yang sering muncul bahwa pada trimester III

Rukiyah dkk (2010) menyatakan bahwa pada trimesteer III ibu

hamil akan mengalami beberapa keluhan, diantaranya:

a. Konstipasi biasanya sering terjadi pada bulan terakhir kehamilan,

disebabkan oleh progesteron dan usus yang terdesak oleh rahim yang

membesar atau bisa juga disebabkan karena efek dari terapi tablet zat

besi.

b. Hemoroid biasanya dirasakan pada bulan-bulan akhir kehamilan

disebabkan karena perubahan hormon progestetron serta adanya

hambatan arus balik vena.

c. Nyeri punggung pada umumnya sering dirasakan ketika kehamilan

lanjut. Di sebabkan oleh penurunan hormon progesteron dan relaksasi

(yang melunakkan jaringan ikat) dan postur tubuh yang berubah serta

meningkatnya beban berat yang dibawa dalam rahim.

d. Mudah lelah dan umumnya akan dirasakan setiap saat dan disebabkan

karena perubahan emosional maupun fisik.

5. Tanda bahaya pada kehamilan trimester III

Menurut Prawirohardjo (2014) beberapa tanda bahaya dalam

kehamilan trimester III antara lain:

a. Nyeri hebat di daerah abdomino pelvikum

Apabila hal tersebut terjadi pada kehamilan trimester kedua atau

trimester ketiga dan disertai dengan riwayat dan tanda-tanda berikut,

maka diagnosanya mengarah pada solusio plasenta. Baik dari jenis yang
10

disertai dengan perdarahan maupun tanpa perdarahan, taruma abdomen,

preeklamsia, tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan, bagian-

bagian janin sulit diraba, uterus tegang dan nyeri, janin meninggal

dalam rahim.

b. Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan lanjut atau usia kehamilan 20 minggu

pada umumnya disebabkan oleh plasenta previa. Perdarahan yang

terjadi sangat berkaitan dengan luas plasenta dan kondisi segmen bawah

rahim yang menjadi tempat implantasi plasenta tersebut. Pada plasenta

yang tipis dan menutupi sebagian jalan lahir, maka umumnya terjadi

perdarahan bercak berulang dan apabila segmen bawah rahim mulai

terbentuk disertai dengan sedikit penurunan bagian bawah janin, maka

perdarahan mulai meningkat hingga tingkatan yang dapat

membahayakan keselamatan ibu. Apabila mendekati masa persalinan,

perdarahan dapat disebabkan oleh solusio plasenta (40%) atau plasenta

previa (5%) dan keseluruhan kasus perdarahan antepartum.

c. Preeklamsia

Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu

disertai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal sering

didiagnosa dengan preekalmsia. Data atau informasi awal terkait

dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu petugas

kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis dengan preeklamsia.

Gejala dan tanda lain dari preekalmsia antara lain: sakit kepala hebat,
11

gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, berkunang-kunang,

nyeri epigastrik, oliguri (produksi urin sedikit <500 mL/24 jam),

tekanan darah sistolik meningkat 20-30 mmHg dan diastolik meningkat

10-20 mmHg diatas normal dan protein urin di atas positif 1 serta

edema di kaki, tangan dan wajah.

6. Kebutuhan ibu hamil

Menurut kemenkes (2015) kebutuhan yang dibutuhkan oleh ibu

hamil diantaranya:

a. Kebutuhan Gizi

Seorang ibu akan melahirkan bayinya yang sehat apabila status

gizinya baik, diawali sejak si ibu belum hamil. Status gizi seimbang

yang cukup sesuai dengan kebutuhan dan tidak menderita penyakit

infeksi atau penyakit kronis lainnya yang berpengaruh terhadap kondisi

tubuh lainnya. Saat hamil seorang ibu memerlukan gizi seimbang lebih

banyak daripada sebelum hamil baik sumber kalori (karbohidrat dan

lemak), protein, asam folat, Vitamin B12, zat besi, zat seng, kalsium,

vitamin C, vitamin A, vitamin D, vitamin B6, vitamin E, termasuk

pemenuhan kandungan nutrisi yang dibutuhkan bagi janin diantaranya

DHA, gangliosida (GA), asam folat, zat besi, EFA, FE, kolin.

Kandungan zat besi dapat diperoleh dengan mengkonsumsi buah

kurma. Buah kurma mengandung gula, vitamin B1, dan zat besi yang

berfungsi untuk mengontrol laju gerak rahim dan menambah masa

sistole. Selain kandungan tersebut buah kurma juga terdapat kandungan


12

hormon potuchin yang berfungsi untuk mengikat rahim dan otot rahim

sehingga dapat mengurangi perdarahan pasca melahirkan. Selain itu,

terdapat hormon oksitosin yang dapat membantu merangsang kontraksi

pada otot-otot rahim sehingga mempermudah persalinan.

Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Prayono

dkk (2018) tentang “ Pengaruh konsumsi sari kurma pada akhir

kehamilan terdapat kemajuan persalinan kala 1 dan jumlah perdarahan

saat persalinan pada primipara di wilayah kerja Puskesmas Klaten

Selatan”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan

bahwa pada kelompok ibu primipara yang diberikan sari kurma selama

masa kehamilan dilihat dan mengalami kemajuan pembukaan yang

lebih cepat yakni 2,55 jam dari 3,38 jam. Jumlah perdarahan rata-rata

ibu hamil yang diberikan sari kurma yaitu 162,17 ml dan pada

kelompok yang tidak diberi sari kurma sejumlah 186,17 ml.

b. Istirahat yang cukup

Istirahat yang cukup yaitu tidur malam paling sedikit 6-7 jam dan

usahakan siangnya tidur/berbaring 1-2 jam. Posisi tidur sebaiknya

miring ke kiri, pada daerah endemis malaria sebaiknya menggunakan

kelambu berinsektisida dan lakukan stimulasi pada janin dengan sering

mengelus-elus perut ibu dan ajak janin bicara sejak usia kandungan 4

bulan bersama suami.


13

c. Aktifitas fisik

Ibu hamil yang sehat dapat melakukan aktifitas fisik sehari-hari

dengan memperhatikan kondisi ibu dan keamanan janin dalam

kandungannya. Suami membantu istrinya yang sedang hamil untuk

melakukan pekerjaan sehari-hari dan mengikuti senam hamil sesuai

dengan petugas kesehatan.

d. Kebutuhan psikologi

Pada trimester ketiga ibu akan merasa cemas dan waspada

diantaranya yaitu: khawatir bayi lahir sebelum waktunya dan

kondisinya tidak normal, khawatir dan takut pada proses persalinan,

khawatir kehilangan perhatian. Untuk mengurangi rasa cemas yang

dialami oleh ibu bisa dilakukan dengan relaksasi dzikir.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohayati

(2018) tentang “ Relaksasi dzikir untuk menurunkan derajat kecemasan

pada ibu hamil trimester III. Dari hasil penelitian bahwa terdapat

pengaruh pemberian terapi relaksasi dengan dzikir terhadap penurunkan

derajat kecemasan mengenai kehamilannya dikarenakan memandang

kehamilan sebagai sesuatu yang mengancam mereka dan memberi

dampak negatif kepada kehidupannya, seperti subjek 5 yang

mengatakan bahwa kehamilannya ini membuat dia sulit untuk

melakukan pekerjaan seperti biasanya dan setelah diberikan relaksasi

dengan dzikir, semua subjek mengaku tidak lagi memandang kehamilan

yang dijalani sebagai suatu hal yang memberi dampak negatif.


14

e. Lingkungan sehat

Ibu hamil yang berada dalam rumah tangga yang melakukan

PHBS akan menurunkan kejadian penyakit yang memperburuk

kematian ibu hamil, mengingat bahwa ibu hamil sebenarnya merupakan

kelompok yang rentan terhadap risiko sehingga memerlukan suatu

lingkungan keluarga/ rumah tangga yang mempunyai perilaku hidup

bersih dan sehat (Astuti dkk 2011).

Melalui Departemen Kesehatan pemerintah sudah menghimbau

masyarakat untuk hidup bersih dan sehat terutama kebersihan

lingkungan sekitar melalui media elektronik maupun media cetak yang

telah disampaikan kepada masyarakat untuk mencegah dan

menanggulangi penyebaran penyakit demam berdarah dengan cara

melaksanakan gerakan PNS atau 3M (menguras, menutup, dan

mengubur). Akan tetapi program 3M tersebut tidak memiliki pengaruh

yang besar terhadap kejadian DBD.

Hal di atas diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajri

S (2017), tentang “ pengaruh tingkat sosial ekonomi perilaku 3M plus

dan abatisasi dan kondisi situasi lingkungan terhadap kejadian DBD di

Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto” dengan hasil penelitian 0,399

> 0,05 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara perilaku 3M

terhadap kejadian DBD.


15

7. Asuhan Antenatal Care (ANC)/ Antenatal Terpadu

a. Definisi ANC

Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan antenatal

komperhensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil

(Kemenkes RI, 2012).

b. Tujuan ANC

Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan

antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan

dengan sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat

(Kemenkes RI, 2012)

c. Kunjungan pemeriksaan ANC

Tabel 1.1 Kunjungan Pemeriksaan ANC


Trimester Jumlah kunjungan minimal Waktu kunjungan yang
dianjurkan
I 1x Sebelum minggu ke 16

II 1x Antara minggu ke 24-28

III 2x Antara minggu ke 30-32


Antara minggu ke 36-38
(Kemenkes, 2015)

d. Asuhan pelayanan ANC

Pelayanan yang diberikan meliputi 10 T menurut (Prawirohardjo,

2014):

1) Timbang berat badan

Penimbangan berat badan pada setiap kunjungan ANC dilakukan

untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Selama

hamil berat badan ibu akan naik 9 kg dan setiap bulan nya naik 1 kg.
16

2) Tentukan lingkar lengan atas (LILA)

Pengukuran lila dilakukan untuk skrining ibu hamil beresiko Kurang

Energi Kronis (KEK) ukuran lila normal minimal 23,5 cm.

3) Ukur tekanan darah

Tekanan darah normal adalah dibawah 140/90 mmHg.

4) Ukur tinggi fundus

Pengukuran tinggi fundus dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan

janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.

5) Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)

Apabila trimester III presentasi janin kepala atau belum masuk

panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain. Bila

DJJ kurang dari 120 kali permenit atau lebih dari 160 kali permenit

menunjukkan adanya gawat janin.

6) Beri imunisasi tetanus toksoid (TT)

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus

mendapat imunisasi TT.

7) Beri tablet tambah darah (tablet Fe)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat

tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak

kontak pertama.
17

8) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan labioratorium meliputi pemeriksaan golongan darah,

Hemoglobin (HB), protein dalam urin, kadar gula darah, tes sifilis,

HIV, tes BTA.

9) Tatalaksana/penganganan khusus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu

hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga

kesehatan, kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai

dengan sistem rujukan.

10) Temu wicara/ konseling

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan

kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan, Inisiasi

Menyusu Dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI

eksklusif, keluarga berencana dan imunisasi bayi. Penjelasan yang

diberikan bertahap pada saat kunjungan ibu hamil.

e. Asuhan Kebidanan Secara Islami pada Ibu Hamil Trimester III

Dalam ajaran agama islam amalan-amalan sunnah bagi ibu hamil

adalah sebagai berikut:

1) Memperbanyak Doa dan Dzikir

Ibu hamil dianjurkan untuk banyak berdoa dan berdzikir sesuai

tuntunan dalam islam agar segala gundah dan resah terhapus, serta

digantikan dengan rasa tenang dan bahagia. Allah Ta’ala berfirman


18

dalam surah Ar Rad yang artinya:“Orang-orang yang beriman dan

hati mereka tenang dengan mengingat Allah. Ingatlah, dengan

mengingat Allah hati akan menjadi tenang.” (Qs. Ar Rad: 13).

2) Mengkonsumsi Kurma

Selain mengkonsumsi kurma merupakan sunnah Rosulullah,

buah kurma juga mengandung gula Asli dalam bentuk glukosandan

fruktosa, kaya protein, serat, mineral, seperti besi, kalsium, sodium,

dan potasium. Kurma matang kaya akan kandungan kalsium dan zat

besi yang penting dalam proses pembentukan darah dan sumsum

tulang serta proses pembentukan ASI. Buah yang mengandung

banyak manfaat bagi ibu hamil, melahirkan, serta masa nifas (Sandra

dkk, 2016).

B. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

1. Definisi

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin +

uri) yang dapat hidup di dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau

dengan jalan lain (Sofian, 2012). Persalinan adalah proses membuka dan

menipisnya serviks dan janin turun kedalam janin yang terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan, dengan presentasi

belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni, 2013).

Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman

selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan asfiksia

bayi baru lahir (Saifuddin , 2014).


19

2. Kebutuhan dasar ibu dalam proses persalinan

Berikut adalah kebutuhan dasar wanita bersalin ,menurut (Rohani dkk,

2013):

a. Asuhan tubuh dan fisik yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga

kebersihan, berendam, perawatan mulut, pengipasan.

b. Kehadiran seorang pendamping bertujuan untuk menemani atau

membimbing ibu berjalan-jalan, membantu ibu untuk mengubah

posisi pada kala satu seperti berdiri, duduk di kursi menggunakan

bantal juga pada kala dua seperti posisi miring, jongkok, merangkak,

duduk dan berdiri, memijat punggung, kaki atau kepala ibu,

menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa nyaman, membantu ibu

bernafas pada saat kontraksi, memberikan pujian pada ibu.

c. Pengurangan rasa nyeri

Menurut Varney’s midwifery, pendekatan yang dapat dilakukan

untuk mengurangi rasa sakit adalah dengan menghadirkan seorang

yang dapat mendukung persalinan, pengaturan posisi, melakukan

relaksasi dan latihan pernafasan, istirahat dan menjaga privasi ibu,

menjelaskan mengenai proses atau kemajuan persalinan dan prosedur

tindakan, dan memberikan sentuhan pada ibu.

1) Penerimaan terhadap sikap dan perilakunya

2) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman.


20

3. Perubahan Fisiologis Ibu bersalin

Menurut (Marmi, 2012) proses persalinan dibagi menjadi empat

tahap yaitu kala satu sampai kala empat.

a. Kala I

Inpartu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur

darah (bloody show) karena serviks mulai membuka dam

mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler

sekitar karnalis servikalis karena pergeseran ketika serviks

mendatar dan terbuka. Proses persalinan ditandai dengan adanya

kontraksi yang teratur, adekuat, dan menyebabkan perubahan

pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap. Fase kala I

terdiri atas :

a) Fase laten: pembukaan 0 sampai 3 cm dengan lamanya

sekitar 8 jam.

b) Fase aktif, terbagi atas :

(1) Fase akselerasi: pembukaan yang terjadi sekitar 2 jam,

dari mueli pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

(2) Fase dilatasi maksimal: pembukaan berlangsung 2 jam,

terjadi sangat cepat dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm.

(3) Fase deselerasi: pembukaan terjadi sekitar 2 jam dari

pembukaan 9 cm sampai pembukaan lengkap.

Fase tersebut pada primigravida berlangsung sekitar 13 jam,

sedangkan pada multigravida sekitar 7 jam. Secara klinis


21

dimulainya kala I persalinan ditandai adanya his serta pengeluaran

darah bercampur lendir darah. Lendir berasal dari lendir karnalis

sevikalis karena servik membuka dan mendatar, sedangkan darah

berasal dari pembuluh darah kapiler yang berada disekitar kanalis

servikalis yang pecah karena pergeseran-pergeseran ketika servik

membuka.

b. Kala II

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga

disebut sebagai kala pengeluaran (Marmi, 2012). Beberapa tanda

dan gejala kala dua persalinan antara lain:

1) Ibu merasa ada dorongan ingin meneran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi

2) Ibu merasakan ada peningkatan tekanan pada rektum dan

vagina

3) Perineum menonjol

4) Vulva vagina dan sfingterani membuka

5) Peningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah (JKPN-

KR, 2015)

c. Kala III

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar.

Uterus teraba karena dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi

plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya.


22

Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran

uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong

ke dalam rahim dan akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari

atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta

disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Sofian,

2011).

d. Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi

dan uri lahir untuk mengawati keadaan ibu, terutama terhadap

bahaya perdarahan postpartum (Sofian, 2011).

4. Asuhan Persalinan Normal (APN)

Menurut JKPN-KR (2015) asuhan persalinan normal adalah

aduhan yang bersih dan aman dari setia tahapan persalinan yaitu mulai

dari kala satu sampai kala empat dan upaya pencegahan komplikasi

terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi serta asfiksia pada

bayi baru lahir. APN bertujuan untuk mengupayakan kelangsungan

hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan

bayinya melalui berbagai upaya yang terintegritasi lengkap serta

intervensi yang minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas

pelayanan tetap terjaga pada tingkat yang optimal.


23

a. Asuhan Persalinan Kala I

Menejemen kala satu berpusat pada kemajuan persalinan,

keadaan ibu dan keadaan janin. Kemajuan persalinan dapat dilihat

dari penipisan dan pembukaan serviks. Prosedur stantarnya antara

lain:

1) Mempersiapkan ruangan yang nyaman untuk persalinan dan

kelahiran bayi.

2) Menjaga privasi ibu dengan menutup tirai atau pintu.

3) Memberikan asuhan sayang ibu

Upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman

yang menegangkan tersebut sebaiknya dilakukan melalui

asuhan sayang ibu selama persalinan dan proses kelahiran

bayi. Asuhan sayang ibu termasuk memberikan cairan dan

nutrisi, membantu pengaturan posisi yang nyaman, mengajari

teknik relaksasi dengan mengatur pernapasan, keleluasaan

untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan

pencegahan infeksi.

4) Mulai mengusi partograf sejak dimulai fase aktif persalinan

dan persiapan rujukan apabila terjadi penyulit, misalnya

infeksi dan kala satu lama (Kemenkes RI, 2015).

b. Asuhan Persalinan Kala Dua

Kala II dimulai saat pembukaan serviks lengkap (10 cm)

hingga seluruh tubuh bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung


24

selama 2 jam pada primigravida, dan 1 jam pada multigravida.

Kala II juga disebut kala pengeluaran bayi. Berikut prosedur

persalinan kala II yaitu dengan memeriksa adanya tanda dan gejala

kala II, setelah itu memastikan kelengkapan alat, memakai Alat

Pelindung Diri (APD), melepas semua perhiasan, kemudian

mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril/ DTT.

Memastikan pembukaan lengkap, mendekontaminasi

sarung tangan kemudian periksa denyut jantung janin.

Memberitahu keluarga untuk membantu proses bimbingan

meneran lalu menyiapkan pertolongan kelahiran bayi, jika tampak

kepala bayi dengan diameter 5-6 cm di depan vulva, melindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan

kering, sementara tangan lain menahan kepala bayi untuk

mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirmya kepala.

Jika kepala sudah keluar, memeriksa kemungkinan lilitan

tali pusat, menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar,

lalu melahirkan bahu depan selanjutnya bahu belakang. Setelah

bahu belakang telah lahir kemudian melakukan sanggah susur dan

meakukan penanganan bayi baru lahir dengan penilaian sepintas

dan mengeringkan bayi. Setelah itu memastikan tidak ada janin

kedua pada uterus, selanjutnya melakukan suntikan oksitosin

secara IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral 1 menit setelah bayi

lahir. Klem tali pusat setelah 2 menit lahirnya bayi dilanjutkan


25

dengan melakukan pemotongan tali pusat setelahnya melakukan

IMD. Menyelimuti ibu dan bayi agar dalam keadaan hangat

(Kemenkes RI, 2015).

c. Asuhan persalinan kala III

Penatalaksanaan aktif kala III dilakukan segera bayi lahir

lengkap, disebut juga sebagai kala pengeluaran plasenta. Langkah-

langkah menejemen aktif kala III yaitu pemberian obat oksitosin

segera, Penanganan Tali pusat Terkendali (PTT) dan masase

fundus uteri. Kemudian mengenali tanda-tanda pelepasan plasenta

antara lain perubahan bentuk fundus uteri, tali pusat memanjang,

serta terdapat semburan darah.

Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10

cm dari vulva, meletakkan satu tangan tepat di atas sympisis dan

tangan lainnya memegang klem untuk menegangkan tali pusat,

setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat kearah bawah

sambil tangan lain mendorong uterus kearah dorsokranial secara

hati-hati untuk mencegah inversion uteri, apabila plasenta terlihat

di introitus vagina, segera melahirkan plasenta dengan kedua

tangan, pegang dan putar plasenta sesuai dengan arah jarum jam.

Setelah itu letakkan pada tempat yang telah disediakan.

Melakukan massase uterus dengan meletakkan telapak

tangan difundus dan melakukan massase dengan gerakan

melingkar hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras),


26

memastikan kelengkapan plasenta menggunakan kassa, evaluasi

kemungkinan adanya laserasi jalan lahir dan melakukan penjahitan

jika ada laserasi (Kemenkes RI, 2015)

d. Asuhan Kala IV

Asuhan kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampi dengan 2

jam sesudahnya. Langkah-langkah kala IV yaitu : memastikan

uterus berkontraksi dengan baik, tidak terjadi perdarahan

pervaginam, dan kandung kemih kosong. Celupkan sarung tangan

ke larutan klorin 0,5% lepaskan secara terbalik sarung tangan dan

rendam selama 10 menit, kemudian mengajarkan ibu dan keluarga

cara melakukan massase uterus dan menilai kontraksi,

Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah,

memeriksa keadaan umum ibu, memantau keadaan bayi dan

pastikan bayi bernafas dengan baik (40-60 kali per mneit),

tempatkan alat bekas pakai kedalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 mnit), cuci dan bilas peralatan kemudian buang

bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

Membersihkan badan ibu, memastikan ibu merasa nyaman,

membantu ibu memberikan ASI dan menganjurkan ibu untuk

makan dan minum sesuai keinginan ibu. Melakukan

dekontaminasi tempat, sarung tangan, kemudian mencuci tangan

dengan sabun dan air bersih mengalir.


27

Menggunakan sarung tangan bersih atau DTT untuk

pemeriksaan fisik bayi, pada 1 jam pertama memberi salep atau

tetes mata, vitamin K 1 mg secara IM di paha kiri lateral, setelah 1

jam pemberian vitamin K, memberikan suntikan Hepatitis B di

paha kanan lateral. Setelah itu mendekontaminasi sarung tangan,

mencuci tangan dan dokumentasi tindakan.

Pemantauan kala IV persalinan antara lain memeriksa

tanda-tanda vital ibu, mencatat kondidi ibu dan membuat laporan.

Kemudian tulis rencana pengobatan, tindakan yang masih

diperlukan dalam asuhan lanjutan, memberitahu ibu bahwa

tindakan telah selesai dan melanjutkan pemantauan hingga 2 jam

setelah tindakan sebelum dipindahkan ke ruangan lain (Kemenkes

RI, 2015)

C. Asuhan Kebidanan pada ibu nifas

1. Periode masa nifas

(Sofian, 2011) Masa nifas dibagi dalam 3 priode, yaitu:

a. Peurperium dini yaitu keputihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial, yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia

yang lamanya 6-8 minggu.

c. Peurperium lanjut, yaitu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat

sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan


28

timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna

dapat berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

2. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologis, diantaranya :

a. Involusi Uterus

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 30 gram.

Prosese ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-

otot polos uterus.

Tabel 2.1 TFU dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi


Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat,2 jari dibawah pusat 1.000 gram

1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gram


2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gram
6 minggu Normal 50 gram
8 minggu Normal seperti sebelum hamil 30 gram
Sumber : (Saifuddin, 2010)

b. Lokhia

Menurut Kemenkes (2015) lokhia adalah cairan yang berasal dari

kavum uteri dan vagina pada masa nifas. Lokhia terbagi menjadi 4

tahapan:

1) Lokhia Rubra (Cruenta) yaitu: berisi darah segar dan sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik kaseosa, lanugo dan

mekonium, selama 2 hari pascapersalinan.


29

2) Lokhia Sanguinolenta yaitu: cairan merah kekuningan berisi

darah dan lendir, hari ke 3 sampai ke 7 pascapersalinan.

3) Lokhia Serosa yiatu: cairan berwarna kuning, cairan tidak

berubah lagi, terdapat pada hari ke 7 sampai hari ke 14

pascapersalinan.

4) Lokhia Alba/putih yaitu: terdapat cairan putih selama 2 minggu.

5) Lokhia purulenta yaitu: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

dan berbau busuk. Lokhiostasis yaitu: lokhea yang tidak lancar

keluarnya.

3. Perubahan Psikologi pada Masa Nifas

Sulistyawati (2015) menyatakan bahwa setelah melahirkan ibu

mengalami perubahan fisik fisiologis yang juga mengakibatkan adanya

beberapa perubahan dari psikisnya sehingga ibu merasa tidak percaya diri.

Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan

pembelajaran. Reva Rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian, antara

lain :

a. Fase Taking In

Fase ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya

pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan

tubuhnya. Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan

pengalamannya waktu melahirkan. Tidur tanpa gangguan sangat

penting untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.


30

Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan

penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.

b. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase

taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa

tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya sangat

sensitif sehingga mudah tersinggung. Ibu memerlukan dukungan karena

saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai

penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa

percaya diri.

c. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, keinginan untuk

merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

4. Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 3 kali selama ibu

dalam masa nifas. Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan meliputi

pemeriksaan untuk deteksi dini, pencegahan, intervensi dan penanganan

masalah-masalah yang terjadi pada saat nifas (Kemenkes, 2015).


31

a. Kunjungan I (KF I)

Kunjungan ini dilakukan 6 jam sampai 3 hari pascapersalinan, adapun

asuhan yang diberikan diantaranya :

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikus, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan

abnormal.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan

abnormal.

3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi.

5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit,

6) Memberi konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

b. Kunjungan II (KF II)

Kunjungan ini dilakukan 4 sampai 28 hari, adapun asuhan yang

diberikan diantaranya :

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikus, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan

abnormal,

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan

abnormal,

3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup,


32

4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi,

5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

6) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.

c. Kunjungan III (KF III)

Kunjungan ini dilakukan 29 sampai 42 hari, adapun asuhan yang

diberikan diantaranya :

1) Menanyakan ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami,

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam

nifas, dan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi,

3) Periksa tanda-tanda vital (keadaan umum, fisik: perdarahan

pervaginam, lokhia, kondisi perineum, tanda infeksi, kontraksi

uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara rutin, tekanan darah,

nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala,

rasa lelah, dan nyeri punggung),

4) Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan

yang didapatkannya dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk

perawatan bayinya.

D. Asuhan Kebidanan pada Neonatus

1. Definisi

Bayi Baru Lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dengan

presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
33

kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat

badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. Neonatus

ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan

diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Armini dkk,

2017).

2. Periode transisi bayi baru lahir

Menurut Armini dkk (2017) periode transisi bayi baru lahir dibagi

menjadi tiga, yaitu:

a. Periode Reaktivitas

Dimulai pada masa persalinan dan berakhir pada 30 menit

pertama setelah kelahiran. Pada periode ini denyut nadi bayi

berlangsung cepat, frekuensi pernapasan mencapai 80x/ menit dan

irama tidak teratur, bising usus tidak terdengar , menangis kuat, refleks

hisap kuat. Selama periode ini, mata bayi terbuka lebih lama dari hari

sesudahnya, sehingga merupakan waktu yang tepat untuk memulai

proses perlekatan.

b. Fase Tidur

Berlangsung selama 30 menit sampai 2 jam setelah persalinan.

Tingkat pernafasan menjadi lebih lambat, warna kulit cenderung stabil,

terdengar bising usus. Selama masa tidur memberikan kesempatan pada

bayi untuk memulihkan diri dari proses persalinan.


34

c. Periode Reaktivitas II

Berlangsung selama 2 - 16 jam setelah persalinan. Jantung bayi

labil dan terjadi perubahan warna kulit yang berhubungan dengan

stimulus lingkungan. Fase ini membutuhkan nutrisi dan harus menyusu.

Pemberian ASI awal penting dalam pencegahan hipoglikemia dan

stimulasi pengeluaran kotoran serta pencegahan penyakit kuning.

3. Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir

Menurut Lockhart dan Saputra (2014) beberapa adaptasi fisik bayi

baru lahir, yaitu:

a. Sistem Pernafasan/ Respirasi

Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan adalah selama

dalam kandungan, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas

melalui plasenta. Setelah pelepasan plasenta yang tiba-tiba pada saat

kelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan

kelangsungan hidup. Bayi harus bernafas dengan menggunakan paru-

paru.

b. Tremoregulasi

Ketika bayi baru lahir, ia berada pada suhu lingkungan yang lebih

rendah daripada suhu di dalam kandungan ibu. Agar tetap hangat, bayi

baru lahir dapat menghasilkan panas melalui gerakan tungkai dan

dengan stimulasi lemak cokelat.


35

Prawirohardjo (2014) memaparkan hilangnya panas tubuh dari

bayi baru lahir ke lingkungannya dapat terjadi dalam beberapa

mekanisme, yaitu:

1) Konduksi : pemindahan panas dari suatu objek ke objek lain melalui

kontak langsung.

2) Konveksi : terjadi ketika panas dari tubuh bayi berpindah ke udara

sekitar yang lebih dingin.

3) Radiasi : proses perpindahan panas antara dua objek dengan suhu

berbeda tanpa saling bersentuhan.

4) Evaporasi : proses perpindahan panas dengan cara mengubah cairan

menjadi uap.

c. Sistem Gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai mengisap dan

menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk dengan baik

pada saat lahir.

d. Metabolisme Karbohidrat

Janin dalam kandungan mendapatkan kebutuhan akan glukosa

dari plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat

lahir menyebabkan bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa

darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun

dalam waktu cepat sampai 2 jam. Untuk memperbaiki penurunan kadar

gula darah tersebut, dapat dilakukan 3 cara, yaitu : melalui pemberian


36

ASI, penggunaan cadangan glikogen dan pembuatan glukosa dari

sumber lain terutama lemak.

e. Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal

Bayi baru lahir sudah harus buang air kecil dalam 24 jam

pertama. Jumlah urine sekitar 20 - 30 mL/ jam dan meningkat menjadi

100 - 200 mL/ jam pada akhir minggu pertama. Frekuensi BAK pada

bayi baru lahir berbeda-beda tergantung pada asupan cairan. BBL

seharusnya sudah BAK setidaknya 6 - 8 kali setiap 24 jam pada hari

keempat.

f. Sistem Saraf

Pada saat lahir, sistem saraf belum terintegrasi sempurna, tetapi

sudah cukup berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstrauterin.

Sebagian besar fungsi neurologis berupa refleks primitive, misalnya

refleks moro, refleks rooting (mencari puting susu), refleks menghisap

dan menelan, refleks batuk dan bersin, refleks grasping

(menggenggam), refleks stepping (melangkah), dan beberapa refleks

lainnya.

4. Kebutuhan Psikologi Bayi Baru Lahir

Rawat gabung adalah cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru

dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah

ruang selama 24 jam penuh. Rawat gabung antara ibu dan bayi akan

terjalin proses lekat (bounding), hal ini sangat mempengaruhi

perkembangan psikologis bayi selanjutnya. Kehangatan tubuh ibu


37

merupakan stimulasi mental yang mutlak diperlukan oleh bayi

(Prawirohardjo, 2014)

5. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

a. Asuhan segera bayi baru lahir

Asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama

setelah kelahiran aspek-aspek penting asuhan segera bayi baru lahir:

1) memantau pernafasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit sekali.

2) jaga agar bayi tetap kering dan hangat dengan cara ganti handuk atau

kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut serta pastikan

kepala bayi telah terlindung baik.

3) memeriksa telapak bayi setiap 15 menit, jika telapak bayi dingin

periksa suhu aksila bayi dan jika suhu kurang dari 36,5 C segera

hangatkan bayi.

4) kontak dini dengan bayi

berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin untuk kehangatan yaitu

untuk mempertahankan panas dan untuk ikatan batin dan pemberian

ASI jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan bayi dengan

ibunya paling sedikit 1 jam setelah persalinan.

b. Manajemen bayi baru lahir

Prawirohardjo (2104) memaparkan asuhan yang diberikan dalam

waktu 24 jam. asuhan yang diberikan adalah :

1) pertahankan suhu tubuh bayi yaitu hindari memandikan minimal 6

jam dan hanya setelah itu dan hanya setelah itu jika tidak terdapat
38

masalah medis serta suhunya 36,5 C atau lebih, bungkus bayi dengan

kain yang kering atau hangatkan dan kepala bayi harus tertutup

2) Perawatan tali pusat yaitu bersihkan dengan lembut kulit disekitar

tali pusat dengan kapas basah, kemudian bungkus dengan longgar

menggunakan kassa bersih/steril. Popok atau celana bayi diikat

dibawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk menghindari

kontak dengan fases dan urin.

3) Memberikan vitamin K untuk mencegah terjadinya pendarahan

karena defisiensi vitamin K1 pada BBL. Dosis untuk semua bayi

baru lahir 1 mg dosis tunggal secara intramuskular, dan 2 mg tiga

kali peroral pada waktu bayi baru lahir berusia 3-7 hari, dan pada

saat bayi berusia 1-2 bulan (Prawirohardjo, 2014)

4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Menurut Prawirohardjo (2014) IMD adalah bayi yang

diletakkan di dada atau di perut ibu segera setelah lahir selama

paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan bayi untuk

mencari dan menemukan puting ibunya.

a) Manfaat IMD

(1) Bagi bayi

Membantu stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu

tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator,

menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan

mencegah infeksi nosokomial. Kadar bilirubin bayi juga


39

lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih

cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru

lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih

tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik.

(2) Bagi ibu

Mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitoksin, prolaktin,

dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara

ibu dan bayi.

5) Identifikasi bayi

Merupakan alat pengenal bayi agar tidak tertukar.

6. Implementasi Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Asuhan kebidanan yang diberikan kepada BBL adalah sebagai berikut:

a. Membersihkan jalan nafas.

b. Memotong dan merawat tali pusat.

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi.

d. Memberikan injeksi Vitamin K secara IM sebanyak 0,05 ml untuk

mencegah perdarahan.

e. Memberikan salep mata tetrasiklin 1% pada konjungtiva bayi segera

setelah lahir untuk mencegah penyakit karena klamidia.

Menurut Kemenkes RI (2015) kunjungan neonatus dibagi menjadi tiga:

a. Kunjungan Neonatal pertama (KN1) : dilakukan dalam kurun waktu 6-

48 jam setelah bayi lahir.

1) Melakukan pemeriksaan antropometri (berat badan, panjang


40

badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan lingkar

lengan atas).

2) Memeriksa tanda-tanda vital (suhu badan, denyut jantung,

pernapasan, warna kulit, respon bayi dan ketegangan otot).

3) Memastikan bayi mendapatkan ASI yang cukup, hal ini telah

disebutkan di dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 233 yang

artinya : “dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama

dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna”.

4) Tanyakan ibu apakah bayi bisa BAK dan BAB.

5) Memeriksa ada atau tidak tanda bahaya atau gejala sakit.

6) Memberi konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,

perawatan tali pusat, menjaga agar bayi tetap hangat, dan

memberi ASI eksklusif.

b. Kunjungan Neonatal Kedua (KN 2) : dilakukan pada hari ketiga

sampai dengan hari ketujuh setelah bayi lahir. Asuhan yang diberikan

pada KN 2, yaitu :

1) Melakukan pengukuran antropometri yang terdiri dari berat badan,

panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan

lingkar perut.

2) Memeriksa tanda-tanda vital yang terdiri dari suhu badan, denyut

jantung, pernafasan, warna kulit, respon bayi dan ketegangan otot.

3) Memastikan bayi mendapat ASI yang cukup.

4) Memeriksa ada atau tidak tanda bahaya atau gejala sakit.


41

5) Memberi konseling kepada ibu mengenai asuhan pada, perawatan

tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat, dan memberikan ASI

eksklusif.

c. Kunjungan Neonatal Ketiga (KN 3) : dilakukan pada hari kedelapan

sampai dengan hari ke-28 setelah bayi lahir. Asuhan yang diberikan

pada KN 3 yaitu :

1) Melakukan pengukuran antropometri yang terdiri dari berat badan,

panjang badan, lingkar kepala, lingan lengan atas, lingkar dada,

dan lingkar perut.

2) Memeriksa tanda-tanda vital (suhu badan, denyut jantung,

pernafasan, warna kulit, respon bayi, dan ketegangan otot).

3) Memastikan bayi mendapat ASI yang cukup.

4) Memeriksa ada atau tidak tanda bahaya atau gejala sakit.

5) Memberi konseling kepada ibu mengenai imunisasi BCG.

E. Asuhan Kebidanan pada Pemilihan Metode Kontrasepsi Pasca

Persalinan

1. Definisi

KB pasca persalinan adalah pemanfaatan atau penggunaan alat

kontrasepsi langsung sesudah melahirkan sampai 6 minggu atau 42 hari

setelah melahirkan (Kemenkes, 2015).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 87 tahun 2014

tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga,

keluarga berencana, dan sistem informasi keluarga menyebutkan bahwa


42

program keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,

jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,

perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas (Kemnkes RI, 2014).

2. Jenis alat kontrasepsi

a. Kondom

Merupakan selubung atau sarung karet sebagai salah satu

metode kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan

penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama. Kondom

menghalangi pertemuan antara sel sperma dan sel telur dengan cara

mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada ujung

penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran

reproduksi perempuan. Kondom cukup efektif bila dipakai secara

benar pada setiap kali berhubungan seksual. Kegagalan kondom yaitu

2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi dalam rahim adalah kontrasepsi yang dipasang

dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan

indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan

plastik polietilena, ada yang dililit dengan tembaga, ada juga yang

tidak. Cara kerjanya yaitu dengan menghambat kemampuan sperma

untuk masuk ke tuba falopi, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum

mencapai kavum uteri. AKDR bekerja untuk mencegah sperma dan


43

ovum bertemu walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke

dalam alat reproduksi perempuan dan menggunakan kemampuan

sperma untuk fertilisasi, serta memungkinkan untuk mencegah untuk

implantasi telur dalam uterus. Selain termasuk dalam metode jangka

panjang, AKDR pun tidak memiliki efek hormon yang akan

mempengaruhi produksi ASI serta meningkatkan kenyamanan saat

berhubungan seksual.

Penggunaan AKDR tidak dapat mencegah penularan PMS.

Selain itu penggunaan AKDR memiliki efek samping diantaranya

perubahan siklus haid (umumnya pada tiga bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan

(spotting) antar menstruasi dan merasakan sedikit nyeri selama 3-5

hari setelah pemasangan.

c. Kontrasepsi Hormonal (Progestin)

Metode kontrasepsi dengan menggunakan satu jenis hormon

saja yaitu hormon progestin. Alat kontrasepsi yang menggunakan

hormon progestin diantaranya mini pil, suntik 3 bulan, dan Alat

Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau implant. Terjadinya perubahan

pola haid merupakan hal yang sering ditemukan selama menggunakan

hormon progestin, namun hormon progestin ini tidak mempengaruhi

ASI sehingga aman untuk ibu menyusui. Kadang-kadang dapat timbul

efek samping berupa peningkatan berat badan, sakit kepala ringan,

dan nyeri payudara. Semua efek samping ini tidak berbahaya dan
44

biasanya hilang dengan sendirinya.

3. Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB (ABPK-KB)

Alat bantu pengambilan keputusan ber-KB adalah panduan standar

pelayanan konseling KB yang tidak hanya berisi informasi mutakhir

seputar kontrasepsi/KB namun berisi standar proses dan langkah konseling

KB yang berlandaskan pada hak klien KB dan informed choice.

Prinsip konseling dalam ABPK-KB sebagai berikut:

a. Klien yang mengambil keputusan.

b. Bidan membantu klien mempertimbangkan dan membuat keputusan

yang paling sesuai.

c. Hargai keinginan klien.

d. Bidan menganggap pernyataan, pertanyaan, serta kebutuhan klien.

e. Bidan harus mendengarkan apa yang disampaikan klien sehingga tahu

langkah selanjutnya yang harus dilakukan.

Mengapa fokus pada konseling? Hal ini karena klien perlu :

a. Memilih metode yang membuat mereka nyaman dan senang.

b. Tahu tentang efek samping.

c. Tahu dengan baik tentang bagaimana penggunaan metode yang dipilih.

d. Tahu kapan harus datang kembali.

e. Mendapat bantuan dan dukungan dalam ber-KB

f. Tahu bagaimana jika menghadapi masalah dalam penggunaan sebuah

metode KB.

g. Tahu bahwa mereka bisa ganti metode jika mereka menginginkannya.


45

4. Implementasi Asuhan pada Akseptor KB Masalah KB yang masih sering

menimbulkan perbedaan pendapat. Pandangan berbagai agama tentang KB

yaitu menurut agama Islam yang mengharamkan jenis kontrasepsi

Vasektomi dan Tubektomi karena mempunyai sifat yang permanen. Agama

Katolik yang hanya memperbolehkan KB alamiah saja. Sehingga untuk

jenis alat kontrasepsi yang lain tidak diperbolehkan. Berdasarkan

pandangan setiap masing-masing agama yang berbeda, maka pelaksanaan

Program KB akan lebih sulit diterima karena masing-masing agama

mempunyai umat yang begitu mematuhi perintah agama yang dianutnya.

F. Manajemen kebidanan Varney

1. Definisi

Dalam buku “Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP” Hellen Varney

mendefinisikan manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan

dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan

yang berfokus pada klien (Mangkuji dkk, 2012)

2. Langkah manajemen kebidanan

Mangkuji dkk(2012) Ada tujuh langkah manajemen kebidanan

menurut Hellen Varney yang telah dijelaskan dalam buku “Asuhan

Kebidanan 7 Langkah SOAP” yaitu:

a. Langkah I : Pengumpulan data

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan


46

mengumpulkan semua data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaan klien secara lengkap, yaitu:

1) Riwayat kesehatan.

2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan.

3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.

4) Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi.

b. Langkah II : Interpretasi data

Pada langkah ini, dilakukan identifikasi terhadap diagnosa,

masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas

data-data yang telah dikumpulkan.

c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi sebelumnya. Langkah ini membutuhkan upaya antisipasi,

atau bila memungkinkan upaya pencegahan, sambil mengamati kondisi

klien. Bidan diharapkan dengan bersiap-siap jika diagnosis/masalah

potensial ini benar-benar terjadi.

d. Langkah IV : Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera.

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlu/tidaknya tindakan

segera oleh bidan maupun oleh dokter atau kondisi yang perlu

dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota tim kesehatan yang lain

sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan


47

kesinambungan proses manajemen kebidanan.

e. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh.

Pada langkah ini, bidan merencanakan asuhan menyeluruh yang

ditentukan menurut langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi

atau diantisipasi sebelumnya dan bidan dapat segera melengkapi

informasi/data yang tidak lengkap.

f. Langkah VI : melaksanakan perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya.

g. Langkah VII : Evaluasi.

Pada langkah ini, bidan mengevaluasi keefektifan asuhan yang

sudah diberikan ini mencakup evaluasi tentang pemenuhan kebutuhan,

apakah benar-benar setelah terpenuhi sesuai dengan masalah dan

diagnosis yang telah teridentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap

efektif apabila memang telah dilaksanakan secara efektif. Bisa saja

sebagian dari rencana tersebut telah efektif, sedangkan sebagian lagi

belum.
48

G. Dokumentasi asuhan kebidanan berdasarkan model SOAP note

1. Definisi

SOAP merupakan pengolahan yang sistematis, yang mengatur

pertemuan dan komunikasi kita menjadi suatu rencana asuhan metode ini

merupakan inti sari dari proses penatalaksanaan kebidanan guna menyusun

dokumentasi asuhan (Mangkuji dkk, 2012).

2. Konsep SOAP

S : Subjective (Data Subjektif)

Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis.

Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (ekspresi

mengenal kekhawatiran dan keluhannya).

O: Objective (Data Objektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lain dan informasi dari keluarga atau

orang lain.

A : Assessment (Pengkajian)

Mengamarkan dokumentasi hasil analisis dan interpretasi data subjektif

dalam suatu identifikasi :

a. Diagnosis / masalah.

b. Diagnosis / masalah potensial.

c. Antisipati diagnosis / masalah potensial / tindakan sgera

P : Plan/planning (Perencanaan)

Pendokumentasian tindakan (1) dan evaluasi (E), meliputi : asuhan


49

mandiri, kolaborasi, tes diagnostatik/laboratorium, konseling dan tindak

lanjut (follow up).

H. Dasar Hukum Kebidanan

Berdasarkan peraturan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 4

tahun 2019 tentang kebidanan Bab VI Praktik Kebidanan bagian kedua

tentang tugas dan wewenang bidan, berbunyi:

1. Pasal 46

d. Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, bidan bertugas

memberikan pelayanan yang meliputi;

1) Pelayanan kesehatan ibu;

2) Pelayanan kesehatan anak;

3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana;

4) Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan

5) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

e. Tugas bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilaksanakan secara bersama atau sendiri.

f. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.

2. Pasal 47

a. Dalam melenggarakan Praktik kebidanan, Bidan dapat berperan

sebagai:

1) Pemberi pelayanan kebidanan;


50

2) Pengelola pelayanan kebidanan;

3) Penyuluh dan konselor;

4) Pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;

5) Penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan

perempuan; dan

6) Peneliti.

b. Peran bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Pasal 48

a. Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 46 dan pasal 47, harus sesuai dengan

kompetensi dan kewenangannya.

4. Pasal 49 Tentang Pelayanan Kesehatan Ibu

a. Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu

sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a, bidan

berwenang;

1) Memberikan Asuhan kebidanan pada masa sebelum hamil;

2) Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;

3) Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan

menolong persalinan normal;

4) Memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas;

5) Melakukan pertolongan pertama kegawadaruratan ibu hamil,

nifas, dan rujukan; dan


51

6) Melakukan deteksi dini kasus resiko dan komplikasi pada masa

kehamilan, masa persalinan, pasca persalinan, masa nifas, serta

asuhan pasca keguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.

5. Pasal 50 Tentang Pelayanan Kesehatan Anak

a. Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak

sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf b, Bidan

berwenang;

1) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita,

dan anak prasekolah;

2) Memberikan imunisasi sesuai program pemerintah pusat;

3) Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan

anak prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan

tumbuh kembang, dan rujukan; dan

4) Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi

baru lahir dilanjutkan dengan rujukan.

6. Pasal 51 Tentang Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan

Keluarga Berencana

a. Dalam menjalakan tugas memberikan pelayanan kesehatan

reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana

dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf c, Bidan berwenang

melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan

memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.
BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Jenis studi kasus

Studi kasus ini merupakan jenis kajian yang menggunakan kualitatif dan

observasi langsung peneliti mendampingi satu pasien (one student one client)

melalui model asuhan kebidanan berkelanjutan Continuum Of Care yang

akan diterapkan pada ibu hamil fisiologis mulai dari trimester III, masa

bersalin, masa nifas beserta bayi baru lahir, sampai dengan ibu menggunakan

salah satu mode kontrasepsi.

B. Definisi Operasioal

Asuhan kebidanan berkelanjutan ini memiliki lima komponen asuhan

yang meliputi ibu hamil fisiologis trimester III, masa bersalin, masa nifas

beserta bayi baru lahir, dan ibu sebagai akseptor KB.

1. Asuhan kehamilan Trimester III

Asuhan kehamilan trimester III adalah asuhan kebidanan yang diberikan

pada Ny. E saat memasuki periode terakhir dari kehamilan yang diberikan

dalam dua kali kunjungan yaitu mulai dari kehamilan minggu ke-32

sampai minggu ke-40. Asuhan standar 10 T dan anjuran berdzikir serta

mendengarkan murottal didampingi oleh bidan di PMB Supatmilah

2. Asuhan masa persalinan

Asuhan kebidanan yang diberikan mulai dari ibu mengalami tanda-tanda

persalinan yang menandai masuknya periode kala satu hingga proses

persalinan berakhir pada pemantauan kala empat. Sesuai dengan asuhan

standar APN 60 langkah dan pemeberian asuhan spiritual berupa murottal

53
54

pada kala 1 fase aktif menggunakan surat-surat pendek seperti surat Al-

Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, Al-Kautsar, Al-Ashr, Al-lahab didampingi oleh

bidan di PMB Supatmilah

3. Asuhan masa nifas

Asuhan kebidanan yang diberikan saat proses persalinan selesai yang

terbagi menjadi tiga kali kunjungan yaitu KF 1 (6 jam - 3 hari), KF 2 (4-28

hari), KF 3 (29-42 hari) dimulai dari berakhirnya kala empat sampai saat

alat-alat reproduksi kembali pulih seperti sebelum hamil hari ke-42. Sesuai

dengan asuhan standar nifas dan didampingi oleh bidan.

4. Asuhan bayi baru lahir

Asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi 0 hari yang baru mengalami

proses kelahiran yang terbagi dalam tiga kali kunjungan yaitu KN 1 (6-48

jam), KN 2 (3-7 hari), KN 3 (8-28 hari. Sesuai asuhan standar bayi baru

lahir dan didampingi oleh bidan.

5. Asuhan aseptor KB

Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu untuk membantu menentukan

pemilihan metode kontrasepsi yang tepat untuk ibu yang akan digunakan

sebagai kontrasepsi pasca persalinan dengan dua kali kunjungan setelah

persalinan sampai enam minggu post partum. Kunjungan pertama yaitu

konseling jenis-jenis kontrasepsi yang dapat digunakan oleh ibu menyusui

dan kunjungan kedua yaitu pemilihan KB pada akseptor didampingi oleh

bidan.
55

C. Tempat dan Waktu Kasus Dilaksanakan

Lokasi yang akan digunakan dalam studi kasus ini yaitu PMB Supatmilah

Jetis, Saptosari, Gunungkidul pada tanggal 29 Januari sampai 20 April 2020

D. Subjek Asuhan Kebidanan

Subjek asuhan kebidanan berkelanjutan ini dilakukan pada Ny. E umur

33 tahun sekundigravida, pendidikan terakhir Perguruan Tinggi, agama Islam,

pekerjaan guru PAUD, menikah satu kali sejak tahun 2005. Berdasarkan hasil

pengkajian pada tanggal 29 Januari 2020 Ny. E sudah melakukan ANC

sebanyak 8 kali yaitu pada TM I sebanyak 3 kali dengan keluhan mual dan

pusing, penanganannya hati-hati dalam makan dan minum atau bau yang

memicu rasa mual, dengan terapi yang diberikan bidan asam folat dan

vitamin B6. TM II sebanyak 3 kali tidak ada keluhan.

Ny. E melakukan ANC terpadu pada saat kehamilan 18 minggu dengan

hasil pemeriksaan seluruhnya dalam keadaan baik, Gol. Darah A, Hb 12,2

g/dl, HbsAg Negatif, HIV non reaktif, ada gigi berlubang, dan gizi ibu

terpenuhi. Keadaan janin baik, Ny. E dan keluarga tidak pernah / sedang

menderita penyakit menular seperti PMS, HIV, TBC, HbsAg, maupun

penyakit menurun DM, hipertensi, jantung, asma. Secara psikologis ibu

merasa cemas dengan kehamilannya karena jarak kehamilan yang terlalu jauh

yaitu 13 tahun. Hasil dari pemeriksaan leopold didapati Tinggi Fundus Uteri

(TFU) 26 cm di usia kehamilan 32 minggu, TFU ibu menunjukkan

ketidaksesuaian atau kurang dari usia kehamilannya


56

Dalam studi kasus ini Ny. E telah memenuhi kriteria asuhan, sehingga

penulis memilih Ny. E umur 33 tahun sekundigravida hamil fisiologi

trimester III dengan HPL 13 Maret 2020 sebagai subjek asuhan. Oleh karena

itu, perlunya asuhan berkelanjutan pada Ny. E berupa asuhan standar dan

asuhan tambahan sehingga dapat mengatasi kekhawatiran menghadapi proses

persalinan, serta kesejahteraan ibu dan janin dalam keadaan baik sehingga

dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan calon bayi Ny. E.

E. Rencana Pelaksanaan Asuhan

Tabel 3.3 Rencana Asuhan Kebidanan


No Asuhan Tanggal Asuhan Rencana Asuhan
1 Kehamilan 20 Februari 1. Melakukan asuhan standar pelayanan antenatal
2020 care yang didampingi oleh bidan meliputi :
a. Mendampingi ibu untuk ANC
b. Memberikan KIE ketidaknyamanan pada trimester
tiga dana tanda-tanda persalinan
c. Memberikan KIE nutrisi
2. Informed Consent untuk asuhan spiritual
3 Maret 2020 1. Melakukan asuhan standar pelayanan antenatal care
yang didampingi oleh bidan meliputi :
a. Mendampingi ibu untuk Anc terpadu
b. Memberi KIE IMD, ASI eksklusif, KB, persiapan
persalinan dan tugas suami
2. memberi Asuhan spiritual dzikir dan murottal
2 Persalinan 1. Memberikan asuhan persalinan sesuai standar 60
langkah APN
2. Asuhan spiritual murottal
3 Nifas KF 1 Memberikan asuhan masa nifas sesuai standar
(6 jam-3 hari) 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal,
uterus berkontraksi, tinggi fundus di bawah
umbilikus, tidak ada tanda-tanda perdarahan
abnormal.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
perdarahan abnormal.
3. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup.
4. Menganjurkan ibu makan makanan yang bergizi.
5. Mengajarkan ibu menyusui dengan baik dan
benar
6. Mengajarkan ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari
KF 2 Memberikan asuhan masa nifas sesuai standar :
(4-28 hari) 1. Memeberi KIE tanda-tanda bahaya masa nifas
2. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup
57

No Asuhan Tanggal Asuhan Rencana Asuhan


3. Menganjurkan ibu makan makanan yang bergizi.
4. Menganjurkan ibu menyusui dengan baik
5. Megajarkan ibu perawatan tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
KF 3 Memberikan asuhan masa nifas sesuai standar :
(29-42 hari) 1. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu.
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini,
imunisasi, senam nifas, dan tanda-tanda bahaya
yang dialami oleh ibu dan bayi
3. Memeriksa tanda-tanda vital ( keadaan umum,
fisik: perdarahan, lokhia, perineum, tanda infeksi,
kontraksi uterus, TFU, TD, BAK dan BAB).
4. Menanyakan ibu mengenai suasana emosinya,
bagaimana dukungan yang didapatkannya dari
keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk
perawatan bayinya
4 Neonatus KN 1 Memberikan asuhan pada bayi Ny. E sesuai dengan
standar :
1. Melakukan pemeriksaan antropometri (berat
badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar
dada, lingkar perut, dan lingkar lengan atas).
2. Memeriksa tanda-tanda vital (suhu badan,
denyut jantung, pernapsan, warna kulit,
respon bayi dan ketegangan otot).
3. Tanyakan ibu apakah bayi bisa BAK dan
BAB
4. Memeriksa ada atau tidak tanda bahaya atau
gejala sakit.
5. Mengajarkan ibu mengenai ASI eksklusif dan
menjaga bayi tetap hangat
KN 2 Memeberikan asuhan pada bayi Ny. E sesuai standar:
1. Melakukan pemeriksaan antropometri (berat
badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar
dada, lingkar perut, dan lingkar lengan atas).
2. Memeriksa tanda-tanda vital (suhu badan,
denyut jantung, pernapsan, warna kulit,
respon bayi dan ketegangan otot).
3. Memeriksa ada atau tidak tanda bahaya atau
gejala sakit.
4. Mengajarkan ibu mengenai ASI eksklusif dan
menjaga bayi tetap hangat
5 KN III Memberikan asuhan pada bayi Ny. E sesuai asuhan
standar :
1. Melakukan pengukuran antropometri yang terdiri
dari berat badan, panjang badan, lingkar kepala,
lingan lengan atas, lingkar dada, dan lingkar
perut.
2. Memeriksa tanda-tanda vital (suhu badan, denyut
jantung, pernafasan, warna kulit, respon bayi,
dan ketegangan otot).
3. Memeriksa ada atau tidak tanda bahaya atau
gejala sakit.
4. Memberi konseling kepada ibu mengenai
imunisasi BCG.
58

No Asuhan Tanggal Asuhan Rencana Asuhan


6 Akseptor KB 1. Melakukan konseling macam-macam KB
2. Membantu ibu untuk menentukan KB apa yang
akan digunakan.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Data Subjektif

Penulis melakukan anamnesa yaiu teknik pengumpulan data dengan

melakukan komunikasi langsung denga pasien atau keluarga untuk

mengkaji berbagai informasi dari sudut pandang pasien seperti biodata,

riwayat menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat persalinan sebelumnya,

riwayat kontrasebsi, riwayat kesehatan.

2. Data Objektif

Teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung untuk

mendapatkan dan mengenai kondisi pasien.

a. Pemeriksaan fisik

Proses untuk mendapatkan data objektif pasien yang dikaji mulai

dari kepala hingga ujung kaki dengan menggunakan empat

instrumen antra lain:

1) Inspeksi yaitu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan cara

melihat untuk mengetahui tanda tertentu dari bagian tubuh atau

fungsi tubuh pasien.

2) Palpasi yaitu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan cara

meraba atau menekan bagian tubuh dengan menggunakan jari

atau tangan.
59

3) Auskultasi yaitu tindakan pemeriksaan dengan cara

mendengarkan suara di dalam tubuh, baik dilakukna secara

langsung dengan telinga atau dengan menggunakan alat bantu

seperti stetoskop, leanec, atau dopler.

4) Perkusi yaitu tindakan pemeriksaan dengan cara memberikan

ketukan langsung ke permukaan tubuh pasien.

b. Pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk menunjang data objektif pasien

yang bersifat tidak wajib namun disarankan agar sesuai dengan

standar antara lain adalah pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan

laboratorium rutin dilakukan dengan pengkajian langsung sedangkan

pemeriksaan khusus menggunakan data sekunder.

3. Studi Dokumentasi

Informasi data sekunder dikumpulkan dengan cara mempelajari catatan-

catatan resmi pasien, bukti-bukti pelayanan yang sudah diakses pasien,

dan keterangan-keterangan lain yang mendukung. Dokumen yang

dimaksud antara lain berupa: buku KIA, data dalam buku register pasien

hasil laboratorium dan USG, dan laporan harian pasien.

4. Studi Pustaka

Mengumpulakan berbagai referensi sebagai bahan kajian teoritas dari

berbagai sumber literatur ilmiah guna memperkaya pengetahuan sebagia

dasar dalam penegakan diagnosa dan memberikan asuhan kebidanan.


60

G. Sistematika Dokumentasi Kebidanan

Pendokumentasian asuhan kebidanan yang akan diterapkan yaitu dengan

menggunakan metode SOAP note.

1. Subjektif

Berisi catatan yang dikumpulkan melalui wawancara langsung atau

anamnesa yang berhubungan dengan masalah yang dikaji dari sudut

pandang pasien mengenai riwayat pasien dan kekhawatiran atau keluhan

yang dirasakan pasien yang dicatat sebagai kutipan langsung yang

digunakan untuk memperkuat diagnosa yang akan ditegakkan.

2. Objektif

Berisi data yang memberi fakta dengan bukti gejala klinis pasien yang

dikaji melalui pemeriksaan fisik mulai dari kepala hingga kaki dan

pengkajian teknologi yang menjadi data fokus dalam penegakan

diagnosa.

3. Analisa

Berisi diagnosa, masalah potensial dan kebutuhan tindakan segfera yang

merupakan kesimpulan atau interpretasi dari data subjektif dan objektif

yang telah dikumpulkan sebelumnya.

4. Penatalaksanaan

Berisi tindakan asuhan yang sebelumnya sudah direncanakan

berdasarkan hasil analisis data baik asuhan secara mandiri, kolaborasi,

maupun rujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien serta evaluasi dari

asuhan yang diberikan.


DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, A. (2012). Panduan Kesehatan wanita. Solo: As Salam Publishing.


Ari Sulistyawati, d. (2010). Asuhan Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.
Armini NW, Sriasih NGK, Marhaeni GA. (2017). Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Maritala, D. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Salemba Medika.
Dinkes DIY. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Di Yogyakarta Tahun 2017.
Yogyakarta: Dinas Kesehatan DIY.(diakses pada tanggal 20 Januari 2020)
Fatmawati, E. (2013). Perbedaan Pengaruh Stimulasi Antara Musik Klasik Dan
Murottal Terhadap Denyut Jnatung Janin Dan Gerakan Janin Pada Ibu
Hamil Trimester II Serta III. Perpustakaan.uns.ac.id,
https://digilib.uns.ac.id.(diakses pada tanggal 28 Januari 2020)
JKPN-KR. (2015). Pelatihan Klinik Persalinan Normal. Jakarta.
Kemenkes. (2012). InfoDATIN. Journal Kesehatan, www.depkes.go.id. (diakses
pada tanggal 30 September 2019)
Kemenkes. (2015). Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Yogyakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes. (2015). Keberhasilan KB Dapat Turunkan Angka Kematian Ibu.
Journal Kesehatan, www.depkes.go.id. (Diakses pada tanggal 16
Sepetember 2019)
Kemenkes. (2017, Agustus 16). Diambil kembali dari www.kemkes.go.id:
https://www.kemkes.go.id/srticle/view/17081700004/-inilah-capaian-
kinerja-kemenkes-ri-tahun-2015--2017.html (Diakses 18 September 2019)
Kemenkes. (2017). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kemenkes. (2019, juni). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.(diakses pada tanggal 07 Februari 2020)
Kemenkes RI. (2012). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Bakti
Husada.
Kemenkes RI. (2015). Panduan Opersional Pelayanan Persalinan Dan Nifas
Normal Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Bina Kesehatan Ibu.
Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Diambil kembali dari
www.depkes.go.id.(diakses pada tanggal 18 Januari 2020)

53
63

Kemenkes RI. (2015). Rencana Strategi Kementrian Kesehatan Tahun 2015-


2019. Jakarta: kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemnkes RI. (2014). Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana.
Jakarta: Direktorat Jenddral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Lockhart dan Saputra. (2014). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Fisiologi dan
Patologis. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher.
Mangkuji B, Ginting I, Suswanty, Lubis R, Wildan. (2012). Asuhan Kebidanan 7
Langkah SOAP. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Marmi. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Naurah, U. A. (2016). Wirid Ibu Hamil. Solo: Pustaka Arafah.
Prawirohardjo. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.
Prayono dkk. (2018). Pengaruh Konsumsi Sari Kurma Pada Akhir Kehamilan
Terhadap Kemajuan Persalinan Kala I Dan Jumlah Perdarahan Saat
Persalinan Pada Primipara Di Wilayah kerja Puskesmas Klaten selatan.
jurnal ilmu kesehatan, Jurnal.Poltekes-
Solo.ac.id/index.php/int/article/view/169. (Diakses 25 September 2019 )
Rahma, M. (2015). Asuhan Berkesinambungan Untuk Meningkatkan Kesehatan
Ibu dan Bayi. Jurnal Bidan.(diakses pada tanggal 17 Februari 2020)
Rohani, Saswita R, Marisah. (2013). Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.
Jakarta: Salemba Medika.
Rohayati, N. (2018, februari 01). relaksasi dzikir untuk Menurunkan Derajat
Kecemasan Pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Psikologi Universitas
Buana Perjuangan karawang,
http://journal.ubpkarawang.ac.id/index.php/psikologi/article/view/144/134
. (Diakses pada tanggal 1 Oktober 2019)
Rukiah, AY; Y, Lia; Maemunah; lilik, S. (2012). Asuhan Kebidanan (Kehamilan).
Jakarta: Trans Info Media..
Rustika RN, Kartika I, Herawati Y. (2016). Perubahan Psikologi Pada Ibu Hamil
Trimester III. jurnal Bidan, jurnal.ibijabar.org. (Diakses pada tanggal 1
Oktober 2019)
Saifuddin . (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Sendra E, Pratamaningtyas S, Panggayuh A. (2016). Pengaruh Konsumsi Kurma
(Phoenix Dactylifera) Terhadap Kenaikan Kadar Hemoglobin Pada Ibu
HAmil Trimester II Di Wilayah Puskesmas Kediri. Jurnal Ilmu
Kesehatan, https://ejurnaladhkdr.com>jik>view. (diakses 20 September
2019)
Sofian, A. (2011). Sinopsis Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
63

Sofian, A. (2012). Rustam Mochtar Sinopsis Obtetri. Jakarta: Salemba Medika.


Sukarni, I. (2013). Kehamilan, Bersalin Dan Nifas. Yogyakarta.
Sulistyawati, A. (2015). Buku Aja Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: ANDI.
Tyastuti . (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Wahyuningsih, H., & Siti, T. (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Yuni Kusmiyati, S. d. (2010). Perawatan Ibu hamil. Yogyakrta: Fitramaya.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengkajian Data Ibu Hamil Pada Ny. E Usia 33
Tahun G2P1A0
Data Subjektif Pasien:

1. Identitas Ibu Suami

Nama : Ny. E Tn. L

Umur : 33 tahun 34 tahun

Agama : Islam Islam

Pendidikan : Perguruan Tinggi SMA

Pekerjaan : Guru PAUD Pedagang

Alamat : Jetis RT 03/ 01, Saptosari, Gunung Kidul

No. Telp : 0878-xxxx-xxxx

Golongan Darah : A A

Keluhan saat ini :

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dan mengatakan tidak

ada keluhan yang dirasakan.

2. Riwayat pernikahan

Status : sah Usia nikah : 19 tahun

Nikah ke : pertama Lama nikah : 14 tahun

3. Riwayat menstruasi

Menarche umur 13 tahun, siklus 30 hari, teratur, lama 5-7 hari, sifat darah:

encer, bau khas, banyaknya 3 kali ganti pembalut sehari, tidak flour albus, ibu

tidak mengalami dismenorhoe.


4. Riwayat obstetrik

G2P1A0

Hamil Tahun Jenis Penolong Penyulit BBL Nifas ASI


ke Persalinan
1 2006 spontan Bidan - Perempuan, normal lancar
3000 gram.
2 Hamil
ini

5. Riwayat kehamilan saat ini

a. HPHT : 6 Juni 2019

b. HPL : 13 Maret 2020

c. ANC pertama UK 5 minggu

d. Frekuensi ANC

TM 1 : 3 kali, keluhan mual, muntah dan pusing, penanganan pemberian

vitamin B6, as. Folat.

TM 2 : 3 kali, keluhan tidak ada, penanganan pemberian tablet Fe, kalk.

TM 3 : 2 kali, keluhan tidak ada, penganganan pemberian tablet Fe, kalk.

e. Imunisasi TT : TT 5

f. Pergerakan janin dalam 12 jam terakhir : Aktif

6. Riwayat kontrasepsi

No Jenis Kontrasepsi Tahun Tahun Alasan


pemakaian dilepas
1 Suntik 3 bulan 2006 2008 Ingin memiliki
anak

7. Riwayat kesehatan

a. Ibu mengatakan dirinya dan suami serta keluarga tidak pernah atau

sedang menderita penyakit menular seperti TBC, HIV, Hepatitis B.


b. Ibu mengatakan dirinya dan suami serta keluarga tidak pernah atau

sedang menderita penyakit menurun seperti DM, asma, jantung.

c. Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar dari keluarga

maupun keluarga suaminya.

d. Ibu mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan maupun obat-

obatan.

8. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a. Pola nutrisi

Sebelum hamil Makan Minum


Frekuensi 3 kali 8-10 kali
Jenis Nasi, lauk, sayur, buah Air putih
Porsi 1 porsi sedang 1 gelas
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Saat hamil Makan Minum
Frekuensi 3-4 kali 8-10 kali
Jenis Nasi, lauk, sayur, buah Air putih, susu
Porsi 1 porsi sedang 1 gelas
Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. Pola eliminasi

Sebelum hamil BAB BAK


Frekuensi 1 kali 5-6 kali
Warna Kecoklatan Kuning jernih
Konsistensi Lunak Cair
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Saat hamil BAB BAK
Frekuensi 1 kali 5-6 kali
Warna Kecoklatan Kuning jernih
Konsistensi Lunak Cair
Keluhan Tidak ada Tidak ada

c. Pola seksual : ibu mengatakan berhubungan dengan suami 2-3


kali seminggu.

d. Personal higyene : ibu mengatakan mandi 2 kali sehari,


membersihkan alat kelamin setiap selesai BAB,

BAK dan mandi, mengganti pakaian dalam setiap

kali mandi dan saat lembab.

e. Aktivitas harian : ibu mengatakan sehari-hari mengerjakan pekerjaan

rumah.

f. Pola istirahat/tidur : ibu mengatakan siang tidur 30 menit dan tidur

malam 7 jam.

9. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan

Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi jamu-jamuan selama kehamilan, tidak

pernah merokok, tidak pernah minum-minuman beralkohol dan

mengkonsumsi obat-obatan selain pemberian bidan/dokter.

10. Data psikologi

a. Ibu mengatakan senang atas kehamilannya saat ini.

b. Ibu berharap anaknya dapat lahir secara normal.

c. Ibu mengatakan suami sangat membantunya ketika hamil ini.

d. Ibu mengatakan mengetahui tentang kehamilan dari bidan, pengalaman

anak pertama, dan mempelajari buk KIA.

11. Data sosial

a. Keluarga terutama suami sangat mendukung dan memberi perhatian pada

ibu.

b. Pengambilan keputusan utama di rumah adalah suami.

c. Ketika mengurus rumah dan menjaga anaknya, ibu dibantu dengan ibu

kandung serta suaminya.


d. Para tetangga disekitar rumah pun peduli dengan lingkungan sekitarnya.

12. Data ekonomi

a. Menurut ibu penghasilan dari mengajar dan penghasilan suami

mencukupi untuk kebutuhan keluarga

b. Ibu mengatakan sudah mengurus kepemilikan BPJS untuk dirinya dan

keluarganya.

13. Data spiritual

Ibu mengatakan sholat 5 waktu

Data Objektif :

1. Pemeriksaan umum

KU : baik kesadaran : compasmentis

TTV : TD : 100/70 mmHg RR : 20 kali per menit

N : 80 kali per menit S : 36,5 °C

BB sebelum hamil : 53 kg BB sekarang : 59 kg

TB : 158 cm LILA : 26 cm

2. Pemeriksaan fisik

Kepala : tidak dilakukan pemeriksaan

Wajah : simetris, tidak pucat, tidak odema

Mata : simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih

Hidung :bersih, tidak ada sekret

Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries pada gigi

Telinga :simetris tidak ada sekret


Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan tidak ada

pembesaran vena jugularis

Payudara : Simetris, areola hiperpigmentasi, puting menonjol,

coloctrum belum keluar

Abdomen : Simetris, tidak ada bekas luka operasi, terdapat striae

cgravidarum.

Palpasi Leopold

Leopold I : TFU berada antara pusat dan px, pada bagian

fundus terana bulat, lunak (bokong)

Leopold II : pada bagian kanan teraba keras memanjang

seperti papan (punggung). Dan bagian kiri terana

bagian-bagian kecil janin (ekstremitas)

Leopold III : pada bagian bawah teraba bagian bulat, keras,

melenting (kepala)

Leopold IV : bagian bawah janin belum masuk PAP

(konvergent)

TFU mc Donald : 26cm

TBJ : (TFU-12) x 155

(26-12) x 155 = 2.170 gram

Auskultasi DJJ : punctum maksimum berada di sebelah

kanan di atas pusat ibu DJJ : 144 x /menit


Genetalia : tidak dilakukan

Ekstremitas : tidak edema dan varices

3. Pemeriksaan penunjang

Data penunjang didapatkan dari pemeriksaan ANC terpadu yang dilakukan

ibu pada tanggal 15 Oktober 2019 saat umur kehamilan ibu 18 minggu

a. Laboratorium

Hb: 12,2 gr/dL, prot.Urin: negatif (-), HIV: non reaktif (NR), HbsAg: non

reakrif (NR), sifilis: non reaktif (NR)

b. Poli umum

Tidak ditemukannya penyakit sistemik dalam kehamilan seperti penyakit

jantung, hipertensi, DM, maupun DM gestasional dan tidak ditemukan

infeksi dalam kehamilan seperti hepatitis, TBC, IMS, HIV, gastristis,

maupun demam thypoid

c. Poli gigi

Tidak ada stomatitis, gigi berlubang

d. Poli gizi

Nitrisi ibu dalam batas normal

Analisa :

Ny. E usia 33 tahun sekundigravida hamil 32 minggu dengan kehamilan fisiologis

Janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala.


Lampiran 2

SOP
MUROTTAL AL-QUR’AN DAN DZIKIR UNTUK IBU HAMIL

A. Pengertian

Terapi murottal adalah rekaman suara yang dilagukan oleh seorang qori’

(pembaca Al-Qur’an), lantunan murottal secara fisik mengandung unsur

suara manusia.

B. Manfaat

Untuk menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin

alami, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas, dan tegang.

C. Alat

5. Heanphone/MP3

6. Al-Qur’an

D. Prosedur Penatalaksanaan

1. Memposisikan ibu senyaman mungkin

2. Memberikan dukungan psikologi berupa kehadiran pendamping.

3. Memutar audio MP3, yang dilakukan saat hamil trimester III dan saat

bersalin kala 1 fase aktif. Bacaan Al-Qur’an yang digunakan untuk

diperdengarkan kepada ibu adalah sebagai berikut :

a. Surat Al-Fatihah, yang memiliki keutamaan sebagai ruqyah,

untuk mengobati segala penyakit dan meringankan kesusahan

dibaca satu kali atau lebih.


b. Membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas masing-masing

dibaca tiga kali di pagi hari, sore hari, dan menjelang tidur.

c. Membaca ayat kursi yaitu surat Al-Baqoroh ayat 255, dibaca satu

kali di pagi hari sore hari, setelah sholat fardhu, dan menjelang

tidur.

d. Banyak membaca kalimat “laa haula walaa quwwata illaa

billaah” yang artinya: “Tiada daya dan kekuatan melainkan

karena pertolongan Allah”.

e. Memperbanyak istighfar “Astagfirullaah” salah satu manfaatnya

adalah mendatangkan kebaikan dari arah yang tidak disangka.

Sumber :

Handayani dkk, 2014. Pengaruh Terapi Al-Qur’an Untuk

Penurunan Nyeri Persalinan Dan Kecemasan Pada Ibu Bersalin

Kala 1 Fase Aktif. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 5 No. 2 Edisi

Desember 2014. Diakses pada tanggal 14 Februari 2020.


Lampiran 3. Surat Izin Studi Pendahuluan dari STIKes Madani
Lampiran 4. Surat Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 5. Surat Pernyataan Persetujuan Tindakan
Lampiran 6. Lembar Bimbingan
Lampiran 7. Rencana Anggaran Studi Kasus
No KEGIATAN BAHAN DAN ALAT BIAYA
1. Penyusunan proposal LTA Pengetikan dan Rp 150.000
penjilidan
2. Seminar proposal LTA Pengetikan dan Rp 100.000
penjilidan
3. Revisi proposal LTA Transparansi dan Rp 50.000
pengadaan
4. Persiapan Studi Kasus Persiapan bahan Rp 100.000
5. Pelaksanaan Studi Kasus Transportasi, Akomodasi Rp 200.000
6 Laporan Tugas Akhir Pengetikan, Penjilidan Rp 100.000
7 Sidang LTA Transparasi Pengadaan Rp 100.000
8 Revisi LTA Pengetikan, Penjilidan Rp 50.000
9 Biaya Tidak Terduga Rp 150.000
Jumlah Rp 1000.000
Lampiran 6

RENCANA JADWAL STUDI KASUS


Jan Februari Maret April Mei Juni Juli
2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020
No Kegiatan
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1. Identifikasi pasien
2. konsultasi penentuan
pasien dengan
pembimbing lahan
3. Pengkajian Awal
4. Penyusunan proposal
final
5. pengurusan
administrasi
6. Ujian proposal
7. Asuhan masa
kehamilan
8. Asuhan masa
persalinan
9. Asuhan nifas dan
neonatus
10. Asuhan akseptor KB
11. Penyusunan LTA
12. Ujian Kahir
13. Revisi dan pengesahan
LTA

Anda mungkin juga menyukai