Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat yang selalu
dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada hamba-hambaNya. Atas berkat-Nya makalah
ini telah kami selesaikan dengan baik . makalah yang telah kami buat ini bertujuan untuk
memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Komunitas. Selain itu, makalah ini kami harapkan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
Adapun pokok bahasan dalam makalah ini yang kelompok bahas yaitu mengenai
tentang Masalah Kebidanan Komunitas
Kami harapkan dari tugas ini dapat dipahami dan dapat bermanfaat. Penyusun
menerima kritik dan saran dari pembaca agar penyusunan makalah selanjutnya kami
harapkan menjadi lebih baik. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih
atas dorongan dan dukungan keluarga, para dosen dan rekan-rekan seperjuangan dalam
penulisan buku ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan buku ini terutama pada sumber-sumber
buku dan tulisan yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.

Pontianak, Juli 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ 1

DAFTAR ISI .............................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 3


A. Latar Belakang ................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................
Masalah Kebidanan Komunitas ...............................................................

1. Kematian ibu dan bayi .................................................................. 5


2. Kehamilan remaja ......................................................................... 12
3. Unsafe Abortion ........................................................................... 16
4. BBLR............................................................................................. 19

BAB III PENUTUP ....................................................................................


A. Kesimpulan ..................................................................................... 25

B. Saran ............................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 26

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari Pembangunan Nasional


yang antara lain mempunyai tujuan untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri
serta sejahtera lahir batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang
mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan merupakan salah
satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia. Sumber daya
manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing bangsa. Oleh
karena itu pembangunan kesehatan menempati peran penting dalam Pembangunan
Nasional.
Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia di bumi telah diketahui secara
umum dan data memberikan dampak kerugian bagi kesehatan ibu dan bayi sehingga
dapat mengakibatkan kematian. Masalah kebidanan komnuitas trdiri dari identifikasi
kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, BBLR,.
Pada makalah ini juga menjelaskan identifikasi masalah kebidanan komunitas
yang ada di masyarakat dengan baik dan benar. Hal ini sangat penting bagi bidan dalam
memberikan pelayanan yang komprehensip dan menyeluruh dari semua area lapisan
masyarakat sehingga kita dapat mengetahui betapa dibutuhkannya pelayanan kebidanan
yang dilakukan komunitif oleh bidan karena akan banyak membawa pengaruh positif
dan mengurangi adanya intervensi yang tidak perlu.
B. Rumusan Masalah
Jelaskan masalah kebidanan yang ada di komunitas seperti kematian ibu dan bayi,
kematian remaja, unsafe abortion dan BBLR ?
C. Tujuan
Agar mahasiswi kebidanan dapat memahami megenai masalah kebidanan yang ada di
komunitas

3
BAB II
PEMBAHASAN

“MASALAH KEBIDANAN DIKOMUNITAS “

1. Masalah Kebidanan Komunitas


Banyak Masalah kebidanan yang terjadi di komunitas , masalah tersebut
antara lain adalah kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja dan unsafe abortion ,
Angka kematian ibu di Indonesia masih tetap tinggi walupun sudah terjadi
penurunan dari 307/100.000 kelahiran hidup (SDKI/2002/2003) menjadi
263/100.000 . kehamilan pada masa remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja
pasti berhubungan secara bermakna dengan resiko medis dan psikososial , baik
terhadap ibu maupun bayinya . unsafe abortion adalah abortus yang dilakukan oleh
orang yang tidak terlatih / kompeten sehingga menimbulkan banyak komplikasi
bahkan kematian , beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kesuburan pada
wanita adalah wanita karier, umur, obesitas gaya hidup dan pengaruh lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi seorang ibu untuk melahirkan dengan tenaga non
kesehatan atau dukun adalah karena faktor ekonomi, keterbatasan bidan di desa dan
alasan jarak ke tempat pelayanan .

A. Kematian Ibu dan Bayi


Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah
satu indicator penting untuk menilai tingkat kesejahteraan dari suatu Negara dan
Kesehatan Masyarakat . Namun, masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia masih
merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak
menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.angka
kematian bayi sebagian besar adalah kematian neonatal yang berkaitan dengan
status kesehatan ibu saat hamil , pegetahuan ibu dan keluarga terhadap pentingnya
pemeriksaan kehamilan dan peranan tenaga kesehatan serta ketersediaan fasilitas
kesehatan.

4
1) Kematian Ibu
Kematian ibu mnurut WHO adalah kematian yang terjadi pada ibu selama
masakehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat
usia dan lokasi kehamilan , oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau
diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau
incident

Indicator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu , terlebih lagi
mamapu menilai derajat kesehatan masyarakat, karenan sensitifitasnya terhadap
perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari aaksebilitas maupun kualitasa. Penurunan
AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991-2007 , yaitu dari 390 menjadi 228.
Namun demikian SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan
yairu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali
menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
berdasarkan hasil survey penduduk antar sensus (SUPAS) 2015. Gambaran AKI di
Indonesia dari tahun 1991 hinggga tahun 2015 dapat dilihat Gambar 1.1 berikut ini

Gambar 1.1
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Tahun 1991-2015

Sumber: BPS ,SDKI 1991-2012

5
sebagai upaya penurunan AKI , pemerintah melalui kementrian kesehatan sejak
tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood intiative, sebuah program
memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga
selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya. Upaya tersebut dilanjutkan
dengan program gerakan sayang ibu di tahun 1996 oleh presiden republic Indonesia
. program ini melibatkan sector lain diluar kesehatan . salah satu program utama
yang ditunjukkan untuk mengatasi masalah kematian ibu yaitu penempatan bidan di
tingkat desa secara besar-besaran yang bertujuan untuk mendekatkan akses
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir ke masyarakat. Upaya lain yang juga
telah dilakukan yaitu strategi making pregnancy safer yang dirancang pada tahun
2000 .

pada tahun 2012 Kementrian kesehatan meluncurkan program Expanding


Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu dan neonatal sebesar 25% . program ini dilaksanakan diprovinsi dan
kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar yaitu Sumatera
Utara, Banten, Jawa Barat, Jaw Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Dasar
pemilihan provinsi tersebut disebabkan 52,6% dari jumlah total kejadian kematian
ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga dengan menurunkan
angka kematian ibu dienam provinsi tersebut diharapkan akan dapat menurunkan
angka kemtaian ibu di Indonesia secara signifikan.

Program EMAS berupaya menurunkan angka kematian ibu dan neonatal


dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetric dan bayi baru
lahir minimal di 150 rumah sakit PONEK dan 300 Puskesmas?Balkesmas PONED
dan memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan
rumah sakit.

Upaya pencepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar


setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas , seperti
pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih di fasiltas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan

6
bayi, perawatan khusus dan rujukan jika treajdi komplikasi , kemudahan
mendapatkan cuti hamil dan melahirkan dan pelayanan keluarga berencana.

Berdasarkan Penyebab kematian ibu dapat dibagi menjadi 2 golongan , yaitu :

a. Penyebab langsung yang diakibatkan oleh komplikasi-komplikasi kehamilan ,


persalinan dan nifas .
 Perdarahan (42%)
 Keracunan Kehamilan/eklamsi (13%)
 Abortus (11%)
 Infeksi (10%)
 Partus lama (9%)
 Penyebab Lain (15%)
b. Penyebab tidak langsung ialah seperti :
 Pendidikan ibu yang rendah . masih banyaknya ibu-ibu yang beranggapan
bahwa kehamilan dan persalinan merupakan sesuatu yang alami yang
berarti tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan, serta tana mereka
sadari bahwa ibu hamil termasuk kelompok resti . ibu hamil memiliki resiko
50% dapat melahirkan dengan selamat dan 50% mengakibatkan kematian.
 Sosial ekonomi dan sosial budaya Indonesia yang mengutamakan keluarga
dibandigkan pribadi ibu itu sendiri sehingga angka anemia pada ibu hamil
cukup tinggi mencapai 42%
 “4 Terlalu” dalam melahirkan yaitu , terlalu muda , terllau tua, terlalu sering
dan terlalu banyak
 “3 terlambat “ yaitu terlambat mengambil keputusan , terlmabat untuk
dikirm ke tempat pelayanan kesehatan , dan terlambat mendapatkan
pelayanan kesehatan.

Pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu yang disebut MPS
atau Making Pregnancy Safer . pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan adalah :

a. Setiap persalinan oleh tenaga kesehatan yang terlatih .

7
b. Setiap komplikasi obstetricdan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat
(memadai)
c. Setiap wanita subur mempunyai akses terhadapa pencegahankehamilan yang tidak
di inginkan dan penanganan komplikasi keguguran .

Sedangkan strategi dalam menurunkan AKI adalah peningkatan cakupan dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang cost efektif dan didukung oleh :

a. Kerjasama lintas program dan lintas sector terkait , mitra lain , pemerintah dan
swasta
b. Pemberdayaan perempuan dan keluarga
c. Pemberdayaan masyarakat

Kegiatan yang dilakukan dalam menurunkan AKI yaitu :

a. Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan , melalui :


 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan
tenaga bidan di desa , kesinambungan keberadaan bidan didesa , penyediaan
fasilitas pertolongan persalinan pada polindes / pustu dan puskesmas ,
kemitraan bidan dan dukun bayi seta sebagai pelatihan bagi petugas.
 Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar ,
antara lain bidan desa dipolindes/ pustu , puskesmas PONED (Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergency Dasar) , Rumah sakit PONEK (pelayanan
obstetric neonatal Emergency Kualitas ) 24 jam
 Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan pennaganan
komplikasi keguguran , antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah
terjadinya 4 terlalu, pelayaan KB berkualitas pasca perlsainan dan pasca
keguguran , pelayanan asuhan pasca keguguran meningkatkan pasrtisipasi
aktif pria.
 Pemantapan kerjasama lintas program dan sector, antara lain dengan jalan
menjalani kemitraan denganpemda, organisasi profesi (IDI,
POGI,IDAI,IBI,PPNI), perinasai, PMI, LSM dan berbagai swasta

8
 Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat antara lain dalam
bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya , pencegahan
terlambat 1 dan 2, serta menyediakan buku KIA . kesiapan keluarga dan
masyarakat dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan (dana,
transportasi,donor darah), jaga selama hamil , cegah 4 terlalu , penyediaan dan
pemanfaatan yakes ibu dan bayi , partisipasi dalam jaga mutu pelayanan.
b. Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatan
kemampuan pengelola program agar mampu melaksanakan, merencanakan dan
mengevaluasi kegiatan (P1-P2-P3) sesuai kondisi daerah
c. Sosialisasi dan advokasi , meallui penyusunan hasil informasi cakupan program
dan data informasi tetang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi untuk
sosialisasi dan advokasi. Kepada para penentu kebijakan agar lebih baik berpihak
keapda kepentingan ibu dan anak.

9
B. Kematian Bayi
1. Pengertian

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat 1 tahun. Angka kematian Bayi (AKB) 35 per 1000
kelahiran hidup. Penurunan angkaKematian Bayi (AKB) dan angka kematian balita
(Akba) pada kurun waktu yang sama cukup tajam, yaitu AKB dari 51 per 1000
menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup, dan Akba 82,6 per 1000 menjadi 46per 1000
kelahiran hidup pada kurun waktu yang sama. Angka kematian bayi baru lahir
(neonatal) penurunannya lambat, yaitu 28,2 per 1000 menjadi 20 per 1000
kelahiran hidup.

Dengan upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan


angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak
yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka
Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian
neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi
terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012
sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan
SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding SDKI tahun2002-2003
yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup.

Gambar 1.2

Tren Angka
Kematian
Neonatal, Bayi
dan Balita Tahun
1991-2015

10
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan AKB sebesar
22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar
23 per 1.000 kelahiran hidup. Begitu pula dengan Angka Kematian Balita (AKABA) hasil
SUPAS 2015 sebesar 26,29 per 1.000 kelahiran hidup, juga sudah memenuhi target MDG
2015 sebesar 32per 1.000 kelahiran hidup.

2. Penyebab Kematian Bayi

Prematuritas dan BBLR


(29%)
Asfiksia bbl (27%)

Tetanus neonatorum (10%)

Masalah pemberian ASI


(10%)

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kematian bayi yaitu :

a) Peningkatan kegiatan imunisasi pada bayi


b) Peningkatan ASI ekslusif,status gizi, deteksi dini dan pemantauan tumbuh
kembang.
c) Pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi.
d) Program Manajemen Tumbuh Kembang Balita sakit Manajemen Tumbuh
Kembang Balita Muda
e) Pertolongan persalinan dan penatalaksanaan Bayi Baru Lahir dengan tepat.
f) Diharapkan keluarga memiliki pengetahuan , pemahaman, dan perwatan pasca
persalinan sesuai standar kesehatan.
g) Program Asuh
h) Keberadaan bidan desa

11
i) Perawatan neonatal dasar meliputi perawatan tali pusat, pencegahan hipotermi
dengan metode kangguru, menyusui dini, usaha bernafas spontan, pencegahan
infeksi , penanganan neonatal sakit, audit kematian neonatal.

Partisipasi bidan dalam mencegah kematian bayi yaitu dengan:

1. Menerapkan program ASUH (Awal Sehat Untuk Hidup Sehat) yang


memfokuskan kegiatan pada keselamatan dan kesehatan bayi baru lahir (1-7
hari).
2. Mengintensifkan kegiatan kunjungan runah 7 hari pertama pasca persalinan
berisi pelayanan dan konseling perwatan bayi dan ibu nifas yang bermutu.

Partisipasi masyarakat dalam mencegah kematian bayi yaitu dengan :

1. Menyebarluaskan pengetahuan tentang pentingnya 7 ahri pertama pasca


persalinan bagi kehidupan bayi selanjutnya.
2. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kunjungan rumah 7 hari
pertama pasca persalinan oleh bidan desa.
3. Mencatat dan melaporkan adanya ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi
meninggal pada bidan desa, agar diperoleh masukan untuk merencanakan
tindakan/kunjungan dan memecahkan sekaligus mengantisipasi masalah
kematian bayi.
4. Mendukung dan mempertahankan keberadaan bidan di desa.

C. Kehamilan Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan /masa transisi/ masa pancaroba
yang penuh gejolak yaitu masa kanak-kanak menuju masa dewasa mandiri.
Kehamilan bisa jadi dambaan. Tetapi mungkin juga dianggap malapetaka
apabila kehamilan itu sendri tidak/belum diinginkan.

1. Definisi
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada remaja yang
merupakan akibat perilaku seksual baik disengaja maupun tidak sengaja.

12
Arus informasi menuju globalisasi meningkatkan perubahan perilaku
remaja yang makin dapat menerima hubungan seksual sebagai cerminan
fungsi rekreasi . akibatnya meningkatnya kehamilan yang belum
dikehendaki atau terjadi penyakit hubungan seksual :

2. Beberapa hal yang mengakibatkan kehamilan remaja.


a) Kurangnya peran orangtua dalam keluarga.
Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap
perkembangan mental dan jiwa si Anak. Anak yang tidak
merasakan ketentraman didalam keluarganya akan cenderung
mencari ketentraman diluar dengan berbagai cara, ada kalanya
mereka melakukan hal yang banyak diantara yang cenderung
melakukan hal-hal yang negative sebagai bentuk kekesalan mereka
terhadap ibu dan bapaknya.
b) Kurangnya pendidikan seks daei orang tua keluarga terhadap remaja.
c) Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan
mental yang kuat..Dengan adanya perkembangan IPTEK membuat
para remaja banyak yang menyalahgunakannya , sehingga membuat
para remaja terjerumus kearah pergaulan yang salah yang tidak sesuai
dengan norma dan agama yang berlaku , hal ini dikarenakan tidak
didasari dengan perkembangan mental yang kuat

3. Dampak Kehamilan Remaja


a. Pengguguran kandungan
Faktor yang mendukung terjadinya pengguguran kandungan adalah
:
 Status ekonomi sebuah keluarga
 Keadaan emosional
 Pasangan yang tidak bertanggung jawab
b. Resiko persalinan yang akan terjadi

13
Resiko kehamilan diusia dini diantaranya Pre-eklamsia, anemia,
bayi premature, BBLR, kematian bayi dan PMS meningkatkan para
remaja yang hamil sebelum usia 16 tahun, selain itu remaja yang
hamil amat beresikountuk menderita disproporsi sefalo pelvic
(karena tulang panggul belum tumbuh sempurna )
c. Penceraian pasangan muda
Pernikahan remaja diusia muda dengan status emosi yang belum
stabil kebanyakan berujung disamping itu faktor ekonomi dan
psangan yang berubah drastic dimana sebelumnya kedua pasangan
suami istri diiayai pleh orang tua . kini berubah menjadi memenuhi
kebutuhan diri sendiri dengan segudang maslah yang mereka hadapi
dapat menyebabkan para pasangan berpikiran singkat untuk segera
menyelesaikan hubungan yang telah terjadi dengan jalan perceraian.
d. Hubungan Seks USia Muda Berisiko kanker
Pada usia diabwah 17 tahun merangsang tumbuhnya sel kanker
pada alat kandungan perempuan karena rentan pada usai 12-17
tahun perubahan sel dalam mulut rahim sedang aktif. Saat sel
sedang membelah secara aktif (metamorphosis) idealnya tidak
terjadi kontaks atau rangsangan apapun diluar, termasuk injus
(masuknya) benda asing dalam tubuh perempuan. Karena adanya
benda asing, termasuk alat kelamin pria dan sperma akan
mengakibatkan perkembangan sel kearah abnormal. Apalagi jika
terjadi luka yang mengakibatkan infeksi dalam rahim
Sel abnormal dalam mulut rahim itu dapat mengakibatkan kanker
mulut rahim (serviks). Knker serviks menyerang alat kelamin
perempuasn, berawal dari mulut rahim dan berisiko meyebar ke
vagina hingga keluar di permukaan.
4. Sebab terjadinya kehamilan remaja
a. Faktor Agama dan Iman
Kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan
bebas dan berakibat remaja dengan mudah melakukan hubungan
14
suami istri diluar nikah sehingga terjadi kehamilan , pada kondisi
ketidakpastian berumah tangga dan bertanggung jawab .
b. Faktor lingkungan
 Orang tua : Kurangnya perhatian khusus dan bekal pendidikan
seks yang baik dan benar
 Teman, tetangga dan Media : pergaulan yang salah dan
penyalahgunaan dari media elektronik.
c. Pengetahuan yang minim ditamabah rasa ingin tahu yang
berlebihan , hal ini akan meningkatkan resiko negative dalam
keadaan orang tua yang tidak terbuka mengenai edukatif masalah
seksual , remajapun akan mencari informasi tersebut dari sumber
yang lain seperti majalah, internet, video. Tanpa memilih mana
yang yang baik dilihati atau mana yang harus dihindari .
5. Dampak Kehamilan Remaja Dikomunitas
Dua hal yang bisa dan biasa dilakukan remaja jika mengalami KTD yaitu :

Mempertahankan kehamilan dengan risiko:

a. Resiko fisik. Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan


dalam persalinan seperti perdarahan, bahkan bisa sampai pada kematian.
b. Resiko psikis atau psikologis. Ada kemungkinan pihak perempuan
menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
c. Resiko sosial.salah satu resiko social adalah berhenti atau putus
sekolah atas kemauan sendiri dikarenakan merasa malu atau
cutimelahirkan.
d. Resiko ekonomi. Merawat kehamilan, melahirkan melahirkan bayinya
atau anaknya yang membutuhkan biaya yang besar.

15
Mengakhiri kehamilan (aborsi) dengan risiko:

a. Resiko fisik. Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu


resiko aborsi. Aborsi yang berulang selain bisa mengakibatkan
komplikasi juga bisa mnyebabkan kamandulan. Aborsi yang dilakukan
secara yang tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian.
b. Resiko fsikis. Pelaku aborsi sering kali mengalami perasaan-perasaan
takut, tertekan atau stress trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan.
c. Resiko social. Ketergantungan pada pasangan sering kali menjadi lebih
besar karena perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah
mengalami KTD dan aborsi.
d. Resiko ekonomi. Biaya aborsi cukup tinggi, bila terjadi komplikasi
maka biaya semangkin tinggi.
6. Pencegahan Kehamilan remaja
a. Melakukan kegiatan positif
b. Mendekatkan diri pada Tuhan
c. Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja , keluarga
berencana , kegiatan rohani dan tokoh agama
7. Penganan Kehamilan Remaja
a. Menunjukkan sikap bersahabat
b. Konseling kepada remaja dan keluarga meliputi kehamilan dan
persalinan
c. Membantu mencari penyelesaian masalah
d. Periksa hamil sesuai standar

D. Unsafe abortion

WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta


kejadian aborsi yang tidak aman (unsafe abortion), WHO,1998
Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun,
sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. Program kesehatan
reproduksi yang dikembangkan pemerintah hanya untuk mereka yang

16
sudah menikah dan tidak merujuk pada kebuthan yang terkait dengan
informasi seksualitas, edukasi dan penyediaan pelayanan. Diperlukan
peraturan yang lebih fleksibel agar pemerintah memberikan kekeluasaan
pada lembaga-lembaga swadaya masyarakat untuk menggarap bidang “
abu-abu “, misalnya aborsi aman dan penyediaan kontrasepsi bagi remaja
muda yang belum menikah.
Sekitar 13 % dari jumlah total kematian ibu diseluruh dunia diakibatkan
oleh komplikasi aborsi yang tidak aman 95% diantaranya terjadi di negara
berkembang (Safe Motherhood 200;28 (1))

Tabel 1.1
Aborsi yang tidak aman : perkiraan per wilayah, per tahun
Wilayah Jumlah aborsi Jumlah kematian % kematian ibu
yang tidak aman akibat aborsi akibat aborsi
yang tidak aman yang tidak aman
Dunia 20.000.000 78.000 13
Negara 19.000.000 77.500 13
Berkembang
Asia * 9.900.000 38500 12
Asia Tenggara 2.800.000 8.100 15
Negara Maju 900.000 500 13
Sumber : WHO, 1998

1. Definisi
a. Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana
pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur
standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.
b. Unsafe abortion adalah prosedur pengehentian kehamialan oleh tenaga
kurang terampil (tenaga medis/non medis), alat tidak memadai, lingkunga tidak
memenuhi syarat kesehatan (WHO, 1998 )
c. Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya
pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa

17
indikasi medis, seperti korban pemerkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat
kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negative dari
keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan
pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memeperhatikan resikonya

2. Ciri-Ciri Unsafe Abortion

a. Dilakukan oleh orang yang tidak berkompeten,


b. Fasilitas yang minim,
c. Dilakukan dengan cara-cara yang membahayakan dan sering terjadi akibat
gagal atau ditolak dalam melakukan upaya-upaya pengguguran kandungan
sebelumnya.

3. Dampak Unsafe Abortion


a. Dampak Sosial : biaya lebih banyak , dan dilakukan secara tersembunyi
b. Dampak kesehatan : perdarahan dan infeksi
c. Dampak Psikologis : Trauma

4. Peran Bidan dalam Mencegah Unsafe Abortion


a. Sex education
b. Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan agama
c. Peningkatan sumber daya manusia
d. Penyuluhan tentang bahayanya abortus

5. Aborsi dilakukan aman apabila :


a. Dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih
b. Mempergunakan alat-alat kedokteran steril
c. Dilakukan < 3 bulan sesudah pasien hamil.

18
E. BBLR
1. Pengertian BBLR
BBLR adalah neonates dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang
dari 2500 gram. Berat lahir adalah beart bayi yang ditimbang dalam 1 jam
setelah lahir.
BBLR terdapat 2 penyebab kealhiran bayi dengan berat badan kurang dari
2500gr , yaitu kaarena umur kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan
lebih rendah dari semestinya.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir
kurang dari 2500 gr tanpa memandang masa kehamilan.Angka kematian bayi
berat lahir rendah (BBLR) mencerminkan derajat kesehatan masyarakat. Bayi-
bayi ini lebih mudah untuk menjadi sakit bahkan meninggal dibanding dengan
bayi berat lahir normal. Langkah utama untuk menyelamatkan BBLR agar
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik adalah melalui deteksi dini BBLR
pada saat dilahirkan yang diikuti dengan upaya tindak lanjut tepat sasaran.
Penimbangan bayi baru lahir merupakan cara terbaik untuk deteksi dini BBLR.
Tatalaksana BBLR saat lahir adalah tindakan resusitasi,karena BBLR
merupakan resiko terjadinya asfiksia lahir

Menurut (Saifuddin dkk.2000) berkaitan dengan penaganan dan harapan


hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan menjadi :
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu 1500-2500 gr
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) kurang dari <1500 gr
c. Bayi baru lahir extreme rendah (BBLER) berat lahir <1000 gr

Menurut Mochtar (1998) sejak tahun 1961 WHO mengganti masalah istlah
premature dengan berat badan lahir rendah (BBLR) .
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat digolongkan menjadi :
a. Prematuritas murni
Bayi lahir kehmailan <37 minggu dengan berat bdan yang sesuai

19
b. Small For Date (SFD) atau kecil masa kehamilan (KMK). Bayi yang berat
badannya kurang dari seharusnya umur kahmilan
c. Retardasi pertumbuhan janin intrauterine
Bayi yang lahir dengan berat badan redah dan tidak sesuai umur kehamilan
d. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan yang tidak sesuai dengan tuanya kehamilan
e. Large for date
Bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya tua kehamilan.

2. Klasifikasi BBLR
Menurut Ilyas, dkk 1994 dan Winkjosastro (2005) bayi dengan BBLR
dibagi mejadi 2 golongan yakni :
a. Prematuritas murni
Bayi lahir kehmailan bayi lahir <37 minggu dengan berat bdan yang sesuai
pada msa kehamilan atau neonates kurang bulan sesuai masa kehamilan
(MKB-SMK)
b. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan yang tidak sesuai dengan tuanya kehamilan ,
hal ini karena bayi mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan
(KMK)
3. Penyebab BBLR
a. Menurut Manuaba (1998) faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR
adalah :
Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta
seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR (Mitayani, 2009).
1) Faktor ibu
 Gizi saat hamil yang kurang
 Umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun
 Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

20
 Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah (perokok)
 Faktor pekerja yang terlalu berat
2) Faktor kehamilan
 Hamil dengan hidramnion
 Hamil ganda
 Perdarahan antepartum
 Komplikasi hamil : pre-eklamsia atau eklampsia, ketuban pecah
dini.
3) Faktor Janin
 Cacat bawaan
 Infeksi dalam rahim
 Faktor yang masih belum diketahui

4) Keadaan Sosial Ekonomi


 Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah
 Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
 Keadaan gizi yang kurang baik
 Pengawasan antenatal yang kurang
 Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang
tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan bayi yang
lahir dari perkawinan yang sah.
5) Sebab Lain
 Ibu perokok
 Ibu peminum alkohol
 Ibu pecandu obat narkotik
 Penggunaan obat antimetabolik
6) Faktor Plasenta
 Berat plasenta berkuran atau berongga atau keduanya
 Luas permukaan berkurang

21
 Plasentitis vilus (bakterial, virus dan parasite)
 Infark
 Tumor (Koriongioma, Mola hidatidosa)
 Plasenta yang lepas
 Sindrom plasenta yang lepas
7) Faktor Lingkungan
 Bertempat tinggal di daratan tinggi
 Terkena radiasi
 Terpapar zat beracun
4. Faktor Resiko BBLR
Menurut Berhman cit Anna Wijayanti (2000), berbagai faktor resiko pada
ibu hamil yang berhubungan dengan kejadian BBLR antara lain:
a. Resiko demografi.
Usia ibu hamil <17>35 tahun, ras, status sosial ekonomi rendah.
b. Resiko medis sebelum hamil.
Paritas >4, berat badan dan tinggi badan ibu yang rendah, cacat bawaan,
infeksi saluran kencing, DM, hipertensi kronis, rubella, riwayat obstetric
jelek (BBLR, abortus spontan, kelainan genetik).
c. Resiko medis saat hamil.
Penambahan berat badan selama hamil, interval kehamilan yang pendek,
hipotensi, hipertensi, preeklampsia, eklampsia, bakteruria, infeksi TORCH,
perdarahan trimester I, kelainan plasenta, hiperemesis gravidarum,
oligohidramnion, polihidramnion, anemia, abnormal, ketuban pecah dini.
d. Resiko perilaku dan lingkungan.
Merokok, gizi kurang, alkohol, obat-obatan keras, terpapar bahan kimia
toksik dan tempat tinggal di ketinggian.
e. Faktor Resiko lainnya.
Pemeriksaan kehamilan in adekuat, stress atau gangguan psikososial, uterus
mudah berubah bentuk, kontraksi uterus tiba-tiba, defisiensi hormon
progesteron.

22
5. MASALAH – MASALAH PADA BBLR
a. Asfiksia
b. Gangguan nafas
c. Hipotermi
d. Hipoglikemi
e. Masalah pemberian ASI
f. Infeksi
g. Ikterus
h. Masalah perdarahan

6. Pencegahan
a. Upayakan agar melakukan antenatal care yang baik, segera melakukan
konsultasi merujuk penderita bila terdapat kelainan
b. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya
persalinan dengan BBLR.
c. Tingkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana.
d. Anjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau
istirahat baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari normal.
e. Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat
kepercayaan masyarakat.

7. Penatalaksanaan.
a. Mempertahankan suhu tubuh dan lingkungan.
b. Mencegah Infeksi.
c. Mempertahankan usaha respirasi.
d. Mencegah kerusakan integritas kulit.
e. Memberikan asuhan kepada keluarga.
f. Hal – hal yang perlu dipantau adalah:

23
 Keadaan umum bayi : yaitu dengan memperhatikan kesadaran bayi,
aktivitas atau gerakan bayi, tangisan ,pernapasan,warna kulit ,reflek
isap, BAB, dan BAK.
 Suhu tubuh
 Nutrisi/ASI
 Kenaikan berat badan
 Perawatan tali pusat
 Kebersihan umum

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah kebidanan yang terjadi di komunitas , masalah tersebut antara lain
adalah kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja dan unsafe abortion
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu antara lain
adalah:terlambat mengenal tanda bahaya,terlambat mencapai fasilitas, atau
terlambat mendapat pertolongan yang adekuat di fasilitas kesehatan,terlalu
muda,terlalu rapat,dan terlalu tua.
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan meningkatnya resiko kehamilan
dan kehidupan keluarga yang kurang baik adalah:kondisi fisiologis dan psikososial
intrinsik remaja,dan faktor–faktor sosiodemografi seperti kemiskinan, pendidikan
yang rendah, belum menikah, dan asuhan pranatal yang tidak adekuat.
Kehamilan pada masa remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja
berhubungan secara bermakna dengan resiko medis dan psikososial, baik tehadap
ibu maupun bayinya.
Unsafe abortion adalah abortus yang dilakukan oleh orang yang tidak
terlatih/kompeten sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kesuburan pada wanita adalah:wanita


karier,umur,obesitas,gaya hidup dan pengaruh lingkungan. Faktor yang
mempengaruhi seorang ibu untuk melahirkan dengan tenaga non kesehatan atau
dukun adalah:Faktor ekonomi,keterbatasan bidan di desa dan alasan jarak ke tempat
pelayanan.

B. Saran
Alangkah baiknya seorang bidan dapat mengetahui tentang masalah pelayanan
kebidanan ditingkat pelayanan kesehaan, sehingga akan lebih tanggap untuk melakukan
pencegahan akan timbulnya masalah yang terjadi sedangkan bila masalah kesehatan sudah
terlanjur muncul maka bidan akan lebih cepat tanggap dalam penanganannya dan dapat
bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya dan masyarakat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna dkk.2009.Asuhan Kebidanan Komunitas.Yogyakarta:

Nuha Medika

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2016). Profil Kesehatan Indonesia

Pinem. Srilina. 2016-2017. Modul Askeb Komunitas. Medan : Akbid Mitra Husada

https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/modul-1-2-masalah-kebidanan-komunitas

Karawati.dkk.2011. Asuhan Kebidanan V(Kebidanan Komunitas) . Jakarta : CV.Trans Info


Media

https://www.scribd.com/document/336446491/Makalah-Masalah-Kebidanan-Dalam-
Komunitas

Modul Konsep Dasar komunitas

26

Anda mungkin juga menyukai