Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Persalinan

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan

Dosen Pengampu : Irna Trisnawati MKM

Disusunoleh :

Desta Eka Erlianti (P17324417044)

Winda (P17324417056)

Nurul Mimar (P1324417074)

Syifaurrohmah Kusumadewi (P17324417064)

Balqis Putri Mulyani (P17324417063)

Jalum 2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PRODI KEBIDANAN KARAWANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul
“Faktor-Faktor yang mempengeruhi Persalinan” Dengan makalah ini diharapkan
dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan memberikan pengetahuan
baru bagi pembaca. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada pembimbing serta kepada seluruh pihak yang terlibat di dalam penulisan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

Karawang, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KataPengantar........................................................................................................ i
DaftarIsi................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar belakang masalah.................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan.............................................................................................. 2
1.4 Manfaat............................................................................................ 3
BAB II KAJIAN TEORI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERSALINAN 4
2.1 PASSAGE....................................................................................... 4
2.2 POWER......................................................................................... 12
2.2.1 His...................................................................................... 12
2.3 PASSANGER............................................................................... 15
2.4 PSIKIS........................................................................................... 25
2.5 PENOLONG................................................................................. 26
BAB II PENUTUP..................................................................................... 28
3.1 Simpulan........................................................................................ 28
3.2 Saran.............................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan adalah suatu proses fisiologik yang memungkinkan serangkaian
perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Ini
didefinisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi atau keduanya, akibat
kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap 5 menit dan berlangsung
sampai 60 menit.
Persalinan tidak selamanya berjalan secara fisiologis, dalam persalinan juga
terjadi keadaan patologis, seperti terjadinya eklamsi, asfiksi, persalinan buatan dengan
forceps, SC dan lain sebagainya. Di negara-negara berkembang kematian ibu disebabkan
oleh kehamilan dan persalinan yang terlantar dan kehamilan yang tidak diinginkan, dan
terbanyak disebabkan oleh eklamsia, perdarahan, infeksi, keguguran kandungan oleh
sikap percobaan abortus provokatus yang dilakukan oleh yang tidak profesional, tetapi
dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih termasuk di bidang kedokteran,
persalinan ibu yang mengalami komplikasi dapat dibantu dengan operasi caesar. Angka
persalinan caesar di negara maju berkisar antara 5,3 % sampai 24,1 % selama periode
1980 – 1987, di Amerika Serikat angka persalinan caesar pada tahun 1986 adalah 24,1 %,
sementara di Benua Asia seperti laporan dari Nanjhing (Cina) persalinan caesar sekitar
26,8 % dari seluruh persalinan, data Nasional Indonesia angka persalinan caesar di 12
Rumah Sakit pendidikan antara 2,1 % – 11,8 %. Angka ini masih di atas angka yang
diusul oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1985 yaitu 10 % dari seluruh
persalinan caesar nasional (Wiakusuma, 1994)
AKI di Indonesia masih cukup tinggi dan penurunannya masih sangat lambat,
yaitu pada tahun 1992, AKI adalah 425 per 100.000 kelahiran hidup, menurun menjadi
384 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995. Masih sangat jauh dari Angka
Kematian Ibu di negara Singapura dan Malaysia, yang tingkat kematiannya 5 dan 70
orang per seratus ribu kelahiran. Sementara di Sulawesi Selatan AKI pada tahun 1996
sebesar 170 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 1997 sebesar 160 per 100.000
kelahiran hidup, pada tahun 1998 sebesar 192 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun
1999 sebesar 176 per 100.000 kelahiran hidup.
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan untuk melakukan
campur tangan ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Tiap campur tangan bukan
saja membawa keuntungan potensial, tetapi juga resiko potensial pada sebagian besar
kasus, penanganan yang terbaik dapat berupa observasi yang cermat.
Seorang bidan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab persalinan
sehingga diharapkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses persalinan dapat

1
memperhatikan faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas
topik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu: power, passage,
passanger, psykologis, penolong(http://bidankita.com)
Melihat fenomena di atas, menunjukkan bahwa proses persalinan selain
dipengaruhi oleh faktor passage, passanger, power faktor psikis dan juga penolong juga
sangat menentukan keberhasilan persalinan. Dimana kecemasan atau ketegangan, rasa
tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan tapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam
(intra psikis) dapat mengakibatkan persalinan menjadi lama/partus lama atau
perpanjangan Kala II (Depkes RI Pusdiknakes).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan?
2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut dalam persalinan?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
a) Untuk mengetahui apa saja factor-faktor yang mempengaruhi persalinan
b) Untuk mengetahui apa saja pengaruh factor-faktor tersebut dalam persalinan
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengaruh passage terhadap proses persalinan
b) Mengetahui pengaruh power terhadap proses persalinan
c) Untuk mengetahui pengaruh passanger terhadap proses persalinan
d) Untuk mengetahui pengaruh psikis terhadap proses persalinan
e) Untuk mengetahui pengaruh penolong terhadap proses persalinan

1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Untuk mengetahui dengan jelas faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan.
2. Bagi Pembaca
Sebagai masukan atau bahan guna meningkatkan pengetahuan tentang persalinan.
3. Bagi pengembangan ilmu
Sebagai referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Passage (Jalan Lahir)


2.1.1 Tulang panggul
Panggul terdiri atas:
Bagian keras yang dibentuk oleh tulang
Panggul bagian keras atau tulang-tulang panggul, merupakan suatu corong.
Bagian atas yang lebar disebut: panggul besar (pelvis mayor), yang mendukung
isi perut.
Bagian bawah atau panggul kecil (pelvis minor) menjadi wadah alat kandungan
dan menentukan bentuk jalan lahir(Sastrawinata, 1983:11).
Berikut tulang-tulang yang membentuk panggul:
Tulang pangkal paha (os coxae)
Terdiri atas 3 buah tulang yang saling berhubungan satu sama lain
pada acetabulum.
Ketiga tulang tersebut ialah:
a) Tulang Usus (os illium): merupakan tulang terbesar dari panggul dan
membentuk bagian atas dan belakang dari panggul.
Bagian-bagiannya:
Crista Illiaca
Spina illiaca anterior superior
Spina illiaca posterior superior
Spinai lliaca anterior inferior
Spina illiaca posterior inferior
Inchisura ischiadica major
linea innominata (linea terminalis) yang menjadi batas antara panggul besar dan
panggul kecil(Sastrawinata, 1983: 14-15).
b) Tulang duduk (os ischium): Terdapat sebelah bawah dari tulang usus
Bagian-bagiannya:
Spina Ischiadica
inchisura ischiadika minor
Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, bagian inilah yang mendukung berat
badan kalau kita duduk yang disebut: Tuber Ischiadikum
c) Tulang kemaluan (os pubis): Terdapat sebelah bawah dan depan dari tulang
usus.
Bagian-bagiannya:
Foramen obturatorium.
Ramus superior Osis Pubis
Ramus inferior ossis pubis

3
Ramus inferior kiri dan kanan membentuk arcus pubis(Sastrawinata, 1983:15).

KESATUAN OS COXAE
1. Os coxae berhubungan dengan os sacrum dengan perantaraan persendian
articulation sacroiliaca
Dari permukaan belakang tulang kelangkang (os sacrum) ke tulang usus (os
illium) di sebut:
Lig. Sacro iliaca posterior dan dari permukaan depan tulang kelangkang ke tulang
usus disebut:
Lig. Sacro illiaca anterior
Lig.ilio lumbalis
Lig.sacro iliaca interossea
Dari tulang kelangkang ke spina ischiadika ialah:
Lig. Sacro spinosum
Dari tulang kelangkang ke tuber ischiadika ialah:
Lig.sacro tuberosum
Tulang pangkal paha kiri dan kanan dihubungkan oleh: symphysis
pubis(Sastrawinata, 1983:16)
a. Tulang kelangkang (os sacrum)
Tulang kelangkang berbentuk segitiga: melebar di atas dan meruncing ke
bawah.
Tulang kelangkang terletak sebelah belakang antara kedua pangkal paha.
Terdiri dari 5 ruas tulang yang berhubungan erat
Permukaan depan licin dengan lengkungan dari atas, bawah, kanan, dan kiri.
Berhubungan dengan os lumbal 5 dan os sacrum 1 (promontorium)
Bagian-bagiannya:
Crista Sacralis
foramena sacralia anterior
Promontorium(Sastrawinata, 1983:16-17)
b. Tulang tungging ( os coccygis)
Berbentuk segitiga dan terdiri atas 3-5 ruas yang bersatu. Pada persalinan ujung
tulang tungging dapat ditolak sedikit ke belakang, hingga ukuran pintu bawah
panggul bertambah besar.
(Sastrawinata, 1983:17).

2.1.2 Bagian Lunak dari Panggul


Bagian lunak yang yang dibentuk oleh otot-otot dan ligamenta
Bagian ini meliputi dinding panggul bagian dalam dan yang menutupi
panggul sebelah bawah, yang menutupi panggul dari bawah membentuk dasar
panggul yang disebut Diafragma Pelvis
1. Diafragma pelvis dari dalam keluar terdiri dari :

4
a. Pars Muscularis yaitu m Levator ani
Bagian ini agak kebelakang letaknya dan merupakan suatu sekat yang ditembus
oleh rectum. M levator kiri dan kanan terdiri dari 3 bagian;
Dari depan kebelakang dapat dikenal;
I. Musc. Pubo coccygeus dari os pubis ke septum anococygeus
II. Musc. Ilio coccygeus dari arcus tendineus m. levator ani ke os coccygis dan
septum anococcygeum
Musc. (ischio) coccygeus dari spina ischiadika ke pinggir sacrum dan os coccygis
b. Pars Membranacea yaitu diafragma urogenitalale
Antara musculus pubo coccygeus kiri kanan terdapat celah berbentuk segitiga
yang disebut: hiatus urogenitalis yang tertutup oleh sekat yang disebut diafragma
urogenitale: sekat ini menutupi pintu bawah panggul disebelah depan dan pada
wanita sekat ini ditembus oleh urethra dan vagina.
Diafragma pelvis ini menahan genitalia interna pada tempatnya
Daerah Perineum
Merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul.
Daerah ini terdiri dari 2 bagian:
(a) Regio analis di sebelah belakang
Di sini terdapat m. spinchter ani eksternus yang mengelilingi anus
(b) Regio Urogenitalis
Di sini terdapat:
a. M. bulbo cavernosus, yang mengelilingi vulva
b. M. ischio cavernosus
c. M. transvernosus perinea superficialis
(Sastrawinata, 1983: 26-27).

2. Dasar panggul terdiri atas:


a) Diafragma Pelvis: bagian dalam yang terdiri dari m. levator ani, m.
pubococcygeus, m.illliococcygeus, dan m.ischiococcygeus
b) Diafragma Urogenital terdiri dari parineal fasciae otot-otot superficial
(Mochtar, 1998: 82).

2.1.3 Ukuran-ukuran Panggul


Panggul Kecil (Pelvis Minor), terbagi menjadi 4 bidang:
a. Pintu atas panggul
PAP adalah batas atas dari panggul kecil, bentuknya bulat oval.
Batas-batasnya : Promontorium, sayap os sacrum, Linea innominata, ramus
superior ossis pubis, dan pinggir atas simpisis.
Biasanya 3 ukuran dari p.a.p:
1. Ukuran muka belakang (diameter antero posterior, conjugate vera)

5
Dari promontorium ke pinggir atas simpisis , disebut dengan konjugata
vera, ukurannya 11 cm. CV bukanlah ukuran yang terpendek antara
promontorium ke simpisis. Ukuran yang terpendek ialah: Conjugata Obstetrika,
dari promontorium ke simpisis beberapa mm, dibawah pinggir atas simpisis.
Conjugata diagonalis dari promontorium ke pinggir bawah simpisis
Kalau panggul sempit, conjugate vera dapat diperhitungkan dengan mengurangi
conjugata diagonalis dengan 1 ½- 2 cm (CV=CD-1 ½)
2. Ukuran melintang (diameter transversa)
Adalah ukuran yang terbesar antara linea innominata di ambil tegak lurus
pada conj. Vera (Indonesia 12,5 cm dan Eropa 13,5cm)
3. Kedua ukuran serong (diameter obliqua)
Dari articulatio sacro illiaca ke tuberculum pubicum dari belahan panggul
yang bertentangan 13 cm (Sastrawinata, 1983:19-20)

b.) Bidang Luas Panggul


Bidang dengan ukuran-ukuran yang terbesar. Batas-batasnya terdiri dari
pertengahan simpisis, pertengahan acetabulum, dan pertemuan antara ruas sakral
ke 2 dan 3.
Ukuran muka belakang 12,75 cm dan ukuran melintang 12,5 cm. Karena
tidak memiliki ukuran yang kecil, bidang ini tak menimbulkan kesukaran saat
persalinan.
c. ) Bidang Sempit Panggul
Bidang dengan ukuran-ukuran yang terkecil. Batas-batasnya terdiri dari : pinggir
bawah simpisis, kedua spina ischiadicae, dan memotong os sacrum kurang lebih1-
2 cm di atas ujung os sacrum.
Ukuran muka belakang 11,5 cm, ukuran melintang 10 cm, dan diameter sagitalis
posterior ialah dari sacrum ke pertengahan antara spinae ischiadicae 5 cm
(Manuaba, 1998: 71).
d.) Pintu Bawah Panggul
Terdiri dari 2 segitiga dengan dasar yang sama, yaitu:
a. Segitiga depan : Tuber ischiadikum dibatasi oleh arcus pubis
b. Segitiga belakang: Tuber ischiadikum dibatasi oleh lig.
Sacrotuberosum kanan dan kiri
Pintu bawah panggul biasanya ditentukan dengan 3 ukuran:
1. Ukuran muka belakang
Dari pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum 11,5 cm
2. Ukuran melintang
Ukuran antara tuber ischiadicum kiri dan kanan sebelah dalam 10,5 cm
3. Diameter sagittalis posterior
Dari ujung sacrum kepertengahan ukuran melintang 7,5 cm (Manuaba, 1998:71).

6
2.1.4 Bentuk Panggul
Jenis-jenis panggul (Menurut Chaldwell & Molloy, 1993).
1. Ginekoid
Panggul perempuan, diameter anteroposterior sama dengan diameter transversa
Paling tebal, bulat: 45%.
2. Android
Panggul pria, PAP segitiga, diameter transversa dekat dengan sacrum.
Bentuk segitiga 15%.
3. Antropoid
PAP lonjong seperti telur, diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter
transversa
Agak lonjong seperti telur: 35%
4. Platipelloid
Diameter transversa lebih besar daripada diameter anteroposterior
Picak menyempit arah muka belakang: 5% (Mochtar, 1998: 81).

2.1.5 Otot-Otot Dasar Panggul


Otot-otot ini di bagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Otot superficial dasar pelvis
Otot-otot ini kurang begitu penting dibandingkan dengan musculus levator ani
yang terletak diatasnya, tetapi otot-otot ini memberikan kekuatan tambahan pada
otot-otot yang lebih dalam dengan topangannya.
Otot-otot superficial dasar pelvis meliputi :
a) Musculus transversus perinai
b) Musculus bulbocavernosus
c) Musculus ischiocavernosus
d) Musculus sphincter ani externus
e) Otot-otot yang mengendalikan ostium urethrae externum
f) Ligamenta triangulares
g) Lemak ischiorectalis(Sylvia, 1997: 57-58)
2. Otot-otot profundal dasar pelvis
Otot-otot ini terletak lebih dalam pada pelvis, di atas lapisan otot-otot
superficial. Otot-otot ini berada sedalam 5 mm. masing-masing otot mempunyai
insersi di sekelilingi os.coccygis dan dengan demikian kadang-kadang di sebut
musculi coccygis, otot-otot ini penting dalam mengendalikan miksi dan defekasi
secara volunteer. Dengan demikian, hygiene, kenyamanan dan kesejahteraan
sosial seorang wanita maupun kemampuannya untuk hamil bergantung pada
efektifitas tonus otot-otot tersebut. Ada tiga pasang otot yang membentuk masing-
masing musculus levator ani :
1. Iliococcygeus

7
Membentuk lapisan otot-otot yang disebut musculus sphinchter ani dan
musculus treansversus perinei.
2. Ischiococcygeus
Otot-otot ini membantu menstabilkan articulatio sacrococcygea.
3. Pubococcygeus
Musculuc pubococcygeus merupakan otot yang paling penting diantara
semua otot dasar pelvis. Otot-otot ini mengelilingi dan memperkuat uretra,
vagina, dan rectum. Pengendalian miksi, defekasi, maupun fungsi seksual yang
normal bergantung pada otot-otot ini (Sylvia, 1997: 59-60)

2.2 POWER
2.2.1 HIS
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. (Sastrawinata, 1983: 224)
His adalah gelombang kontraksi ritmsi otot polos dinding uterus yang dimulai dari
daerah fundus uteri dimana tuba fallopi memasuki dnding uterus, awal gelombang
tersebut di dapat dari “ pace maker “ yang terdapat di dinding uterus daerah
tersebut. Resultan efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah
ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis atau jalan lahir yang
membuka untuk mendorong isi uterus keluar.
(Manuaba, 1998: 162)

1. TERJADINYA HIS
a. Kerja hormone oksitosin
b. Regangan dinding uterus oleh konsepsi tiga
c. Rangsangan terhadap pleksus saraf frankenhauser yang tetekan massa
konsepsi(Manuaba, 1998:164)
HIS YANG BAIK DAN IDEAL MELIPUTI
a. Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
b. Kekuatan terbesar ( dominasi ) di daerah fundus
c. Terdapat periode relaksasi diantara dua periode kontraksi
d. Tedapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah
e. Servik uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung
serabut otot, akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian
terbuka secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri
eksternum dan internumpun akan terbuka.
(Manuaba, 1998:162)
2. PERUBAHAN-PERUBAHAN AKIBAT HIS :
a. Pada uterus dan serviks : Uterus teraba keras/ padat karena. Tekanan
hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterine naik serta
menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement ) dan terbuka (
dilatasi )

8
b. Pada ibu : Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga
ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
c. Pada janin : Pertukaran oksigen pada utero plasenter kurang, maka
timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat dan kurang jelas
didengar karena adanya iskemia fisiologis.(Mochtar, 1998: 85)

3. MACAM-MACAM HIS
a. His pendahuluan atau his palsu
His pendahuluan ini tidak teratur menyebabkan nyeri di perut bagian
bawah dan lipat paha. His pendahuluan tidak bertambah kuat dengan majunya.
Tidak mempunyai pengaruh pada serviks.
b. His pembukaan( kala I)
Ialah his yang menyebabkan serviks membuka hingga lengkap , mulai
kuat teratur dan sakit.
c. His pengeluaran (kala II)
Ialah his yang mendorong anak keluar, his pengeluaran biasanya disertai
dengan keinginan mengejan, his ini kuat, teratur, terkoordinasi, simetris, lama.
d. His pelepasan uri (kala III)
His sedang untuk melepaskan atau melahirkan uri
e. His pengiring
Ialah his lemah, masih sedikit nyeri, pengecilan rahim dalam beberapa jam
atau hari (Mochtar, 1998: 85)

4. SIFAT HIS PADA BERBAGAI FASE PERSALINAN


I. KALA I
a. Awal (fase laten)
Timbul setiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20 sampai 30 detik.
Serviks terbuka sampai 3 cm.
b. Lanjut (fase aktif)
Terjadi peningkatan rasa nyeri , amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg,
frekuensi 2 – 4 kali atau 10 menit , lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai
lengkap(±10 cm )
II. KALA 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali atau 10 menit, reflek mengejan
terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (ada persalinan
normal yaitu kepala). Tambahkan tenaga meneran dari ibu , dengan kontraksi
otot-otot abdomen dan diafragma , berusaha untuk mengeluarkan bayi.
III. KALA 3
Amplitudo 60-80 mmHg, berlangsung 2-6 menit. frekuensi kontraksi
berkurang , aktifitas terus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas

9
uterus ini. Namun ,dapat juga tetap menempel (retensio). Dan memerlukan
tindakan aktif (Manuaba, 1998:162)

2.2.2 TENAGA MENGEJAN


Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang
mendorong anak keluar selain his, terutama di sebabkan oleh kontraksi otot-otot
dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal. Ketika
kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan
bahwa pasien menutup glotisnya, mengontraksikan otot-otot perutnya dan
menahan diahfragma ke bawah. Tenaga serupa dengan tenaga mengejan waktu
kita buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi.
Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, kalau pembukaan sudah
lengkap. Dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim. Tanpa tenaga mengejan ini
tidak dapat lahir.tenaga mengejan ini juga melahirkan plasenta setelah plasenta
lepas dari dinding rahim (Sastrawinata, 1998: 226-227)

2.3 PASSANGER
2.3.1 JANIN
Sejak konsepsi perkembangan konseptus terjadi sangat cepat yaitu zigot
mengalami pembelahan menjadi morula (terdri atas 16 sel blastomer), kemudian
menjadi blastokist (terdapat cairan di tengah) yang mencapai uterus dan
kemudian sel-sel mengelompok, berkembang menjadi embrio (sampai minggu ke-
7). Setelah minggu ke sepuluh hasil konsepsi disebut janin.
Seperti yang di kemukakan bahwa nidasi zigot dalam bentuk blaktosit
terdapat kantong cairan dan cairan itulah yang berkembang menjadi air ketuban.
Di dalam blastokist terdapat calon janin disebut fetal plate dengan pertumbuhan
dan perkembangan yang kompleks menjadi embrio-janin (fetus) sampai
mencapai hamil cukup bulan (Manuaba, 1999: 77)
1. PERTUMBUHAN JANIN
Dari 0-2 minggu setelah vertilisasi disebut OVUM
3-5 minggu disebut EMBRIO (mudigah)
Lebih dari 2 minggu disebut FOETUS (janin) yang sudah mempunyai bentuk
manusia(Sastrawinata, 1983: 123)
2. PERTUMBUHAN JANIN PADA AKHIR TIAP BULAN (DARI 4
MINGGU)
a. Akhir 1 bulan
Badan bayi sangat melekung panjangnya 7,5-10 mm, kepalanya
1/3 dari seluruh mudigah saluran yang akan menjadi jantung terbentuk dan
sudah berdenyut dasar-dasar tractus digestifus sudah nampak, permulaan
kaki dan tangan berbentuk tonjolan.

10
b. Akhir 2 bulan
Muka jelas berbentuk muka manusia dan mempunyai lengan dan
tungkai dengan jari tangan dan kaki
c. Akhir 3 bulan
Sudah ada puat-pusat pertulangan kuku sudah ada dan jenis
kelaminnya sudah dapat ditentukan. Ginjal sudah membentuk sedikit air
kencing.
d. Akhir 4 bulan
Panjangnya 10-17 cm, beratnya 100gram, alat kelamin luar sudah
dapat menentukan jenisnya. Kulit di tumbuhi oleh rambut yang halus (
lanugo).
e. Akhir 5 bulan
Panjangnya 18-27 cm, beratnya 300 gr, bunyi jantung sudah
terdengar, kalau lahir sudah mulai bernafas
f. Akhir 6 bulan
Panjang 28-34 cm, berat 600 gr, kulitnya keriput dan lemak mulai
ditimbun dibawah kulit.
g. Akhir 7 bulan
Panjangnya 35-38 cm, beratnya±1000 gr. Kalau lahir daoat hidup
di dunia luar, walaupun kemungkinan untuk hidup terus masih kecil.
Kalau menangis mengeluarkan suara yang lemah
h. Akhir 8 bulan
Panjang 46cm, dan berat 1700gr, permukaan kulit masih merah
dan keriput seperti kulit orang tua.
i. Akhir 9 bulan
Panjangnya 46 cm, dan beratnya 1700 gr. Permukaan kulit masih
merah dan keriput
j. Akhir 10 bulan
Janin sudah mulai cukup bulan (matur, a terme)
Panjang 50 cm, beratnya 3000 gr. Kepala di tumbuhi rambut , kuku
melebihi ujung jari, pada laki-laki testes sudah ada dalam scrotum dan
pada wanita labia mayora menutupi labia minora (Sastrawinata, 1983:123-
125)

3. Peredaran darah janin


Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi
dan anak. Dalam rahim, paru-paru tidak berfungsi sebagai alat pernafasan, pertukaran gas
dilakukan oleh plasenta.
Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat
dalam tali pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/Bb per

11
menit atau sekitar 500 ml per menit. Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah
mengalir ke dalam vena cafa inferior, bercampur darah yang kembali dari bagian bawah
tubuh, masuk atrium kanan di mana aliran darah dari vena cafa inferior lewat melalui
foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah
dialirkan ke seluruh tubuh.
Darah yang mengandung karbondioksida dari tubuh bagian atas, memasuki ventrikel
kanan melalui vena cafa superior.
Kemudian melalui arteri pulmonalis besar meninggalksirkulasi janin ini
berlangsung ketika janin berada di dalam uterus.Ketika janin dilahirkan, segera
bayi menghisap udara dan menangis kuat,dengan demikian paru-parunya akan
berkembang,tekanan dalam paru-paru mengecil dan seolah-olah darah terisap ke
dalam paru-paru,dengan demikian duktus botali tidak berfungsi lagi,demikian
pula karena tekanan dalam atrium sinistra meningkat foramen ovale akan tertutup
sehingga foramen tersebut selanjutnya tidak berfungsi lagi .Akibat dipotong dan
diikatnya tali pusat arteri umbilikalis dan duktus venosus arantii akan mengalami
obiliterasi,dengan demikian setelah bayi lahir maka kebutuhan oksigen dipenuhi
oleh udara yang dihisap ke paru-paru dan kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh
makanan yang dicerna dengan sistem pencernaan sendiri.an ventrikel kanan
menuju aorta melewati duktus arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta melaui
aorta, arteri iliaka interna dan arteri umbilikalis untuk mengadakan pertukaran gas
selanjutnya. Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran/jalan
pintas yang memungkinkan sebagian besar dari cardiac output yang sudah
terkombinasi kembali ke placenta tanpa melalui paru-paru (Sastrawinata,
1983:135-140)
Pertumbuhan Janin Dipengaruhi Oleh:
I. Factor ibu
a. Tinggi badan
b. Keadaan gizi
c. Tingginya tempat tinggal
d. Peminum rokok
e. Kelainan pembuluh darah
f. Kelainan uterus
g. Kehamilan ganda
II. Faktor anak
a. Jenis kelamin
b. Kelainan genetis
c. Infeksi intrauterine terutama virus
d. Kelainan congenital lainnya

12
III. Faktor plasenta
Insuffiensi dari plasenta dapat menyebabkan malnutrion intrauterin
(Sastrawinata, 1983:129)
4. KEPALA ANAK
Untuk persalinan, kepala anak adalah bagian yang terpenting karena dalam
per salinan perbandingan antara besarnya kepala dan luasnya panggul merupakan
hal yangmenentukan. Maka bentuk dan ukuran kepala harus di pelajari dengan
saksama untuk di bandingkan dengan bentuk dan ukuran panggul.
A. Kepala terdiri dari :
a) Bagian muka, yang terdiri dari :
Tulang hidung (os.nasale)
Tulang pipi (os.zygomaticum), 2 buah
Tulang rahang atas (os.maksilaris)
Tulang rahang bawah (os.mandibularis)
b) Bagian tengkorak
Bagian ini yang terpenting pada persalinan karena biasanya bagian tengkoraklah
yang paling depan.
Bagiannya adalah :
Tulang dahi (os. Frontalis), 2 buah
Tulang ubun-ubun (pariental), 2 buah
Tulang pelipis (os.temporal), 2 buah
Tulang belakang kepala (os. Occipital)(Sastrawinata,1983: 130)
B. Ukuran kepala bayi :
a) Ukuran muka belakang :
1. Diameter soboccipiti bregmatica dari foramen magnum ubun-ubun besar :
9,5 cm
2. Diameter suboccipito frontalis (dari foramen magnum ke pangkal
hidung) : 11 cm
3. Diameter fronto occipitalis (dari pangkal hidung ke titik yang terjauh pada
belakang kepala) : 12cm
4. Diameter mento occipitalis (dari dagu ke titik yang terjauh pada belakang
kepala) : 13,5cm
5. Diameter sub mento bregmatica (dari bawah dagu ialah os.hyoid ke ubun-
ubun besar) : 9,5 cm
b) Ukuran melintang
1. Diameter biparentalis (ukuran yang terbesar antara os. Parental) : 9 cm
2. Diameter bitemporal (jarak yang terbesar antara sutura koronia kanan
kiri):8 cm
c) Ukuran lingkaran
1. Circumferentia suboccipito bregmatica (lingkaran kecil kepala):32cm

13
2. Circumferential fronto occipitalis (lingkarang sedang kepala) :34 cm
3. Circumferential mento occipitalis (lingkaran besar kepala) : 35 cm
Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses persalinan dan
memiliki ciri sebagai berikut :
1. Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besarnya lahir, maka bagian
lainnya lebih mudah lahir
2. Persendian kepala terbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan ke segala
arah dan memberikan kemungkinan untuk melakukan putaran paksi
dalam
3. Letak persendian kepala sedikit kebelakang, sehingga kepala melakukan
fleksi untuk putaran paksi dalam
(Sastrawinata, 1983:134-135)
C. Letak janin di dalam rahim
Istilah letak anak dalam ilmu kebidanan mengandung 4 pengertian:
1. Situs (letak) Yang dimaksud ialah letak sumbu panjang anak terhadap
sumbu Panjang ibu
2. Habitus ( sikap) Yang dimaksud ialah letak bagian-bagian anak satu
terhadap yang lain.
3. Positio( posisi ) Yang dimaksud ialah letak salah satu bagian anak yang
tertentu terhadap dinding perut atau jalan lahir
4. Presentati Yang dimaksud ialah apa yang menjadi bagian terendah janin

SITUS
a. Ialah letak sumbu panjang anak terhadap sumbu panjang ibu,
1. Jika ukuran panjang anak ialah ukuran bokong kepala sesuai dengan
sumbu panjang ibu maka anak dikatakan dengan letak bujur atau letak
memanjang
2. Jika ukuran panjang anak melintang terhadap sumbu panjang ibu panjang
ibu maka anak dalam letak lintang
3. Jika panjang anak serong terhadap sumbu panjang ibu maka anak dalam
letak serong(Sastrawinata, Sulaiman, 1983:186)
b. Ialah Hubungan antara sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu, misal
situs memanjang atau membujur adalah sumbu panjang janin sesuai dengan
sumbu panjang ibu, dapat pada letak kepala atau letak bokong, situs melintang
adalah sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu, situs miring
adalah sumbu panjang janin miring terhadap sumbu panjang ibu
(Prawiroharjdo, 2008: 162)

14
HABITUS
Yang dimaksud dengan habitus ialah bagaimana bagian-bagian dari anak
seperti kepala, badan, tangan, kaki itu letaknya satu terhadap yang lain.
Sikap anak yang fisiologis ialah:
Badan anak dalam kipose kepala menekur, dagu dekat pada dada dengan
lengan bersilang di depan dada. Tungkai terlipat pada lipatan paha dan lekuk lutut
rapat pada badan
Pada letak sungsang (presentasi bokong) maka habitus yang mungkin
ditemukan ialah
a. Kedua tungkai lurus ke atas
b. Tungkai terlipat pada lipat paha tekuk lutut menyebabkan presentasi bokong
kiki
c. Kedua tungkai turun ke bawah, lebih rendah dar bokong menimbulkan
presentasi lutu atau presentasi kaki(Sastrawinata, 1983:186)

POSITIO ( posisi atau kedudukan)


Posisi ialah kedudukan salah satu bagian anak yang tertentu terhadap
dinding perut ibu atau jalan lahir. Pada palpasi ditentukan kedudukan punggung
anak terhadap dinding perut pada toucher ditentukan kedudukan dari salah satu
bagian depan terhadap jalan lahir. Bagian yang ditentukan itu disebut penunjuk.
Untuk presentasi belakang kepala penunjuknya ialah ubun-ubun kecil.
Jadi pada taucher misalnya dikatakan:
1. Letak belakang kepala denga ubun-ubun kecil
2. Untuk letak muka penunjuknya ialah dagu

FREKUENSI
- Frekuensi bermacam-macam letak:
- Belakang kepala 95 %
- Sungsang 35%
- Muka 0,5%a
- Lintang 0,5%(Sastrawinata, 1983:195)

PRESENTASI
Dipakai untuk menentukan bagian janin yang terbawah dan tiap presentasi
terdapat dua macam posisi yaitu kanan dan kiri dan tiap posisi terdapat tiga
macam variasi yaitu depan,lintang dan belakang ( kiri depan, kiri lintang dan kiri
belakang, kanan depan, kanan lintang dan kanan belakang). Bila kapur
suksedaneum besar maka posisi variasinya sulit ditentukan.
Letak intrauterine atau ekstrauterin
Tanda-tanda bahwa anak di dalam rahim ialah:
1. Waktu meraba anak uterus bertambah kontraksi

15
2. Kadang-kadang ligamentum rotunda teraba kiri kanan dari tumor yang
mengandung anak.

Tanda –tanda bahwa anak ( yang sudah agak besar ) tumbuh diluar rahim:
1. Pergerakan anak lebih nyeri dirasakan oleh ibu.
2. Anak lebih mudah diraba dari luar.
3. Tumor yang mengandung anak yang tak pernah mengeras
4. Disamping anak kadang-kadang teraba tumor ialah uterus yang membesar
(Sastrawinata, 1983:196)

2.3.2 PLASENTA
Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat
pertukaran zat antara ibu dan anak dan sebaliknya. Jiwa anak tergantung pada
plasenta, baik tidaknya anak tergantung pada baik-buruknya faal plasenta.

Faal plasenta
Seperti telah diterangkan , plasenta sangat penting bagi pertumbuhan dan
kehidupan janin. Plasenta bekerja sebagai usus ialah mengambil makanaan
sebagai paru-paru mengeluarkan CO2 dan mengambil O2 sebagai ginjal zat-zat
racun yang biasanya dikeluarkan oleh ginjal seperti ureum dikeluarkan oleh
plasenta dan akhirnya bekerja sebgai kelenjar buntu yang mengeluarkan hormon-
hormon penting untuk kelanjutan kehamilan
Plasenta mempunyai peranan yang sangat vital untuk tumbuh kemang
janin yaitu:
1. Mengeluakan hormon untuk dapat mempertahankan kehamilan dan
pertumbuhan janin dalam rahim
2. Sangat menyekat sehingga darah ibu dan darah ibu tidak bercampur
3. Sebagai penghalang masuknya berbagai penyakit menuju janin
4. Sebagai paru-paru janin untuk mendapakan oksigen dari darah ibu
5. Sebagai akar janin untuk mendapatkan nutrisi dari darah ibu (Sastrawinata,
1983:119)
6. Sebagai alat nutritive untuk mendapatkan bahan yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin
7. Sebagai alat sisa pembuangan metabolism
8. Menghasilkan hormone pertumbuhan dan persiapan pemberian ASI
9. Sebagai alat penyalur antibody ke dalam tubuh janin
10. Sebagai barrier atau filter (Manuaba, 1998:112)

AIR KETUBAN ( CAIRAN AMNION )


Jumlah air ketuban antara 1000 ml sampai 1500 ml pada kehamilan aterm.
Berat jenisnya antara 1.007 sampai n1.008. Air ketuban terdiri dari 2.3% bahan

16
organik (protein, vernik kaseosa, rambut lanugo, zat lemak, lesitin, dan
spingomielin) dan 97% sampai 98% bahan anorganik (air, garam yang larut dalam
air). Peredaran airan ketuban sekitar 500 cc/jam atau sekitar1% yang di telan bayi
dan dikeluarkan sebagai air kencing. Bila akan terjadi gangguan peredaran air
ketuban menimbulkan akan hidramnion yaitu jumlah cairan ketuban melebihi
1.500 ml. Hidramnion dijumpai pada kasus anensefalus, spinabifida, agenesis
ginjal, koriongeoma plasenta.
Air ketuban dapat dipergunakan sebagai bahan penelitian untuk :
a. menentukan jenis kelamin
b. kematangan paru-paru janin
c. golongan darah
d. faktor rhesus
e. kelainan kongenital lainnya

Fungsi air ketuban


1. saat hamil berlangsung
a. memberikan kesempatan berkembangnya janin dengan bebas ke segala arah
b. menyebarkan tekanan bila terjadi trauma langsung
c. sebagai penyangga terhadap panas dan dingin
d. menghindari trauma langsung terhadap janin
2. saat in partu
a. menyebarkan kekuatan his sehingga serviks dapat membuka
b. membersihkan jalan lahir karena mempunyai kemampuan sebagai disinfektan
c. sebagai pelicin saat persalinan
(Manuaba, 1998:112)
Air ketuban sangat penting untuk tumbuh kembang janin dalan rahim
a. Karena air ketuban memberikan gerak bebas janin dalam rahim, memberikan
kesempatan tumbuh kembang ke segala arah pada janin
b. Melindungi janin dari trauma langsung atau tidak langsung
c. Sebagai buffer (penahan) sehingga panas dingin tetap stabil disekitar janin
d. Membantu pad saat persalinan air ketuban berfumgsi sebagai pelindung janin dari
kanan lanngsung kekuatan kontraksi oto rahim
e. Sebagai pembersih bacteria pada saat selaput pecah, sebagai pelumas sehingga
jalan lahir licin

Faal air ketuban ialah


a. Memungkinkan anak bergerak dengan bebas da tumbuh dengan bebas ke segala
jurusan karena tekanan pada anak sama pada semua bagiannya . hal ini
sangat sangat penting karena seandainya anak tertekan oleh alat sekitar maka
pertumbuhan tentu terganggu.

17
b. Untuk melindungi anak terhadap pukulan-pukulan dari luar dan ibu terhadap
gerakan-gerakan anak , kalau air ketuban berkurang , pergerakan anak dirasakan
nyeri oleh ibu.
c. Memepertahankan suhu yang tetap bagi anak
d. Waktu persalinan membuka serviks dengan mendorong selaput janin ke dalam
ostium uteri. Bagian selaput uteri yang menonjol waktu his disebut ketuban.
Ketuban inilah yang membuka servix
(Sastrawinata, 1983:121)

Psikis (psikologis)
Psikologis adalah : keadaan emosi, jiwa, pengalaman, adat istiadat, dan dukungan
dari orang-orang tertentu dapat mempengaruhi proses persalinan(http:/bidankita.com).
Banyaknya wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan disaat
merasa kesakitan awal menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan
hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu
munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anaknya. Khususnya rasa lega
itu berlangsung bila kehamilannya mengalami perpanjangan waktu. Mereka seolah-olah
mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan
yang belum pasti” sekarang menjadi hal yang nyata (http:/bidankita.com).

Psikologis meliputi :
Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
Pengalaman bayi sebelumnya Kebiasaan adat.Dukungan dari orang terdekat pada
kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
1. Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
2. Persalinan sebagai ancaman pada self-image
3. Medikasi persalinan
4. Nyeri persalinan dan kelahiran (http://wwwdhias-midwifery.blogspot.com)
Penolong
Proses persalinan tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam
menghadapi persalinan. Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses
persalinan.
Bila diambil keputusan untuk melakukan campur tangan ini harus
dipertimbangkan dengan hati-hati. Tiap campur tangan bukan saja membawa keuntungan
potensial, tetapi juga resiko potensial pada sebagian besar kasus, penanganan yang terbaik
dapat berupa “observasi yang cermat” (http:/bidankita.com).

18
Seorang bidan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab persalinan
sehingga diharapkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses persalinan dapat
memperhatikan faktor-faktor tersebut.
Biasanya, bidan punya waktu yang cukup longgar untuk mendampingi dan
mendengarkan curhat pasien menjelang persalinan.
1. Jika persalinan pasien termasuk normal, sebenarnya pasien tidak perlu terlalu strict
memilih dokter untuk menolong persalinan. Sebab, bidan juga merupakan tenaga medis
profesional yang cukup kompeten dan mampu menangani kehamilan risiko rendah dan
persalinan tanpa komplikasi.
2. Bidan tak kalah dengan dokter dalam menolong persalinan. Ia sudah cukup terdidik
tentang pengetahuan kehamilan dan persalinan.
3. Kalau pasien merasa sreg dan ingin ditolong oleh seorang bidan, pastikan ia memang
berpengalaman dan terdidik.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
5P (passage, power, passanger, psikis, dan penolong) merupakan factor yang
sangat mempengaruhi proses persalinan. Dimana dengan passa ge kita dapat mengetahui
ukuran-ukuran panggul serta otot-otot dasar panggul, power kita dapat mengetahui his
dan tenaga mengedan, passanger kita dapat mengetahui janin, plasenta, dan air ketuban,
serta kita dapat mengetahui psikis seorang ibu dan penolong persalinan yang terampil.

3.2 Saran
Bagi para mahasiswa diharapkan mampu untuk menjelaskan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi persalinan, begitu pula para pembaca dapat memahami faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi persalinan.
Demikian makalah ini kami buat, sebagaimana pepatah mengatakan “tiada
gading yang tak retak”. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC.

Mochtar, Rustam.1998. Sinopis Obstetri. Jakarta. EGC.

Prawiroharjdo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Bina Pustaka.

Sastrawinata, Sulaiman. 1993. Obstetri Fisiologi. Bandung. Universitas Padjajaran.

Verralls, Sylvia. 1997. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta, EGC.

Access tanggal 24 Maret 2010, pukul 18.00 WIB: http:/bidankita.com.

Access tanggal 24 Maret 2010, pukul 18.00 WIB: http://wwwdhias-


midwifery.blogspot.com/2009?11?faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html.

Access tanggal 24 Maret 2010, pukul 18.00 WIB : http ://lkpk.org/2008/05/25/persalinan-caesar-


di-indonesia/.

21

Anda mungkin juga menyukai