Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa kehamilan merupakan salah satu masa penentu untuk
kesejahteraan ibu dan janin. Perubahan yang terjadi pada masa kehamilan
merupakan kondisi normal yang biasa disebut sebagai kondisi fisiologi
terhadap perubahan sistem tubuh wanita seiring dengan besarnya janin yang
dikandungnya. Namun demikian, perubahan yang terjadi dapat pula menjadi
patologis dan dapat mengancam ibu, bayi yang dikandungnya atau kedua-
duanya.
Kondisi patologis dalam kehamilan dapat dialami saat usia kehamilan
muda ataupun kehamilan lanjut. Dalam kondisi demikian dapat terjadi dalam
kondisi yang bisa diprediksikan ataupun tidak. Namun demikian, masalah
patologis dalam kehamilan tetap harus mendapatkan perhatian serius , hal ini
terkait erat dengan kedaruratan baik untuk ibu ataupun janin yang
dikandungnya. Kedaruratan yang terjadi pada masa kehamilan berkaitan erat
dengan perdarahan yang memiliki implikasi terjadinya syok. Dengan kondisi
demikian ini dapat menimbulkan gangguan untuk kesejahteraan janin dimana
pada awal kehamilan merupakan masa pembentukan organ atau
organogenesis dan selanjutnya merupakan masa perkembangan janin itu
sendiri. Sedangkan, kegawatan yang terjadi dalam masa kehamilan bagi ibu
dapat meningkatkan angka kematian baik dari kehamilan secara langsung
ataupun tidak langsung dari kehamilannya.
Abortus merupakan salah satu komplikasi dan penyebab kematian
langsung dalam kehamilan. Komplikasi abortus yang dapat menyebabkan
kematian pada ibu adalah karena perdarahan dan infeksi. Abortus umumnya
ditandai dengan perdarahan yang sedikit, namun lama kelamaan perdarahan
menjadi cukup banyak seperti haid dan keadaan ini merupakan salah satu
kegawatdaruratan pada ibu hamil yang tidak hanya mengancam janin namun
juga ikut serta menambah angka kematian ibu . Mochtar juga
mengungkapkan bahwa perdarahan pada abortus yang berulang (abortus

1
habitualis) yang terjadi pada kehamilan dan apabila tidak dilakukan tindakan
yang tepat dan cepat maka akan terjadi anemia dan infeksi yang dapat
mengakibatkan kematian ibu.
Dari berbagai hal kegawatan yang terjadi dalam masa kehamilan baik
untuk janin ataupun ibu, kemampuan kinerja petugas kesehatan mempunyai
peran besar dalam melakukan deteksi awal, penatalaksanaan kedaruratann
dan melakukan rujukan merupakan hal yang sangat membutuhkan
kompetensi tersendiri utamanya bagi bidan selaku ujung tombak bagi pemberi
layanan kebidanan. Dengan kompetensi yang dikuasai oleh bidan, maka
asuhan kehamilan dengan kegawat daruratan dapat dilakukan secara cepat,
tepat dan benar.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum laporan pendahuluan ini adalah mahasiswa mampu
melakukan asuhan kebidanan kegawatdaruratan pada kehamilan yang
berpusat pada perempuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan asuhan kebidanan kegawatdaruratan pada
kehamilan meliputi pengkajian, penegakan diagnosis kebidanan,
mengidentifikasi masalah potensial, mengidentifikasi tindakan segera
menyusun perencanaan, mengimplementasikan dan melakukan evaluasi
berdasarkan clinical reasoning dan hasil kajian evidance based
practice.
2) Mampu melakukan pendokumentasian asuhan dan pelaporan
kebidanan.
3) Mampu melakukan KIE, promosi kesehatan dan konseling tentang
kesehatan asuhan kebidanan kegawatdaruratan pada kehamilan.

C. MANFAAT
1. Bagi penulis

2
a. Dengan melakukan asuhan kebidanan ini, diharapkan penulis dapat
mengaplikasikan manajemen pada asuhan kebidanan
kegawatdaruratan pada kehamilan
b. Diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman
dalam melakukan asuhan kebidanan kegawatdaruratan pada
kehamilan yang dapat dijadikan bekal untuk mengembangkan profesi
kebidanan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan asuhan kebidanan pada kehamilan ini dapat bermanfaat
sebagai penambah bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding
bagi kasus selanjutnya.
3. Bagi Klien
Diharapkan klien mendapatkan asuhan sesuai dengan kebutuhannya,
klien mendapat pengetahuan atau informasi baru di bidang kesehatan dan
diharapkan klien tahu mengenai pentingnya asuhan yang dilakukan guna
mencegah dan mengetahui sejak dini bila terjadi komplikasi.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KEGAWAT DARURATAN MATERNAL


Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara
tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011).
Kegawatdaruratan dapat juga didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang
kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan
membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa (Campbell,
2000).
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa
yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan
kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan
yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, &
Phillip Steer, 1999).
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak
segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi
penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002).
Masalah kedaruratan selama kehamilan dapat disebabkan oleh komplikasi
kehamilan spesifik atau penyakit medis atau bedah yang timbul secara
bersamaan.
Penatalaksanaan awal terhadap kasus kegawatdaruratan kebidanan Bidan
seharusnya tetap tenang, jangan panik, jangan membiarkan ibu sendirian tanpa
penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas lain, berteriaklah untuk meminta
bantuan. Jika ibu tidak sadar, lakukan pengkajian jalan nafas, pernafasan dan
sirkulasi dengan cepat. Jika dicurigai adanya syok, mulai segera tindakan
membaringan ibu miring ke kiri dengan bagian kaki ditinggikan, longgarkan
pakaian yang ketat seperti BH/Bra. Ajak bicara ibu/klien dan bantu ibu/klien

4
untuk tetap tenang. Lakukan pemeriksaan dengan cepat meliputi tanda tanda
vital, warna kulit dan perdarahan yang keluar.

B. KEGAWATDARURATAN KEHAMILAN

Masa kehamilan merupakan salah satu masa penentu untuk


kesejahteraan ibu dan janin. Perubahan yang terjadi pada masa kehamilan
merupakan kondisi normal yang biasa disebut sebagai kondisi fisiologi
terhadap perubahan sistem tubuh wanita seiring dengan besarnya janin yang
dikandungnya. Namun demikian, perubahan yang terjadi dapat pula menjadi
patologis dan dapat mengancam ibu, bayi yang dikandungnya atau kedua-
duanya.
Kondisi patologis dalam kehamilan dapat dialami saat usia kehamilan
muda ataupun kehamilan lanjut. Dalam kondisi demikian dapat terjadi dalam
kondisi yang bisa diprediksikan ataupun tidak. Namun demikian, masalah
patologis dalam kehamilan tetap harus mendapatkan perhatian serius , hal ini
terkait erat dengan kedaruratan baik untuk ibu ataupun janin yang
dikandungnya. Kegawatdaruratan yang dapat terjadi pada kehamilan
diantaranya :
1. Kehamilan Muda
a. Abortus
b. KET
c. Molahidatidosa
2. Kehamilan Lanjut
a. Solusio Plasenta
b. Plasenta Praevia
c. PreEklampsi / Eklampsi
d. Kehamilan Ganda
e. Prematur
f. Postmatur
g. IUGR
h. KPSW
i. Polihidramnion

5
j. Oligohidramnion
3. Syok Obstetri

C. ABORTUS
1. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia
kehamilan kurang dari 22 minggu namun beberapa acuan terbaru
menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibatakibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Saifuddin, 2008).
2. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi
dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna
dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar
dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak
jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
3. Macam-macam abortus
a. Abortus imminens
1) Pengertian
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks.

6
Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus,
perdarahan tersebut hanya sedikit serta berangsur-angsur akan
berhenti setelah berlangsung beberapa hari dan kehamilan
berlangsung secara normal.
Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi.
Pada abortus ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan kehamilan. Namun, pada prinsipnya
kehamilan masih bisa berlanjut atau dipertahankan.

2) Diagnosis
a) Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa hari)
b) Rasa sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak
c) Serviks dan OUE masih tertutup
d) PP test (+)
3) Penanganan
a) Pertahankan kehamilan.
b) Tidak perlu pengobatan khusus.
c) Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan
seksual.
d) Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada
pemeriksaan antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG
panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan penilaian ulang bila
perdarahan terjadi lagi.
e) Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG.
Nilai kemungkinan adanya penyebab lain.
b. Abortus Incipiens
1) Pengertian
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus. Abortus insipiens diatandai oleh
kehilangan darah sedang hingga berat, kontraksi uterus yang

7
menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan dilatasi
serviks.
Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan intrauteri
berlangsung dan hasil konsepsi masih berada di dalam cavum uteri.
Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, OUE
terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam saja.
2) Diagnosis
a) Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah
b) Nyeri hebat disertai kontraksi rahim
c) Serviks atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah
d) Ketuban dapat teraba karena adanya dilatasi serviks
e) PP test dapat positif atau negatif
3) Penanganan
a) Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan
rasa tidak nyaman selama tindakan evakuasi, serta memberikan
informasi mengenai kontrasepsi pascakeguguran.
b) Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu: lakukan evakuasi
isi uterus. Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
(1) Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit
kemudian bila perlu)
(2) Rencanakan evakuasi segera
c) Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
(1) Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan
evakuasi sisa hasil konsepsi dari dalam uterus.
(2) Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl
0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi
d) Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2
jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
e) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan
kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.

8
f) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda
akut abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam.
Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil
pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat
diperbolehkan pulang.
c. Abortus Inkomplit
1) Pengertian
Abortus Inkompletus (Abortusinkompletus) adalah peristiwa
pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dan
masih ada sisa tertinggal di dalam uterus (Prawirohardjo, 2016).
Abortus inkompletus (keguguran bersisa) yaitu hanya sebagian dari
hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau
plasenta (Sofian, 2011).
2) Diagnosis
Abortus ini dapat ditandai dengan sakit perut, terasa mules,
perdarahan yang bisa keluar sedikit maupun banyak dan bisa berupa
stolsel, keluar fetus atau jaringan, serviks terbuka.
Diagnosis Abortus Inkomplitus menurut Sofian (2011) dapat
ditegakkan antara lain:
a) Tanda-tanda hamil muda atau amenore
b) Sakit perut dan mulas-mulas
c) Perdarahan sedang hingga banyak dari jalan lahir, biasanya
berupa stosel (darah beku)
d) Sudah ada keluar fetus atau jaringan
e) Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru saja terjadi
didapati serviks terbuka
f) Kadang teraba dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis
servikalis atau kavum uteri
g) Uterus berukuran lebih kecil dari seharusnya.
3) Penanganan

9
Penanganan yang dapat dilakukan yaitu denagn evakuasi hasil
konsepsi dengan dilatasi dan kuretase. Diikuti pemberian
uterotonika, analgetik dan antibiotika.
Menurut Saifuddin (2002) penanganan abortus Inkomplitus adalah
sebagai berikut:
a) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari
16 minggu evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per
oral.
b) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan
kurang dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
(1) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan metode evaluasi
yang terpilih. Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika AVM tidak tersedia
(2) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin
0,2 mg IM atau Misoprostol 400 mg per oral (dapat diulang
sesudah 4 jam jika perlu).
c) Jika kehamilan lebih dari 6 minggu
1) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam
fisiologis atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40
tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
2) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg per vaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mg)
3) Evakuasi hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
d. Abortus Komplit
1) Pengertian
Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari
cavum uteri. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim
dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan
berhenti sama sekali karena dalam massa ini luka rahim telah
sembuh dan epitelisasi telah selesai Semua hasil konsepsi sudah

10
dikeluarkan. Abortus kompletus terjadi kalau semua produk
pembuahan–janin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar.
Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan berhenti, serviks
menutup dan uterus mengalami involusi
2) Diagnosis
a) Perdarahan yang sedikit
b) Ostium uteri telah menutup
c) Uterus telah mengecil
3) Penanganan
a) Tidak diperlukan evakuasi lagi.
b) Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan
menawarkan kontrasepsi pasca keguguran.
c) Observasi keadaan ibu.
d) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus
600 mg/ hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan
transfusi darah.
e) Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.
e. Missed Abortion
1) Pengertian
Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2
bulan atau lebih, maka keadaan itu disebut missed abortion. Sekitar
kematian janin kadang-kadang ada perdarahan per vaginam sedikit
hingga menimbulkan gambaran abortus imminens. Kalau tidak
terjadi abortus dengan pitocin infus ini,sekurang kurangnya terjadi
pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat juga
dihasilkan dengan pemasangan laminaria stift.
2) Diagnosis
a) Gejala subyektif kehamilan menghilang
b) Mammae agak mengendor lagi
c) Uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil
d) Tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin
menghilang

11
e) Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah
janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan
f) Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang
disertai gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia,
sehingga pemerikaan kearah ini perlu dilakukan
3) Penanganan
a) Lakukan konseling.
b) Jika usia kehamilan <12 minggu: evakuasi dengan AVM atau
sendok kuret.
c) Jika usia kehamilan >12 minggu namun <16 minggu: pastikan
serviks terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks sebelum
dilakukan dilatasi dan kuretase. Lakukan evakuasi dengan tang
abortus dan sendok kuret
d) Jika usia kehamilan 16-22 minggu: lakukan pematangan serviks.
Lakukan evakuasi dengan infus oksitosin 20 unitdalam 500 ml
NaCl 0,9%/Ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit
hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Bila dalam 24 jam
evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali sebelum merencanakan
evakuasi lebih lanjut.
e) Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit
selama 2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang
rawat.
f) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan
kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
g) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik
dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
f. Abortus Habitualis
1) Pengertian
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut-turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama

12
dengan penyebab abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab
imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte
trophoblast cross reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau
tidak ada akan mengalami abortus.
2) Diagnosis
a) Kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa
disertai mulas
b) Ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah
c) Timbul mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan
pemeriksaan vaginal tiap minggu
d) Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak
lender dari vagina
e) Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan
dengan histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri melebar
lebih dari 8 mm
3) Penanganan
a) Memperbaiki keadaan umum
b) Pemberian makanan yang sempurna
c) Anjuran istirahat cukup banyak
d) Larangan koitus dan olah raga
e) Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan
lainnyamungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis.
4. Komplikasi Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus menurut Sujiyati,dkk (2009)
ialah:
a. Pendarahan
Pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada saat curretage dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Perforasi uterus pada abortus yang
dikerjakan oleh orang biasa menimbulkan persoalan gawat karena

13
perlakuan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada
kandung kemih atau usus.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus
tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplet yang berkaitan erat
dengan suatu abortus yang tidak aman (Unsafe Abortion)
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok hemoragik)
dan karena infeksi berat (syok endoseptik). Prosedur tindakan Aspirasi
Vakum Manual (AVM).

D. Asuhan Kebidanan yang Berpusat pada Perempuan


1. Pengertian Kebidanan
Sebuah pendekatan asuhan untuk perempuan dan bayi baru lahirnya,
dimana bidan:
a. Mengoptimalkan proses normal biologis, psikologis, social, dan budaya
dari proses persalinan dan awal kehidupan bayi
b. Bekerja sebagai mitra dengan perempuan – menghormati latar belakang
dan situasi serta pandangan dari setiap perempuan
c. Mempromosikan agar perempuan memiliki kapasitas untuk merawat
dirinya dan keluarganya
d. Berkolaborasi dengan bidan dan profesi kesehatan lainnya untuk layanan
holistic yang diperlukan oleh perempuan masa sebelum hamil, masa
kehamilan, persalinan, pascapersalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi,
balita, dan anak prasekolah, termasuk kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana sesuai dengan tugas (UU Kebidanan, 2019).
2. Pengertian Asuhan yang Berpusat Pada Perempuan (Women Centered Care)
a. Memberikan Pilihan
1) Jika dan Kapan akan hamil
2) Prosedur yang akan dilakukan,
3) Kontrasepsi

14
4) Pemberi layanan dan fasilitas kesehatan yang ingin digunakan
(IBI, 2019).
b. Layanan yang mudah diakses
1) Dapat terjangkau (harga/pembiayaan)
2) Dilakukan dalam jangka waktu yang sesuai
3) Bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat setempat
4) Menghargai dan kerahasiaan dijamin (IBI, 2019).
c. Kualitas
1) Berikan informasi dan konseling untuk mendukung pilihan yang
berdasarkan kesadaran penuh
2) Berikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan individu dan situasi
sosialnya termasuk untuk perempuan muda dan yang belum menikah
3) Gunakan metode dan protokol asuhan kebidanan yang
direkomendasikan (atau yang sudah terstandar)
4) Berikan metode dan layanan kontrasepsi yang diinginkan (IBI,
2019).
d. Kualitas lanjutan
1) Tawarkan layanan kesehatan Reproduksi lain yang terkait
2) Pastikan kerahasiaan/konfidesialitas, privasi dan interaksi yang
menghormati
3) Menjamin layanan yang bebas stigma, bebas diskriminatif dan non-
judgmental
4) Menjamin rasa nyaman, aman dan menghargai (respectful)
5) Layanan diberikan secara komprehensif dan menggunakan teknologi
tepat guna (IBI,2019).
Dalam memberikan pelayanan kehamilan kita sebagai bidan selalu
memberikan asuhan yang berpusat pada Wanita dengan 8 aspek kunci
Women Centred Care yaitu dengan :
1. Membangun kemandirian wanita dalam menjaga kesehatannya, serta hak
untuk mengontrol kesehatan tubuhnya sendiri,
2. Menghargai Perbedaan,

15
3. Membuat lingkungan yang aman baik secara fisik, emosional, spiritual
dan budaya,
4. Holistik (Menerapkan pengetahuan baik bio psiko spiritual dan social
dalam memberikan asuhan),
5. Komprehensif (Mendukung penggunaan terapi alternative dan
komplementer termasuk promosi kesehatan, pencegahan, pengobatan dan
rehabilitasi),
6. Mempertimbangkan bahwa setiap wanita memiliki keunikan tersendiri
yang dibentuk dari pengalaman, pekerjaan, dan pola asuh yang berbeda,
7. Mendorong perempuan untuk berpartisipasi secara utuh dalam pelayanan
kesehatan baik dalam perencanaan, implementasi, evaluasi, kebijakan
dan penelitian,
8. Penyedia layanan kesehatan berkolaborasi dan melibatkan perempuan
dalam proses interaktif sebagai bentuk kepedulian dan Mengenali bahwa
wanita mempunyai kewenangan terhadap kehidupannya (Poltekkes
Tasikmalaya).

16
DAFTAR PUSTAKA

Setyarini D.I.,Suprapti.(2016).Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal


Neonatal.Kementrian Kesehatan RI.
Djanah Nur, Yuni Kusmiyati, Dwiana Estiwidani (2018) Modul Praktek
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal. POLTEKES KEMENKES
YOGYAKARTA.
Lumbanraja S.N.(2015). Kegawatdaruratan dalam kehamilan.USU Press-
Medan.ISBN : 979-458
Oktavia, Intan (2018) ASUHAN KEBIDANAN ABORTUS INKOMPLIT
PADA NY. D P0A4 USIA 22 TAHUN POST KURETASE HARI KE-1
DENGAN RIWAYAT ABORTUS HABITUALIS DI RSUD SLEMAN. Karya
Tulis Ilmiah thesis, UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Cahyani, Hubungan antara perdarahan postpartum di RSUD DR. H. Aloe
Asaboe Gorontalo Tahun 2009. Skripsi, POLTEKES Gorontalo. 2009.
Direktorat Kesehatan Keluarga.(2021).Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan
Keluarga Tahun Anggaran 2020.Kementrian Kesehatan RI.

17

Anda mungkin juga menyukai