Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA

REMAJA PUTRI T.S DENGAN KASUS ABORSI DI


PUSKESMAS KOLONGAN KECAMATAN KALAWAT
KABUPATEN MINAHASA UTARA

PROPOSAL
Untuk Memenuhi Tugas Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Kesehatan
Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

Oleh :
PRICILLIA E. MATHEOS
NIM.7114 4011 7072

Kepada

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
kasih setia Nya sehingga makalah yang berjudul “ABORSI” ini dapat terselesaikan.
Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui segala sesuatu tentang aborsi.
Aborsi adalah pengeluaran janin dari dalam kandungan sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan. Aborsi spontanea dan aborsi medis/ keguguran diperbolehkan untuk
dilakukan apabila benar-benar terpaksa. Aborsi criminalis tidak boleh dilakukan karena
dalam pandangan medis, moral maupun hukum tidak baik untuk dilakukan. Sebagai
perawat yang mengalami dilema etis dalam menghadapi kasus aborsi, kita tetap harus
mencegah terjadinya aborsi criminalis. Perawat sebaiknya memberikan penjelasan dengan
halus kepada pasien mengenai risiko aborsi dan menjadi consultant atas masalah yang
menjadi alasan aborsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Mungkin dalam makalah ini terdapat
banyak kata yang kurang tepat, untuk itu penulis mohon maaf. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Manado, 25 agustus 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan
dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian
abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang
lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan
masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan kita harus
selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan
kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan
perdarahan pada kehamilan muda, salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak
dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui 15-
20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba
hamil akan mengalami keguguran 2 kali yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami
3 atau lebih keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi
menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih
jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%.
Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari janin, oleh sebab itu
kita sebagai tenaga kesehatan harus memberikan wawasan dan HE pada ibu hamil untuk selalu
memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang terjadi.
Pada remaja, remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak
penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan pematangan organ-
organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka hadapi. Perasaan seksual yang
menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang
lain. Begitu juga kemampuan untuk mengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenali
sisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru
berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks, meninggalkan remaja dengan berjuta
tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka.
Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat remaja
enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih memprihatinkan,
mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas seksualitas dengan anggota
keluarganya sendiri.
Tak tersedianya informasi yang akurat dan “benar” tentang kesehatan reproduksi memaksa
remaja bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri.Arus komunikasi dan informasi
mengalir deras menawarkan petualangan yang menantang.Majalah, buku, dan film pornografi
yang memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung jawab yang harus
disandang dan risiko yang harus dihadapi, menjadi acuan utama mereka. Mereka juga melalap
“pelajaran” seks dari internet, meski saat ini aktivitas situs pornografi baru sekitar 2-3%, dan sudah
muncul situs-situs pelindung dari pornografi .
Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian abortus?
2. Apa saja penyebab abortus?
3. Bagaimana patofisiologi abortus?
4. Apa saja macam-macam abortus?
5. Apa saja diagnosa banding perdarahan kehamilan muda?
6. Bagaimana komplikasi akibat abortus?

C. Tujuan
A. Tujuan umum
agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang abortus dan penatalaksanaan
dari abortus.
B. Tujuan khusus
1. Menjelaskan pengertian abortus
2. Menjelaskan penyebab abortus
3. Menjelaskan patofisiologi abortus
4. Menyebutkan macam-macam abortus
5. Menjelaskan diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
6. Menjelaskan komplikasi akibat abortus

D. Manfaat Penulisan

1) Bagi Penulis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan, pengetahuan,

kemampuan dan pengalaman dalam menerapkan asuhan keperawatan penatalaksanaan

abortus

2) Bagi Petugas Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam memberikan

dan mengembangkan pelayanan terhadap penerapan asuhan keperawatan abortus.

3) Bagi Institusi

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan dan sumber pembelajaran di jurusan

Keperawatan khususnya mengenai penerapan asuhan keperawatan abortus dan

penatalaksanaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Abortus adalah
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Mochtar Rustam,
Sinopsis Obstetri. 1998 : 209).
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika
beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu karena pada saat
ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami
abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi
belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones,
2002).
Dalam ilmu kedokteran, istilah- istilah ini digunakan untuk membedakan
aborsi:
• Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau
sebab-sebab alami.
• Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja.
Termasuk di dalamnya adalah:
o Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut
mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan
sesudah pemerkosaan.
o Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat. o
Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan
lain.

Klasifikasi
Ada beberapa jenis abortus atau keguguran, yaitu:
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini
dibedakan sebagai berikut:
a. Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan
masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000).

Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, ibu
mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis ini, hasil
konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai pembukaan
(dilatasi serviks).
b. Abortus insipiens adalah perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini terjadi
pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di dalam rahim atau
uterus.
c. Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu. Sementara sebagian masih berada di dalam
rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba
dalam rongga uterus atau sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan
tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus
dikuret.
d. Abortus kompletus Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan
sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta
belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim
mengecil. Pada wanita yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan
tindakan apa-apa, kecuali jika datang ke rumah sakit masih mengalami
perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan
dengan cara dikuret.
e. Abortus Servikalis adalah pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri
eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis
servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan
dindingnya menipis.

Gb. 1 abortus spontanea


Abortus provokatus
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan,
yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia
kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram,
walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus
hidup.
Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:
a. Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus yang
dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan
indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:

1) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan


untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
2) Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,
psikologi).
3) Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
4) Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai,
yang ditunjuk oleh pemerintah.
5) Prosedur tidak dirahasiakan.
6) Dokumen medik harus lengkap.

b. Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya


indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan
alat-alat atau obat-obat tertentu.

Etiologi

Penyebab – penyebab terjadinya abosrtus spontanea adalah :


1. Usia di bawah 20 tahun, ibu yang terlalu muda sering kali secara fisik maupun
emosional belum matang. selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang
masih muda masih tergantung pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan
dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki.
2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan
pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang
melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan
mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III,
termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
3. Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan
perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-
3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1
dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.
Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik,
sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan..

Penyebab secara umum:


Penyebab dari segi martenal :

• Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.
• Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
a) hipertensi
b) nephritis
c) diabetes
d) anemia berat
e) penyakit jantung
f) toxemia gravidarum
5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6. Trauma fisik.

• Penyebab yang bersifat lokal:


1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia
dan abortus.

Penyebab dari segi Janin

• Kematian janin akibat kelainan bawaan.


• Mola hidatidosa
• Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi Adapun
etiologi dari abortus prokatus adalah :

Abortus Provokatus Medisinalis

• Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus
menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
• Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
• Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
• Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan
adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya
pada tubuh seperti kanker payudara.
• Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
• Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
• Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung
organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif,
toksemia gravidarum yang berat.
• Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai
komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
• Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
• Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
• Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti
ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.

Abortus Provokatus Kriminalis

Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada
beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:

• Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.


• Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak
lagi.
• Kehamilan di luar nikah.
• Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
• Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
• Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar
keluarga).
• Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti
kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus.

Manifestasi Klinis

1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.


2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data laboratorium tes urine,
hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit
4. kultur darah dan urine 5. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
• Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
• Adakah disertai bekuan darah
• Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
• Adakah tercium bau busuk dari vulva
b. Pemeriksaan dalam speculum

• Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri


• Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
• Apakah tampak jaringan keluar ostium
• Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c. Pemeriksaan dalam/ Colok vagina
• Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
• Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
• Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan
• Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
• Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
• Adakah terasa tumor atau tidak
• Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

Penatalaksanaan
1. Abortus Iminens
a. Istirahat baring
Merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanis.
b. Menerangkan pasien agar tidak gelisah dan khawatir
c. Semua pengeluaran dari vagina, pembalut wanita, kain yang terkena darah harus
diperhatikan kepada dokter atau petugas kesehatan untuk mengetahui apakah ada
jaringan yang keluar dari vagina,
d. Membersihkan vulva minimal 2 x sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah
infeksi.
e. Memberikan obat penenang biasanya 3 x 30 mg sehari dan preparat hernatinik
misalnyasulfas farosus 600 – 1000 mg sehari.
f. Test kehamilan dapat dilakukan, bila negatif mungkin janin sudah mati.
g. Jangan melakukan klisma karena dapat merangsang kontraksi uterus. Apabila terjadi
obstipasi dapat diberikan laksan ringan dapat juga berbentuk Supositoria. Dianjurkan
untuk menunggu 48 jam setelah pasien membaik, baru merangsang
peristaltic usus.
h. Denyut nadi dan suhu badan diperiksa 2 x sehari bila tidak panas, tiap 4 jam sekali
jika pasien panas.
a. Dianjurkan untuk istirahat secara fisik dan mental dengan istirahat baring sampai 2/3
hari setelah perdarahan berhenti.
b. Pemeriksaan dalam spekulum perlu untuk melihat kemungkinan adanya lesi
cerviks.
c. Diet tinggi protein dan tambahan zat besi dan vitamin G.
d. Setelah lepas dari perawatan, pasien harus banyak istirahat, mengurangi kegiatan
fisik, jangan dulu mengangkat beban berat, menghindari kelelahan dan ketegangan
jiwa, 2-3 minggu setelah lepas perawatan jangan melakukan senggama. Bila terjadi
perdarahan ulang, segera istirahat baring dan lapor segera ke petugas kesehatan.
2. Abortus Incomplete
a. Bila disertai syok karena perdarahan segera berikan infuse NaCl atau cairan ringer
dilanjutkan dengan transfuse!
b. Setelah syok teratasi lakukan kerokan untuk mengeluarkan sisa konsepsi.
c. Pasca tindakan diberi suntikan ergometrin 6,2 mg Intra muskuler,
d. Bila pasien dalam keadaan anemi beri obat hematinik, sulfas ferroscus dan vitamin
C.
e. Diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
3. Abortus kompletus
a. Bila kondisi baik berikan ergometrin 3×1 tablet selama 3-5 hari.
b. Bila pasien anemi berikan hematinik, jika terlalu anemi bisa dipertimbangkan
transfuse.
c. Antibiotik untuk cegah infeksi.
d. Dianjurkan makan makanan tinggi protein, vitamin, mineral.
4. Abortus incipiens .
a. Sebelum dokter mendiagnosis sebagai abortus Incipiens, maka harus ditangani
sebagai abortus Iminens, kecuali bila perdarahan banyak suntikan ergometrin 0,5 mg
Intra muskuler, dan apapun yang keluar dari vagina ditunjukkan pada dokter.
b. Apabila perdarahan tidak banyak dapat ditunggu terjadinya abortus spontan,
pertolongan dalam keadaan ini berlangsung dalam 36 jam. Morfin sangat berguna
disamping menghilangkan rasa sakit dapat merelaksasi cerviks sehingga
memudahkan ekspulsinya hasil konsepsi.
c. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu adalah dengan segera melakukan
pengosongan uterus.
d. Pemberian infus oksitosin dapat mempercepat proses abortus. Digunakan pada
kehamilan lebih dari 12 minggu karena biasanya perdarahan tidak banyak dan
bahaya perforasi pada saat kerokan lebih besar. Pemberian oksitosin 10 unti dalam
500 ml dekstrose 5 % dimulai 8 tetes/ menit dinaikkan sesuai kontraksi uterus sampai
terjadi abortus komplit. Bila janin sudah keluar tetapi placenta masih tertinggal
sebaiknya pengeluaran placenta secara digital.
e. Bila perdarahan banyak dan pasien harus segera mendapatkan pertolongan dapat
dilakukan pengeluaran jaringan secara digital,
f. Bila dengan demikian masih tertinggal, harus dirujuk ke rumah sakit untuk tindakan
pengosongan uteri,
g. Pengosongan kavum uteri dapat dilakukan dengan kuret vakum / cunam abortus,
h. Suntikan ergometrin 0,5 mg Intra muskuler diberikan jika pengosongan uterus sudah
selesai dilakukan untuk mempertahankan kontraksi uterus.
5. Abortus infeksiosus dan abortus septic
a. Bila perdarahan banyak berikan transfusi dan cairan yang cukup.
b. Berikan antibiotik yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan uji
kepekaan obat). Berikan suntikan penisillin 1 juta tiap 6 jam berikan suntikan
streptomycin 500 mg setiap 12 jam atau antibiotik spectrum luas lainnya.

c. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotik atau lebih cepat bila terjadi
perdarahan banyak lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
d. Infuse dan pemberian antibiotik diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan
penderita.
e. Pada abortus septic terapi sama saja hanya dosis dan jenis antibiotik ditinggikan dan
dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.
f. Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan dilakukan
bila keadaan umum membaik dan panas reda.

Penatalaksanaan pasca keguguran


Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan, memerlukan asuhan
pascakeguguran. Asuhan pascakeguguran terdiri dari:
1. Tindakan pengobatan abortus inkomplit
Setiap fasilitas kesehatan seyogyanya menyediakan dan mampu melakukan
tindakan pengobatan abortus inkomplit sesuai dengan kemampuannya. Biasanya
tindakan evakuasi/kuretase hanya tersedia di Rumah Sakit Kabupaten. Hal ini
merupakan kendala yang dapat berakibat fatal, bila Rumah Sakit tersebut sulit dicapai
dengan kendaraan umum. Sehingga peningkatan kemampuan melakukan tindakan
pengobatan abortus inkomplit di setiap tingkat jaringan pelayanan sesuai dengan
kemampuannya akan mengurangi risiko kematian dan kesakitan.
Tindakan pengobatan abortus inkomplit meliputi :
• Membuat diagnosis abortus inkomplit
• .Melakukan konseling tentang keadaan abortus dan rencana pengobatan.
• Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.
• Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah tindakan.
• Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim.
• Seminar
2. Konseling dan pelayanan kontrasepsi Pasca keguguran
Kesuburan segera kembali setelah 12 hari pascaabortus. Untuk itu pelayanan
kontrasepsi hendaknya merupakan bagian dari pelayanan Asuhan Pascakeguguran.
Secara praktek hampir semua jenis kontrasepsi dapat dipakai pascaabortus.
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
Kejadian abortus hendaknya dijadikan kesempatan untuk memperhatikan segi lain dari
Kesehatan Reproduksi. Misalnya masalah Penyakit Menular Seksual (PMS) dan
skrining kanker ginekologik termasuk kanker payudara.

Pencegahan
Adapun upaya – upaya penceghan terjadinya abrtus ialah :
1. Yaitu melakukan making pregnancy safer (MPS) dengan 3 pesan kunci yaitu:
a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
b. Semua komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan adekuat
c. Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi abortus
yang aman.
2. Penuhi ADIK (asam folat, dua asam amino, iron dan kalsium) Pencegahan abortus
provakatus dapat dilakukan dengan cara :
Suatu kehamilan yang tidak dikehendaki dapat dicegah seandainya pasangan
menggunakan kontrasepsi darurat. Yang dimaksud kontrasepsi darurat adalah
kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan setelah hubungan seksual.
Hal ini sering disebut “Kontrasepsi pasca senggama” atau “morning after pill” atau
“morning after treatment “. lstilah “kontrasepsi sekunder” atáu “kontrasepsi darurat”
asalnya untuk menepis anggapan obat tersebut harus segera dipakai/ digunakan setelah
hubungan seksual atau harus menunggu hingga keesokan harinya dan bila tidak, berarti
sudah terlambat sehingga tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Sebutan kontrasepsi darurat
juga menekankan bahwa dalam cara KB ini lebih baik dari pada tidak ada sama sekali.
Namun tetap kurang efektif dibandingkan dengan cara KB yang sudah ada.

Komplikasi
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
1. Perforasi

Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga
peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak
uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada
dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan
dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan
yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi
perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama
dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya
hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda
bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.

2. Luka pada serviks uteri

Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri
internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan
pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah
kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.

3. Pelekatan pada kavum uteri

Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan


sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding
kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat
apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.

4. Perdarahan

Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa
terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi
darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.

5. Infeksi

Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi
sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran
darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus
kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa
terjadi kehamilan lagi.

6. Lain-lain

Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik
adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam
pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung,
penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat
ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan
diare.

Komplikasi yang dapat timbul pada janin


Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan,
maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal.
Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan
besar mengalami cacat fisik.

Prognosis
Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang wanita ialah
73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn - Jones memberi prognosis
yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2007).

Gb 2. Curretage
Gb 3. Aborsi

Gb 4. Etiologi
abortus
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
a. Biodata:
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama:
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang c.
Riwayat Kesehatan:
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit
atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat kesehatan:
e. Riwayat pembedahan:
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan ,
oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
f. Riwayat penyakit yang pernah dialami:
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung ,
hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit
lainnya.
g. Riwayat kesehatan keluarga:
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
h. Riwayat kesehatan reproduksi:
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluahan yang menyertainya.
i. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas:
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

j. Riwayat seksual:
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn
yang menyertainya.
k. Riwayat pemakaian obat:
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya.
l. Pola aktivitas sehari-hari:
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur,
hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan fisik, (Johnson & Taylor, 2005 : 39) meliputi :
a. Inspeksi:
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya
b. Palpasi :
1) Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan
tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
2) Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
3) Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
c. Perkusi:
1) Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan
ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
2) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada
kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau
tidak
d. Auskultasi:
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru
abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin Pemeriksaan laboratorium:

a. Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear. b.
Keluarga berencana :
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

Diagnosa Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan pervagina
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kontraksi uterus
3. Cemas s.d kurang pengetahuan tentang abortus
4. Berduka b.d kehilangan
5. Resiko tinggi syok hipovolemik b.d perdarahan pervagina

Intervensi Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan : Dalam 1x24 jam tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake
dan output baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria hasil: Tidak ada perdarahan, intake dan output dalam rentan normal
No Intervensi Rasional

1 Kaji kondisi status hemodinamika Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat


abortus memiliki karekteristik bervariasi

2 Ukur pengeluaran harian Jumlah cairan ditentukan dari jumlah


kebutuhan harian ditambah dengan jumlah
cairan yang hilang pervaginal

3 Berikan sejumlah cairan pengganti Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi


harian perdarahan massif

4 Evaluasi status hemodinamika Penilaian dapat dilakukan secara harian


melalui pemeriksaan fisik

2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri


Tujuan : Dalam perawatan 1x24, nyeri klien dapat berkurang atau hilang
Kriteria hasil: Klien tidak meringis kesakitan, klien menyatakan nyerinya berkurang

No Intervensi Rasional

1 Kaji kondisi nyeri yang dialami klien Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.

2 Terangkan nyeri yang diderita klien Meningkatkan koping klien dalam melakukan
dan penyebabnya guidance mengatasi nyeri

3 Kolaborasi pemberian analgetika Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat


dilakukan dengan pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik

3. Cemas b.d kurang pengetahuan tentang abortus


Tujuan : Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit
meningkat
Kriteria hasil: RR dalam rentan normal, klien tidak gelisah
No Intervensi Rasional

1 Kaji tingkat pengetahuan/persepsi Ketidaktahuan dapat menjadi dasar


klien dan keluarga terhadap penyakit peningkatan rasa cemas
2 Kaji derajat kecemasan yang dialami Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan
klien penurunan penialaian objektif klien tentang
penyakit
3 Bantu klien mengidentifikasi Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan
penyebab kecemasan keperawatan merupakan support yang
mungkin berguna bagi klien dan
meningkatkan kesadaran diri klien
4 Asistensi klien menentukan tujuan Peningkatan nilai objektif terhadap masalah
perawatan bersama berkontibusi menurunkan kecemasan
5 Terangkan hal-hal seputar aborsi yang Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi
perlu diketahui oleh klien dan klien untuk meningkatkan pengetahuan dan
keluarga membangun support system keluarga; untuk
mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

4. Berduka bd kehilangan
Tujuan : Dalam perawatan 1x24 jam, klien dapat mengatasi rasa berdukanya
Kriteria Hasil: Klien tidak marah, menangis, dan menyesali rasa berduka terlalu larut.
No Intervensi Rasional

1 Kembangkan hubungan saling percaya Rasa percaya merupakan dasar unutk suatu

dengan pasien. Perlihatkan empati dan kebutuhan yang terapeutik.


perhatian. Jujur dan tepati semua janji

2 Perlihatkan sikap menerima dan Sikap menerima menunjukkan kepada pasien


membolehkan pasien untuk bahwa anda yakin bahwa ia merupakan
mengekspresikan perasaannya secara seseorang pribadi yang bermakna. Rasa
terbuka percaya meningkat.

3 Bantu pasien untuk mengerti bahwa Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang


perasaan seperti rasa bersalah dan wajar yang berhubungan dengan berduka
marah terhadap konsep kehilangan yang normal dapat menolong mengurangi
adalah perasaan yang wajar dan dapat beberapa perasaan bersalah menyebabkan
diterima selama proses berduka. timbulnya respon-respon ini.

4 Bantu pasien menentukan Umpan balik positif meningkatkan harga diri


metodametoda koping yang lebih dan mendorong pengulangan perilaku yang
adaptif terhadap pengalaman diharapkan.
kehilangan. Berikan umpan balik
positif untuk identifikasi strategi dan
membuat keputusan.
5 Dorong pasien untuk menjangkau Menguatkan keimanan dan mohon kekuatan
dukungan spiritual selama waktu ini kepada sang Pencipta agar diberi kekuatan
dalam bentuk apapun yang diinginkan menghadapi masalahnya
untuknya.

5. Resiko tinggi syok hipovolemik b.d perdarahan pervagina


Tujuan: Dalam 1x24 jam perawatan, tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria hasil: Tanda vital (nadi, suhu, tensi, RR) dalam rentan normal.
No Intervensi Rasional

1 Monitor keadaan umum pasien Untuk memonitor kondisi pasien selama


perawatan terutama saat terjadi perdarahan.
Perawat segera mengetahui tanda-tanda
presyok /syok.

2 Observasi vital sign setiap 3 jam atau Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign
lebih untuk memastikan tidak terjadi presyok /
syok.

3 Jelaskan pada pasien dan keluarga Dengan melibatkan pasien dan keluarga maka
tanda perdarahan, dan segera laporkan tanda-tanda perdarahan dapat segera
diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat
jika terjadi perdarahan

dapat segera diberikan.

4 Kolaborasi : Pemberian cairan Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi


intravena kehilangan cairan tubuh secara hebat.

5 Kaji tanda-tanda dehidrasi Dehidrasi merupakan salah satu tanda syok


hipovolemik
BAB III.

METODOLOGI PENULISAN

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan studi kasus, dimana penelitian ini diarahkan untuk menggambarkan bagaimana

penerapan asuhan keperawatan maternitas pada remaja putri T.S dengan masalah aborsi di

puskesmas kolongan kecamatan kalawat kabupaten minahasa utara

B. Subjek Studi Kasus

Dalam hal studi kasus dilakukan pada remaja putri T.S di wilayah kerja puskesmas

kolongan kecamatan kalawat kabupaten minahasa utara.

C. Lokasi dan Waktu

Dilakukan Asuhan Keperawatan pada 01- 03 Agustus 2019 (3 hari) yang berada di

puskesmas kolongan

D. Definisi Operasional Studi Kasus

Asuhan keperawatan keluarga merupakan rangkaian proses yang diberikan kepada

lansia dengan menggunakan metode proses keperawatanya itu pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi, sampai pada evaluasi dalam masalah untuk memperbaiki derajat

kesehatan yang optimal.

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam hal ini mulai dari observasi, wawancara, dokumentasi, format

pengkajian keluarga, lembar persetujuan

F.Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan contoh ungkapan verbal dapat juga dilakukan dengan

table, atau teks naratif.

G. Etika

Saat melakukan studi kasus hal-hal yang harus diperhatikan yakni adanya lembar

persetujuan (informed concent) dengan partisipan, kerahasiaan partisipan (anonymity)

tentang identitas dapat dijaga, kerahasiaan informasi (confidentiality) dan situasi kondisi

selama melaksanakan studi kasus tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

http://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-kehilangan-dan-berduka/,
diakses tanggal 20 November 2011 jam 19.38
http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com, diakses tanggal 20 November 2011 jam 19.40

Anda mungkin juga menyukai