D DENGAN ABORTUS
DI RUANGAN VK IGD RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
Adelya, S. Kep
Belia Safitri, S.Kep
Dhea Nurafifiah, S.Kep
Dina Mariani, S.Kep
Suci Aldriani, S.Kep
Wulan Nopri Yanti, S.Kep
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh Preseptor Akademik dan
Preseptor Klinik Program Studi Profesi NERS Universitas Pahlawan Tuanku
Tambusai
Puji syukur kelompok ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada kelompok penyusun, kelompok dapat
menyelesaikan usulan laporan seminar dengan kasus “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Ny. D dengan Abortus di Ruangan VK IGD RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru”
Kelompo
kI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus keguguran pada masa kehamilan sering terjadi saat ini.
Terjadinya keguguran menjadi tragedi bagi kaum ibu (kira-kira lebih dari
20% dari total kehamilan). Sekitar 80% dari keguguran tersebut terjadi
pada bulan ketiga, antara minggu 8 dan 12 karena faktor hormonal (Dr.
Athif, 2012). Kata abortus bersinonim dengan keguguran, meskipun
dalam dunia medis, kata itu sering dipertukarkan. Kata abortus oleh
orang awam di anggap sebagai penghancuran kehamilan dengan
disengaja saja, oleh karena itu kata keguguran untuk menunjukkan
kematian janin spontan sebelum janin dapat bertahan hidup di dalam
kandungan.
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Berdasarkan klinisnya abortus dapat dibagi menjadi abortus imminens,
abortus inkomplit, abortus komplit, abortus spontan dan missed
abortion.
World Health Organization (WHO) (2009), sebanyak 4,2 juta
abortus terjadi di Asia Tenggara, dimana Indonesia merupakan salah
satu Negara bagian di Asia Tenggara, yang mempunyai angka kematian
paling tinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu 248 per 100.000 kelahiran
hidup, bisa diartikan 50 ibu meninggal setiap hari, disebabkan oleh
perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama, dan komplikasi abortus.
Angka kematian ibu hamil di Jawa Tengah sebanyak 11% akibat abortus
tercatat sebesar 141 pada tahun 2011 (Dinkes Pemprov Jateng, 2012) dan
berdasarkan data angka abortus di Bangsal Budi Rahayu RSUD Tidar
Magelang terdapat 157 kasus dengan abortus rata-rata usia 20-25 tahun,
87 abortus imminen rata-rata usia 22-32 tahun, 33 missed abortus, 3
abortus insipien, dan 1 abortus komplet (Rekam Medis Budi Rahayu,
Januari – Oktober 2014). Data tersebut menunjukkan masih tinggi angka
kejadian abortus .
Resiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas dan
semakin bertambahnya usia ibu. Usia kehamilan saat terjadinya abortus
dapat memberi gambaran tentang penyebab dari abortus tersebut. Paling
sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan
kelainan sitogenetik (Prawirohardjo, 2009 dan SPMPOGI, 2006).
Widyastuti (2007: 3), Estimasi Nasional menyatakan setiap tahun terjadi
2 juta kasus abortus di Indonesia, artinya terdapat 43 kasus abortus per
100 kelahiran hidup pada perempuan usia 15-49 tahun. Angka tersebut
diatas angka kejadian Abortus menempati urutan paling atas yaitu
sebesar 34 kasus (80%).
Ada beberapa faktor yang merupakan penyebab terjadinya abortus
yaitu faktor paritas 25 %, umur 12 – 26 % dan riwayat abortus 30 – 45 %
yang mempunyai pengaruh besar. Abidin (2011, p.8) menyatakan
“kejadian abortus merupakan kejadian yang sering dijumpai tetapi
masyarakat masih menganggap abortus sebagai kasus yang biasa.
Komplikasi abortus termasuk abortus yang dapat menyebabkan
kematian ibu antara lain karena perdarahan dan infeksi.
Perdarahan yang terjadi selama abortus dapat mengakibatkan
pasien menderita anemia sehingga dapat meningkatkan risiko kematian
ibu. Infeksi juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami abortus dan
menyebabkan pasien tersebut mengalami sepsis sehingga terjadi
kematian ibu. Komplikasi lain dari abortus inkomplet yaitu infeksi,
perforasi, dan syok. Perdarahan akibat abortus pada kehamilan tahap
lebih lanjut kadang parah tetapi jarang mematikan, sehingga pada wanita
dengan kehamilan tahap lebih lanjut atau dengan perdarahan hebat,
evakuasi segera dilakukan. Jika terjadi demam maka pasien diberi
antibiotik yang sesuai sebelum kuretase (F. Gary Cunningham, 2013).
Dampak psikologis juga ikut berperan sebagai dampak akibat
kejadian abortus yang di alami klien. Lebih dari 90 persen wanita yang
telah mengalami abortus memberikan reaksi berkabung dan mengalami
stress karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada janinnya.
Mereka merasa stres karena diminta untuk beristirahat di tempat tidur
tanpa penjelasan lebih lanjut (Derek Llewellyn, 2001). Beberapa dampak
tersebut dapat menyebabkan klien merasa tidak berdaya.
Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian abortus
serta tingginya dan meningkatnya angka kejadian abortus, maka penulis
tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN ABORTUS PADA NY. D DI VK IGD RSUD
ARIFIN AHMAD KOTA PEKANBARU”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Abortus?
2. Bagaimana Etiologi Dari Abortus?
3. Bagaimana Klasifikasi Dari Abortus?
4. Bagaimana Patofisiologi Dari Abortus?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis Dari Abortus?
6. Bagaimana Pemerikaaan Penunjang Yang Dilakukan?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Dari Abortus?
8. Apa Saja Komplikasi Dari Abortus?
9. Bagaimana Askep Dari Abortus?
C. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Membantu mahasiswa memahami tentang konsep dasar
keperawatan berkaitan dengan adanya gangguan pada tubuh manusia
yang diakibatkan oleh abortus serta mengetahui bagaimana konsep
penyakit abortus dan bagaimana Asuhan Keperawatannya.
2) Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui definisi dari abortus.
b. Untuk Mengetahui etiologi dari abortus.
c. Untuk Mengetahui klasifikasi dari abortus.
d. Untuk Mengetahui patofisiologi dari abortus.
e. Untuk Mengetahui manifestasi klinis dari abortus.
f. Untuk Mengetahui pemeriksaan penunjang dari abortus.
g. Untuk Mengetahui penatalaksanaan dari abortus.
h. Untuk Mengetahui komplikasi dari abortus.
i. Untuk Mengetahui askep dari abortus.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP ABORTUS
1. Pengertian Abortus
Abortus adalah terancamnya atau keluarnya buah kehamilan baik
sebagian ataupun keseluruhan pada umur kehamilan lewat dari 20 minggu.
Kematian janin dalam rahim disebut Intra Uterine Fetal Death (IUFD), yakni
kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada
trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada trimester
pertama disebut keguguran atau abortus (Setiawati, 2013:189-190).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan akibat faktor tertentu
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Yulaikha Lily, 2015: 72).
2. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut: Ada beberapa faktor-faktor
penyebab abortus adalah:
a. Faktor pertumbuhan hasil konsespi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan
kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
1) Faktor kromosom. Gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom termasuk kromosom seks.
2) Faktor lingkungan endometrium
a) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi.
b) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu
pendek.
3) Pengaruh luar.
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi.
b) Hasil konsepsi berpengaruh oleh obat dan menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu radiasi
b. Kelainan pada plasenta
1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak
dapat berfungsi. Gangguan pembuluh dara plasenta diantaranya
diabetes mellitus.
2) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran dara plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
c. Penyakit ibu.
Penyakit ibu yang dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan
janin dalam kandungan melalui plasenta antara lain:
1) Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria dan
sifilis
2) Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan gangguan peredaran O 2
menuju sirkulasi retroplasenter.
3) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal. Penyakit
hati, dan penyakit diabetes mellitus kelainan yang terdapat dalam
rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin
dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus
arkuatus, uterus septus, retroplefsia uteri, serviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks (kolisasi, amputasi, serviks), robekan serviks
postpartum (Manuaba, Ida Ayu Candranita dkk, 2013 :288-289).
3. Manifestasi Klinis
a. Terlambat haid atau amenorhoe kurang dari 20 minggu
b. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah, kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil,suhu badan normal atau meningkat
c. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simphisis, sering nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus
4. Klasifikasi
Abortus dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. abortus spontan merupakan ± 20% dari semua abortus. Abortus spontan
adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin
dapat bertahan. Berdasarkan gambaran klinisnya, abortus dibagi menjadi:
1) Abortus Imminiens (keguguran mengancam).
ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya. Pada abortus ini terjadinya pendarahan uterus
pada kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu, janin masih
dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya terjadi
pendarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mual, uterus
membesar sebesar tuanya kehamilan. Serviks belum membuka, dan
tes kehamilan positif.
2) Abortus incipiens (keguguran berlangsung).
Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Pada
Abortus ini peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum
usia kehamilan minggu dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya
rasa mulas menjadi lebih sering dan kuat, pendarahan bertambah.
3) Abortus incompletes (keguguran tidak lengkap).
Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian
(biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim. Pada
abortus ini pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada
pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba
dalam kavun uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium
uteri eksternum. Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin
dikeluarkan, dapat menyebabkan syok.
4) Abortus Komplit (keguguran lengkap)
Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap. Pada
abortus ini, ditemukan pendarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan
khusus, apabila penderita anemia perlu diberi sulfat ferrosus atau
transfusi (Fauziyah, 2012: 42-45).
5) Missed Abortion (keguguran tertunda)
ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-22. Pada
abortus ini, apabila buah kehamilan yang tertahan dalam rahim
selama 8 minggu atau lebih. Sekitar kematian janin kadang-kadang
ada perdarahan sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus
imminiens (Sulistyawati, 2013:123).
6) Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang),
ialah abortus yang telah berulang dan berturut-turut sekurang-
kurangnya 3x berturut-turut
7) Abortus infeksiosus, abortus septik
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat
genetalia. Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran
infeksi pada peredaran darah tubuh (Sarwono, 2014: 467-473).
b. Abortus Provocatus (disengaja, digugurkan): 80 % dari semua abortus
dibagi atas 2 yaitu:
1) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.
Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus ialah
pengguguran kehamilan biasanya dengan alat-alat dengan alasan
bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu,
misalnya karena ibu berpenyakit beratmisalnya: penyakit jantung,
hypertensi essentialis, carcinoma dari serviks.
2) abortus provokatus criminalis
Abortus buatan kriminal (abortus propocatus criminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh
orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum (Feryanto,
2014: 41). abortus provocatus criminalis adalah pengguguran
kehamilan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum.
Abortus provokatus dapat dilakukan dengan pemberian
prostaglanding atau curettage dengan penyedotan (Vacum) atau
dengan sendok kuret (Pudiastusi, 2012: 41-42).
5. Patofisiologi
Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti
oleh nekrosi jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam
uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena vili korialis belum menembus desidua secara
mendalam.
Pada kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili korinalis menembus desidua
lebih dalam dan umumnya plasenta tidak dilepaskan dengan sempurna
sehingga dapat menyebabkan banyak pendarahan. Pada kehamil/40 14
minggu ke atas, umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah. adalah
janin, disusul setelah beberapa waktu kemudian adalah plasenta. Pendarahan
tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus
ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur (Yulaikha, 2015:75).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Anamnesa
1) Usia kehamilan ibu (kurang dari 20 minggu).
2) adanya kram perut atau mules daerah atas sympisis, nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
3) Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
hasil konsepsi.
b. Pemeriksaan fisik
1) Biasanya keadaan umum (KU) tampak lemah.
2) Tekanan darah normal atau menurun
3) Denyut nadi normal, cepat atau kecil dan lambat.
4) Suhu badan normal atau meningkat.
5) Pembesaran uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan
c. Pemeriksaan ginekologi
1) Pemeriksaan pembukaan serviks
2) Inspekulo menilai ada tidaknya perdarahan dari cavum uteri, ostium
uteri terbuka atau tertutu, ada atau tidaknya jaringan di ostium.
3) Vagina Toucher (VT) menilai portio masih terbuka atau sudah
tertutup teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, tidak nyeri
adneksa, kavum doglas tidak nyeri.
d. Pemeriksaan penunjang dengan ultrasonografi (USG) oleh dokter (Irianti,
2014: 76-77).
7. Penatalaksanaan
Abortus memiliki penanganan secara umum sesuai klasifikasinya, antara
lain :
a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekann darah, pernapasan, suhu).
b. Pemeriksaan tanda-tanda syok (akral dingin,pucat, takikardi, tekanan
sistolik <90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok.
Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap fikirkan kemungkinan tersebut
saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena
kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
c. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikut kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk jam:
1) Ampisilin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam.
2) Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
3) Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
d. Segerah rujuk ibu ke rumah sakit
e. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional
dan kongseling kontrasepsi pasca keguguran.
f. Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus (WHO, 2013:84).
8. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada abortus yang di sebabkan oleh abortus
kriminalis dan abortus spontan adalah sebagai berikut:
a. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak di berikan pada
waktunya.
b. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat
menimbulkan kemandulan
c. Faal ginjal rusak disebabkan karena infeksi dan syok. Pada pasien
dengan abortus diurese selalu harus diperhatikan. Pengobatan ialah
dengan pembatasan cairan dengan pengobatan infeksi.
d. Syok bakteril: terjadi syok yang berat rupa-rupanya oleh toksin-toksin.
Pengobatannya ialah dengan pemberian antibiotika, cairan,
corticosteroid dan heparin.
e. Perforasi: ini terjadi karena curratage atau karena abortus kriminalis
(Pudiastuti,2012: 49-50).
Pada bab ini disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang dimulai
Jam : 11.35
A. Pengkajian
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Tanggal Lahir : 5 Mei 1981
Umur : 41 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Jl. Udang VII No 192
Tanggal Masuk : 9-02-2023
2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn.A
Umur : 44 Tahun
Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Udang VII No 192
Agama : Islam
Hub. dengan pasien : Suami
3. RIWAYAT KEPERAWATAN
ari – ari (+) keluar darah dari jalan lahir (+) keluar lender darah (+) keluar
air dari jalan lahir (+) gerak janin sudah tidak terasa sejak 2 hari HPHT
anterior, hodg 3.
● Riwayat Masuk Rumah Sakit : Pasien mengatakan keluar air-air dari jalan
4. RIWAYAT OBSETRI
a. Riwayat Menstruasi
2) HPTP : 22 - 08 - 22
4) Lamanya : 7 hari
Dokt
l
er
S
Co
re
a. Melaksakan KB : (√ ) Ya ( ) Tidak
6. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
i. Nadi : 81x/mnt
b. B1 (Breath)
i. Bentuk dada : Simetris
ii. Susunan ruas belakang : Tidak ada
iii. Pola nafas :Irama (√) Teratur ( ) Tidak Teratur
iv. Jenis : Bradipnea
v. Retraksi otot bantu nafas : Tidak ada otot bantu nafas
vi. Alat bantu nafas : Tidak menggunakan alat bantu nafas
vii. Suara nafas : Vesikuler
viii. Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. B2 ( Blood)
i. Nyeri dada : Pasien tidak mengalami nyeri dada
ii. Irama jantung : Reguler
iii. Pulsasi : Kuat di radialis
iv. Bunyi jantung : S1 S2 Tunggal
v. CRT : < 3 detik
vi. Cianosis : Tidak ada sianosis
vii. Clubbing finger : Tidak ada clubbing finger
viii. JVP : Tidak ada pembesaran JVP
ix. Kecepatam denyut jantung : Kecepatan normal
Sistole : 90- 120 Mmhg
Lain- lain.......................................................................
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Lain- lain......................................................................
Lain-lain...........................................................
masalah keperawatan
Lain- lain..........................................................
Masalah keperawatan : Tidak ada
masalah keperawatan
tidak
● Telinga :
a. Keluhan : Tidak ada keluhan
b. Ketajaman Pendengaran : Ketajaman pendengaran baik
c. Alat bantu pendengaran : Tidak ada alat bantu
d. Perasa : (+) manis (+) pahit (+) asam (+) asin
e. Peraba : Tidak ada masalah keperawatan
● Bentuk alat kelamin
a. Libido : Kemauan : normal (√ ) turun ( ) meningkat ( ) Kemampuan
: normal ( √ ) turun ( ) meningkat ( )
b. Kebersihan : Bersih
c. Frekuensi berkemih :
d. Jumlah : 1500 mL/24 jam Warna : Kuning
e. Alat bantu yang digunakan : Dower cateter
Lain- lain : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
e. B5 ( Bowel)
● Mulut : Bersih
● Mukosa : Lembab
● Bibir : Normal (√ ) Labiokisis ( ) Palaktosis (Gigi : Bersih ( ) kotor ( √ )
ada carises ( )
● Kebiasaan gosok gigi : 2x sehari pagi dan sore
● Tenggorokan : Tidak ada masalah keperawatan
● Abdomen : Ada nyeri tekan pada luka post op sectio caesarea
● Peristaltik : 8 x/menit
f. Kebiasaan BAB : 1x sehari setelah op belum bisa BAB
● Konsisten : Padat
● Warna : kuning
● Bau : Khas
● Tempat yang digunakan : WC
● Pemakaian obat pencahar : Tidak ada
● Lain-lain.........................................................................
● Masalah keperawatan : Nyeri akut
g. B6 (Bone)
1) Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai ( ROM)
2) Kekuatan otot :
3) Turgor kulit : < 2 detik
4) Kulit : Lembab tidak ada lesi
5) Fraktur : Tidak ada fraktur
6) Warna kulit : Sawo matang
7) Akral : Hangat
8) Oedema : Tidak ada oedema pada tangan dan kaki
9) Mamme : (√ ) ya ( ) tidak
10) Aerolla mammae : Normal, tidak ada masalah keperawatan
11) Papilla mammae : Menonjol
12) Colostrum : Normal
Kebersihan : Bersih
7. Data penunjang
1. Laboratorium
Tabel 3.1 Hasil laboratorium tanggal 9 februari 2023 pada Ny.D dengan
B. Diagnosa keperawatan
Tanggal : 09 - 02 – 2023
Nama Pasien : Ny. D
Umur : 41 Tahun
Tabel 3.2 Diagnosa keperawatan pada Ny.D.
N DATA PROBLEM
o
1 DS : nyeri pinggang
menjalar ke ari – ari (+)
keluar darah dari jalan lahir
(+) keluar lender darah (+)
keluar air dari jalan lahir (+)
gerak janin sudah tidak Nyeri Akut
terasa sejak 2 hari HPHT
22-8-2022
DO : K/u baik
tingkat kesadaran :
Composmentis
tekanan darah 155/90
mmHg HR 98x/i, RR 20x/i
St abdomen 1 perut
membuncit seperti aterm,
TFU teraba 1 jari dibawah
pusat, vT : Portio tidak
teraba, pembukaan lengkap
ketuban positif.
C. Intervensi keperawatan
Tanggal : 9- 02 – 2023
Umur : 41 Tahun
D
x
1. Setelah dilakukan tindakan Obsevasi
keperawatan selama 1x24 jam ● Identifikasi lokasi,
diharapkan tingkat ansietas
karakteristik, durasi,
menurun dengan kriteria hasil: frekuensi,
- keluhan nyeri menurun kualitas,intensitas
- Meringis menurun nyeri
- sikap protektif menurun ● Identifikasi skala nyeri
- Frekuensi nadi membaik
- pola napas membaik ● Identifikasi respon
- tekanan darah membaik nyeri non verbal
- pola pikir membaik
● Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
● Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
● Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
● Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
● keberhasilan terapi
komplementer sudah
diberikan
● Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
● Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis: TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
● Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan) - Fasilitasi
Istirahat dan tidur
● Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
● Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
● Jelaskan strategi
meredakan nyeri
● Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
● Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
● Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
● Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
D. Implementasi keperawatan / catatan perkembangan
Umur : 41 Tahun
Tabel 3.4 Implementasi keperawatan Diagnosa keperawatan pada Ny.D di Ruang RSUD RSUD
Arifin Achmad
D
x
1. 09 13.01 S : pasien mengatakan paham
Februari dengan apa yg di ajarkan
perawat tentang teknik
2023 ● mengidentifikasi lokasi,
relaksasi napas dalam
karakteristik, durasi, frekuensi,
pasien mengatakan nyeri nya
kualitas,intensitas nyeri berkurang sedikit
N: 83x/mnt
● mengidentifikasi pengaruh
RR: 20x/mnt
budaya terhadap respon nyeri
● memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis:
TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
●
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas kesenjangan antara tinjauan teoritis dan
tinjauan kasus dengan abortus di ruangan VK IGD RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru. Tinjauan kasus merupakan permasalahan yang ditemukan di ruang
VK IGD pada tanggal 24 Februari 2023. Pembahasan ini dibuat dengan langkah
proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi meliputi :
a. Pengkajian
Tahap ini merupakan langkah awal dilakukan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan abortus. Di dalam melakukan pengkajian ini,
pasien mengatakan nyeri pinggang menjalar ke perut bagian bawah dan
keluar lendir bercampur darah semenjak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
pasien mengatakan tidak merasakan gerakan apapun sejak 2 hari yang lalu,
meskipun dalam keadaan sakit, pasien cukup kooperatif dalam menjawab
pertanyaan yang ditanyakan.
Tidak ditemukan adanya kesenjangan yang berarti antara teroritis dan
kasus yang ditemukan dilapangan, perawat mengkaji kebutuhan klien yang
berkaitan dengan perawatan klien dengan abortus.
b. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang diperoleh pada klien kelolaan
didapatkan 3 diagnosa keperawatan namun karena keterbatasan waktu,
kelompok memprioritaskan 1 diagnosa keperawatan saja, meliputi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologi (dilatasi
servik)
2. Resiko Syok berhubungan dengan perdarahan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
5. Resiko perdarahan berhubungan dengan sebagian hasil konsepsi
tertinggal didalam uterus
6. Keletihan berhubungan dengan anemia
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus, dimana diagnosa teori adalah sebagai
berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologi (dilatasi
servik)
2. Resiko Syok berhubungan dengan perdarahan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
5. Resiko perdarahan berhubungan dengan sebagian hasil konsepsi
tertinggal didalam uterus
6. Keletihan berhubungan dengan anemia
c. Intervensi
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan. Adapun acuan dalam penyusunan
intervensi keperawatan menggunakan materi yang ada di buku bahan ajar
seperti buku keperawatan gawat darurat, rencana asuhan keperawatan
menurut SDKI SLKI SIKI, serta buku keperawatan lainnya yang dimana
sesuai dengan keadaan pasien dan situasi serta kondisi yang ada di ruangan
VK IGD RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Penyusunan intervensi antara teori dan tinjauan kasus terdapat
kesenjangan, sebab intervensi yang dilakukan kepada Ny. D berbeda dengan
teori yang muncul dalam tinjauan teori.
d. Implementasi
Implementasi dilakukan selama 1 hari. Tidak semua implementasi
yang dilakukan pada pasien kelolaan berdasarakan intervensi yang telah
dibuat. Implementasi yang dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang
diangkat. Implementasi dapat dilakukan dengan baik, hal ini dikarenakan
adanya kerja sama yang baik antara perawat dan pasien dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Dalam hal ini juga
mendapatkan bimbingan dan kesempatan yang baik dari pembimbing dan
perawat dalam pelaksanaan tindakan sehingga tindakan keperawatan dapat
terlaksana sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam mengatasi masalah
pada pasien.
e. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang
dilakukan setelah tindakan keperawatan dilaksanakan. Dari diagnosa
keperawatan utama, diagnosa nyeri akut teratasi sebagian.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol
III. Edisi 8. Jakarta : EGC