Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KGD

“MISSED ABORTION”

DOSEN PENGAMPU : RULLY HEVRIALNI, SST, M. Keb

DISUSUN OLEH :

 DINA ALFIANA
 DINNY NOVITA FAREZI
 FITRI AMALIA
 JULIETA FEBY FIRDAUS
 LILIS SETIANINGSIH
 RIFDA YUFRITA
 RUTH SIMANJUNTAK

TINGKAT : 2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RIAU

JURUSAN KEBIDANAN PRODI D3 KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“missed abortion” untuk memenuhu tugas mata kuliah KGD dengan tepat waktu.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
dimasa depan.

Pekanbaru, 15 januari 2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MAKALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. FAKTOR RESIKO
D. PATOFISIOLOGI
E. DIAGNOSIS
F. PENATALAKSANAAN
G. KOMPLIKASI
H. PROGNOSIS
I. TANDA DAN GEJALA

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Abortus berdasarkan proses kronologinya dibagi menjadi 2, abortus buatan
dan abortus spontan (Agung, 2018). Abortus buatan atau abortus provocatus adalah
abortus yang dilakukan sengaja dengan tujuan dan alasan tertentu (Hutapea, 2016).
Abortus spontan merupakan keluarnya hasil konsepsi pada umur kehamilan sebelum
20 minggu tanpa adanya tindakan atau terjadi tanpa disengaja (Puspitasari et al.,
2018). Abortus spontan dapat terjadi setelah kematian janin dengan terjadinya
perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan nekrotik pada daerah
implantasi, selsel peradangan akut mengalami infiltrasi, akhirnya terjadi perdarahan
pervaginam yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Uterus berkontraksi dengan tujuan mengeluarkan benda asing
tersebut (Purwaningrum & Fibriana, 2017)
Sesuai dengan fitur klinis abortus spontan dibagi menjadi abortus imminens,
abortus insipiens, abortus incomplete, abortus complete dan missed abortion (Hu et
al. , 2018). Abortus spontan ini terjadi disebabkan karena rendah dan tingginya umur
ibu, banyaknya paritas, jauhnya jarak kehamilan, adanya riwayat abortus, rendahnya
tingkat pendidikan, buruknya pola konsumsi, pekerjaan ibu, (Purwaningrum &
Fibriana, 2017). Salah satu dari faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian abortus
diatas adalah umur ibu hamil. Abortus yang terjadi saat umur kurang dari 20 tahun
dikarenakan belum matangnya alat reproduksi untuk kehamilan, dibandingkan
dengan abortus yang terjadi saat umur lebih dari 35 tahun dikarenakan berkurangnya
fungsi dari alat reproduksi saat kehamilan, juga adanya kelainan kromosom dan
beberapa penyakit kronis lainnya (Shofiyati et al. , 2014).
Wanita hamil yang memiliki umur <20 tahun mempunyai risiko abortus
sebesar 10%, umur 35-45 tahun memiliki risiko 20% dan umur 40-45 tahun memiliki
risiko abortus sebesar 50% (Dharma, 2015). Menurut WHO (World Health
Organization) dari tahun 1990 – 2008 diwilayah Asia Tenggara terjadi sekitar 3,1 juta
abortus. Tahun 2010-2014 terjadi sekitar 56 juta abortus pada masing-masing tahun
di seluruh dunia (WHO, 2018). Kejadian abortus ini sendiri memiliki resiko kematian
yang tidak aman di wilayah Asia Tenggara antara satu sampai 250 dan Negara maju
hanya satu dari 3700. Hal ini menunjukkan bahwa masalah abortus di Indonesia
cukup tinggi (Siti Khadijah, 2016). Di Indonesia, kematian ibu menurut untuk
Kesehatan Demografi Indonesia (SDKI) 2012 meningkat menjadi 359 kematian per
100.000 hidup kelahiran. Insiden aborsi di Indonesia 2 juta kasus dalam setahun,
artinya terdapat 43 kasus aborsi per 100 kelahiran hidup (Mardiyanti, 2015).
Oleh karena itu, penulis ingin membahas salah satu abortus spontan supaya
pembahasannya lebih rinci lagi yaitu missed abortion.

B. RUMUSAN MAKALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan missed abortion ?
2. Apa sajakah faktor yang menyebabkan abortus ?
3. Apa sajakah faktor resiko yang menyebabkana abortus ?
4. Apa sajakah patofisiologi abortus ?
5. Apakah ciri-ciri abortus ?
6. Bagaimana penatalaksanaan abortus ?
7. Bagaimana komplikasi yang terjadi ?
8. Apa sajakah prognosis keberhasilan kehamilan ?
9. Apa sajakah Tanda dan gejala abortus ?

C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui apa itu missed abortion.
2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan abortus.
3. Untuk mengetahui factor resiko penyebab abortus.
4. Untuk mengetahui patofisiologi abortus.
5. Untuk mengetahui ciri-ciri abortus.
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan abortus.
7. Untuk mengetahui komplikasi abortus.
8. Untuk mengetahui prognosis keberhasilan keamilan.
9. Untuk mengetahui tanda dan gejala abortus.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Abortus tertunda (missed abortion), keadaan dimana janin telah mati sebelum
minggu ke-20, tetapi tertahan di dalam rahim selama beberapa minggu setelah janin
mati. Saat kematian janin kadang-kadang ada perdarahan pervaginam sedikit
sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens. Selanjutnya rahim tidak
membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan maserasi janin.
Abortus spontan biasanya berakhir selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati,
kalau janin mati pada kehamilan yang masih muda sekali, janin akan lebih cepat
keluar, tapi jika kematian janin terjadi pada kehamilan lanjut maka akan terjadi
retensi janin yang lebih lama.

B. ETIOLOGI
Menurut Rukiyah (2014), ada beberapa faktor yang menyebabkan abortus antara
lain :
1. Faktor Janin, faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik,faktor
kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan
pertumbuhan embrio, zigote, janin atau plasenta.
2. Faktor ibu
a. Kelainan endokrin, misalnya kekurangan tyroid,kencing manis
b. Faktor imunologi, pada penyakit lupus
c. Infeksi, diduga dari beberapa virus seperti cacar air, campak,
herpes,toksoplasma
d. Kelainan bentuk rahime
e. Kebiasaan ibu (merokok, alkohol, kecanduan obat)
3. Faktor bapak, kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat
menyebabkan abortus.
4. Faktor genetik, sekitar 3-5 % pasangan yang memiliki riwayat abortus spontan
yang berulang salah satunya dari pasangan tersebut membawa sifat kromosom
yang abnormal.
5. Faktor imunologi, terdapat anti bodi kardiolipid yang mengakibatkan pembekuan
darah dibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena
kurangnya aliran darah dari ari-ari tersebut.
6. Faktor nutrisi, malnutrisi yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar
menjadi predisposisi abortus
7. Faktor psikologis, dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus berulang
dengan keadaan mental dimana wanita yang belum matang secara emosisonal
dan sangat penting dalam menyelamatkan kehamilan.
8. Infeksi
Infeksi akut virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.Parasit, misalnya malaria
Infeksi kronis, sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
Tuberkulosis paru aktif, pneumonia
9. KeracunanMisalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll
10. Penyakit kronis, misalnya : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit
jantung.

C. FAKTOR RESIKO
Resiko terjadinya abortus meningkat bersamaan dengan peningkatan jumlah
pekerjaan, jarak kehamilan, paritas, usia ibu, dan riwayat abortus.
1. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan rutin sehari-hari, yang dilakukan oleh seseorang
ibu dengan rnaksud uuntuk memperoleh penghasilan. Pekerjaan yang dapat
menyebabkan abortus atau menggaggu kehamilan seperti pabrik rokok, dan
pabrik-pabrik lainnya yang dapat mempengaruhi janin.Pekerjaan sebagai
radiology karena radiasi dapat menyebabkan abortus.Menurut analisis
professional bahwa rnaksud pekerjaan atau aktifitas bagiibu hamil bukan hanya
pekerjaan keluar rumah atau institusi tertentu,tetapi juga pekerjaan atau aktifitas
sebagai ibu rumah tangga dalam rumah,termasuk pekerjaan sehari-hari di
rumkah dan mengasuh anak.
Pekerjaan adalah bekerja atau tidaknya seorang ibu diluar rumah
untukmemperoleh penghasilan yang dapat membantu perekonomian keluarga.
Namun yang menjadi masalah adalah kesehatan reproduksi wanita,
karenaapabila bekerja pada tempat yang berbahaya seperti : bahan kimia,
radiasidan jika terpapar bahan tersebut dapat mengakibatkan abortus. Karena
pada kehamiian trimester pertama, dimana embrio berdiferensi untukmembentuk
system organ. Jadi bahan berbahaya yang masuk kedalam tubuh wanita hamil
dapat mempengaruhi perkembangan hasil konsepsi.Dalam keadaan ibu yang
seperri ini dapat mengganggu kehamilannya dandapat mengakibatkan terjadinya
abortus Dalam menghadapi masalahsocial ekonomi tersebut, seorang wanita jika
terjadi kehamiian yang tidakdiinginkan, maka ditempuh jalan yang dapat
mengeluarkannya darimasalah tekanan sosial ekonomi tersebut dengan cara
menggugurkankandungannya karena apabila anak tersebut dilahirkan akan
menjadi bebanyang berat dalam kehidupannya.

2. Paritas
Salah satu resiko terjadinya abortus dikarenakan oleh jumlah paritas
yangmeningkat (Cunningham, 2005). Sedangkan menurut Llewellyn dan
Jones(2001), frekuensi terjadinya abortus meningkat bersama dengan
meningkatnya angka graviditas, 6% kehamilan pertama atau kedua berakhir
dengan abortus, angka ini meningkat menjadi 16% pada kehamilan ketiga dan
seterusnya. Uterus yang meregang adalah etiologidari abortus. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa paritas yang meningkat menjadi salah satu faktor resiko ibu
untuk terjadi abortus. Paritas 2-3,merupakan paritas paling aman ditinjau dari
sudut kematian maternal.Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai
angka kematian maternal lebih tinggi. Resiko pada paritas satu dapat ditangani
denganasuhan obstetrik yang lebih baik, sedangkan resiko pada paritas
tinggidapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian
kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.

3. Usia ibu
Secara biologis para wanita dianjurkan mengandung di usia muda, tapi usia
ideal untuk mengandung sebaiknya usia 20-29 tahun. Kesuburan seorang ibu
juga dipengaruhi oleh usia, sehingga pasangan usia lanjut membutuhkan lebih
lama untuk dapat mengandung (Neil, 2001).Menurut Cunningham (2005),
kejadian abortus meningkat sebesar 12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun
dan meningkat sebesar 26% padausia lebih dari 40 tahun. Sedangkan menurut
Llewellyn dan Jones (2001),abortus lebih sering terjadi pada wanita berusia
diatas 30 tahun danmeningkat diatas usia 35 tahun. Periode umur seseorang
wanita dalammasa reproduksi dibagi menjadi 3 periode. Periode menunda
kehamilan(35 tahun).
Usia 20-35 tahun merupakan waktu yang tepat karena tubuh lebih
primadalam menerima kehamilannya. Hal ini berdampak positif karena
memungkinkan wanita aktif mengasuh dan membesarkan anak dalam waktu
yang panjang. Menutur Musbikin (2008), masa emas usiareproduktif wanita
terbatas, batasan ini terkait dengan faktor reproduksi wanita yang berada pada
kondisi yang optimal pada usia 20-35 tahun.Kehamilan yang terjadi pada usia 35
tahun), terjadi penurunan kemampuan fisik karena terjadinya proses degeneratif
sehingga menimbulkan komplikasi termasuk abortus.

4. Riwayat Abortus
Setiap satu dari enam kehamilan berakhir dengan keguguran spontan dan
sering pula dijumpai seorang wanita yang mengalami satu atau lebihkeguguran
spontan setiap hamil. Seorang wanita yang mengalami dua kali keguguran
spontan berturut-turut, dan tidak dapat mempertahankan kehamilannya hingga
cukup bulan, memiliki 35% kemungkinan untuk mengalami keguguran kembali
pada kehamilan berikutnya. Kejadian tersebut bisa dikarenakan oleh serviks
inkompeten. Etiologi dari serviks inkompeten adalah riwayat trauma pada serviks
seperti trauma sewaktu dilatasi dan kuretase.
Bila abortus yang tidak ditangani secara suci hama (steril), yakni bebas
kuman. Kadang-kadang ibu tidak menyadari kehamilannya, sehingga menyangka
pendarahan yang dialaminya Cuma pendarahan biasa saja.Keadaan ini
menyebabkan hasil konsepsi tidak dikeluarkan sebagaimana mestinya dan hasil
konsepsi yang tidak keluar itu akan menyebabkan peradangan yang menjalar ke
kandungan, selanjutnya kedalam saluran telur dan bisa mengakibatkan
penyumbatan saluran telur. Keadaan ini yang menimbulkan kegagalan pada
kehamilan berikutnya, karena sperma tidak bisa bertemu dengan sel telur.
Seperti diketahui, perjumpaan sperma dengan sel telur yang membuahkan hasil
konsepsi itu biasanya berlangsung di dalam saluran telur.
Keadaan itu kadang-kadang juga bisa terjadi pada pertolongan abortus yang
tidak ditangani secara baik. Kuman akan masuk ke dalam kandungan bersama-
sama dengan alat yang tidak suci hama. Pendarahan yang menjalar sampai ke
rongga perut, merupakan ancaman yang lebih hebat Bukan hanya keturunan
yang tidak bisa diperoleh, tetapi juga membahayakan ibu.

D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi
plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian
desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian
dari hasil konsepsi masih tertahan dalamcavum uteri atau di canalis servicalis.
Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8-14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau
diawalidengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran
janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta
mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding
cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak.
Pada kehamilan minggu ke 14-22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti
dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta
masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus
dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu
banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus
ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda keciltanpa bentuk
yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion),
yaitu retensi hasil konsepsi 4-8 minggu setelah kematian janin. Pertumbuhan uterus
berhenti kemudian tegresi. Denyut jantung janin tidak berdenyut pada auskulatasi
ketika diperkirakan berdasarkan tanggal.Tidak terasa ada gerakan janin lagi.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia
dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola krueta. Bentuk
ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dandalam sisanya
terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah
mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol- benjol karena terjadi
hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah mati dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi yaitu janin mengering dan karena cairan amnion menjadi berkurang
akibat diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut
ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiaesus)
.Kemungkinan lain janin mati yang tidak segera dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi, yaitu kulit terkelupas, tengkorang menjadi lembek, perut membesar karena
terisi cairan dan seluruh janin berwarna ke merah merahan.
E. DIAGNOSIS
Dasar diagnosis
1. Anamnesis
a. Buah dada mengecil
b. Tanpa nyeri
c. Perdarahan bisa ada/tidak
2. Pemeriksaan fisik
a. Hilangnya tanda kehamilan
b. Tidak ada bunyi jantung
c. Berat badan menurun
d. Fundus uteri lebih kecil dari usia kehamilan
3. Pemeriksaan penunjang
a. USG tampak janin tidak utuh dan membentuk gambaran kompleks
b. Laboratorium : Hb, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan, waktu
pembekuan, waktu protombin

F. PENATALAKSANAAN
Segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk memastikan kematian
janin. Pada kasus ini, ibu beresiko mengalami gangguan pembekuan darah
(Disseminated Intravaskular Coagulopathy/DIC). Untuk itu, tindakan segera yang
dilakukan adalah pengeluaran hasil konsepsi.
1. Jika usia kehamilan kurang dari 12 minggua.
a. Evakuasi dengan AVM atau sendok kuret
b. Rekomendasi WHO / FIGO : Misoprostol 800mcg pervaginam setiap3 jam
(maksimal x2) atau 600mcg setiap 3 jam (maksimal x2)
2. Jika kehamilan lebih atau sama dengan 12 minggu dan kurang dari 16minggu
a. Pastikan serviks terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks sebelum
dilakukan dilatasi dan kuretase. Lakukan evakuasi dengantang abortus dan
sendok kuret
3. Jika usia kehamilan 16-22 minggu
a. Lakukan pematangan serviks
b. Lakukan evakuasi dengan infus oksitosin 20 unit dalam 500ml NaCl0.9% atau
ringer laktat dengan kecepatan 40 tpm hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi
c. Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali sebelum
merencanakan evakuasi lebih lanjut
Missed abortion memerlukan tindakan medis khusus, sehingga bidan perlu
berkonsultasi dengan dokter untuk penanganannya
1. Yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah bahaya adanya
hiperfibrinogenemia, sehingga sulit untuk mengatasi perdarahan yang terjadi bila
belum dikoreksi hiperfibrinogenemianya (untuk itu kadar fibrinogen darah perlu
diperiksa sebelum dilakukan tindakan).
2. Pada prinsipnya penangannya adalah : pengosongan kavum uteri setelah
keadaan memungkinkan.
3. Bila kadar fibrinogen normal, segera dilakukan pengeluaran jaringankonsepsi
dengan cunam ovum, lalu dengan kuret tajam
4. Bila kadar fibrinogen rendah, dapat diberikan fibrinogen kering atau segar sesaat
sebelum atau ketika mengeluarkan plasenta
5. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, dilakukan pembukaan serviksuteri
dengan laminaria selama kurang lebih 12 jam ke dalam kavum uteri
6. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, maka pengeluaran janin dilakukandengan
pemberian infus intravena oksitosin dosis tinggi
7. Bila fundus uteri tingginya sampai 2 jari dibawah pusat, maka pengeluaran janin
dapat dikerjakan dengan menyuntik larutan garam 20% dalamkavum uteri
melalui dinding perut

G. KOMPLIKASI
Pada retensi janin mati yang sudah lama terutama pada kehamilan yang
telahmencapai trimester kedua plasenta dapat melekat erat pada dinding
uterussehingga sangat sulit untuk dilakukan kuretase, dan juga terjadi gangguan
pembekuan darah. Akan terjadi perdarahan gusi, hidung atau dari tempat terjadinya
trauma. Gangguan pembekuan tersebut disebabkan oleh koagulopati konsumtif dan
terjadi hipofibrionogenemia sehingga pemeriksaan studi koagulasi perlu dilakukan
pada missed abortion.

H. PROGNOSIS
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi
spontansebelumnya (Manuaba, 1998).
1. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.
2. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui,kemungkinan
keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %.
3. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin
pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi
spontan yang tidak jelas.

I. TANDA DAN GEJALA


1. Gejalanya seperti abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan
disertai kehamilan menghilang
2. Denyut jantung janin tidak terdengar
3. Mulas sedikit
4. Ada keluaran dari vagina
5. Uterus tidak membesar tapi mengecil
6. Mammae agak mengendor atau payudara mengecil
7. Amenorhoe berlangsung terus
8. Tes kehamilan negative
9. Dengan USG dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya
sesuaidengan usia kehamilan
10. Biasanya terjadi pembekuan darah
CONTOH KASUS DENGAN MISSED ABORTUS

Tempat Yankes : Puskesmas kasih ibu

Tanggal pengkajia : 29 November 2019

Mahasiswa : Kelompok 5
A. DATA SUBJEKTIF
1. BIODATA

Nama ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. B

Umur : 27 tahun Umur : 30 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : S1

Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Guru SD

Alamat : Jalan buah manggis no Alamat : Jalan buah manggis no

51 51

No. Hp : 0853641xxxx No. Hp : 0813645xxxx


Alasan Kunjungan / Riwayat / Keluhan Utama :

Ibu mengatakan bahwa pernah mengalami flek hitam selama 3 hari lalu sembuh

kembali, dan ibu mengatakan bahwa perutnya terlihat mengecil


2. RIWAYAT MENSTRUASI

HPHT : 15-9-2019 Perkiraan Partus : 12-6-2020

Siklus : 28 hari Masalah : Tidak Ada


3. RIWAYAT PERKAWINAN

Perkawinan Ke : 1(pertama) Usia Saat Kawin : 22 tahun

Lamanya Perkawinan : 5 tahun


4. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS YANG LALU

Tgl/ Keadaan
Usia Tempa Jenis
Thn Penolon Anak Anak
No Kehamila t Persalina Nifas
Partu g JK/BB sekaran
n Partus n
s g
norma Lk/30000g
1. 2014 9 bulan PMB normal bidan Hidup
l r
2 H A M I L I N I
5. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI (G 2 P 0 A0 H 1)

Pertama kali memeriksakan kehamilan pada UK: 8 mg

Pemeriksaan ini yang ke: 2 kali

Masalah yang pernah dialami

Trimester I : mengalami bercak darah selama 3 hari berturut turut dan

kemudian sembuh

Trimester II :-

Trimester III : -

Imunisasi : TT Lengkap

TT I
Bayi lengkap
TT II
TT5
TT III

TT IV SD 3x

TT V

Catin (-)

Pengobatan/anjuran yang pernah diperoleh : Tablet Fe, Vitamin

6. RIWAYAT PENYAKIT/OPERASI YANG LALU

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti, TBC,

Hepatitis, HIV/AIDS, dan tidak memiliki riwayat operasi


7. RIWAYAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASALAH KESEHATAN

REPRODUKSI

Ibu mengatakan tidak pernah memiliki penyakit yang berhubungan dengan

maslah kesehatan reproduksi


8. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA YANG PERNAH MENDERITA SAKIT

Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti jantung,

hipertensi, diabetes yang menderita sakit


9. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA

Ibu mengatakan pernah menggunakan kb suntik 3 bulan


10. POLA MAKAN/ MINUM / ELIMINASI / ISTIRAHAT / PSIKOSOSIAL

A. Makan : 2x/hari

Minum : 6x/hari

Jenis makanan/ minuman yang sering di konsumsi : Nasi, Lauk (ayam, telur,

tahu, tempe, buah, , air es, air putih

B. Eliminasi : BAK : 4-5 x/hari

BAB : 1 x/hari

Masalah : Tidak Ada

C. Istirahat : Tidur Siang : Tidak ada kecuali hari libur

Tidur Malam : 7 jam/hari

Masalah : Tidak ada

D. Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini :

- Ibu mengatakan merasa senang dengan kehamilan saat ini

- Ibu mengatakan suami, orang tua, mertua, dan keluarga selalu

memberi dukungan dan membantu pekerjaan ibu


B. DATA OBJEKTIF

1. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum : Secara umum baik

b. Kesadaran : Compos Mentis

c. Sikap tubuh : Normal

d. BB Sebelum Hamil : 50 kg BB Sekarang : 52,5 kg

e. TB : 155 cm
f. LILA : 23,5 cm

g. TTV

- TD : 120/70 mmHg

- Suhu : 37 oC

- P : 20 x/menit

- N : 86 x/menit

h. Rambut/kepala : Tidak ada rontok,tidak ada berketombe dan tidak

ada benjolan

i. Mata

- Sklera : Putih, tidak ikterik

- Konjungtiva : Merah muda, tidak pucat

- Penglihatan : Jelas

- Alat bantu : Tidak ada

j. Muka : Tidak ada edema dan cloasmagravidarum

k. Hidung : Tidak sinusitis, dan bentuk simetris

l. Mulut : Tidak ada stomatitis

- Gigi : Tidak ada caries

- Lidah : Merah muda, tidak ada kotoran atau bewarna putih

- Gusi : Tidak ada bengkak dan tidak berdarah

m. Telinga : Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pengeluaran

cairan

n. Leher : Tidak ada pembesaran Vena Jugularis, dan

Kelenjar Tiroid

o. Payudara : Simetris

- Puting susu : Menonjol

- Areola mammae : Hiperpigmentasi

- Pengeluaran ASI : Belum ada


p. Abdomen

- Bekas operasi : Tidak ada

- Striae : Tidak ada

- Linea : Tidak ada

q. Palpasi : bagian perut leopold 1 belum teraba

r. DJJ : Belum terdengar

s. Anogenetalia : Tidak ada varises atau tonjolan, tidak ada keputihan,

dan terdapat sedikit bercak darah

t. Ekstremitas : Tidak ada edema dan tidak ada varises

u. Refleks Patella : (+)/(+), Gerakan normal

v. Akral : Hangat, tidak pucat

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tes plano (-)

b. Darah: Hb: 20 gram/dL

Trombosit: 200.000 gram/dL

Fibrinogen: 150 mg/dL

c. USG: tidak dilakukan


D. KESIMPULAN
Diagnosa :

1. Dx Ibu : G 2 P1 A0 H 1, UK : 10 mg 6 hr, K/U ibu baik dengan aborsi yang

terlewatkan

Masalah : Pernah mengalami pendarahan selama 3 hari lalu sembuh, dan perut tidak

mengalami pembesaran bahkan sekarang terlihat mengecil.


E. PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan kepada ibu dan suami tentang hasil pemeriksaan

2. Beri KIE tanda bahaya seperti yang ibu alami saat ini yaitu pendarahan bercak darah

pada kehamilan muda, janin seperti tidak berkembang, yang menandakan bahwa

kemungkinan ibutelah mengalami aborsi yang terlewatkan. Dan memberitahukan

kepada ibu agar segara memeriksakan kehamilannya jika terjadi tanda bahaya di

kehamilan berikutnya

3. Menjelaskan penanganan yang mungkin akan dilakukan pada ibu saat di rumah sakit

nantinya. Yang mungkin akan dilakukan adalah kuretase atau aspirasi vakum

manual. Karena janin yang dikandung ibu telah meninggal dan seluruh jaringan

masih belum utuh di dalam Rahim jadi harus segera dilakukan kuretase atau vakum

bimanual

4. Memberi ibu dan suami dukungan emosional agar tetap tenang dan tidak cemas

5. Pasang infus NaCl 0,9% pada ibu dengan 20 tetes per menit untuk menstabilkan

kondisi ibu

6. Merujuk ibu dengan didampingi oleh kita sebagai bidan


PEMBAHASAN KASUS

Pada pengkajian data subjektif didapatkan bahwa ibu mengatakan perutnya seperti
mengecil dan kehamilannya seperti tidak berkembang. Menurut teori, telah dijelaskan bahwa
tanda aborsi yang terlewatkan adalah janin tidak berkembang, Rahim mengecil, payudara
mengendor dan yang lainnya. Ibu memiliki salah satu dari anda tersebut yang berarti
kemungkinan ibu mengalami missed abortus.

Pada pengkajian data objektif didapatkan bahwa pada pemeriksaan genetalia


terdapat sedikit pengeluarandarah di celananya, untuk pemeriksaan perut yaitu palpasi
belum teraba karena kehamilan ibu saat ini 12 Minggu 3 hari. Untuk pemeriksaan penunjang
yaitu pemeriksaan laboratorium didapatkan bahwa kadar fibrinogen hanya 150 mg/dL
sedangkan kadar fibrinogen normal adalah 200-400 mg/dL, hasil plano test negative.
Menurut teori hasil plano test pada ibu yang mengalami missed abortus adalah negative dan
salah satu komplikasi dari missed abortus jika kadar fibrinogen dalam darah menurun, maka
dari data tersebut kemungkinan ibu mengalami missed abortus. Pemeriksaan USG belum
dilakukan maka belum dapat dipastikan ibu mengalami missed abortus.

Pada data subjektif yang mendukung adalah ibu mengatakan saat awal kehamilan
pernah mengalami flek atau perdarahan bercak selama 3 hari lalu sembuh dan ibu
mengatakan perutnya seperti mengecil dan kehamilannya seperti tidak berkembang. Pada
data objektif yang mendukung diagnosa adalah plano testnya negatif, hasil pemeriksaan
laboratorium darah yaitu kadar fibrinogennya 150 mg/dL. Pada identifikasi diagnosis dan
masalah potensial ibu mungkin akan mengalami infeksi, perdarahan, kelainan pembekuan
darah karena retensi janin dan perforasi uterus akibat dari kuretase yang akan dilakukan di
rumah sakit.
Pada identifikasi tindakan segera yaitu segera melakukan kolaborasi dengan dokter
spesialis Obgyn. Pada intervensi penulis merencanakan tindakan yang akan dilakukan
seperti jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu agar ibu mengetahui keadaannya dan
mempersiapkan diri untuk kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, seperti kuretasi
ataupun dilakukan aspirasi vakum manual (AVM). Pada penatalaksanaan karena usia
kehamilan ibu saat periksa 10-12 minggu atau lebih tepatnya 10 minggu 6 hari maka
penatalaksanaan yang seharusnya dilakukan adalah aspirasi vakum manual (AVM) atau
kuretase dan kedua hal tersebut dapat dilakukan di rumah sakit. Untuk kehamilan >12
minggu dan <22 minggu salah satu penatalaksanaannya adalah pemberian misoprostol
untuk pematangan pada serviks. Menurut jurnal yang saya baca, misoprostol dapat
digunakan di fasilitas kesehatan yang terdapat di pelosok atau di desa-desa dimana di
tempat tersebut permintaan pelayanannya tinggi, sedangkan ketersediaan petugas dan alat
yang terampil sering langka. Pada evaluasi dilakukan penilaian terhadap apa yang sudah
kita lakukan di implementasi, yaitu tentang bagaimana pemahaman ibu setelah dilakukan
KIE. Ibu memahami apa yang telah disampaikan oleh bidan di puskesmas.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Abortus tertunda (missed abortion), keadaan dimana janin telah mati sebelum
minggu ke-20, tetapi tertahan di dalam rahim selama beberapa minggu setelah janin mati.
Saat kematian janin kadang-kadang ada perdarahan pervaginam sedikit sehingga
menimbulkan gambaran abortus imminens. Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan
mengecil karena absorpsi air ketuban dan maserasi janin. Abortus spontan biasanya
berakhir selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati, kalau janin mati pada kehamilan
yang masih muda sekali, janin akan lebih cepat keluar, tapi jika kematian janin terjadi pada
kehamilan lanjut maka akan terjadi retensi janin yang lebih lama.

3.2 Saran

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
menunggu saran atau kritik yang membangun dari pembaca. Pendapat dari para pembaca
sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan tugas ini.
DAFTAR PUSTAKA

 https://id.scribd.com/document/392128971/-MISSED-ABORTION--docx
 https://www.google.com/amp/s/docplayer.info/amp/58050703-Asuhan-kebidanan-pada-
ibu-hamil-dengan-missed-abortion.html

Anda mungkin juga menyukai