Makalah
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEGUGURAN YANG DITEMUKAN
TERJADI PADA ISTRI SEORANG AKTOR YANG DI PENJARA
Disusun sebagai Salah Satu Syarat dalam Memenuhi
Tugas Filsafat Ilmu pada Program Studi Pendidikan Ners
Fakultas Keperawatan
Disusun Oleh:
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bila seseorang membuat rencana, biasanya rencana itu bersifat optimis dan
positif. Bagi mereka yang menginginkan anak dan ingin membentuk keluarga,
masa depan yang dibayangkan adalah tentang bayi, kepuasan serta
kebahagiaan, bukan rasa sakit, rasa kehilangan ataupun duka yang tak
direncanakan dan tak diharapkan. Bila seorang wanita mengalami keguguran,
kejadian itu membuat ia syok dan menyalahkan tubuhnya. Hal ini sering
membuat wanita kehilangan kepercayaan baik terhadap tubuhnya maupun
terhadap dirinya sendiri, disamping juga terhadap kehidupan, yang tiba-tiba
menyadarkannya bahwa tidak ada kepastian dan jaminan dalam hidup ini
(Sarah, 2000).
Kejadian keguguran umum walaupun statistiknya bervariasi menurut saat
terjadinya kehamilan. Sejumlah keguguran awal tidak disadari karena wanita
yang bersangkutan menduga bahwa haidnya terlambat dan deras. Sebenarnya
bila kehamilan dihitung dari saat pembuahan telur atau sperma, atau bahkan
sejak saat pertemuan telur dan sperma maka tingkat keguguran akan lebih
tinggi dibandingkan jika dihitung dari terlambatnya haid dan munculnya
gejala-gejala kehamilan, seperti payudara yang peka atau mual di pagi hari
(Murphy, 2000).
Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%.
Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya
wanita mengalami yang kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya
menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui
kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun,
dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000 - 750.000 janin yang
mengalami abortus spontan (SDKI, 2010).
Dengan demikian jumlah keguguran berkisar antara 1 di antara 6
kehamilan sampai 4 di antara 6 kehamilan. Akan tetapi perkiraan yang
diterima secara umum adalah 1 di antara 5 kehamilan berakhir dengan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Abortus
2.1 Pengertian Abortus
Abortus adalah suatu proses terhentinya dari kehamilan pada umur
kehamilan di bawah 20 minggu, atau kondisi dimana berat fetus yang lahir
500 gram atau kurang (Hanifa, 2010).
Llewollyn & Jones (2002), mendefinisikan abortus merupakan proses
keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum
mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gram.
WHO merekomendasikan viabilitas apabila masa gestasi telah mencapai
22 minggu atau lebih dan berat janin 500 gram atau lebih.
2.2 Etiologi Abortus
Secara umum abortus dapat disebabkan oleh :
a. Wanita itu sendiri (maternal) yaitu abnormalitas traktus genitalis, trauma,
infeksi rubella, infeksi chlamydia, penyakit-penyakit vaskular, kelainan
endokrin, penyakit sistemik, faktor imunologis, dimana jika kondisi ini
tidak terkontrol dengan baik dapat meningkatkan risiko keguguran
(Edmonds, 1992 dalam Bennett & Brown, 1999).
Kejadian abortus meningkat pada wanita hamil yang berumur 30 tahun
atau 35 tahun, hal ini disebabkan meningkatnya kelainan genetik seperti
mutasi dan kelainan maternal pada usia tersebut (Chalik, 1998). Menurut
Llewellyn-Jones (2002), frekuensi abortus meningkat bersamaan dengan
meningkatnya angka graviditas. Apabila terdapat riwayat abortus, maka
kemungkinan terjadi abortus pada kehamilan yang selanjutnya akan
meningkat (Henderson dan Jones, 2006)
b. Janin, seperti kelainan kromosom, kelainan ovum, blighted ovum,
abnormalitas pembentukan plasenta
c. Sperma, yang mengalami translokasi kromosom apabila berhasil
menembus zona pellusida dari ovum akan menghasilkan zigot yang
memiliki material kromosom yang tidak normal sehingga dapat
menyebabkan keguguran.
6
6. Materi, dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang, atau
layanan yang biasanya dapat dibeli.
c. Klasifikasi Koping
Menurut Lazarus dan Folkman (1985, dalam Keliat, 1999), koping dapat
dikaji dari berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikososial yaitu:
1. Koping berorientasi pada masalah (tugas), mencakup penggunaan
kemampuan kognitif untuk mengurangi stres, memecahkan masalah,
menyelesaikan konflik, dan memenuhi kebutuhan. Perilaku
berorientasi tugas memberdayakan seseorang untuk secara realistik
menghadapi tuntutan stresor. Tiga tipe umum perilaku yang
berorientasi pada tugas adalah perilaku menyerang, menarik diri, dan
perilaku kompromi
2. Koping berorientasi pada emosi (mekanisme pertahanan ego), adalah
perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis
terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini digunakan
untuk membantu melindungi dari perasaan tidak berdaya. Kadang
mekanisme pertahanan diri dapat menyimpang dan tidak lagi mampu
untuk membantu seseorang dalam menghadapi stresor.
Menurut Stuart (2007); Stuart & Sundeen (1995 dalam Mustikasari
2006), menggolongkan koping menjadi dua, yaitu :
1. Koping adaptif, adalah koping yang mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah
berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif,
teknik relaksasi, latihan seimbang, dan aktifitas konstruktif
2. Koping maladaptif, adalah koping yang menghambat fungsi integrasi,
memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi, dan cenderung
menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan/ tidak
makan, bekerja berlebihan, dan menghindar.
3. Respon maladaptif adalah respon kronis dan berulang atau pola respon
sesuai dengan berjalannya waktu tidak menunjukkan sasaran adaptasi.
Sasaran adaptasi dapat dikategorikan kedalam tiga area yaitu fisik,
psikologis, dan sosial. Respon maladaptif yang membahayakan
15
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah kelompok buat, maka
kelompok dapat menjelaskan bahwa kejadian keguguran yang banyak terjadi di
kalangan masyarakat terbagi menjadi dua jenis yakni aborsi spontan dan yang
direncanakan (aborsi provokatus).
Aborsi spontan merupakan aborsi yang terjadi secara alamiah dan tanpa
disengaja. Sedangkan aborsi yang direncanakan adalah aborsi yang dilakukan
secara sengaja dengan tujuan untuk menghilangkan nyawa janin yang
dikandung. Tindakan aborsi yang direncanakan biasanya dilakukan
dikarenakan si ibu tidak mengharapkan kehadiran janinnya sehingga berniat
untuk membunuhnya.
Fenomena keguguran yang terjadi secara tidak sengaja atau spontan terjadi
pada istri dari seorang aktor yang sedang di penjara. Keguguran yang dialami
si wanita diakibatkan adanya faktor-faktor pencetus seperti kejadian suaminya
yang ditangkap karena kasus penipuan sehingga harus di penjara, ibu kandung
si wanita mengalami stroke, dan ia yang diharuskan mengurus anak pertama
dari pernikahan sebelumnya.
Munculnya faktor-faktor tersebut menyebabkan si wanita kelelahan dan
mengalami stress. Kelelahan tersebut diperparah karena ia harus bolak-balik
untuk mengunjungi suaminya yang sedang di penjara. Hal ini dilakukan
olehnya karena ia merasa itu sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang istri
untuk melayani suaminya. Keadaan ini menyebabkan si wanita kurang
memperhatikan kondisi dirinya sendiri.
Si wanita juga harus merawat ibunya yang mengalami stroke akibat
terjatuh dari kamar mandi. Ditambah lagi ia harus mengurus anak pertama dari
pernikahan sebelumnya yang kini berusia 5 tahun yang sedang sakit demam
berdarah. Dalam kondisi yang seperti ini, klien mengalami tekanan dari setiap
sisi. Selain itu, mekanisme koping individu dari si wanita kurang efektif.
18
BAB 4
PEMBAHASAN
Pasangan suami istri, artis ST dan istrinya DL, berduka. Istri dari artis ST
yang menikah pada pertengahan Oktober 2016 lalu mengalami keguguran. Suami
DL yang di penjara karena kasus penipuan harus bersabar dan menahan kenyataan
bahwa janin yang dikandung istrinya meninggal dunia. Kejadian yang menimpa
DL diakibatkan kondisi DL yang stress dan kelelahan dengan permasalahan yang
dihadapi ditambah usia kehamilan yang baru menginjak 2 bulan.
Masalah-masalah yang dialami DL mulai dari sang suami yang di penjaara
karena kasus penipuan sehingga berakhir pada keputusan suaminya untuk di
penjara, ibu DL yang mengalami stroke akibat terjatuh dari kamar mandi, serta
permasalahan yang terjadi pada anak pertamanya dari pernikahan sebelumnya
mengalami sakit demam berdarah.
Sebuah penelitian yang dicatat dalam Encyclopedia menjelaskan, bahwa
ada sekitar 15% hingga 20% dari setiap kehamilan berisiko mengalami
keguguran. Hal ini biasanya terjadi pada 2 minggu pertama setelah terjadinya
pembuahan yang sebenarnya jarang disadari oleh kebanyakan wanita. Rujukan
lainnya mengatakan bahwa ada 80% kemungkinan kasus keguguran terjadi pada 3
bulan pertama selama masa kehamilan (Hanifa, 2010).
Keguguran dapat terjadi karena cacat kromosom yang dialami janin.
Gangguan kesehatan pada ibu hamil seperti; gangguan hormon, gangguan sistem
kekebalan tubuh, infeksi, ketidaknormalan pada leher rahim atau uterus, diabetes,
dan tekanan darah tinggi juga menyebabkan gugurnya kandungan.
Proses terjadinya keguguran berbeda-beda pada setiap orang, namun pada
dasarnya keguguran akan ditandai dengan adanya pendarahan (yang kuantitasnya
bervariasi, dari yang ringan hingga yang berat) dan disertai dengan kram yang
sangat hebat dan menyakitkan (Hanifa, 2010).
Keguguran adalah kematian bayi dalam kandungan sebelum usia 20
minggu kehamilan. Hal ini merupakan salah satu masalah dalam kehamilan yang
paling ditakuti oleh ibu hamil. Kemungkinan terjadinya keguguran lebih tinggi
dari perkiraan banyak orang. Keguguran dapat terjadi pada kira-kira 1-2 orang
dari 10 ibu hamil yang menyadari kehamilannya. Diperkirakan sekitar 8 dari 10
19
kasus keguguran terjadi pada tiga bulan pertama kehamilan. Mengetahui gejala-
gejala keguguran sangatlah penting bagi ibu hamil dan pasangannya (Hanifa,
2010).
Banyak wanita yang melaporkan jika pengalaman ini menjadi lebih berat
karena mereka tidak tahu apa yang sedang mereka alami. Apabila dokter
menginformasikan jika Anda mengalami keguguran, ada baiknya jika Anda
mencari informasi sebanyak-banyaknya dari dokter atau bidan Anda mengenai hal
ini untuk mendapat gambaran apa yang akan terjadi.
Selama proses keguguran berlangsung, terjadi kontraksi pada otot rahim
yang akan menyebabkan leher rahim terbuka dan membuat sebagian dari isi yang
berada pada rahim terbawa keluar.
Walau penyebab pastinya belum diketahui, para pakar memperkirakan
terdapat sekitar 70 persen kasus keguguran yang disebabkan oleh adanya
keabnormalan pada kromosom bayi. Kekurangan, kelebihan atau keabnormalan
kromosom dapat mengakibatkan janin tidak bisa berkembang dengan semestinya.
Keguguran yang terjadi pada usia kehamilan lebih tua, yaitu di atas tiga bulan,
biasanya disebabkan oleh penyakit atau kondisi kesehatan ibu yang kurang baik.
Karena penyebabnya yang belum diketahui secara pasti, keguguran juga
pada umumnya tidak dapat dicegah. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
menurunkan risiko keguguran, yaitu:
a. Menerapkan pola makan sehat dan seimbang, terutama meningkatkan
konsumsi serat
b. Tidak merokok, mengonsumsi minuman keras, dan menggunakan obat-
obatan terlarang
c. Menghindari infeksi-infeksi yang mungkin terjadi, misalnya dengan
memeriksakan diri untuk penyakit menular seksual dan mengobatinya
hingga sembuh sebelum hamil
d. Menjaga berat badan yang sehat sebelum dan saat hamil (Long, 1996).
Penyebab keguguran yang dapat ditangani, misalnya otot serviks yang
lemah, sebaiknya ditangani secepatnya. Misalnya, serviks yang lemah bisa
dioperasi untuk mengencangkan otot serviks sehingga dapat menurunkan risiko
20
keguguran. Jika calon ibu menderita penyakit kronis misalnya diabetes, sebaiknya
diobati dan dikendalikan dengan baik sebelum hamil.
Peristiwa keguguran pasti akan menyebabkan tekanan emosional terhadap
semua pihak, terutama bagi sang wanita. Rasa bersalah, penyesalan, marah,
bahkan trauma dapat melanda wanita yang mengalaminya. keguguran biasanya
akan mendatangkan perasaan trauma dan pengalaman emosional yang
mendatangkan kemarahan yang akan mengiringi proses tidak menyenangkan dan
kadang menyakitkan selama proses keguguran terjadi. Oleh karena itu, dukungan
positif dari pasangan serta keluarga sangat dibutuhkan.
Mengalami satu kali keguguran bukan berarti seorang wanita akan kembali
mengalaminya pada kehamilan yang selanjutnya. Banyak wanita yang tetap
berhasil menjalani masa kehamilan tanpa masalah dan melahirkan bayi yang sehat
setelah mengalami keguguran.
21
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Peristiwa keguguran pasti akan menyebabkan tekanan emosional terhadap
semua pihak, terutama bagi sang wanita. Rasa bersalah, penyesalan, marah,
bahkan trauma dapat melanda wanita yang mengalaminya. keguguran
biasanya akan mendatangkan perasaan trauma dan pengalaman emosional
yang mendatangkan kemarahan yang akan mengiringi proses tidak
menyenangkan dan kadang menyakitkan selama proses keguguran terjadi.
Oleh karena itu, dukungan positif dari pasangan serta keluarga sangat
dibutuhkan.
Mengalami satu kali keguguran bukan berarti seorang wanita akan kembali
mengalaminya pada kehamilan yang selanjutnya. Banyak wanita yang tetap
berhasil menjalani masa kehamilan tanpa masalah dan melahirkan bayi yang
sehat setelah mengalami keguguran.
5.2 Saran
5.2.1 Akademis
Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam upaya
meningkatkan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan keguguran yaitu
kepada mahasiswa FKp yang sedang melaksanakan tahap profesi agar
lebih aktif dalam menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan konsep
teori dan lebih memperhatikan kondisi pasien sehingga pelaksanaan
praktek keperawatan dapat berjalan sesuai dengan target yang ingin
dicapai.
5.2.2 Umum
Mencari info yang lebih banyak berkaitan dengan kejadian
keguguran sehingga bila masyarakat atau salah seorang anggota keluarga
ada yang mengalami keguguran dapat dengan mudah mengatasi masalah
yang ada.
5.2.3 Penulis
a. Diharapkan setelah penyampaian materi ini kita semua bisa menambah
wawasan pengetahuan mengenai keguguran
22
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta
Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
LAMPIRAN API
Topik : Keguguran
Fenomena : Keguguran ditemukan terjadi pada istri seorang aktor yang di
penjara
Masalah : Keguguran yang ditemukan terjadi pada istri seorang aktor
yang di penjara belum dapat dijelaskan
Tujuan umum : Menjelaskan keguguran yang ditemukan terjadi pada istri
seorang aktor yang di penjara
Kerangka : Terlampir
konseptual
25
Kelelahan,
stress
Usia kehamilan 4
minggu
Terjadi
keguguran
26